Topik 2 Ruang Kolaborasi Filosofi
Topik 2 Ruang Kolaborasi Filosofi
Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan dengan
pemikiran KHD?
Beberapa kekuatan konteks sosio-kultural yang sejalan dengan pemikiran KHD dapat mencakup.
a) Budaya Gotong Royong: Nilai gotong royong sangat kuat dalam kehidupan sosial budaya di
banyak daerah di Indonesia. Pemikiran KHD yang menekankan pentingnya pembelajaran
kolektif dan kebersamaan sejalan dengan nilai-nilai gotong royong, di mana peserta didik
diajak untuk bekerja sama dan saling membantu, menciptakan lingkungan belajar yang
harmonis.
b) Pendidikan Karakter: Konsep pendidikan karakter yang diusung oleh KHD melibatkan
pembentukan karakter peserta didik. Nilai-nilai seperti integritas, kejujuran, dan tanggung
jawab merupakan fondasi yang sejalan dengan nilai-nilai luhur budaya di berbagai daerah,
yang sering kali menekankan pentingnya moral dan etika.
c) Kearifan Lokal: Pemikiran KHD menekankan penghormatan terhadap kearifan lokal dan
tradisi. Di banyak daerah, terdapat nilai-nilai luhur yang turun-temurun dan memiliki
kekayaan budaya tersendiri. Memahami dan menghargai kearifan lokal menjadi bagian
integral dari pendidikan yang berlandaskan pemikiran KHD.
Salah satu bukti nyata kekuatan sosio kultural dapat di lihat dari adanya kesenian rakyat, berikut
kesenian rakyat di beberapa daerah
Reog Ponorogo (hewan & dewa), Gandrung (kisah asmara), Remo (kegagahan). Jaranan (kisah
pewayangan), Topeng Malangan (karakter). Ludruk (drama komedi), Karapan Sapi (pacuan sapi).
Keroncong & Gamelan.
Gambyong (anggun), Bedhaya & Serimpi (keraton), Jathilan (kisah pewayangan). Wayang Kulit (kisah
pewayangan).Keroncong, Gamelan, Tari Lengger, Topeng.
c) Kesenian rakyat Medan: Perpaduan budaya Melayu, Batak, Tionghoa, India, & Arab!
Serampang Dua Belas (romantis), Gondang Sembilan (adat Batak), Topeng (karakter), Kejuaraan
(akrobatik).Tari Piring (gemulai),
Musik: Gendang Melayu, Tamborin, Sarunai, Gong.
Baksa Kambang (anggun), Baksa Panah (gagah), Bakuntau (persaingan), Seru: Mamanda (komedi),
Madihin (pesan & cinta), Bakuntau (silat).
Musik: Panting (bambu), dan Gamelan Banjar (perpaduan Jawa & Melayu).
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau
sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat
diterapkan.
Menurut saya, salah satu pemikiran KHD yang sangat relevan untuk diterapkan adalah
prinsip "Tut Wuri Handayani". Prinsip ini menekankan agar guru memberi teladan dan
inspirasi bagi murid-muridnya. "Tut Wuri Handayani" merupakan ajaran Ki Hadjar Dewantara
yang menekankan pada peran guru sebagai panutan yang memberikan bimbingan dan
membimbing siswa. Dalam mengaitkan konsep "Tut Wuri Handayani" dengan kekuatan lokal
sosial budaya di daerah masing-masing, serta dapat mempertimbangkan beberapa hal
berikut:
Mendorong pengembangan hubungan yang erat antara guru dan siswa. Ini dapat mencakup
pembinaan secara personal, mendengarkan permasalahan siswa, dan memberikan dukungan
bagi perkembangan pribadi dan akademis mereka.
b) Mengintegrasikan Kearifan Lokal dalam Pengajaran:
Mengintegrasikan nilai-nilai dan kearifan lokal dalam proses pengajaran. Guru dapat
menggunakan contoh-contoh dan studi kasus yang relevan dengan kehidupan sehari-hari
siswa, membangun koneksi antara pembelajaran di kelas dengan realitas lokal.
Menekankan pada pengajaran etika dan moral yang sesuai dengan nilai-nilai lokal. Hal ini
bisa mencakup pengembangan karakter, integritas, dan rasa tanggung jawab yang dihargai
dalam konteks budaya setempat.
Memberikan ruang untuk kreativitas dan inovasi siswa. Guru dapat memberikan tugas atau
proyek yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi dan
mengembangkan ide-ide mereka sendiri, sejalan dengan nilai-nilai lokal yang mendorong
keberanian dan inovasi.
Membangun keterlibatan orang tua dan komunitas dalam pendidikan. Guru dapat
mengadakan pertemuan dengan orang tua untuk berkomunikasi tentang perkembangan
siswa dan mendengarkan masukan dari komunitas dalam perencanaan kegiatan sekolah.
a) Memberi contoh sikap dan perilaku yang baik kepada siswa, misalnya datang tepat
waktu, berpakaian rapi, bertutur kata santun, dll.
b) Mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai luhur budaya Jawa seperti tepo seliro,
tenggang rasa, dan hormat pada orang tua/guru.
c) Menggunakan metode bercerita untuk menyampaikan nasihat atau pesan moral
kepada siswa.
d) Membiasakan budaya 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) di kelas dan sekolah.
Dengan menerapkan prinsip ini, diharapkan guru dapat memberikan teladan akhlak dan budi
pekerti luhur bagi peserta didik. Ini akan menebalkan karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai
budaya setempat.