Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok:

1. Isnaini Puji Aryanti Fina Nur Janah (19108241079/ 13)


2. Ika Nur Afifah (19108241165/ 30)
3. Yovita Adventia (19108244072/ 42)

A. Strategi yang dapat digunakan guru untuk pembelajaran dengan siswa yang
berbeda kemampuan dalam membaca dan matematika
Perbedaan-perbedaan individual yang harus diketahui dan dipahami oleh seorang guru
meliputi: 1) perbedaan karakteristik, 2) perbedaan bakat, kemampuan, dan kapasitas 3)
perbedaan gaya belajar, serta 4) perbedaan tingkat kecerdasan. Siswa cenderung akan pasif
jika menghadapi mata pelajaran yang tidak ia sukai. Untuk menghadapi hal tersebut, guru
harus mempunyai strategi agar setiap siswa mau mengikuti seluruh mata pelajaran dengan
aktif. Berikut ini strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam menghadapi perbedaan
kemampuan siswa dalam membaca dan matematika:
Strategi Pembelajaran Diferensiasi
Strategi pembelajaran diferensiasi ini memerlukan suatu kesadaran dan kerja keras
yang sungguh-sungguh dalam menganalisa data informasi yang didapat dari peserta didik di
kelas, kemudian data tersebut digunakan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan dalam
memberikan pembelajaran kepada peserta didik yang akan disesuaikan dengan kemampuan
serta digunakan dalam mengubah sesuatu yang perlu diubah juga memberikan hal-hal yang
lebih diperlukan bagi peserta didik masing-masing.
Pada kelas yang menerapkan pembelajaran diferensiasi, kelompok yang dibentuk
akan bersifat fleksibel, di mana murid yang memiliki kekuatan dalam bidang tertentu akan
bergabung dengan teman yang lain dan bekerjasama dengan teman-temannya. Murid yang
kuat dalam hal tertentu belum tentu memiliki kekuatan yang sama dalam bidang lain.
Misalnya, mungkin murid tersebut akan memiliki kekuatan dalam memahami suatu bacaan,
belum tentu dalam memulis, ia akan bisa menulis dengan ejaan yang benar atau menuliskan
kalimat dengan tepat, atau dalam hal matematika, mungkin murid tersebut akan mengalami
kelemahan dalam berhitung dan lain-lain.
Dalam kelompok yang bersifat fleksibel tersebut, guru akan paham bahwa ada
beberapa murid yang dalam mengerjakan tugas baru kerjanya lambat dan kemudian akan
diberikan penjelasan untuk mempercepat kerjanya sambil yang lain belajar tetapi dilakukan
dengan perlahan-lahan. Dalam pembelajaran diferensiasi, kelompok akan selalu diubah-ubah
berdasarkan kebutuhan dan pengalaman belajar murid.
Model pembelajaran berdiferensiasi ini menunjukkan bahwa guru sebenarnya bisa
melakukan kegiatan pembelajaran dengan mandiri jika memang tidak ada guru khusus dalam
sekolah tersebut. Guru tetap bisa memberikan akomodasi dari keberagaman siswa baik pada
kesiapan, ketertarikan dan gaya belajar. Dalam pelaksanaannya perlu adanya pelatihan bagi
guru-guru bagaimana cara mengajar di kelas, sehingga semua kebutuhan siswa terakomodasi.
Model pembelajaran berdiferensiasi ini telah berdampak meningkatkan inklusifitas di kelas.
Terlihat bahwa adanya sikap saling kerjasama, berpartisipasi, saling membantu dan
menghargai satu dengan lainnya. Selain itu motivasi siswa meningkat dengan diberikan
aktivitas sesuai dengan ketertarikan mereka. Serta hasil pemahaman siswa meningkat dari
tingkat sebelumnya.
Pelaksanaan strategi pembelajaran diferensiasi pada anak SD:
1. Guru memberikan assessment pada awal pertemuan untuk menge-test kemampuan
siswa. Meliputi, tingkat kesiapan (readiness) dalam menerima konten pembelajaran
yang akan diajarkan, minat atau ketertarikan (interest) dan juga bagaimana cara
mereka belajar dengan baik.
2. Guru menjelaskan konsep dasar mengenai pembelajaran dengan menggunakan media
dan bahan ajar yang sesuai dan menarik
3. Guru menugaskan siswa untuk bekerja dalam kelompok dan mengawasi jalannya
diskusi agar berjalan dengan kondusif
4. Guru memastikan semua siswa aktif, guru dapat membagi mereka dalam beberapa
peran sesuai dengan karakteristik siswa masing-masing
5. Siswa melakukan presentasi mengenai jawaban mereka dengan konsep dasar
6. Melakukan evaluasi Pembelajaran

B. Dampak terhadap siswa apabila guru tidak menerapkan pembelajaran berbeda


1. Siswa yang memiliki perbedaan kemampuan tersebut, tidak diberikan kesempatan untuk
belajar, karena dipisahkan oleh level.
2. Siswa yang tidak dapat mengikuti pembelajaran, misalnya belum paham materi akan
menjadi pasif.
3. Tidak tercipta sikap saling kerjasama, berpartisipasi, saling membantu dan menghargai
satu dengan lainnya. Sehingga siswa yang pandai semakin pandai, dan yang kurang
memahami pelajaran akan semakin tertinggal.
4. Motivasi siswa dan ketertarikan siswa dalam belajar rendah, serta hasil pemahaman siswa
tidak berubah dari tingkat sebelumnya.
5. Siswa menjadi individualis dan kurang dapat bekerjasama dengan teman lainnya.
6. Siswa yang merasa dirinya tertinggal dapat mengalami mental illness entah karena
minder atau karena merasa dirinya tidak mampu.
7. Bakat dan potensi siswa kurang dikembangkan secara maksimal.
8. Rentan terjadi bullying antara siswa yang pandai dan kurang pandai.

C. Cara mengatasi dampak di atas


Pastinya dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi di kelas. Guru menekankan
kepada siswa bahwa mereka memiliki keunikan masing-masing dan beragam. Guru mampu
mengenali karakteristik setiap siswa yang diajarnya sehingga dapat membantu mereka dalam
proses pembelajaran. Guru memberikan motivasi terhadap semua siswa agar mereka makin
antusias mengikuti jalannya pembelajaran. Pemahaman mengenai semua siswa unik dan
pintar harus ditanamkan pada siswa untuk mencegah terjadinya bullying dan tindakan
negative lainnya. Dengan menerapkan pembelajaran diferensiasi, guru dapat mengetahui
bakat dan potensi setiap peserta didik, sehingga dapat lebih dikembangkan lagi.
Melalui pembelajaran diferensiasi, siswa juga menjadi pandai bekerja sama dengan
temannya sehingga memupuk rasa pertemanan yang makin erat. Guru memperhatikan dan
mengawasi semua siswa saat sedang bekerja kelompok, sehingga dapat membuat suasana
makin kondusif dan pembelajaran tersampaikan dengan baik.
Saat siswa melakukan presentasi, guru mengapresiasi semua siswa dan memastikan
semua siswa ikut andil dalam presentasi. Guru harus bisa mengelola kelas dengan baik dan
memastikan semua siswa nyaman dalam belajar. Setiap pembelajaran diharapkan kelompok
siswa berganti-ganti secara fleksibel, agar tidak ada siswa yang merasa terkotak-kotakkan,
dengan begitu siswa juga menjadi pandai bersosialisasi.

Referensi:
Andini, Dinar Westri. "“Differentiated Instruction”: Solusi Pembelajaran dalam
Keberagaman
Siswa di Kelas Inklusif." TRIHAYU: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an 2.3 (2016).

Anda mungkin juga menyukai