AQIDAH/TAUHID
ISLAM, IMAN, DAN IHSAN
Dosen Pengampu : Ely Agustami., S.A.,MA
NAMA KELOMPOK :
1. NURHOLIZA : 71230312008
2. ESYA PRATIWI : 71230312002
3. FAHRI INDRIAWAN : 71230312006
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Karena
Rahmat dan Ridho-Nya kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada selaku dosen
pengampu Bahasa Indonesia yang membimbing kami dalam pengerjaan
tugas makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang membantu dalam hal mengumpulkan data makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini tentu penulis mengetahui penulisan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik dari teman-
teman maupun dosen. Demi tercapinya makalah yang sempurna.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB 1 ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Pengertian Islam ..................................................................................................... 1
B. Pengertian Iman ...................................................................................................... 7
C. Pengrtian Ihsan ..................................................................................................... 15
D. Hubungan Islam, Iman dan Ihsan.......................................................................... 16
BAB II ............................................................................................................................. 18
PENUTUP ....................................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN ......................................................................................................... 18
B. SARAN ................................................................................................................... 18
BAB III ............................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 20
ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengertian Islam
Apabila dicari asal kata “Islam” berasal dari kata aslama, yang
merupakan turunan (derivasi) dari kata assalmu, assalamu, assalamatu
yang artinya bersih dan aman dari kecacatan lahir batin. Dari asal kata ini
dapat diartikan bahwa dalam Islam terkandung makna suci, bersih tanpa
cacat atau sempurna. Kata Islam juga dapat diartikan dari kata assilmu dan
assalmu yang bermakna damai dan aman.
1
Ely Agustami,MA ,”(Pendidikan Agama Islam/ Tauhid)”, CV.MANHAJI Jln IAIN SUTOMO UJUNG
MEDAN,Hal 49
1
Ali bin Abi Thalib menjelaskan bahwa Islam itu adalah taslim
(menyerah). Taslim itu yakin. Yakin itu percaya. Percaya itu berikrar.
Berikrar itu menunaikan dan menunaikan itu adalah amal.
2
Ustad Abu Muslim ,”1001 Hal Yang Paling Sering Ditanyakan Tentang Islam,” Tahun 2012,Hal 2
2
Agama yang diturunkan Allah ke muka bumi mulai dari Nabi
Adam (Hanif) hingga Nabi Muhammad SAW adalah agama Islam,
sebagaimana difirmankan Allah;
ِ ْ ّللا
ال سْل م ِ ٰ الديْن ِع ْند
ِ اِن
Artinya; Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah Islam. (QS. Ali
Imran/3 ayat 19)
Secara garis besar ruang lingkup agama Islam menyangkut tiga hal,
yaitu;
3
1. Aspek (credial) keyakinan yang disebu akidah. Yaitu aspek
keimanan terhadap Allah swt dan semua yang di firmankannya
untuk diyakini.
2. Aspek ibadah (ritual), disebut syariah. yaitu aturan-aturan Allah
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia,
dan dengan alam semesta.
3. Aspek nilai/norma disebut akhlak. Yaitu sikap atau budi pekerti
sebagai manifestasi yang nampak dari pelaksanaan akidah dan
ibadah.3
ِ ٰۤيا يُّها ال ِذيْن امنوا ادْخل ْوا فِى الس ِْل ِم کا فة ۖ ول تت ِبع ْوا خطو
ت الشيْط ِن ۗ اِنه
لـک ْم عدو ُّمبِيْن
3
Ely Agustami,MA,”(Pendidikan Agama Islam/ Tauhid)”, CV.MANHAJI Jln IAIN SUTOMO UJUNG
MEDAN,Hal 49
4
Allah telah mewajibkannya kepada kaum muslimin sebagaimana Dia telah
wajibkan pula kepada seluruh nabi dan rasul 'alaihimuş-şalātu was-salam.
Bahkan Al- lah telah memerintahkan Nabi-Nya, Al-Khalil Ibrahim 'alaihis-
salam agar senantiasa menjaga kesucian Baitullah yang diperuntukkan
bagi orang-orang yang melakukan tawaf dan salat dengan mengerjakan
rukuk dan sujudnya. Allah Ta'älä berfirman, Dan (ingatlah), ketika Kami
menjadikan rumah (Kakbah) tempat berkumpul dan tempat yang aman
bagi manusia. Dan jadikanlah Makam Ibrahim itu sebagai tempat salat.
Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, Bersihkanlah
rumah- Ku untuk orang-orang yang bertawaf, orang yang beriktikaf dan
orang yang melakukan rukuk dan sujud!" (QS. Al-Baqarah: 125)4
Kedua: Zakat
berdasarkan syarat dan ketentuan yang berlaku, ia wajib pada harta yang
dimiliki orang-orang kaya, yang selanjutnya didistribusikan kepada orang-
orang fakir atau selainnya dengan dikeluarkan sekali dalam satu tahun. 7
Ketiga: Puasa
4
Ibid, Hal 50
5
salām. Allah Ta älä ber firman, "Wahai orang-orang yang beriman!
Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al- Baqarah: 183)
Puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa di siang
bulan. Ramadan. Puasa dapat mendidik nafsu agar dapat menahan
keinginan duniawi .
5
Keempat: Haji
5
Ibid, Hal 51
6
dan hanya diwajibkan bagi orang yang kuat secara fisik dan mampu secara
finansial. Allah Ta älä berfirman, "Mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Al- lah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah. Dan barangsiapa yang mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha- kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam." (QS. Ali Imran: 97)
Dalam ibadah haji, kaum muslimin yang berhaji berkumpul di tempat yang
sama, seraya mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Yang Maha
Pencipta. Mereka juga melaksanakan manasik haji dengan cara yang sama
pula. Hal inilah yang mampu menghilangkan kesenjangan sosial,
perbedaan tingkat pendidikan ser- ta strata kehidupan mereka. 6
B. Pengertian Iman
6
Muhammad Abdullah Sahlih Al Suhaim, ”Agama Islam“ , IslamHouse.com, Hal 44
7
Dengan pengertian tersebut jelaslah bahwa keimanan adalah
kesatuan antara akidah dan syariat atau kesatuan antara keyakinan dan
amal. Seseorang yang mengaku beriman kepada Tuhan, namun tidak
melaksanakan ketentuan Tuhan dan Rasul- Nya, maka orang tersebut tidak
dapat dikatakan beriman menurut makna yang sebenarnya.
7
Ely Agustami,MA , ”(Pendidikan Agama Islam/ Tauhid)” , CV.MANHAJI Jln IAIN SUTOMO UJUNG
MEDAN, Hal 52
8
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa hidup di dunia ini bagai
mengharungi lautan. Sewktu-waktu dapat terombang-ambingkan oleh
badai gelombang, terempas kesana kemari dalam pasaran ketidak pastian
yang menakutkan. Menghadapi arus kehidupan yang demikian, masing-
masing pastilah menyadari perlunya memiliki tiang pancang sebagai
pengagan yang mapan yakni "Iman". Bagi kaum muslimin pokok
pegangan dalam hidup dan kehidupan ialah kalimat thaiyibah"
LAAILAAHA ILLALLAAH"(Tiada Tuhan Selain Allah).
Dari makna ayat tersebut bahwa kondisi dan fungsi orang beriman
bagai kan pohon yang besar yakni:
1. Berdiri tegak dan kuat tidak terombang -ambing oleh angin. Maksudnya
tidak mudah terpengaruh situasi dalam bentuk apapun.
8
Ibid, Hal 53
9
2. Menjadi tempat berteduh. Maksudnya memberikan perlindungan kepada
sesame manusia yang membutuhkannya.
3. Buahnya dapat dinikmati orang dan atau pihak lainnya. Maksudnya pola
prilakunya elalu menyenangkan dan menguntungkan sasama manusia.
9
Ibid, 53
10
keberadaan-Nya. Menurut syara', iman diartikan sebagai," Pembenaran
dalam hati, diucapkan dengan lidah, dan dipraktikkan dengan anggota badan
terhadap ajaran Islam." (ensiklopedia akidah Islam, 2009, 259)
Iman kepada Tuhan artinya kita harus yakin bahwa Tuhanlah pencipta
alam semesta. Dia mempunyai sifat-sifat kesempurnaan dan Allah Maha
Suci dari segala sifat kekurangan. Dapat juga dikatakan bahwa beriman
kepada Tuhan adalah mengimani dan mengimani dengan penuh keyakinan
bahwa Tuhan adalah Tuhan kita.
10
Ibid, Hal 59
11
Menurut Bahasa “jama' dari. Yang berasal dari M (risalah), dan ada
yang menyatakan dari mengulars), kata ada pula yang berpendapat salain
dari keduanya. (Mukhlis, 2013 : 178)
Adapun menurut istilahnya adalah salah satu jenis makhluk Tuhan
yang diciptakannya khusus untuk taat dan beribadah kepada-Nya serta
melaksanakan segala tugasnya sebagaimana dijelaskan Tuhan dalam firman-
Nya.
Allah menjadikan Iman ini sebagai aqidah seorang mukmin
Keadilan bukanlah menghadapkan wajah ke timur dan ke barat, namun
kesalehan adalah orang yang beriman1111
11
Ibid, Hal 59
12
Nabi adalah orang yang menerima wahyu dari Allah SWT. Untuk
dirinya sendiri tanpa kewajiban menyampaikan kepada orang lain. fRasul
adalah orang yang menerima wahyu yang bukan hanya untuk dirinya
sendiri, tetapi juga menjadi kewajiban untuk menyampaikannya kepada
orang lain.
12
IBID, Hal 103
13
perhitungan dan pembalasan atau semua amal manusia yang dilakukan di
dunia ini atas kehendak dan pilihan sendiri.
