1510631120078@student.unsika.ac.id
ABSTRAK
1
THE APPLICATION OF THE CURRICULUM OF LOCAL RELIGIOUS
CONTENT IN IMPROVING THE RELIGIOUS ATTITUDES OF STUDENTS
IN MTS. NIHAYATUL AMAL PURWASARI KARAWANG
1510631120078@student.unsika.ac.id
ABSTRACT
2
A. PENDAHULUAN
Agar tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal maka harus ada
peningkatan pada kurikulum pendidikan, seperti yang dikemukankan Mulyasa (2007:
271) bahwa kurikulum sebagai rancangan pendidikan memiliki kedudukan yang
sangat sentral dalam seluruh kegiatan pembelajaran, yang menentukan proses dan
hasil belajar. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam pembelajaran,
pembentukan kompetensi dan kepribadian peserta didik dalam perkembangan
kehidupan masyarakat pada umumnya, maka pembinaan dan pengembangan
kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan tetapi memerlukan landasan
yang kokoh dan kuat.
Sebagai tindak lanjut dari kurikulum yang disesuiakan dengan keadaan serta
kebutuhan lingkungan dan ciri khas satuan pendidikan hal tersebut merupakan
muatan lokal dan sejauh mungkin melibatkan kemampuan dan keterampilan yang
relevan dengan kebutuhan lokal mungkin akan melibatkan peran serta masyarakat
dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Dengan kurikulum muatan lokal setiap
sekolah diharapkan mampu mengembangkan program pendidikan tertentu yang
sesuai dengan keadaan dan tuntutan lingkungan (E. Mulyasa, 2017: 40).
3
Dari uraian permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Keagamaan dalam
Meningkatkan Sikap Religius Siswa di Madrasah Tsanawiyah Nihayatul Amal
Purwasari Karawang”.
Bersadarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: Bagaimana penerapan kurikulum muatan lokal keagamaan dalam
meningkatkan sikap religius siswa di Madrasah Tsanawiyah Nihayatul Amal
Purwasari Karawang?; Apa faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan
kurikulum muatan lokal keagamaan dalam meningkatkan sikap religius siswa di
Madrasah Tsanawiyah Nihayatul Amal Purwasari Karawang?
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis akan merumuskan tujuan
masalah sebagai berikut: Untuk mengetahui penerapan kurikulum muatan lokal
keagamaan dalam meningkatkan sikap religius siswa di Madrasah Tsanawiyah
Nihayatul Amal Purwasari Karawang; untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor
penghambat penerapan kurikulum muatan lokal keagamaan dalam meningkatkan
sikap religius siswa di Madrasah Tsanawiyah Nihayatul Amal Purwasari Karawang.
A. KAJIAN TEORI
1. Kurikulum Muatan Lokal Keagamaan
Kurikulum muatan lokal adalah kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan dan
kebutuhan lingkungan. Bahan kajian dan bahan pelajaran kurikulum ini. Ditetapka di
daerah dan disesuaikan dengan keadaan alam, soaial, ekonomi, budaya, serta
kebutuhan pembangunan daerah. Bahan kajian tesebut perlu dipelajari siswa yang
berada di daerah bersangkutan (dalam Rahmat Saputra 2017: 8-9).
4
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak pada berbagai tujuan, kandungan,
metode, alat, dan tekniknya.
2. Memiliki perhatian yang luas dan kandungan yang menyeluruh.
3. Memiliki keseimbangan antara kandungan kurikulum dari segi ilmu dan seni,
kemestian, pengalaman, dan kegiatan pengajaran yang beragam.
4. Berkecenderungan pada seni halus, aktivis pendidikan jasmani, latihan militer,
pengetahuan teknik, latihan kejuruan, dan bahasa asing untuk perorangan
maupun bagi mereka yang memiliki kesediaan, bakat, dan keinginan.
5. Keterkaitan kurikulum dengan kesediaan, minat, kemampuan, kebutuhan, dan
perbedaan perorangan di antara mereka (dalam Mujamil Qomar, 2007: 151).
Menurut Rusman (2012: 405) Ruang lingkup muatan lokal adalah sebagai
berikut:
a. Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah. Keadaan daerah adalah segala sesuatu
yang terdapat didaerah tertentu yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan
alam, lingkungan sosial ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan
daerah adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah,
khususnya untuk kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan
masyarakat tersebut, yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta
potensi daerah yang bersangkutan. Kebutuahan daerah tersebut misalnya
kebutuhan untuk:
1) Melestarikan dan mengembangan budaya daerah;
2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu, sesuai
dengan keadaan perekonomian daerah;
3) Meningkatkan penguasan bahasa Inggris untuk keperluan sehari-hari dan
penunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajar lebih lanjut
(belajar sepanjang hayat);
4) Meningkatkan kemampuan berwirausaha.
b. Lingkup isi/jenis muatan lokal, dapat berupa bahasa daerah, bahasa inggris,
kesenian daerah, keterampilan dan kerajianan daerah, adat istiadat, dan
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal
yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan (Rusman, 2012: 405).
