Anda di halaman 1dari 20

XII.

STUDI KEBIJAKAN TENTANG PENGEMBANGAN KURIKULUM


MUATAN LOKAL DAN EKSTRAKURIKULER

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Baharuddin, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Nisa’atun Nafisah 220101210015

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN 2023

1
XII. STUDI KEBIJAKAN TENTANG PENGEMBANGAN KURIKULUM
MUATAN LOKAL DAN EKSTRAKURIKULER

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sistem pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam
membangun dan mengembangkan potensi sumber daya manusia suatu
bangsa. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya melibatkan pembelajaran
yang efektif di dalam kelas, tetapi juga melibatkan aspek ekstrakurikuler
dan muatan lokal yang relevan dengan konteks sosial, budaya, dan
lingkungan tempat pendidikan berlangsung. Muatan lokal dan
ekstrakurikuler memiliki peran penting dalam memperkaya pengalaman
belajar siswa, memfasilitasi pembelajaran kontekstual, dan mengembangkan
karakter serta kompetensi yang lebih luas.
Kurikulum muatan lokal dan kegiatan ekstrakurikuler dapat
memperkuat identitas budaya, sosial, dan sejarah suatu daerah, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi minat dan
bakat mereka di luar kurikulum inti. Selain itu, pengembangan kurikulum
muatan lokal dan ekstrakurikuler yang tepat juga dapat memberikan
kontribusi positif terhadap pembentukan karakter siswa, meningkatkan
keterampilan sosial, dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi
tantangan global.
Namun, dalam mengimplementasikan kurikulum muatan lokal dan
ekstrakurikuler, seringkali muncul berbagai tantangan dan perbedaan
pendekatan di berbagai negara atau wilayah. Kebijakan pendidikan yang
mendukung pengembangan muatan lokal dan ekstrakurikuler yang efektif
dan relevan menjadi penting untuk memastikan kesetaraan akses dan
kualitas pendidikan di berbagai tempat.
Oleh karena itu, studi kebijakan tentang pengembangan kurikulum
muatan lokal dan ekstrakurikuler menjadi hal yang sangat relevan dalam
konteks pendidikan saat ini. Studi ini akan mengeksplorasi peran, tantangan,
kebijakan yang ada, serta potensi perbaikan dalam pengembangan muatan
lokal dan ekstrakurikuler. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang

2
bagaimana kebijakan dapat mendukung pengembangan ini, diharapkan
pendidikan dapat menjadi lebih inklusif, beragam, dan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan siswa.

2. Rumusan Masalah
Menurut telaah di atas, kami merumuskan poin-poin fokus kajian,
antara lain:
a. Bagaimana konsep pengembangan kurikulum muatan lokal dan
ekstrakurikuler dalam konteks pendidikan saat ini?
b. Apa tujuan kurikulum muatan lokal dan ekstrakurikuler?
c. Bagaimana pengembangan kurikulum muatan lokal dan ekstrakurikuler
di sekolah?

3. Tujuan
Dari ketiga rumusan di atas, tujuan yang diharapkan dari makalah
ini, yaitu :
a. Mengetahui konsep pengembangan kurikulum muatan lokal dan
ekstrakurikuler dalam konteks pendidikan saat ini.
b. Mengetahui tujuan kurikulum muatan lokal dan ekstrakurikuler.
c. Memahami pengembangan kurikulum muatan lokal dan ekstrakurikuler
di sekolah.

3
B. PEMBAHASAN
1. Kurikulum Muatan Lokal
a. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Muatan lokal merupakan
bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada standar isi di
dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (Nasir, 2013). Dari situlah
terindentifikasi pentingnya kurikulum muatan lokal untuk diajarkan di
sekolah sebagai sebuah pelengkap dari sebuah pembelajaran.
Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan dengan
keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Nasir, 2013).
Kegiatan belajar sekolah yang baik dan terstruktur dapat menunjang
kompetensi siswa, dimana dimuat dalam kurikulum muatan lokal dan harus
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan
daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran
yang ada.
Penyampaian materi yang dikaitkan dan menggunakan kondisi yang
ada pada lingkungan tertentu. Seperti yang disampaikan Nurdin Mansur,
Guru haruslah dapat menyesuaikan materi pelajaran yang disampaikan
disekolah dengan kenyataan yang dialami oleh peserta didik dalam
masyarakat dimana dia berada (Alfi, 2021). Dengan demikian dapat
menambah wawasan murid tentang pengetahuan yang terintegrasi dengan
lingkungannya, sumber daya alam, kondisi sosial, dan kebudayaan
setempat.
Oleh sebab itu, mata pelajaran muatan lokal harus memuat
karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat
dan mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya
mampu membekali siswa dengan keterampilan dasar sebagai bekal dalam
kehidupan.

4
5
b. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Menurut Muhaimin dalam (Nasir, 2013), pengembangan kurikulum
muatan lokal di Madrasah bertujuan mengembangkan potensi daerah
sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pendidikan di Madrasah serta
mengembangkan potensi Madrasah sehingga keunggulan kompetetif.
Dengan kurikulum ini diharapkan, siswa di madrasah tidak tercerabut dari
budaya, tradisi dan karakteristik masyarakat yang mengitarinya.
Secara lebih khusus, kurikulum muatan lokal bertujuan:
1) Mengenalkan dan mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan alam,
sosial, dan budayanya
2) Membekali peserta didik dengan kemampuan dan keterampilan serta
pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun
lingkungan masyarakat pada umumnya
3) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-
aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka
menunjang pembangunan nasional serta;
4) Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat
serta dapat membantu mencari pemecahannya.

c. Landasan Kurikulum Muatan Lokal


Pelaksanan Kurikulum muatan lokal (mulok) menjadi
kewenangan pemerintah daerah untuk menetapkannya. Hal ini
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan
Lokal Kurikulum 2013 (Kemdikbud, 2023). Kearifan lokal dan
keunikan budaya yang dimiliki setiap daerah memungkinkan daerah
mengembangkan kurikulum mulok bagi sekolah-sekolah di daerahnya.

6
Dalam lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah disebutkan bahwa penetapan kurikulum mulok
pendidikan menengah dan mulok pendidikan khusus menjadi kewenangan
pemerintah provinsi. Sementara pemerintah kabupaten/kota diberikan
kewenangan menetapkan kurikulum mulok pendidikan dasar, pendidikan
anak usia dini, dan pendidikan nonformal.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 79 Tahun 2014, mulok adalah
bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan
dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik terbentuk pemahamannya terhadap
keunggulan dan kearifan di daerah tempatnya tinggal.
Kemendikbud mendorong pemerintah daerah untuk mendesain
kurikulum mulok yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi daerahnya
masing-masing. Karena kondisi di tiap wilayah di suatu daerah tertentu bisa
berbeda-beda, maka sekolah dapat mengajukan usulan mulok kepada
pemerintah kabupaten/kota. Dari usulan tersebut, pemerintah
kabupaten/kota selanjutnya melakukan analisis dan identifikasi terhadap
usulan sekolah, melakukan perumusan kompetensi dasar, dan menentukan
tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap kompetensi dasar.
Pemerintah kabupaten/kota kemudian menetapkan apakah mulok itu
menjadi bagian dari muatan pembelajaran atau menjadi mata pelajaran yang
berdiri sendiri. Jika telah ditetapkan, mulok tersebut selanjutnya diusulkan
kepada pemerintah provinsi untuk kemudian ditetapkan sebagai mulok yang
diberlakukan di wilayahnya.
d. Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
Menurut sejarah, sebelum ada sekolah formal, pendidikan yang
berprogram muatan lokal telah dilaksanakan oleh para orang tua peserta
didik dengan metode drill dan dengan trial and error serta berdasarkan
berbagai pengalaman yang mereka alami (Alfi, 2021). Tujuannya yaitu agar
mereka dapat mandiri dalam kehidupan. Pada statemen ini kita bisa
mendapat gambaran sebenarnya muatan lokal dulu berjalan seperti apa, dan
sekarang pun tampaknya tidak jauh berbeda.

