Anda di halaman 1dari 6

Kearifan Lokal

Pengertian
kearifan lokal merupakan gagasan yang timbul dan berkembang secara terus-menerus
di dalam sebuah masyarakat berupa adat istiadat, tata aturan/norma, budaya, bahasa,
kepercayaan, dan kebiasaan sehari-hari.

Tujuan
Pendidikan berbasis kearifan lokal bukan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
peserta didik saja, tetapi juga membekali peserta didik dengan keterampilan serta karakter
luhur sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Sistem pembelajaran dalam kurikulum 2013
dirancang terpadu antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya dalam bentuk
tema atau yang biasa dikenal dengan pembelajaran tematik. Kegiatan pembelajaraanya
dibungkus dengan pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan yang dapat mendukung tercapainya kompetensi
peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikomotornya.
Jamal Ma’mur Asmani (2012: 41) yang menyebutkan beberapa tujuan pendidikan
berbasis kearifan lokal yaitu:
a. Agar siswa mengetahui keunggulan lokal daerah tempat tinggal, memahami berbagai
aspek yang berhubungan dengan kearifan lokal tersebut.
b. Mampu mengolah sumber daya, terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan lain yang
berkaitan dengan keunggulan, sehingga memperoleh penghasilan sekaligus melestarikan
budaya, tradisi, dan sumber daya yang menjadi unggulan daerah, serta mampu bersaing
secara nasional dan global.
c. Siswa diharapkan mencintai tanah kelahirannya, percaya diri menghadapi masa depan,
dan bercita-cita mengembangkan potensi lokal, sehingga daerahnya bisa berkembang
pesat seiring dengan tuntutan era globalisasi dan informasi.

Pentingnya Pendidikan berbasis Kearifan Lokal bagi Siswa SD


Pembelajaran yang diterapkan saat ini adalah mengaju pada kurikulum 2013. Adapun
esensi dari kurikulum 2013 adalah tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
peserta didik saja, tetapi juga membekali peserta didik dengan keterampilan serta karakter
luhur sesuai kepribadian bangsa Indonesia. Sistem pembelajaran dalam kurikulum 2013
dirancang terpadu antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya dalam bentuk
tema atau yang biasa dikenal dengan pembelajaran tematik. Kegiatan pembelajaraanya
dibungkus dengan pendekatan saintifik yang meliputi kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan yang dapat mendukung tercapainya kompetensi
peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikomotornya.
Implementasi pembelajaran tematik seharusnya dikaitkan dengan lingkungan peserta
didik yang mengarah kepada tercapainya pengetahuan maupun pengenalan lingkungan
sekitar siswa. Dalam lampiran IV Permendikbud Nomor 81A tahun 2013 ditegaskan bahwa
pembelajaran di sekolah tingkat dasar dikembangkan secara tematik, keterpaduan lintas mata
pelajaran untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan serta mengapresiasi
keragaman budaya lokal. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan
pengintegrasian kearifan lokal dalam pembelajaran.

Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal


Guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan diharapkan dapat merancang
atau mengembangkan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Dalam pengintegrasian ini
tentunya harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, perkembangan peserta
didik, dan juga metode yang digunakan. Langkah yang dapat dilakukan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi keadaan dan potensi daerah
Mengidentifikasi potensi daerah dipandang sangat penting untuk mengetahui potensi atau
keberagaman seperti apa saja yang berkembang dalam daerah tersebut kemudian nantinya
dapatkah diintegrasikan dalam materi pelajaran yang dilaksanakan. Kearifan lokal dapat
ditinjau dari potensi alam daerah tersebut, kepercayaan, potensi sejarah, potensi budaya,
dan lain sebagainya.
b. Menentukan fungsi dan tujuan
Untuk merancang guru harus menentukan fungsi dan tujuan apa yang hendak dicapai
dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal sebagai batasan dan panduan. Fungsi dan
tujuan ini harus dapat mengembangkan pengetahuan, sikap serta keterampilan bagi
peserta didik.
c. Menentukan kriteria dan bahan kajian
Kriteria dan bahan kajian dapat meliputi kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa,
kesediaan sarana dan prasarana yang mendukung, tidak bertentangan dengan nilai luhur
kearifan lokal yang ada serta kelayakan apabila diterapkan.
d. Menyusun rencana pembelajaran
Langkah yang dapat dilakukan adalah penentuan topik keunggulan lokal yang dipilih
sesuai kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator yang dikembangkan. Menelaah
kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator untuk memastikan bahwa inovasi
penyajian konsep sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan. Pengorganisasian
materi atau kompetensi muatan keunggulan lokal ke pembelajaran dan menentukan
evaluasi pembelajaran untuk mengetahui kelayakan pembelajaran.
Langkah-langkah tersebut adalah salah satu cara mengintegrasikan kearifan lokal
dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Melalui integrasi kearifan lokal ini diharapkan siswa
akan memiliki pemahaman tentang kerifan lokalnya sendiri, sehingga menimbulkan
kecintaan terhadap budayanya sendiri dan meningkatnya nilai nasionalisme siswa terhadap
budaya lokalnya akan dapat ditumbuhkan, bahkan ditingkatkan.

Contoh Penerapan Kearifan Lokal di SD


Penerapan kearifan lokal dalam pembelajaran dengan pengintegrasian ke dalam mata
pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler contohnya karawitan, olah pangan lokal, dan seni tari.
a. Karawitan
Siswa yang mengikuti karawitan memainkan alat gamelan dengan dibimbing oleh
pendidik. Kearifan lokal ini dalam artian menanamkan nilai-nilai budaya. Dalam
pengembangannya sekolah dapat menyediakan ruangan khusus untuk dijadikan sebagai
sarana kegiatan ekstrakurikuler karawitan dengan satu set alat karawitan.
b. Olah Pangan Lokal
Guru dapat mengajarkan kegiatan olah pangan lokal, misalnya dengan membuat gethuk dari ubi
ungu. Kegiatan olah pangan lokal memanfaatkan bahan lokal yang ada lingkungan sekitar.
c. Seni Tari
Sekolah dapat menjadikan tari sebagai kegiatan ekstrakulikuler. Siswa nantinya akan
diajarkan tari-tari tradisional oleh pendidik. Siswa dapat menampilkan diri dalam acara-
acara sekolah, misalnya saat wisuda.
Modal Sosial
Pengertian
Modal sosial merupakan kekuatan-kekuatan yang muncul dalam masyarakat, kelompok-
kelompok atau organisasi untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Modal sosial ini
terkadang sulit digambarkan ke dalam bentuk fisik, karena bukan merupakan sesuatu yang
riil, dan sulit untuk sekedar dibayangkan.

Modal Sosial dalam Pendidikan


Modal sosial memiliki pengaruh dalam Pendidikan. Hal tersebut sesuai pernyataan
salah satu sumber terpenting dari social capital dalam masyarakat adalah sistem pendidikan
yang menjadi kekayaan publik di suatu negara (Rusli Yusuf, 2011: hal 22).
Dalam bidang pendidikan, modal sosial merupakan konsep yang berperan dalam
menyelenggarakan sekolah (school performance). Mengingat adanya kebijakan desentralisasi
pendidikan dewasa ini, sekolah dihadapkan pada suatu kondisi dimana para pemegang peran
dalam sekolah harus bekerjasama dan berpartisipasi aktif untuk meningkatkan kualitas
sekolah dalam rangka memperbaiki mutu pendidikan Indonesia. Modal sosial berkaitan
dalam upaya mewujudkan budaya belajar.
Modal sosial dapat mengembangkan pembelajaran, namun belajar bukan semata-mata
hal yang mudah yang diperoleh dari hubungan sosial semata, bahkan mereka (pelaku dalam
pendidikan) melibatkan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki untuk membentuk
hubungan. Modal sosial sekolah sebagai kemampuan sekolah dalam mengelola hubungan
sosial dan kepercayaan yang dilandasi oleh norma yang berlaku dapat memberi sumbangan
dalam mencapai visi dan misi sekolah. Modal sosial yang ada dalam pendidikan, dapat
bermakna bahwa pendidikan merupakan sarana untuk menumbuhkan rasa persatuan. Dengan
adaya rasa persatuan yang tertanam pada diri warga sekolah akan memudahkan sekolah
dalam mencapai tujuan yang telah disepakati Bersama.