Menurut Zainal Arifin dalam Suparta (2016: 99) tujuan muatan lokal dibagi dua
bagian sebagai berikut:
a. Secara umum tujuan muatan lokal adalah untuk mempersiapkan peserta didik
agar memiliki wawasan yang luas dan mantap tentang kondisi lingkungan,
keterampilan fungsional, sikap dan nilai-nilai, bersedia melestarikan dan
5
mengembangkan sumber daya alam, serta meningkatkan kualitas sosial dan
budaya daerah sesuai dengan pembangunan daerah dan pembangunan nasional.
b. Secara khusus tujuan muatan lokal adalah pertama, peserta didik belajar dengan
mudah tentang lingkungan dan budaya didaerah serta dalam diaplikasikan
dengan kehidupan nyata. Kedua, peserta didik dapat memanfaatkan sumber
pembelajaran setempat untuk kepentingan pembelajaran sekolah. Ketiga, lebih
dekat dengan lingkungan, budaya dan alam sekitarnya. Keempat, dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kelima, melatih peserta didik
mandiri. Keenam, dapat menerapkan pengetahan dan keterampilan yang
dipelajarinya. Ketuju, dapat memotivasi siswa agar mau melestarikan budaya dan
lingkungannya.
2. Sikap Religius
Menurut Ngalim Purwanto dalam Futikhatus Sholihah (2016: 17) sikap atau
attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang, suatu kecenderungan
untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang
terjadi. Dari batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam pengertian sikap telah
terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan
suatu tingkahlaku, tindakan yang relevan dan setabil berlaku terus menerus
bertingkahlakau atau bereaksi dengan suatu cara yang berbeda dengan orang lain.
Sikap keagamaan merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap
agama. Sikap keagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antara kepercayaan
terhadap agama sebagai unsur kognitif, perasaan terhadap agama sebagai unsur
efektif dan perilaku terhadap agama sebagai unsur konatif. Jadi, sikap keagamaan
merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan agama, perasaan agama
serta tindak keagamaan dalam diri seseorang (Jalaluddin, 2016: 223).
Menurut Gay Hendrick dan Kate Ludeman dalam Ari Ginanjar, terdapat
beberapa sikap religius yang tampak dalam diri sesorang dalam menjalankan
tugasnya, diantaranya:
a. Kejujuran
Rahasia untuk meraih sekses menurut mereka adalah dengan selalu berkata jujur.
Mereka menyadari, justru ketidak jujuran kepada pelanggan, orang tua, pemerintah
dan masyarakat, pada akhirnya akan mengakibatkan diri mereka sendiri terjebak
dalam sesulitan yang berlarut-larut. Total dalam kejujuran menjadi solusi, meskipun
kenyataan behitu pahit.
b. Keadilan
Salah satu skill seseorang yang religius adalah mampu bersikap adil kepada
semua pihak, bahkan saat ia terdesak sekalipun. Mereka berkata, “pada saat saya
berlaku tidak adil, berarti saya telah mengganggu keseimbangan dunia.
6
c. Bermanfaat bagi orang lain
Hal yang merupakan salah satu bentuk sikap religius yang tampak dari diri
seseorang, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.: “Sebaik-baiknya manusia
adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lain”.
d. Rendah Hati
Sikap rendah hati merupakan sikap yang tidak sombong mau mendengarkan
orang lain dan tidak memaksa kehendaknya. Dia tidak merasa bahwa dirinyalah yang
selalu benar mengingat kebenaran juga selal ada pada diri orang lain.
e. Bekerja Efisien
Mereka mampu memutuskan semua perhatian mereka pada pekerjaan saat itu,
dan begitu juga saat mengerjakanpekerjaan selanjutnya. Mereka menyelesaikan
pekerjaannya dengan santai, namun mampu memusatkan perhatian mereka saat
belajar dan bekerja.
f. Visi ke Depan
Mereka mampu mengajak orang ke adalam angan-angannya. Kemudian
menjabarkan begitu terinci, cara-cara untuk menuju kesan. Tetapi pada saat yang
sama ia dengan menatap mantap realitas masa kini.
g. Disiplin Tinggi
Mereka sangatlah disiplin. Kedisiplinan mereka tumbuh dari semangat penuh
gairah dan kesadaran, bukan dari keharusan atau keterpaksaan.
h. Keseimbangan
Seseorang memiliki sifat religius sangat menjaga keseimbangan hidupnya,
khusnya empat aspek inti dalam kehidupannya, yaitu: keintiman, pekerjaan,
komunitas dan spiritualitas (Asmaun Sahlan, 2009:67).
B. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif. Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer
dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapat data yang mendalam, suatu data
yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang
7
merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian
kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna
(Sugiyono, 2016: 9).
8
waktunya 2 jam/ minggu dilaksanakan pembelajarannya selama 2 tahun, dan mata
pelajaran nahwu alokasi waktunya 2 jam/ minggu dilaksanakan pembelajaran 1 tahun.
Dalam peroses pembelajaran di dalam kelas mencakup perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
a. Perencanaan
Dalam perencanaan pembelajaran muatan lokal keagamaan, bisa dilihat dari
beberapa perencanaan mata pelajaran tauhid, ta’lim dan nahwu yang berbeda-beda,
dalam perencanaan awal setiap guru mata pelajaran tidak membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), mata pelajaran tauhid, ta’lim dan nahwu hanya
membuat materi yang dipersiapkan untuk pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran penulis dapat menganalisis, dalam pelaksanaan
pembelajaran di awali dengan membaca do’a bersama dan membaca hadiah terhadap
pengarang kitab, metode yang dilakukan macam-macam diantaranya metode tanya
jawab, ceramah, bandhongan tergantung guru pengampu.
c. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dengan tes lisan dan tes tulis. Tes lisan dilaksanakan pada saat
pelaksanaan pembelajaran dan tes tulis dilaksanakan sesuai dengan jadwal akhir
semester atau ujian tengah semester, serentak dengan mata pelajaran lain.
Faktor pendukung dan faktor penghambat
Faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan kurikulum muatan lokal
keagamaan dalam meningkatkan sikap religius siswa di MTs. Nihayatul Amal
Purwasari Karawang. Untuk lebih jelasnya peneliti akan menjelaskan sebagai berikut:
a. Faktor pendukung
1) Lingkungan yang mendukung dan Agama, MTs. Nihayatul Amal Purwasari
Karawang berada di lingkungan yang religius, sehingga membantu dalam proses
pelaksanaan muatan lokal keagamaan/pesantren. Meskipun peserta didik MTs.
Nihayatul Amal tidak seluruhnya menempuh pendidikan di pondok pesantren.
2) Tingginya keinginan orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke madrasah,
umumnya orang tua menginginkan anaknya memili akhlakul karimah. Cara yang
di tempuh dengan menyekolahkan anaknya ke madrasah.
3) Guru pengampu muatan lokal keagamaan memiliki kompetensi dan keahlian
yang mumpuni pada bidangnya, guru pengampumuatan lokal keagamaan di MTs.
Nihayatul Amal merupakan guru yang memiliki pengetauan dan pengalaman
mengajar, para guru terseut merupakan lulusan dari pesantren sehingga benar-
benar mempuni di bidangnya.
4) Kebanyakan peserta didik pernah mengenyam pendidikan di Madrasah Diniyah
Takmiliyah, dalam proses pembelajarannya terasa lebih mudah, karna
kebanyakan peserta didik mengenal materi-materi yang diajarkan di muatan lokal
keagamaan/pesantren.
9
5) Adanya tambahan mata pelajaran Tahsin Al-Quran. Mata pelajaran Tahsin Al-
Quran sangat membantu peserta didik yang tidak pernah menempuh pendidikan
TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) dan pendidikan DTA (Diniyah Takmiliyah
Awaliyah), karna Tahsin Al-Quran ini menggunakan metode Qiraati (kitab cara
mempelajari hurup arab secara benar).
b. Faktor penghambat
1) Kurangnya kemampuan guru dalam perencanaan pembelajaran yang dianjurkan
oleh pihak madrasah, guru pengampu muatan lokal keagamaan/pesantren
masihkesulitan dalam penyusunan RPP, hal itu di karnakan guru muatan lokal
keagamaan bukan lulusan akademisi sehinga kurang mengetahui tentang RPP.
Dalam proses pembelajarannya, guru mengajarkan materi mengikuti daftar isi
dari kitab pegangan.
2) Beberapa peserta didik belum mengenal sama sekali materi muatan lokal
keagamaan, peserta didik MTs. Nihayatul Amal Purwasari berasal dari beberapa
lingkungan yang berbeda, ada beberapa dari peserta didik yang belum pernah
sekolah pendidikan TPQ (Taman Pendidikan Qur’an) dan pendidikan DTA
(Diniyah Takmiliyah Awaliyah), sehingga peserta didik kesulitan dalam
pembelajaran.