7
Kemendikbud terus mendorong penerapan mulok pada satuan
pendidikan yang dapat berupa seni budaya, prakarya, pendidikan jasmani,
olahraga, dan kesehatan, bahasa, dan/atau teknologi. Yang perlu dipahami,
muatan pembelajaran dalam mulok merupakan kajian terhadap keunggulan
dan kearifan daerah tempat tinggal. Keberadaan muatan lokal merupakan
bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar
penyelenggaraan pendidikan di masing-masing daerah lebih meningkat
relevansinya terhadap kebutuhan daerah yang bersangkutan.
Penerapan kurikulum muatan lokal dapat memberikan bekal
pengetahuan, keterampilan, pembentukan sikap dan perilaku siswa, berupa
wawasan tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat
(Sholichah, 2008). Dengan bekal tersebut diharapkan siswa mampu
mengembangkan serta melestarikan sumber daya alam dan kebudayaan
yang ada di sekelilingnya. Dalam menjalankan muatan lokal, penentuan isi
dan bahan pelajaran muatan lokal didasarkan pada kondisi lingkungan dapat
berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri.
Sebagaimana pelajaran yang berdiri sendiri, maka muatan lokal juga
memiliki alokasi waktu sendiri. Terkait materi, standart kompetensi dan
kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan tersendiri. Implementasi kebijakan pembelajaran muatan lokal
budaya daerah di satuan pendidikan dasar perlu dianalisis agar terlihat
output dan outcomenya bagi peningkatan kualitas pembelajaran mulok di
daerah (Alfi, 2021).
Selain itu, proses pelaksanaan kebijakan tersebut harus diverifikasi
dan dievaluasi agar diperoleh informasi terhadap aspek-aspek yang
berpengaruh, serta menemukan alternatif solusi terhadap berbagai masalah.
Dengan demikian, upaya ini dapat berkontribusi positif dalam aspek
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pencapaian tujuan. Berdasarkan
dengan yang ada dalam Permendikbud bahwa Satuan pendidikan (guru,
kepala sekolah, komite sekolah/ madrasah) dalam mengembangkan
materi/substansi/program muatan lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan
potensi di sekitarnya.

8
e. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
Untuk melangkah pada pengembangan tentunya memerlukan evaluasi
terlebih dahulu untuk mengetahui hasil dari proses jalannya suatu program.
Pengembangan Muatan Lokal dilakukan dengan dua arah pengembangan
dalam muatan lokal, yaitu pengembangan untuk jangka jauh agar para siswa
dapat melatih keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan harapan yang
nantinya dapat membantu dirinya, keluarga, masyarakat dan akhirnya
membantu pembangunan nusa dan bangsanya (Alfi, 2021).
Muatan lokal dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dengan bahan
yang tercantum pada intra kurikuler, misalnya mata pelajaran kesenian dan
ketrampilan, bahasa daerah (Basari, 2014). Sedang bahan muatan lokal yang
dilaksanakan secara ekstra kurikuler bahan dikembangkan dari pola
kehidupan dalam lingkungannya. Karena bahan muatan lokal sifatnya
mandiri dan tidak terikat oleh pusat, maka peranan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran dalam muatan lokal ini sangat
menentukan.
Pengembangan Muatan Lokal berjalan pada beberapa prinsip yang
terkandung dalam Permendikbud nomor 79 tahun 2014 yaitu:
1) Kesesuaian dengan perkembangan peserta didik. tentunya sesuai dengan
umur dan materi yang sesuai dengan kemampuan berfikirnya.
2) Keutuhan kompetensi.
3) Fleksibilitas jenis, bentuk, dan pengaturan waktu.
4) Kebermanfaatan untuk kepentingan nasional dan menghadapi tantangan
global. Pengembangan muatan lokal oleh satuan pendidikan dilakukan
oleh tim pengembang kurikulum setempat yang juga melibatkan unsur
komite sekolah serta pihak yang terlibat.
Terkait tahapan pengembangan muatan lokal juga sudah dipaparkan
dalam Permendikbud nomor 79 tahun 2014 yaitu sebagai berikut:
1) Analisis konten lingkungan alam, sosial, dan budaya. Identifikasi konteks
ciri khas, potensi, keunggulan, kearifan lokal, dan kebutuhan/tuntutan
daerah.

9
2) Identifikasi muatan lokal. Menentukan jenis muatan lokal yang akan
dikembangkan.
3) Perumusan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal. kesesuaian
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
4) Penentuan tingkat satuan pendidikan yang sesuai untuk setiap
kompetensi dasar
5) Pengintegrasian kompetensi dasar ke dalam muatan pembelajaran yang
relevan
6) Penetapan muatan lokal sebagai bagian dari muatan pembelajaran atau
menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri
7) Penyusunan silabus; dan penyusunan buku teks pelajaran.

Sedangkan untuk melihat hasil dari pengembangan muatan lokal tersebut


terdapat evaluasi yang dilakukan mencakup beberapa komponen yaitu
sebagai berikut:
1) Evaluasi program. Mencakup sarana dan dana yang diperlukan,
dukungan pemerintah daerah dan masyarakat untuk menunjang
pelaksanaan muatan local
2) Evaluasi Proses. Mencakup proses pembelajaran dilihat dari relevansi
muatan lokal dengan kurikulum nasional, efesiensi dalam mencapai
tujuan belajar
3) Evaluasi Produk. Mencakup hasil belajar peserta didik seperti perubahan
sikap, dan keterampilan terkait materi muatan lokal, serta dampaknya
terhadap lingkungan.

10
2. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
a. Pengertian Kegiatan Ekstrakurikuler
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah ekstrakurikuler
merupakan kegiatan yang bersangkutan di luar kurikulum atau di luar
susunan rencana pelajaran. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan
ekstrakurikuler mengandung pengertian yang menunjukan segala macam
aktifitas di sekolah atau lembaga pendidikan yang dilaksanakan di luar jam
pelajaran.
Kegiatan ekstrakurikuler ada pada setiap jenjang pendidikan dari
sekolah dasar usia 4 sampai 6 tahun, sekolah menengah tingkat pertama dan
atas sampai akademik dan universitas (Al-Kansa & Furnamasari, 2023).
Kegiatan ini diadakan secara swadaya dari pihak sekolah maupun siswa-
siswi itu sendiri untuk merintis kegiatan di luar jam pelajaran sekolah.
Adanya kegiatan ini ditujukan agar siswa maupun mahasiswa dapat
mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuannya di berbagai bidang
di luar bidang akademik.
Kualitas kegiatan ekstrakurikuler di suatu lembaga pendidikan
menjadi salah satu indikator kualitas pendidikan didalamnya secara
menyeluruh. Ekstrakurikuler seakan menjadi brand image bagi
sekolah/madrasah yang akan meningkatkan bargaining price kepada calon
peminatnya. Dibuktikan bahwa dalam sekolah-sekolah unggulan
ekstrakurikuler mendapatkan prioritas utama dalam rangka mengangkat
prestige sekolah yang dikelolanya (Sundari, 2021).
Adanya persaingan yang ketat di bidang ekstrakurikuler yang terjadi
di dunia pendidikan belakangan ini menjadi bukti bahwa sekolah harus
berusaha keras agar sekolah mampu mengelola kegiatan pendidikan secara
baik dan bermutu tinggi. Pengelola lembaga pendidikan diharapkan mampu
mengantarkan anak didiknya menjadi siswa berprestasi di banyak bidang
dalam ajang lomba yang diadakan untuk tingkat para pelajar, baik secara
akademik maupun non akademik. Karena sekolah yang mampu menjadi
juara, dialah yang akan mendapatkan kepercayaan lebih banyak dari
masyarakatnya (Suyitno, 2021).

11
b. Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan agar siswa dapat mengembangkan
minat dan bakat siswa (Mahfud et al., 2020). Dalam makna yang lain
peranan ekstrakurikuler ini dapat memperluas pengetahuan, mengenal
hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat,
serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya bagi siswa.

Selain itu, tujuan kegiatan ekstrakurikuler untuk siswa adalah sebagai


berikut (M. Yahya, 2019) :

1) Memperdalam dan memperluas pengetahuan, mengenal


hubungan antara berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan
minat, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya dalam
arti: a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, b)
Berbudi pekerti luhur, c) Memiliki pengetahuan dan ketrampilan, d)
Sehat jasmani dan rohani, e) Berkepribadian yang mantap dan
mandiri, dan f) Memiliki rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
2) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan pengetahuan siswa
beraspek kognitif dan psikomotor.
3) Mengembangkan bakat serta Partisipasi Siswa dalam upaya
membina pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif

c. Bentuk kegiatan ekstrakurikuler


Berikut ini merupakan macam-macam bentuk kegiatan ekstrakurikuler
yang telah diatur dalam (Permendikbud, 2019) bahwa kegiatan
ekstrakurikuler terdiri dari:
a) Kegiatan ekstrakurikuler wajib.
Yaitu Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh
satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh peserta didik
(Permendikbud, 2019). Kegiatan ekstrakurikuler yang wajib ini adalah
kepramukaan. Pendidikan kepramukaan ini ditujukan untuk peserta didik

12
baik yang berada pada tingkatan SD/MI, SMP/MTs, sampai dengan
tingkatan SMA/MA, SMK/MAK.
Dalam pelaksanaannya, biasanya bisa juga bekerja sama dengan
satuan pramuka setempat/terdekat dengan acuannya didasarkan pada
pedoman Operasi Standar Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan
ekstrakurikuler wajib.
b) Kegiatan ekstrakurikuler Pilihan
Yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang dikembangkan dan
diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai bakat dan minat peserta
didik (Permendikbud, 2019). Program kegiatan ekstrakurikuler pilihan
yang dalam pelaksanaannya diatur oleh satuan pendidikan sendiri dengan
disesuaikan pada apa yang menjadi bakat dan keinginan dari peserta
didik. Contoh kegiatan ekstrakurikuler pilihan diantarannya yaitu:
pertama, krida selain kepramukaan diantaranya yaitu kegiatan Latihan
Kepemimpinan Siswa (LKS), kegiatan Palang Merah Remaja (PMR),
kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), kegiatan Pasukan Pengibar
Bendera (Paskibra).
Kedua, karya ilmiah diantaranya yaitu kegiatan ilmiah remaja
(KIR), kegiatan penguasaan terhadap keilmuan dan kecakapan akademik,
riset dan lainnya. Ketiga, latihan dalam pengolahan bakat dan minat,
diantaranya yaitu pengembangan bakat dalam bidang olah raga, seni dan
budaya, pecinta alam, jurnalistik, teater, TIK, serta rekayasa dan lainnya.
Keempat, dalam bidang keagamaan misalnya pesantren kilat, pelatihan
dakwah keagamaan, Baca Tulis al-Qur’an, retreat dan lain sebagainya.
Kelima, bentuk kegiatan lainnya sesuai analisis kebutuhan sekolah.
d. Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler
Pengembangan ekstrakurikuler memungkinkan siswa untuk
mengembangkan minat, bakat, dan keterampilan tambahan yang mungkin
tidak tercakup dalam pembelajaran klasikal. Ini juga memberikan
kesempatan bagi siswa untuk mengasah keterampilan sosial, kepemimpinan,
dan kerjasama dalam lingkungan yang berbeda. Namun, pengembangan
ekstrakurikuler bukanlah tugas yang sederhana. Perlu perencanaan yang

13
cermat, alokasi sumber daya yang memadai, dan keterlibatan guru dan staf
sekolah yang mendukung. Dengan pengembangan yang tepat,
ekstrakurikuler dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mengeksplorasi
minat mereka, memperkuat kompetensi, dan membentuk karakter yang
lebih holistic (H.E. Mulyasa, 2020).
Dalam pengembangan kegiatan serta pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler tanggung jawab serta wewenang penuh ada pada satuan
pendidikan. Sehingga dalam pelaksanaan perlu adanya sebuah aturan dari
satuan pendidikan yang mana dalam mengambil keputusannya diadakan
melalui rapat satuan pendidikan yang juga melibatkan berbagai pihak.
Selain itu, dalam pelaksanaannya harus didukung pula dengan adanya
pembina, adanya sarana dan prasarana.
Sarana satuan pendidikan diartikan sebagai segala sesuatu yang
dibutuhkan dalam rangka untuk membantu pelaksanaan proses pendidikan
dalam satuan pendidikan yang bisa berupa kebutuhan fisik, sosial, dan
kultural. Sedangkan dalam unsur prasarana diantaranya yaitu: gedung,
prasarana dalam bidang olahraga, prasarana dalam bidang kesenian, serta
prasarana penunjang yang lainnya.
Berikut ini merupakan pola dalam mengembangkan kegiatan
ekstrakurikuler, yaitu sebagai berikut:
1) Analisis Kebutuhan
Tahapan awal yang seharusnya dilakukan oleh satuan pendidikan
adalah dengan menganalisis apa yang menjadi kebutuhan dari kegiatan
ekstrakurikuler. Dalam kegiatan ini, dengan melibatkan berbagai macam
pihak diantaranya yaitu kepala sekolah, guru, pengawas, tenaga
kependidikan, komite/orang tua atau pemangku kepentingan yang
lainnya. Dalam kegiatan ini, menjadi penting dilakukan untuk
menentukan apa saja yang menjadi kebutuhan serta keinginan dari
peserta didik, sarana apa saja yang telah dimiliki oleh pihak sekolah,
serta kesiapan dari sumber daya manusianya, dan lain-lain.
Sedangkan diantara berbagai hal yang menjadi penting untuk
menjadi perhatian ketika menganalisis kebutuhan yang berkenaan dalam

