Anda di halaman 1dari 3

Ruang Kolaborasi - Nilai Luhur Sosial Budaya sebagai Tuntunan

Anggota Kelompok : 1) Niatul Jannah


2) Mauliza Yani
3) Husnatul Muna
4) Liza Fakrina

1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang
sejalan dengan pemikiran KHD?
Jawaban:
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai buah budi manusia yang
merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, yakni zaman dan
alam. Hal itu merupakan bukti keberhasilan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Kekuatan konteks
sosio-kultural daerah mengacu pada nilai-nilai, tradisi, budaya, dan kearifan lokal yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat setempat. Hal ini mencakup adat istiadat, seni,
bahasa, agama, dan sistem pengetahuan yang menjadi ciri khas suatu wilayah. Pemikiran
Ki Hadjar Dewantara tentang nilai-nilai luhur budaya sejalan dengan sosio-kultural di
daerah kami yaitu Aceh Utara, salah satunya yaitu nilai kesopanan. Kami yakin di setiap
daerah nilai kesopanan pasti selalu ada dan dijunjung, hal ini juga diterapkan di sekolah
maupun di dalam masyarakat di daerah Aceh Utara.
Teori pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menekankan pentingnya trisentral pendidikan
(keluarga, sekolah, dan masyarakat) dapat ditemukan dalam nilai-nilai luhur budaya di Aceh Utara,
terutama dalam tradisi Peuratep Aneuk. Peuratep Aneuk bukan hanya sekadar kegiatan
mengayunkan anak dalam ayunan dan menyampaikan syair, tetapi juga merupakan bentuk
pendidikan karakter bagi anak usia dini. Syair-syair yang diucapkan oleh ibu mengandung nilai-
nilai religius, sosial, moral, dan pendidikan. Tradisi ini menjadi sarana untuk menyampaikan ilmu
dan membentuk karakter anak sejak usia dini, sejalan dengan pandangan Ki Hajar Dewantara
bahwa pendidikan harus dimulai dari keluarga. Ki Hajar Dewantara menekankan peran keluarga
sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama. Pendidikan dalam keluarga mencakup
pembentukan budi pekerti, keterampilan, kedermawanan, dan nilai-nilai keagamaan. Hal ini sesuai
dengan praktik Peuratep Aneuk di Aceh Utara, di mana ibu menyampaikan syair-syair kepada
anak-anak sebagai bentuk pendidikan karakter. Selain itu, keselarasan antara keluarga, sekolah,
dan masyarakat merupakan hal yang ditekankan oleh Ki Hajar Dewantara. Dalam konteks Aceh
Utara, masyarakat juga memiliki peran dalam tradisi Peuratep Aneuk. Aktivitas ini diharapkan
dapat mengembangkan pendidikan karakter bagi anak usia dini, dengan harapan mereka akan
mengingat dan mempraktikkan nilai-nilai yang terkandung dalam syair-syair tersebut sepanjang
hidup mereka. Pentingnya nyanyian, seperti lagu dodaidi, dalam membentuk karakter anak juga
mencerminkan pandangan Ki Hajar Dewantara. Lagu positif dianggap memiliki muatan yang
positif bagi pembentukan moral dan karakter anak. Syair dodaidi memiliki makna mendalam,
menyampaikan nasehat dan doa dari orang tua kepada anak, sejalan dengan pandangan Ki Hajar
Dewantara bahwa syair-syair dapat membentuk karakter seseorang.

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur


kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial
budaya di daerah Anda?
Jawaban:
▪ Ki Hadjar Dewantara memandang peran guru haruslah menjadi teladan, seorang model
sekaligus mentor dari anak/siswa di dalam mewujudkan perilaku yang berkarakter yang
meliputi olah pikir, olah hati dan olah rasa. Pandangan KHD relevan dengan nilai-nilai
luhur budaya Aceh, seperti pada ungkapan Aceh tersebut “Gaséh ma ‘oh rambat,
Gaséh ku ‘oh jeurat, Gaséh gurèe trôh u akhirat” artinya “kasih ibu sampai depan
rumah, kasih ayah sampai ke kuburan dan kasih guru sampai ke akhirat”. Ini adalah
analogi simbolis bahwa guru merupakan unsur paling utama dalam pendidikan di Aceh
karena dapat membentuk karakter peserta didik yang akan ia bawa sampai di akhir
hayatnya.
▪ Pendidikan itu adalah taman bermain (kodrat anak adalah bermain). Pemikiran ini dapat
dilihat pada konteks budaya di daerah Aceh Utara seperti melakukan permainan
tradisional “pet-pet pong” Dari permainan ini, anak-anak mengimplementasikan sikap
jujur, sportivitas, tanggung jawab hingga permainan selesai. Melalui permainan ini pula
anak-anak akan berlatih secara mandiri pentingnya hubungan sosial salah satunya
adalah kejujuran di kemudian hari.
▪ Menurut KHD seorang anak dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari dirinya dan dari luar dirinya. Anak pada usia balita belum
mempunyai fondasi yang kuat dalam prinsip hidup, cara berpikir, dan tingkah
laku. Artinya setiap hal yang dilihat, didengar dan dirasakan olehnya akan diserap
semuanya oleh pikiran dan dijadikan sebagai dasar dalam hidupnya. Masa anak-anak
merupakan masa yang paling efektif dalam proses pembentukan karakter. Pandangan
ini telah diterapkan oleh masyarakat Aceh, karena pada budaya di Aceh ada syair
“dodaidi” yang turun-temurun dilantunkan oleh ibu-ibu di Aceh Utara pada saat
menidurkan anak-anaknya di ayunan. Syair dodaidi sendiri berisikan harapan orang
tuanya terhadap anaknya kelak di masa depan. Dan syair dodaidi menjadi kearifan lokal
daerah Aceh dan sebagai warisan budaya leluhur yang terus dilestarikan sampai saat
ini.

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di
kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda
yang dapat diterapkan.
Jawaban:
Hal positif yang akan diterapkan di sekolah yaitu sebagai berikut :
▪ Pembiasan yang dilakukan pada hari senin setelah selesai upacara adalah shalawat dan
bersalam salaman.
▪ Pembiasaan bagi guru untuk memberikan “Petuah Aceh” yang diselipkan di sela-sela
pembelajaran sebagai motivasi kepada murid sesuai dengan semboyan KHD yaitu Ing
Madyo Mangun Karso.
▪ Pembiasaan yang di lakukan pada hari jumat religious seperti membaca surat Yasin
yang di pimpin oleh guru dan murid mengikutinya sesuai dengan semboyan KHD ing
ngarso Sung Tulodo.
▪ Kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan perlombaan misalnya dalam bidang olahraga
bentuk dari dukungan guru akan minat dan keterampilan siswa sesuai dengan semboyan
KHD Tut Wuri Handayani.

Anda mungkin juga menyukai