Kesimpulan
Dari keterangan dan uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab terdahulu,
dapat peneliti jelaskan bahwa penelitian ini merupakan suatu bentuk analisi dari data-
data yang berhasil peneliti kumpulkan dalam penelitian di Madrasah Tsanawiyah
Nihayatul Amal Purwasari Karawang. Peneliti dapat menarik kesimpulan dari
penelitian skripsi sebagai berikut:
10
dan lain-lain. Pada tahap evaluasi pembelajaran dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan tes lisan dan tes tulis.
Saran
Beranjak dari hasil pengamatan dan penelitian yang peneliti laksanakan,
hendaknya ada beberapa hal yang harus peneliti kemukakan sebagai bentuk saran,
diantaranya:
Bagai sekolah
Seyogyanya sekolah memberikan bimbingan kepada guru pengampu muatan
lokal dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, seyogyanya sekolah
memberikan bimbingan khusus kepada peserta didik yang belum mengenal sama
sekali materi muatan lokal keagamaan.
Bagi guru
Seyogyanya guru memberikan inovasi model pembelajaran untuk mengatasi
kejenuhan peserta didik., seyogyanya guru melakukan pendekatan-pendekatan
tertentu untuk peserta didik yang sama sekali belum mengenal dan kurang mampu
mempelajari materi muatan lokal keagamaan
Bagi peserta didik
Seyogyanya bagi peserta didik yang belum mengenal atau kurang mampu
mempelajari materi muatan lokal keagamaan sebagiknya lebih aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran agar tidak terlalu tertinggal dengan peserta didik yang lain.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al – Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka, Tanggrang Selatan: Kalim. 2010.
Alim, Muhammad. Pendidikan Agama Islam, cet. Ke- 3, Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2016.
Fathurrohman, Muhammad. Budaya Religius dalam Peningkatam Mutu Pendidikan,
cet. Ke- 1, Yogyakarta: Kalimedia. 2015.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran, cet. Ke- 15, Jakarta: Bumi Aksara.
2015.
Jahari, Jaja & Amirulloh Syarbini. Manajemen Madrasah, cet. Ke- 1, Bandung:
Alfabeta. 2013.
Jalauddin. Psikologi Agama, cet. Ke- 18, Jakarta: Rajawali Pers. 2016.
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, cet. Ke- 19, Bandung: Rosdakarya. 2014.
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.
2016.
Mulyasa, E. Manajemen Berbasis Sekolah, cet. Ke- 16, Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2017.
Qomar , Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam, cet. Ke- 1, Malang: Erlangga. 2007.
Rahmayulis. Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke- 5, Jakarta: Kalam Mulia. 2002.
Rusman. Manajemen Kurikulum, cet. Ke- 4, Jakarta: Raja grafindo Persada. 2012.
Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah Upaya mengembangkan
PAI adri Teori ke Aksi, cet. Ke- 1, Malang: UIN- Maliki Press. 2010.
Sugiyono. Metodologi Penelitian Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D), cet. Ke- 23, Bandung: Alfabeta. 2016.
Suparta. Pengantar Teori dan Aplikasi Pengembangan Kurikulum PAI, cet. Ke-1,
Jakarta: Rajawali Pers. 2016.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Manajemen
Pendidikan, cet. Ke-9, Bandung: Alfabeta. 2017.
12
Poerwati Loeloek Endah, Sofan Amri. Panduan Memahami Kandungan Kurikulum
2013. 2013
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia. 2013.
Saputra, Rahma. 2017. Peran Kurikulum Muatan Lokal Di MTs Al-Mursyidiah
Pondok BendaI. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulallah. Skripsi. Di akses pada
Jam 15: 21 WIB, tanggal 15 Maret 2019.
Mariyam, Siti. 2018. Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Dalam Pembentukan
Keperibadian Islam siswa. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim. Skripsi.
Di akses pada Jam 06: 25 WIB, tanggal 15 Maret 2019.
Fisikawati, Ashari Rillafi. 2018. Mengembangkan Sikap Religius Untuk Mengurangi
Individualisme Pada Siswa Di Zaman Global. Kudus: Jurnal pendidikan.
Di akses pada Jam 11:00, tanggal 27 Maret 2019.
Sholihah, Futikhatus. 2016. Pembentukan sikap Religius Siswa Melalui Ekstra
Kurikulum SIE Kerohanian Islam (SKI) di SMAN 1 Durenan Trenggalek.
IAIN Tulungagung. Tulungagung: Skripsi. Di akses pada jam 11: 20,
tanggal 27 Maret 2019.
13