14
mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler diantaranya yaitu sebagai
berikut: a) merancang kembali beberapa program dari pengembangan
ekstrakurikuler untuk selanjutnya menganalisisnya dengan beberapa
kegiatan yang sudah ada untuk kemudian dicari apa yang menjadi
kesenjangannya dengan kegiatan yang diinginkan. b) merumuskan
sasaran mutu yang ingin dicapai untuk kemudian melakukan analisis
terhadap kepengelolaan dalam masing-masing unit kegiatan. c)
menentukan apa saja yang menjadi faktor yang mendukung serta faktor
yang menghambat. d) menerapkan apa yang strategi dalam rangka untuk
mewujudkan kegiatan ekstrakurikuler, misalnya seperti membina
kerjasama internal dan kemitraan eksternal, pengembangan kapasitas,
serta pemberdayaan terhadap sistem informasi. e) mengadakan kegiatan
penilaian secara terusmenerus dengan berdasarkan titik tolak yang jelas
sehingga nantinya bisa melakukan perbaikan setelahnya.
2) Menetapkan jenis kegiatan ekstrakurikuler
Ketika akan menetapkan jenis kegiatan ekstrakurikuler bisa
dilakukan dengan cara menelusuri atau menyaringan terhadap apa yang
menjadi potensi, keinginan, bakat, motivasi dan kecakapan peserta didik
dengan tetap mempertimbangkan dari adanya kuota untuk peserta didik
dalam masing-masing program kegiatan ekstrakurikuler yang nantinya
akan dilaksanakan. Dalam kegiatan penyaringan ini bisa dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya yaitu test, angket,
wawancara/penawaran tertentu.
Untuk selanjutnya, nanti sekolah juga akan melakukan
pengelompokkan siswa dengan jumlah tertentu berdasarkan pada kuota
siswa yang dianggap berhak untuk mengikuti jenis program kegiatan
ekstrakurikuler yang nantinya akan dilaksanakan. Dalam tahapan ini,
sekaligus akan ditentukan siapa-siapa saja yang nantinya akan menjadi
pembina atau pelatih. Hal ini diperlukan dengan tujuan supaya dalam
pendistribusian sumber daya manusia yang ada dapat dilakukan secara
merata.
3) Penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler

15
Ketika akan mengembangkan program kegiatan ekstrakurikuler,
masing-masing dari satuan pendidikan diwajibkan untuk melakukan
penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler yang mana kegitan
tersebut juga bagian dari Rencana Kerja Sekolah. Dalam pengembangan
penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler harus tetap mengacu pada
penggunaan dari sumber daya bersama yang terdapat dalam gugus/klaster
sekolah.
Dalam penyusunan program kegiatan ekstrakurikuler, setidaknya
memuat beberapa hal diantaranya yaitu: a) penjelasan dan tujuan umum;
b) pendeskripsian dari masinh-masing jenis program kegiatan; c)
Pengelolaan; d) Pendanaan; dan e) Evaluasi.
4) Pelaksanaan
Dalam menetukan pelaksanaan dari program kegiatan
ekstrakurikuler, harus di atur supaya tidak bertentangan atau menjadi
hambatan dalam pelaksanaan dari program intrakurikuler dan juga
kokurikuler. Dalam merancang jadwal kegiatan ekstrakurikuler dilakukan
oleh pembina yang mana mendapat arahan langsung dari kepala
sekolah /madrasah maupun wakil kepala sekolah/ madrasah yang
dilaksanakan di masa awal tahun pelajaran.
Dalam pelaksanaan program kegiatan ekstrakurikuler, setidaknya
terdapat beberapa hal diantaranya yaitu: a) nama kegiatan, hal ini
disesuaikan berdasarkan susunan dari program kerja yang telah dilakukan
sebelumnya. b) mengadakan berbagai perlengkapan dan peralatan yang
dibutuhkan dengan tetap disesuaikan pada masing-masing tahapan
kegiatan. c) pengadaan pelaksana kegiatan. d) kegiatan awal, dalam hal
ini kegiatan dilakukan lebih kepada persiapan peserta didik untuk
melaksanakan kegiatan inti. e) kegiatan inti, yaitu disesuaikan dengan inti
yang ingin dicapai dalam tujuan kegiatan tersebut. f) kegiatan akhir. g)
penilaian, yaitu menilai hasil akhir dan beberapa proses penyelenggaraan
dari masing-masing tahapan pelaksanaan kegiatan. Proses dan mutu dari
apa yang telah dicapai peserta didik berkaitan dengan kegiatan yang
dimaksud.

16
5) Monitoring dan Penilaian
Sesuai dengan hasil dari monitoring serta evaluasi yang telah
dilaksanakan pada tiap-tiap semester, selanjutnya satuan pendidikan
berhak menambah atau bahkan mengurangi ragam kegiatan yang
dilakukan dalam ektrakurikuler sehingga dapat dijadikan acuan dalam
memperbaikan pedoman program kegiatan yang akan diberlakukan untuk
tahun ajaran berikutnya.
Dalam memonitoring serta mengevaluasi program kegiatan
ekstrakurikuler, ada beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelumnya,
yaitu sebagai berikut: a) menyusun beberapa program evaluasi. b)
mengadakan beberapa informasi yang di dapat dari beragam sumber yang
ada kaitannya dengan apa yang telah direncanakan serta penerapannya
dalam program. c) melakukan analisis terhadap aspek apa saja yang
berhubungan dengan faktor-faktor yang menunjang keberhasilan serta
kegagalan dalam mencapai program yang dituju. d) rekomendasi yang
beragam disesuaikan dengan dilaksanakannya waktu evaluasi.
Dalam program kegiatan ekstrakurikuler nantinya juga diadakan
penilaian terhadap peserta didik berkaitan dengan kinerjanya ketika
mengikuti program kegiatan ekstrakurikuler yang pelaksanaannya
dilakukan secara kualitatif. Dalam penentuan indikator keberhasilan
peserta didik didasarkan pada proses serta keikutsertaan peserta didik.
dalam program kegiatan ekstrakurikuler wajib masing-masing peserta
didik harus memperoleh nilai yang memuaskan. Sedangkan dalam
program kegiatan ekstrakurikuler pilihan, penilaian terhadap peserta
didik tertuang dalam buku rapor. Dan indikator penilaiannya didasarkan
pada keikutsertaan serta prestasi peserta didik dalam mengikuti masing-
masing program kegiatan ekstrakurikuler.

