Anda di halaman 1dari 3

Ruang Kolaborasi - Nilai Luhur Sosial Budaya sebagai Tuntunan

Nama Kelompok 2 : Fahmi Munthaha NIM 23105260052


Amilia Rachmawati NIM 23105260089
Sri Ustadah NIM 23105260418
Desy Fitriaa NIM 23105260423
Devi Agung Ramadani NIM 23105260542

Penugasan kelompok dan Panduan Kerja Kelompok:


 Anda membentuk kelompok sesuai dengan jumlah mahasiswa di kelas
 Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mendiskusikan
1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah Anda yang
sejalan dengan pemikiran KHD?
Jawab :
Sosio-kultural adalah suatu gagasan atau konsep yang mengacu pada unsur-unsur sosial
dan budaya dalam kehidupan manusia yang saling berinteraksi dan membentuk
individu maupun kelompok masyarakat dalam berperilaku, berpikir, dan bertindak.
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara ini mengajarkan bahwa pendidikan harus
mencerminkan dan menghormati kebudayaan yang dimiliki, sembari memberikan
bekal yang relevan untuk menghadapi tantangan global. Pemikiran tersebut
menekankan pada pendidikan berbasis karakter dan kreativitas sesuai dengan semangat
kearifan lokal yang ada. Pendidikan yang mampu memahami dan mengintegrasikan
nilai-nilai tersebut dapat menciptakan manusia yang berdaya dan memiliki identitas
kuat sebagai seorang individu dan anggota dalam masyarakat.
Kekuatan konteks sosial-kultural (nilai-nilai luhur budaya) di daerah kami yang sejalan
dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, yaitu Sedekah Bumi. Sedekah Bumi adalah
selamatan yang diadakan sesudah panen (memotong padi) sebagai tanda bersyukur,
Upacara Sedekah Bumi merupakan salah satu tradisi yang sesuai dengan pemikiran Ki
Hadjar Dewantara karena dalam rangkaian acara sedekah bumi mengajarkan kita
untuk selalu membantu, bekerja bahu membahu, dan bekerja sama dalam hal
apapun untuk kebaikan bersama. Selain itu, dalam tradisi ini mengajarkan bahwa
setiap manusia harus selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai rasa syukur
atas segala sesuatu yang diberikan terkait keberkahan hidup berupa mata air yang masih
mengalir, hasil panen, dan ternak.
Pemikirian Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan juga sejalan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam sedekah bumi. Ki Hadjar Dewantara mengajarakan bahwa
Pendidikan harus mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang sama, yaitu rasa
bersyukur, penghormatan terhadap alam dan mahluk hidup lainnya. Selain itu, contoh
sosio-kultural yang ada pada upacara sedekah bumi, yaitu bekerja bahu membahu dan
bekerja sama atau gotong royong. Gotong royong banyak mengajarkan tentang
karakteristik sosial, karakteristik individu, dan nilai-nilai pendidikan lainnya. Konsep
ini mendukung pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya kerja
sama dan kepedulian terhadap orang lain.

2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur


kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta didik
sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial
budaya di daerah Anda?
Jawab :
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara dapat dikontekstualkan dengan nilai-nilai luhur
kearifan budaya yang memiliki sifat religius karena mengajarkan bahwa setiap manusia
harus selalu bersyukur mengingat Tuhan Yang Maha Esa. Selain nilai religius ada juga
nilai gotong royong, kesederhanaan, dan peduli terhadap sesama serta peduli terhadap
lingkungan. Hal tersebut tergambar dalam prosesi upacara adat sedekah bumi yang
dilaksanakan oleh masyarakat sekitar dengan gotong royong bekerja sama bahu
membahu hingga prosesi berjalan dengan lancar dari awal hingga akhir. Nilai-nilai
tersebut dapat diterapkan sebagai dasar pengembangan dan penguatan karakter peserta
didik sebagai individu sekaligus anggota masyarakat yang menghargai kebersamaan,
saling tolong menolong, dan bekerja sama dalam membangun lingkungan sosial yang
harmonis.

3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas
atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang
dapat diterapkan.
Jawab :
Salah satu kekuatan pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang menebalkan laku peserta
didik sesuai dengan konteks lokal sosial budaya adalah pemikiran terkait kerja keras,
pantang menyerah, kerja sama serta kebersamaan. Hal tersebut tergambar pada salah
satu permainan di daerah saya yaitu kasti, dalam permainan kasti harus bekerja sama
menjaga kekompakan dengan anggota satu grup agar tidak terkena lemparan bola dari
grup lawan sehingga bisa menang. Hal tersebut dapat menguatkan karakter peserta
didik, yaitu pantang menyerah, bekerja sama, dan saling melindungi. Bentuk kegiatan
yang dapat dilakukan dan diterapkan di sekolah adalah melaksanakan gotong royong,
kegiatan yang bersifat kekerabatan, bekerja sama, dan saling memberi, serta
menghormati leluhur. Nilai-nilai ini merupakan nilai sosial budaya yang melekat pada
masyarakat kemudian diaplikasikan di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai