Anda di halaman 1dari 9

Ruang Kolaborasi Modul 1.1.1.a.

CALON GURU PENGGERAK


ANGKATAN 9 KELOMPOK A

Konteks sosio-kultural di daerah yang


sejalan dengan pemikiran Ki Hajar
Dewantara
fasilitator: Siti Aisyah
pengajar praktik: Isriyanto, S.Pd.
Anggota Kelompok:
1. Edi Widyapraja
2. Safi`ie
3. meri Safitri
4. Heny Wulan Sari
5. Faizah
URAIAN TUGAS
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai
individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah
Anda?
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah
Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah
Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?
kekuatan konteks sosio-kultural yang ada di wilayah Kabupaten Bangka
Barat adalah kegiatan khatam Quran,secara massal atau lebih dikenal
dengan betamat. Kegiatan betamat berarti telah menamatkan atau telah
selesai 30 juz membaca kitab suci Alqu’an.

Sebelum adanya Taman Kanan-Kanak/Taman Pendidikan Al quran


(TK/TPA), anak-anak mengaji menimba ilmu dengan tokoh agama. Setiap
malam kecuali malam Jumat, anak-anak datang ke rumah guru ngaji
setelah solat magrib. Mereka mengaji Alquran maupun Juz Amma secara
bersama-sama maupun individu di depan guru ngaji tersebut.

Setelah tamat (khatam) 30 juz maka anak tersebut akan betamat. Betamat
yaitu kegiatan membaca ayat-ayat Alquran dimulai dari Surat Ad-Duha
sampai surat An-Nas

Pembacaan surat-surat tersebut biasanya dilakukan secara bersama-sama.


Anak yang mengikuti khatam akan membawa telur lengkap dengan
kembang serojanya.
Lidi-lidi yang dibagian ujung diletakkan telur dengan rumbai-rumbai sehingga semakin
menarik dan bagian pangkal ditancapkan dengan batang pisang. Bagi sebagian orang tua, lidi-
lidi bekas orang yang telah khatam, tidak langsung dibuang tetapi dijadikan bahan menunjuk
ayat-ayat yang dibacakan. Mereka beranggapan dengan menggunakan lidi orang yang telah
khatam makam si anak akan cepat khatam Alquran juga.
Kini dengan sudah berdirinya TK/TPA, anak-anak mengaji di tempat tersebut. Bahkan ada
juga yang mengaji di TK/TPA sore hari dan malam harinya mengaji lagi di guru-guru ngaji.
Tadisi betamat atau khatam tetap bertahan.
Bagi orang tua, ada kebanggaan tersendiri saat anaknya telah mengkhatamkan Alquran. Bagi
yang belum khatam, selalu diberi motivasi untuk cepat mengkhatamkan Alquran.
Orang-orang tua berujar, “Nak, ngaji lah, kelak kalau hari sudah kiamat, banjir besar akan
menutupi bumi. Rihal (tempat meletakkan Alquran saat ngaji) akan jadi perahu, lembaran-
lembaran Alquran akan menjadi layarnya dan penunjuk ngaji akan jadi dayungnya, Maka kamu
akan selamat sampai tujuan”. Petuah ini menjadi kalimat yang bermakna luar biasa bagi si
anak.
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai
luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial
budaya di daerah Anda?
KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut “Dalam
melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-
anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai
meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam
maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan
penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas
hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan”
KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
ingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota Masyarakat.
Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih
samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk
menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia
seutuhnya.
Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai
-nilai luhur seperti religius, kreatif, mandiri dan toleransi
serta gotong royong. Ragam budaya seperti ini yang
merupakan kearifan lokal di Bangka Belitung khususnya
Bangka Barat akan sangat menunjang pengembangan
nilai nilai luhur. Kegiatan ini dilakukan sebagai tantangan
untuk meningkatkan ketaatan individu. Sedangkan nilai
luhur yang bisa diterapkan dengan mengadakan kegiatan
Khataman Qurán Massal ialah menumbuhkan jiwa religius,
gotong royong, kreatif, mandiri dan toleransi
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku
murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial
budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.
KHD memiliki keyakinan bahwa agar dapat menciptakan manusia Indonesia yang beradab,
maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat
menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan
terutama semangat Religius yang terdapat dalam Tradisi Khataman Quran Massal.
Contoh perwujudan semangat religius di lingkungan kelas/sekolah seperti berdo’a
bersama sebelum memulai pembelajaran, dapat pula diterapkan dengan kegiatan
membaca surat-surat pendek Al-Qur’an dan tadarus bersaman sebelum memulai
kegiatan pelajaran.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai