Anda di halaman 1dari 17

MODUL 1.

1
RUANG
KOLABORASI
WAKHID HIDAYAT

AHMAD KHAMID

WALIMAH
YOSI SRI ALIIFIYANTIE WH
SOSIO KULTURAL?
Suatu wadah atau proses yang menyangkut
hubungan antara manusia dan kebudayaan. Dimana
proses tersebut menyangkut tingkah laku manusia
dan diatur olehnya, terjadi proses yang saling
mengikat antara unsur-unsur kebendaan dan
spiritual.
atau secara singkatnya sosio kultural adalah suatu
proses yang menghubungkan antara manusia
dengan kebudayaan di daerah tempat tinggalnya.
MATERI
DISKUSI

01 02 03
Bagaimana pemikiran KHD dapat di Sepakati satu kekuatan
Apa kekuatan konteks kontekstualkan sesuaikan dengan pemikiran KHD yang
nilai-nilai luhur kearifan budaya
sosio-kultural di daerah menebalkan laku murid di kelas
daerah asal yang relevan menjadi
Anda yang sejalan dengan atau sekolah Anda sesuai
penguatan karakter murid sebagai
dengan konteks lokal sosial
pemikiran KHD? individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat pada konteks lokal
budaya di daerah Anda yang
sosial budaya di daerah Anda? dapat diterapkan.
Apa kekuatan konteks sosio-kultural
01 di daerah Anda yang sejalan dengan
pemikiran KHD?

Indonesia memiliki keberagaman sosial budaya (sosio kultural) yang dapat menjadi kekuatan. Adapun contoh
konteks sosio kultural di daerah kami yang sejalan dengan pemikiran KHD, diantaranya:

konteks contoh

)))))
gotong royong Kerja bhakti
religius pengajian, maulid nabi
kekerabatan rewang (hajatan)
saling memberi memberi santunan
menghormati leluhur doa tahlil
Apa kekuatan konteks sosio-kultural
01 di daerah Anda yang sejalan dengan
pemikiran KHD?

MULUDAN ( MAULID NABI )


Pakar sejarah Islam seperti Ibnu Khallikan, Sibth bin Al-Jauzi, Ibnu Katsir, As-Sakhawi, As-Suyuthi, dan lainnya telah sepakat
menyatakan bahwa orang yang pertama kali mengadakan peringatan maulid adalah Sultan Al-Muzhaffar. Namun juga terdapat pihak
lain yang mengatakan bahwa Sultan Salahuddin Al-Ayyubi adalah orang yang pertama kali mengadakan Maulid Nabi. Sultan
Salahuddin pada kala itu membuat perayaan Maulid dengan tujuan membangkitkan semangat umat Islam yang telah padam untuk
kembali berjihad dalam membela Islam pada masa Perang Salib.
Masyarakat Muslim di Indonesia umumnya menyambut Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti
pembacaan selawat nabi, pembacaan syair Barzanji atau Simtuddurar, serta pengajian. Menurut penanggalan Jawa, bulan Rabiulawal
disebut bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten. Dan tradisi endhog-
endhogan yang dilaksanakan oleh masyarakat Jawa-Using di Banyuwangi, Jawa Timur.
Arab Saudi dan Qatar adalah negara dengan penduduk mayoritas Muslim yang tidak menjadikan Maulid sebagai hari libur resmi.
Partisipasi dalam ritual perayaan hari besar Islam ini umumnya dipandang sebagai ekspresi dari rasa keimanan dan kebangkitan
keberagamaan bagi para penganutnya.
NILAI
KEKERABATAN/
BEKERJA SAMA DAN KEKELUARGAAN
SALING BERBAGI
KEKUATAN KONTEKS SOSIO KULTURAL
YANG SEJALAN DENGAN KHD
PADA BUDAYA “MULUDAN”:

NILAI GOTONG ROYONG Menghormati


Leluhur
Daya tarik wisata

Mengenalkan ciri khas


budaya daerah Kab.
Kebumen

MANFAAT memperkuat
BUDAYA “MULUDAN” : iman

Melestarikan budaya memperkuat


daerah setempat silaturahmi( hubungan
sosial)
Bagaimana pemikiran KHD dapat di kontekstualkan sesuaikan dengan
nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi
02 penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya
daerah asal misalnya dalam Pelaksanaan Peringatan Maulid Nabl Muhammad SAW di
sekolah. Dalam peringatan Maulid Nabi terdapat penguatan karakter murid sebagai Individu
sekaligus anggota masyarakat antara lain:
1. Religius
2. Gotong-royong
3. Kolaboratif
4. Kreatif
5. Mandiri
6. Kebinekaan global
Bagaimana pemikiran KHD dapat di kontekstualkan sesuaikan dengan
nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi
02 penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?

Peringatan Maulid Nabi juga terkait dengan salah satu pemikiran KHD tentang
pembentukan budi pekerti yang luhur pada anak melalui olah cipta (menajamkan
pikiran) dengan menghayati suri tauladan Nabi Muhammad SAW, olah rasa
(menghaluskan perasaan) terkait dengan saling berbagi baik kepada yang muslim
maupun yang non muslim, olah karsa (menguatkan kemauan) terkait dengan
memotivasi siswa untuk mengembangkan minatnya untuk mengikuti kegiatan
peringatan Maulid Nabi
Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas
03 atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda
yang dapat diterapkan.

Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah yang sesuai
dengan konteks lokal sosial budaya Kab. Kebumen adalah terkait dengan BUDI PEKERTI
Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan
karya. Keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik
tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran
sosial bahwa ia tidak hidup sendiri sehingga dapat membuat keputusan yang
bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain. Budi Pekerti
melatih anak untuk memiliki kesadaran diri yang utuh untuk menjadi dirinya (kemerdekaan
diri) dan kemerdekaan orang lain.
Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas
03 atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda
yang dapat diterapkan.

Contoh konkret dari pemikiran KHD yang akan diterapkan sesuai dengan konteks
kelas dan sekolah
JUS TOMAT
Jum'at semangat Tingkatkan orientasi iman dan takwa
yaitu 15 menit sebelum pembelajaran dengan membaca, asmaul Husna/ al-qur an
/ yasin.
BUDAYA ‘ MULUDAN’
mengadakan “muludan’ di sekolah dengan dipanitiai oleh osis, dan seluruh siswa
sebagai peserta.
Tindakan yang membentuk Karakter
dengan budaya “muludan”

Dengan pembagian tugas kepada masing masing anak akan membentuk karakter mandiri
dan tanggung jawab.
Dengan menjadi panitia anak akan berlatih kepemimpinan dan kreatif.
Dengan mempersiapkan acara secara bersama sama akan membentuk karakter
kolaboratif dan gotong royong.
karakter religius juga akan terbentuk karena pembacaan doa , tahlil, dan solawat.
Dengan mencintai budaya “muludan” , dapat bekerja sama dengan orang lain akan
membentuk karakter kebinekaan global.
Tantangan dan solusi pada penerapan
di sekolah

Tantangannya yaitu pada saat acara arak arakan ini biasanya akan banyak orang yang
bergabung sehingga akan mempengaruhi atau merusak karakter anak.

Solusinya yaitu kita sebagai guru harus membentenginya dengan cara memberitahu
mana yang baik dan yang tidak baik untuk dicontoh.
Memberi penjelasan , gambaran tentang cara bagaimana memilih budaya yang masuk.
Budaya “muludan “ biasanya ada sesi arak arakan siswa yang telah lulus

Tambahkan sedikit teks isi

Sumber: https://images.app.goo.gl/5aT7yxu9aEw8bYwk9
Budaya “muludan ”di sekolah

sumber: https://images.app.goo.gl/GeSneDZF7HGwfRAp9
Budaya “muludan ”di sekolah
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai