Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 3

JUHARDI ANDI ARDAS SYANDRABAU IRMAWATI


RUANG
KOLABORASI
PRESENTASI
KELOMPOK 3 KHD.
MODUL 1.1 tentang filosofi Pendidikan
Mengangkat budaya PABBUNTINGAN
(Pernikahan) sebagai sebuah konteks sosio-
kultural daerah yang dapat dikontekstualkan dalam
penguatan karakter murid yang sejalan dengan
pemikiran KHD
TOPIK DISKUSI

01 02 03
Kekuatan konteks sosio kultural di daerah Pemikiran KHD yang dapat dikontekstualkan Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan
yang sejalan dengan pemikiran Ki Hajar sesuai dengan nilai-nilai luhur kearifan laku murid di kelas atau sekolah sesuai
Dewantara budaya daerah asal yang relevan menjadi dengan konteks local social budaya di daerah
penguatan karakter murid sebagai individu yang dapat diterapkan.
sekaligus sebagai anggota masyarakat pada
konteks lokal sosia budaya di daerah kita
PI
1
Kekuatan konteks sosio-kultural di daerah yang

TO
sejalan dengan pemikiran KHD
Bicara Erang atau Appaknassa (Lamaran)
Proses lamaran yang dikenal dengan istilah bicara erang atau
appaknassa ini dilakukan melalui musyawarah dan diskusi
sampai menghasilkan kesepakatan antara keluarga dari pihak
laki-laki dan pihak perempuan
Appaballi atau Akbuak Pansa
Proses menyusun dan menganyam bambu sehingga
menyerupai dinding penyekat atau bilik kamar
Paccing
Ritual adat yang digelar untuk memberikan nasehat dan doa
restu dari orang tua dan keluarga kepada calon pengantin
sebelum dilangsungkan akad nikah

Pangadakkang
Sebuah ritual adat yang digelar sebelum dilaksanakan ijab
qobul dengan mengundang para pemangku adat dan
pemerintah setempat datang ke rumah mempelai perempuan

Ijab Qobul
Merupakan puncak kegiatan yang dilaksanakan dari
rangkaian pernikahan dengan dihadiri oleh keluarga besar
kedua mempelai dan tamu undangan
PI
2
Pemikiran KHD yang dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur
TO
kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal
sosia budaya di daerah kita

Budaya BICARA ERANG atau APPAKNASSA yang ditandai


dengan musyawarah dan diskusi, mengandung makna bahwa
dalam proses belajar murid senantiasa diarahkan untuk
berdiskusi melatih kemampuan berbicara, bernalar dan berpikir
kritis serta diarahkan untuk menghargai pendapat orang lain.
Dalam proses APPABALLI atau AKBUAK PANSA, nampak
kegiatan yang mencerminkan nilai-nilai karakter seperti gotong
royong, kerjasama, tanggung jawab, disiplin dan kerja keras
Dalam proses PACCING, yakni pemberian nasihat dan doa
restu, mengandung makna menuntun murid kearah yang lebih
baik.
Dalam proses PANGADAKKANG, mengandung makna
sipakatau, sipakalebbi dan sipakainge yakni saling menghargai,
saling menghormati dan saling mengingatkan

Ijab Qabul sebagai puncak acara, bahwa dalam rangkain proses yang
Panjang kita dapat meraih kesuksesan sebagai pembelajar sejati
PIK
Kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas

3
atau sekolah sesuai dengan konteks local social budaya di daerah

TO
yang dapat diterapkan.

Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

KHD menegaskan bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai


dengan tuntutan alam dan zamannya. Contohnya kebudayaan
MAPPACCING yang sebenarnya bukanlah kebudayaan asli di daerah
kami, namun sejalan dengan perkembangan zaman yang awalnya
acara MAPPACCING itu hanya dilakukan dan diadopsi oleh kalangan
tertentu namun lama kelamaan kebudayaan tersebut seakan sudah
dinaturalisasi.

Begitupun dalam pembelajaran di kelas, pendidikan maupun


pengajaran yang diterapkan seorang guru seharusnya bisa
disesuaikan dengan lingkungan dan perkembangan zaman. Seperti
halnya MAPPACCING, pembelajaran hendaknya terselip nasehat dan
doa yang menuntun murid ke arah yang lebih baik.
Tantangan yang dihadapi seorang guru dalam
penerapan pemikiran KHD

Guru dituntut memiliki pengetahuan yang luas agar dapat


memberikan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kodrat
alam dan kodrat zaman murid. Solusinya, seorang guru seharusnya
menggali pengetahuan dari berbagai sumber, baik dari literatur-
literatur yang sesuai dengan konteks lokal sosial budaya daerahnya
maupun terjun langsung menyaksikan acara-acara kebudayaan.

Kolaborasi dalam diskusi yang melatih anak berbicara dan nilai


gotong royong dalam piket kebersihan kelas. Namun terkadang ada
anak yang masih belum percaya diri untuk mengemukakan
pendapatnya dan kadang ada anak yang tidak mau mengerjakan
tugas piket kebersihan kelas, disinilah peran kita sebagai pendidik
untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dan memberikan
kepercayaan pada anak untuk bertanggung jawab atas setiap tugas
yang dipercayakan kepadanya.
KESIMPULAN

Nilai-nilai sosio kultural yang ditampilkan dalam budaya kita


merupakan sebuah identitas diri yang mencerminkan nilai-
nilai luhur kepribadian yang dimiliki oleh nenek moyang kita.
Melestarikannya adalah sebuah keharusan dan salah satu
tempat persemaian yang tepat untuk menumbuhkan benih-
benih kebudayaan ini adalah Pendidikan, Sehingga
sangatlah tepat pemikiran KHD yang menyandingkan antara
Pendidikan dan kebudayaan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai