sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara fasilitator: Siti Aisyah pengajar praktik: Isriyanto, S.Pd. Anggota Kelompok: 1. Edi Widyapraja 2. Safi`ie 3. meri Safitri 4. Heny Wulan Sari 5. Faizah URAIAN TUGAS 1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD? 2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda? 3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan. 1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD? kekuatan konteks sosio-kultural yang ada di wilayah Kabupaten Bangka Barat adalah kegiatan khatam Quran,secara massal atau lebih dikenal dengan betamat. Kegiatan betamat berarti telah menamatkan atau telah selesai 30 juz membaca kitab suci Alqu’an.
Sebelum adanya Taman Kanan-Kanak/Taman Pendidikan Al quran
(TK/TPA), anak-anak mengaji menimba ilmu dengan tokoh agama. Setiap malam kecuali malam Jumat, anak-anak datang ke rumah guru ngaji setelah solat magrib. Mereka mengaji Alquran maupun Juz Amma secara bersama-sama maupun individu di depan guru ngaji tersebut.
Setelah tamat (khatam) 30 juz maka anak tersebut akan betamat. Betamat yaitu kegiatan membaca ayat-ayat Alquran dimulai dari Surat Ad-Duha sampai surat An-Nas
Pembacaan surat-surat tersebut biasanya dilakukan secara bersama-sama.
Anak yang mengikuti khatam akan membawa telur lengkap dengan kembang serojanya. Lidi-lidi yang dibagian ujung diletakkan telur dengan rumbai-rumbai sehingga semakin menarik dan bagian pangkal ditancapkan dengan batang pisang. Bagi sebagian orang tua, lidi- lidi bekas orang yang telah khatam, tidak langsung dibuang tetapi dijadikan bahan menunjuk ayat-ayat yang dibacakan. Mereka beranggapan dengan menggunakan lidi orang yang telah khatam makam si anak akan cepat khatam Alquran juga. Kini dengan sudah berdirinya TK/TPA, anak-anak mengaji di tempat tersebut. Bahkan ada juga yang mengaji di TK/TPA sore hari dan malam harinya mengaji lagi di guru-guru ngaji. Tadisi betamat atau khatam tetap bertahan. Bagi orang tua, ada kebanggaan tersendiri saat anaknya telah mengkhatamkan Alquran. Bagi yang belum khatam, selalu diberi motivasi untuk cepat mengkhatamkan Alquran. Orang-orang tua berujar, “Nak, ngaji lah, kelak kalau hari sudah kiamat, banjir besar akan menutupi bumi. Rihal (tempat meletakkan Alquran saat ngaji) akan jadi perahu, lembaran- lembaran Alquran akan menjadi layarnya dan penunjuk ngaji akan jadi dayungnya, Maka kamu akan selamat sampai tujuan”. Petuah ini menjadi kalimat yang bermakna luar biasa bagi si anak. 2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda? KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut “Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak- anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” KHD menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi- ingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota Masyarakat. Kekuatan sosio-kultural menjadi proses ‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. Pendidikan bertujuan untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai -nilai luhur seperti religius, kreatif, mandiri dan toleransi serta gotong royong. Ragam budaya seperti ini yang merupakan kearifan lokal di Bangka Belitung khususnya Bangka Barat akan sangat menunjang pengembangan nilai nilai luhur. Kegiatan ini dilakukan sebagai tantangan untuk meningkatkan ketaatan individu. Sedangkan nilai luhur yang bisa diterapkan dengan mengadakan kegiatan Khataman Qurán Massal ialah menumbuhkan jiwa religius, gotong royong, kreatif, mandiri dan toleransi 3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan. KHD memiliki keyakinan bahwa agar dapat menciptakan manusia Indonesia yang beradab, maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan terutama semangat Religius yang terdapat dalam Tradisi Khataman Quran Massal. Contoh perwujudan semangat religius di lingkungan kelas/sekolah seperti berdo’a bersama sebelum memulai pembelajaran, dapat pula diterapkan dengan kegiatan membaca surat-surat pendek Al-Qur’an dan tadarus bersaman sebelum memulai kegiatan pelajaran. TERIMAKASIH