Anda di halaman 1dari 2

Ruang Kolaborasi – Nilai Luhur Sosial Budaya sebagai Tuntunan

Anggota kelompok:
Maura Chaulia
Ananda Fauziah
PPG Prajabatan Gelombang 2
2023
Soal diskusi
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang sejalan
dengan pemikiran KHD?
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan
budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik sebagai individu
sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau sekolah
Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.
Jawab
1. Masyarakat Banjarmasin memiliki kebudayaan sosio-kultural yang khas. Budaya yang diajarkan
dan dijadikan pembiasaan bagi masyarakat, mengakar tiap generasi ke generasi berikutnya.
Terdapat empat budaya Banjar yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Budaya
tersebut yaitu budaya Berelaan dan Bubuhan. Budaya Berelaan memiliki konsep ikhlas dan
syukur dan semata-mata karena Allah SWT. Sedangkan Budaya Bubuhan yaitu tolong-
menolong, persaudaraan, dan saling memberi serta menerima.

a) Nilai-nilai luhur
Budaya Berelaan dan Bubuhan mengajarkan masyarakat untuk saling tolong-menolong,
ikhlas memberi dan menerima, serta mengajarkan persaudaraan yang erat. Konsep tersebut sama
dengan pandangan Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan dalam Taman Siswa.
b) Pentingnya Budaya Lokal
Budaya Berelaan dan Bubuhan dapat menjadi sumber inspirasi untuk mempertahankan nilai-
nilai local pada pendidikan. Sehingga konsep pendidikan di daerah dapat menerapkan nilai
sosial budaya yang akan terus dilestarikan. Masuknya elemen-elemen budaya lokal dalam
pendidikan dapat menjaga identitas dan budaya lokal.
2. Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan dalam nilai budaya masyarakat Banjar
yaitu Budaya Berelaan dan Budaya Bubuhan. Budaya Berelaan dan Bubuhan dapat mendorong
masyarakat untuk menghormati dan saling tolong-menolong dengan yang lainnya. Berikut
pemikiran Ki Hajar Dewantara yang dapat dikaitkan dengan Budaya Berelaan dan Budaya
Bubuhan.
a) Konsep bermoral ketuhanan yang dianut oleh masyarakat Banjar membuat Budaya Berelaan
menjadi masif digunakan. Berelaan mendorong masyarakat untuk hidup bermoral dan saling
memaafkan serta menerima sehingga karakter yang baik terbentuk. Karakter ini mendukung
peserta didik dalam pembelajaran yang sesuai kurikulum dan kegiatan ekstrakulikuler di
sekolah.
b) Budaya Bubuhan menjadikan masyarakat Banjar menganut saling membantu dan tolong-
menolong kepada yang lain. Prinsip persaudaraan ini mendukung peserta didik dan guru
untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.
c) Pemikiran Ki hajar Dewantara tentang pendidikan inklusif dan multikultural dapat
dihubungkan dengan kearifan budaya Bubuhan dan Berelaan yang mencakup pemahaman
budaya daerah.
d) Peran penting guru sebagai teladan dalam konteks kearifan budaya Bubuhan dan Berelaan.
Guru harus menjadi cerminan bagi peserta didik dalam implementasi budaya memaafkan,
menolong, dan menghormati satu sama lain. Sehingga aksi nyata peserta didik ketika
berinteraksi dengan guru dapat berdampak positif.
3. Pemikiran dari Ki Hajar Dewantara dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai luhur dan
kearifan budaya lokal yang dapat menjadi acuan peserta didik dan masyarakat seperti sebagai
berikut.
- Selalu semangat dalam belajar,
- Tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki,
- Selalu memperluas pengetahuan.
Sifat-sifat tersebut dapat menjadi kontekstual sebagai penguatan karakter peserta didik sebagai
individu. Sedangkan untuk konteks masyarakat,
- Saling menghormati atau menghargai keberagaman,
- Religius,
- Nasionalis,
- Sederhana, dan
- Gotong royong.

Anda mungkin juga menyukai