Optimalisasi Modal Sosial dalam Pendidikan


Bagi sekolah optimalisasi modal sosial dimulai dari penguatan unsur-unsur modal sosial
itu sendiri yang telah dimiliki oleh sekolah.
a. Lebih berpartisipasi dalam berbagai jaringan sosial (participation and social network)
yang menguatkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan yang dapat dipercayai oleh
masyarakat untuk mengembangkan potensi peserta didik sebagai sumber daya pribadi
yang mampu untuk berbagai dalam komunitas sekolah maupun sekolah.
b. Mengkondisikan interaksi yang heterophilious untuk saling tukar menukar kebaikan agar
peserta didik dapat mengembangkan potensi sumber daya sosialnya (reciprocity).
c. Membangun budaya sekolah untuk mempertahankan ketertiban dan disiplin sosial (social
norm).
d. Menanamkan kepercayaan dan rasa percaya diri dan tanggung jawab serta kerjasama
sebagai modal penting untuk memperkuat modal sosial.
e. Mengembangkan kemampuan pada semua stakeholder sekolah untuk melakukan
tindakan yang proaktif dalam merespon perubahan yang terus terjadi (Huwaida, 2019).

Unsur-Unsur Modal Sosial


a. Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat terbangun dengan seiring banyaknya prestasi sekolah yang
telah diraih dan kualitas sumber daya sekolah yang ada. Hal inilah yang akan
menjadikan bahan pertimbangan-pertimbangan masyarakat untuk menyekolahkan anak-
anaknya mereka ke sekolah tersebut. Kepercayaan ini juga menjadi landasan bagi
hubungan antara sekolah dengan berbagai pihak yang terlibat dalam program-program
sekolah.
b. Nilai/Norma
Nilai dan norma yang ada di sekolah sangatlah penting yang berupa tata tertib
berisi aturan-aturan dan sanksi bagi yang melakukan pelanggaran. Membuat nilai
dan norma unggulan yang dapat dijadikan pembeda dengan sekolah lain adalah nilai dan
norma itu digunakan untuk membangun sumber daya peserta didik dalam membentuk
watak peserta didik.
c. Jaringan Sosial
Jaringan sosial diperoleh dengan cara menjalin relasi-relasi sosial dengan berbagai pihak
yang berasal dari berbagai sumber daya dalam meningkatkan hubungan sosial.
d. Kerja Sama
Kerjasama merupakan relasi yang terjalin antara kepala sekolah dengan guru, guru
dengan guru, guru dengan peserta didik sekolah dengan wali murid dan sekolah
dengan masyarakat. Jadi sekolah harus bisa terus berkembang dalam mengoptimalkan
kerjasama antar sesama.
e. Partisipasi
Partisipasi adalah pelibatan warga sekolah baik kepala sekolah, guru, karyawan, peserta
didik, orang tua untuk membuat sebuah keputusan penting dan menumbuhkan rasa cinta
pada sekolah.

Referensi:
Wahyudi, Agung. "Implementasi Sekolah Berbasis Kearifan Lokal di SD Negeri Sendangsari
Pajangan." Yogyakarta: FTIK UNY (Skripsi) (2014).
Fadli, Muhammad Rijal. "Peran Modal Sosial dalam Pendidikan Sekolah." Equilibrium:
Jurnal Pendidikan 8.2 (2020): 152-161.

Anda mungkin juga menyukai