17
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah di atas adalah:
1. Muatan lokal adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan
pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan
keunikan lokal. Maksudnya adalah sebuah program pendidikan di sekolah
dalam memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang
kekhususan yang ada di lingkungannya.
2. Dalam menjalankan muatan lokal, penentuan isi dan bahan pelajaran muatan
lokal didasarkan pada kondisi lingkungan dapat berupa mata pelajaran yang
berdiri sendiri. Sebagaimana pelajaran yang berdiri sendiri, maka muatan
lokal juga memiliki alokasi waktu sendiri. Terkait materi, standart
kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan tersendiri.
3. Pengembangan muatan lokal oleh satuan pendidikan dilakukan oleh tim
pengembang kurikulum setempat yang juga melibatkan unsur komite
sekolah serta pihak yang terlibat.
4. Terkait tahapan pengembangan muatan yaitu sebagai berikut; Analisis
konten lingkungan, identifikasi muatan lokal, perumusan kompetensi dasar,
penentuan materi, dan penyusunan silabus.
5. Kegiatan ekstrakurikuler atau disingkat eskul telah menjadi bagian inheren
dari program kurikuler di sekolah.
6. Kegiatan ekstrakurikuler terdiri dari dua bentuk yaitu kegiatan
ekstrakurikuler wajib dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Berbagai jenis
kegiatan ekstrakurikuler yang berjalan di sekolah umumnya meliputi
kepramukaan, latihan kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja,
seni, olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, dan keagamaan.
7. Dalam rangka melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler , secara normatif
perlu dibuat tahapan tahapan mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

18
pengawasan dan penilaian. Hasil dari tahap-tahap yang dilaporkan secara
tertulis akan sangat membantu bagi kelangsungan kegiatan ekstrakurikuler
itu sendiri.

DAFTAR RUJUKAN
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Al-Kansa, B. B., & Furnamasari, Y. F. (2023). Mengembangkan Minat Dan Bakat
Siswa Yang Belum. Jumek : Jurnal Manajemen Dan Ekonomi Kreatif, 1(3).
Alfi, D. Z. (2021). Studi Kebijakan Tentang Kurikulum Pengembangan Muatan
Lokal. Rabbani: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(1), 1–14.
https://doi.org/10.19105/rjpai.v2i1.4140
Basari, A. (2014). Penguatan Kurikulum Muatan Lokal dalam Pembelajaran di
Sekolah Dasar. Seminar Nasional Ilmu Pendidikan UNS, Surakarta,
Indonesia.
H.E. Mulyasa. (2020). Guru Penggerak Merdeka Belajar (L. I. Darojah (ed.)).
Bumi Aksara.
Kemdikbud. (2023). Kurikulum Muatan Lokal Jadi Kewenangan Pemda untuk
Tetapkan. Jendela Pendidikan Dan Kebudayaan.
https://jendela.kemdikbud.go.id/v2/fokus/detail/kurikulum-muatan-lokal-
jadi-kewenangan-pemda-untuk-tetapkan#:~:text=Kurikulum muatan lokal
(mulok) menjadi,tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.
M. Yahya, A. (2019). TANGGAPAN SISWA TERHADAP MANFAAT
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DALAM
PENGEMBANGAN PRESTASI DAN POTENSI DIRI. Jurnal Sosial
Humaniora (JSH), 02, 1.
Mahfud, I., Gumantan, A., & Nugroho, R. A. (2020). Pelatihan Pembinaan
Kebugaran Jasmani Peserta Ekstrakurikuler Olahraga. Wahana Dedikasi :
Jurnal PkM Ilmu Kependidikan, 3(1), 56.
https://doi.org/10.31851/dedikasi.v3i1.5374
Nasir, M. (2013). Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Dalam Konteks
Pendidikan Islam Di Madrasah. HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, 10(1), 1.
https://doi.org/10.24239/jsi.v10i1.12.1-18

19
Permendikbud, 2014. (2019). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2014 Tentang Pendidikan
Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. Permendikbud No 63 Tahun 2014, 53(9),
1689–1699. www.journal.uta45jakarta.ac.id
Sholichah, N. I. Y. I. N. (2008). KONSEP KURIKULUM MUATAN LOKAL
KEAGAMAAN SOLUSI PENINGKATAN PEMAHAMAN AGAMA
ISLAM. ILJ: Islamic Learning Journal (Jurnal Pendidikan Islam) Prodi PAI
STIT Al-Urwatul WUtsqo Jombang, 1.1, 120–143.
Sundari, A. (2021). Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler Dalam Meningkatkan
Prestasi Non Akademik Siswa. Munaddhomah: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 2(1), 1–8. https://doi.org/10.31538/munaddhomah.v2i1.45
Suyitno, S. (2021). Peningkatan Daya Saing Madrasah Melalui Optimalisasi
Program Ekstrakurikuler. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(4), 1161–
1169. https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/518

20

Anda mungkin juga menyukai