6. Iman kepada Allah Qadha dan Qadar yang baik dan buruk.
Dari segi bahasa, qadha artinya memutuskan, menentukan atau
suatupun kamu telah ditetapkan berdasar qadar Allah. memerintahkan,
sedangkan menurut istilah gadha adalah val keputusan terhadap sesuatu
rencana yang telah ditentukan. Dengan demikian qadha merupakan
pelaksanaan dari suatu rencana yang telah ditentukan. Istilah qadar adalah
rencana yang telah ditentukan oleh Allah Swt pada masa azali (masa
sebelum manusia dilahirkan) dan segala sesuatu yang akan terjadi sesuai
dengan qadar yang telah ditentukan.
13
Ibid, Hal 105
14
C. Pengrtian Ihsan
14
Ibid, Hal 54-55
15
D. Hubungan Islam, Iman dan Ihsan.
“Dari Umar bin Khattab ra. Beliau berkata: Suatu saat ketika kami
sedang duduk bersama Rasulullah. tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
berpakaian serba putih dan berambut sangat lebat, tidak terlihat jejak
jalannya, dan kami tidak mengetahui dari arah mana dia datang hingga dia
duduk di hadapan Rasulullah. lalu dia menyandarkan kedua lututnya di atas
lutut Nabi, sedangkan telapak tangannya diletakkan di atas paha Nabi.
Kemudian laki-laki itu bertanya “Wahai Muhammad, ceritakan padaku
tentang Islam”. Demikianlah Rasulullah SAW. pun menjawab: “Islam itu:
Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah
dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, kemudian mendirikan
shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menunaikan
haji bagi orang-orang yang mampu. Berkata laki-laki itu, “Engkau benar
Muhammad.” Maka kami terkejut melihat kelakuan laki- laki itu, karena
dialah yang bertanya dan dialah yang membenarkannya, begitulah kata
Umar bin Khattab. Lalu laki-laki itu laki- laki itu bertanya lagi: “Ceritakan
padaku tentang Iman! Nabi menjawab, “Iman adalah beriman kepada
Tuhan, malaikat-malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
kiamat, dan kepada Qudha dan Qadhar milik Tuhan, yang baik dan yang
buruk.” Lalu laki-laki itu berkata: “Engkau benar Muhammad. Lalu laki-
laki itu bertanya kenapa!.” Katakan padaku, wahai Muhammad, apa itu
Ihsan?. Rasulullah saw. menjawab: “Sembahlah Allah seolah-olah kamu
16
melihat Allah, jika kamu tidak melihat-Nya, maka Allah pasti akan
melihatmu.” Pria itu berkata, Kamu benar, Muhammad. Lalu laki-laki itu
bertanya lagi; Ceritakan padaku tentang Hari Pembalasan!, Rasulullah.
Jawaban : Orang yang bertanya pasti lebih tahu dari pada orang yang
ditanya
15
Ibid, Hal 56
17
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Iman adalah ucapan yg disertai dgn perbuatan diiringi dgn
ketulusan niat dan dilandasi dengan Sunnah. Islam adalah inisial seseorang
masuk ke dalam lingkaran ajaran Ilahi. Sedangkan Ihsan adalah adalah
cara bagaimana seharusnya kita beribadah kepada Allah.
Iman, Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan satu dengan lainnya. Iman adalah keyakinan yang menjadi
dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian diwujudkan melalui
pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam
dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.
Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati. Islam
adalah sikap aktif untuk berbuat atau beramal. Sedangkan Ihsan
merupakan perwujudan dari iman dan islam yang sekaligus merupakan
cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri.
Iman, Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar
dalam pandangan islam ini karena bagi para pelakunya akan diberikan
Syurga oleh Allah SWT sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah
SWT didalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.
B. SARAN
Setelah mengikuti penjelasan di atas, maka dapat dipahami dan
dimengerti bahwa islam, iman, ihsan merupakan trilogi ajaran ilahi yang
harus diwujudkan dalam ucapan hati, ucapan lisan, amalan hati, amalan
lisan, dan anggota badan maka marilah hati, lisan, dan anggota badan kita
dalam beribadah kepada Allah kita penuhi dengan yakin dan mantap.
18
Penuhilah hati kita dengan meningkatkan rasa cinta kepada Allah
dan Rasul melebihi cinta pada diri, orang tua, dan manusia seluruhnya.
Marilah cinta kita pada seseorang adalah karena cinta kepada Allah dan
benci kita kepada seseorang adalah karena Allah benci kepadanya.
Begitu juga dengan lisan, kita sibukkan untuk membaca Alquran, tasbih,
tahmid, tahlil, takbir, untuk berdzikir kepada Alah, untuk mempelajari, dan
mengajarkan Alquran serta untuk bicara yang baik.
19
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
Ustad Abu Muslim ,”1001 Hal Yang Paling Sering Ditanyakan Tentang
Islam,” Tahun 2012,Hal 2
20