1. PENGERTIAN ISLAM
Secara bahasa pengertia Islam dapat dijelaskan dari berbagai suku kata dalam bahasa Arab,
diantaranya.
a. Berasal dari kata ‘salm’ yang berarti damai.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara
ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah. Ditandai dengan melaksanakan
apa yang Allah perintahkan serta menjauhi larangannya.
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai Nabi dan
rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Kata
‘salm’ memiliki arti damai atau perdamaian. Islam merupakan agama yang senantiasa
membawa umat manusia pada perdamaian.
b. Berasal dari kata ‘aslama’ yang artinya menyerah.
Sebagai seorang muslim, kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh jiwa dan raga
hanya kepada-Nya. Karena sesungguhnya makhluk Allah baik yanga da dibumi maupun
dilangit, semua memasrahkan diri kepada Allah dengan mengikuti sunnatullah-Nya. Oleh
karena itu menyerahkan diri kepada aturan Islam dan kehendak Allah insya Allah dengan
demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang.
c. Berasal dari kata istlama-mutaslimun ( penyerahan total kepada Allah )
Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di poin kedua. Seorang muslim, kita benar-
benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga atau apapun yang
kita miliki hanya kepada Allah
d. Berasal dari kata ‘saliim’ yang berarti bersih dan suci.
Islam merupakan agama yang bersih dan suci, yang mampu menjadikan para pemeluknya
untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat mengantarkannya pada
kebahagian hakiki, baik didunia maupun diakhirat.
e. Berasal dari ‘salam’ yang berarti selamat dan sejahtera.
Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat manusia pada keselamatan
dan kesejahteraan.
“ Barangsiapa mencari agama selai agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S. Ali Imran,
3:85).
Agama Islam telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-
agama sebelumnya. Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan disetiap masa, disetiap tempat
dan dimasyarakat manapun. Dengan berpegang teguh dengannya tidak akan pernah
bertentangan dengan kebaikan umat tersebut di masa kapanpun dan ditempat manapun.
Bahkan dengan Islamlah keadaan umat itu akan menjadi baik.
Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah mendapatkan jaminan pertolongan
dan kemenangan dari Allah bagi siapa saja yang berpegang teguh dengannya dengan sebenar-
benarnya. Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum.
Islam adalah ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun syariat-syariat yang
diajarkannya.
Islam memerintahkan untuk mentauhidkan Allah dan melaarang kesyirikan. Islam
memerintahkan untuk berbuat jujur serta melarang dusta. Islam memerintahkan untuk
berbuat adil dan melarang aniaya. Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan
melarang berkhianat. Islam memerintahkan untik menepati janji dan melarang pelanggaran
janji. Islam memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua dan melarang perbuatan
durhaka. Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim dengan sanak famili dan Islam
melarang perbuatan memutuskan silaturahim. Secara umum dapat dikatan bahwasanya
Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan melarang akhlak yang rendah dan hina.
Islam memerintahkan segala macam amal salih dan melarang segala amal yang jelek.
Allah berfirman yang artinya:
“ Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah kepada
sanak kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta
tindakan melanggar batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil pelajaran
“ (Q.S. An Nahl, 16 : 90 ).
3. FUNGSI ISLAM
Dari segi pragmatisme, seseorang itu memeluk suatu agama adalah disebabkan oleh
fungsinya. Tetapi dari segi sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti apa yang
ada dalam uraian berikut.
a. Fungsi Edukatif
Dalil yang artinya adalah :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang
demikian ini lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat. “ (Q.S. An-Nur, 24 : 27 ).
Ayat diatas mengajarkan pada kita bahwa ketika akan memasuki rumah orang lain, kita
harus mendapatkan izin untuk memasukinya, dimana ini menjadi illat yang
menentukan tempat tersebut sebagai tempat khusus. Sebaliknya tempat umum
seperti perpustakaan kota, taman kota dan lain-lain adalah tempat yang untuk
memasukinya seseorang tidak perlu meminta izin.
“ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung “ (Q.S. Ali Imran, 3 : 104).
“ Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk “ (Q.S. Al-Isra’, 17 : 32 ).
Islam juga melarang minum khamar dan judi, yang juga banyak mengakibatkan
masalah sosial. Khamar juga bisa membuat banyak orang tidak dapat mengontrol
pikiran dan perbuatannuya sehingga bisa berbuat sesuatu hal yang brutal serta
merugikan orang lain.
e. Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas
Dalam hadist Nabi, Islam juga menyeru agar setiap pemeluknya memupuk solidaritas
antara sesama.
“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal berkasih sayang dan saling cinta-
mencintai dan mengasihi diantara mereka adalah sepertu satu tubuh. Apabila salah
satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh yang lain turut
merasa sakit dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaqun Alaih).
Jadi sesama muslim harus saling mengasihi tidak saling bermusuhan, tidak pula
bersikap keras dan tidak saling menghujat antara satu sama lainnya.
f. Fungsi Kreatif / Inovatif.
Dalam urusan keduniaan, kaidah yang berlaku adalah membuat inovasi dan kreasi.
Sedangkan dalam masalah agama, kaidahnya adalah mengikuti tuntunan Nabi dan
tidak membuat-buat ritual aneh yang sifatnya tambahan atau tidak jelas asal-usulnya
dalam Islam (bid’ah). Urusan keduniaan seperti pertanian, perikanan, kedokteran
atau membuat sekolah itu semua tidak ada aturan yang detail dalam agama Islam.
Jadi kita boleh berinovasi dan berkreasi. Sedangkan dalam urusan agama apabila
tidak ditemukan jawaban dalam Quran dan sunnah, maka kita dianjurkan untuk
berijtihad bagi yang mampu atau memenuhi syarat. Namun apabila tidak mampu,
juga diperbolehkan bermazhab.
1. Aqidah
Aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang
meyakininya. Jadi Aqidah Islamiyyah adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada
Allah dengan segala pelaksanaan kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, kitab-kitab-Nya,
hari akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa -apa yang telah shahih tentang
prinsip-prinsip agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang ghaib, beriman kepada apa yang
menjadi ijma’ (konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh berita-berita qath’I (pasti), baik
secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan menurut Al-Qur’an dan As-
Sunnah ynag shahih serta Ijma’ Salafush Shalih.
2. Ibadah
Secara istilah ibadah berarti usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah
sebagai Tuhan yang disembah. Ibadah ada yang umum dan ada yang khusus. Ibadah umum
ialah segala amalan yang diizinkan Allah. Sedangkan ibadah khusus ialah apa yang telah
ditetapkan Allah akan perinciannya, tingkat dan cara-caranya yang tertentu.
3. Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradatnya “khuluqun” yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Sedangkan menurut istilah, apa itu akhlak adalah
pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk (benar dan salah), mengatur
pergaulan manusia, dan menentukan tujuan akhir dari usaha dan pekerjaannya. Akhlak pada
dasarnya melekat dalam diri seseorang, bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku
yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah. Sebaliknya,
apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah. Para ahli bahasa mengartikan
akhlak dengan istilah watak, tabi’at, kebiasaan, perangai, dan aturan. Sedangkan menurut
para ahli ilmu akhlak, akhlak adalah sesuatu keadaan jiwa seseorang yang menimbulkan
terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang. Dengan demikian, bilamana perbuatan, sikap,
dan pemikiran seseorang itu baik, niscaya jiwanya baik.
Akhlak adalah perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu. Tingkah laku itu dilakukan
secara berulang-ulang tidak cukup hanya sekali melakukan perbuatan baik atau hanya
sewaktu-waktu saja. Akhlak Islam dapat dikatakan sebagai akhlak yang Islami karena
bersumber pada ajaran Allah dan Rasulullah. Akhlak Islami ini merupakan amal perbuatan
yang sifatnya terbuka, sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah seorang muslim
yang baik atau buruk. Akhlak ini merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara
mendasar, akhlak erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta) dan
makhluq (yang diciptakan). Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia yaitu
untuk memperbaiki hubungan makhluq (manusia) dengan khaliq (Allah Ta’ala) dan hubungan
baik antar makhlukNya.
4. Mu’amalah
Pengertian muamalah menurut istilah syariat Islam adalah suatu kegiatan yang mengatur hal-
hal yang berhubungan dengan kegiatan sesama umat manusia. Adapun muamalah secara
etimologi memiliki makna yang sama dengan al-mufa’ala yaitu saling berbuat, yang berarti
hubungan kepentingan antar seseorang dengan orang lain. Secara terminologi kata ini lebih
dikenal dengan istilah fiqh muamalah. Fiqih muamalah dapat diartikan sebagai pengetahuan
tentang kegiatan atau transaksi yang berdasarkan hukum-hukum syariat ( yang bersumber
dari al-qur’an dan hadis), mengenai perilaku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh
dari dalil-dalil syari’at secara terperinci. Dalam pengertian yang lebih rinci, fikih mu’amalah
Ditinjau dari segi istilah, Al-Qur’an berarti kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw sebagai mukjizat, dan disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah SWT atas
perantara malaikat jibril, sebagai pedoman hidup bagi umat Islam secara khusus dan pedoman
umat manusia secara umum. Membaca Al-qur’an juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah SWT.
F. SIFAT-SIFAT AL-QUR’AN
Memeliki beberapa sifat yang teramat agung. Adanya banyak sifat dan anam bagi Al-Qur’an
menunjukkan betapa mulianya kitab Allah ini. Diantara sifat-sifat Al-Qur’an tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Al-Qur’an adalah Ash-Shirath Al-Mustaqim (jalan lurus)
Al-Qur’an adalah jalan lurus yang mengantarkan orang yang senantiasa membaca dan
mengamalkannya kepada surga yang penuh kenikmatan.
2. Al-Qur’an adalah Al-Hablul Matin
Al-Qur’an adalah tali yang sangat kokoh. Barang siapa yang berpegang yguh dengannya dan
melaziminya, maka ia akan berhasil dan ditunjukkan kepada jalan yang lurus.
3. Al-Mizan
Merupakan timbangan yang merupakan pemutus dan sebagai tempat mengajukan hukum.
4. Al-Qur’an adal Al-Urwatul Wutsqa
5. Al-Qur’an adalah An-Nural Mubin
Merupakan kitab yang diturunkan sebagai cahaya yang terang benderang.
6. Al-Qur’an adalah Aziz. Yang mulia, dimuliakan oleh Allah dari segala perubahan.
7. Al-Qur’an adalah Majid. Yakni agung lagi mulia.
8. Al-Qur’an adalah Al-Huda. Yakni Al-Qur’an merupakan petunjuk.
A. PENGERTIAN AS-SUNNAH
Jika dipandang dari sudut etimologi atau bahasa sunnah berarti metode atau jalan yang mencakup
konotasipositif maupun negatif. Makna lain dari sunnah menurut bahas adalah kebiasaan, syariat,
contoh terdahulu, dan adat.
As-Sunnah menurut istilah syariat ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi dalam bentuk qaul
(ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksutkan
dengannya sebagai tasyri’ (pensyariatan) bagi umat Islam.
C. MACAM-MACAM SUNNAH
1. Hadits qauli (sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi yang ada hubungannya
denga tasyri’.
2. Hadits fi’il (sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi yang diberitakan oleh
para sahabatnya tentang wudhu’, shalat, haji, dan selainnya.
3. Hadits taqriri ialah segala perbuatan sahabat yang diketahui oleh Nabi dan beliau
membiarkannya (sebagai tanda setuju) dan tidak mengingkarinya.
A. PENGERTIAN IJTIHAD
Secara bahasa berarti mencurahkan semua kemampuan untuk menghasilkan perkara yang besar.
Menurut istilah, ijtihad adalah mencurahkan semua kemampuan untuk mengetahui hukum syari.
Adapun orang yang mencurahkan semua kemampuannya untuk mengetahui hukum syari disebut
mujtahid.
B. SYARAT-SYARAT BERIJTIHAD
1. Mengetahui dalil-dalil sayri yang diperlukan dalam berijtihad
Apabila seseorang berijtihad dalam masalah ahkam (hukum-hukum), maka dia harus
mengetahui ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkaitan dengan masalah aqidah, tidak harus
diketahui karena hal itu tidak berkait dengan ijtihadnya.
2. Mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan keshasihan hadits dan kelemahannya
Bila seseorang tidak mengetahui hal-hal yang berkait dengan keshahihan hadits dan
kelemahannya, maka ia bukan seorang mujtahid. Sebab, bisa jadi dia menetapkan hukum
berdasarkan hadits dhaif dengan menolak hadits yang shahih. Oleh karena itu mujtahid harus
memiliki ilmu hadits dan rijalnya.
3. Mengetahui nasikh dan mansukh dan perkara-perkara yang sudah disepakati ulama
Karena jika tidak mengetahuinya maka terkadang ia menghukumi berdasarkan ayat atau
hadits yang telah mansukh. Padahal sudah dimaklumi, hadits yang telah dimansukh tidak
boleh digunakan dalam penetapan hukum, karena kandungan hukumnya telah dihapus.
4. Mengetahui substansi dalil-dalil yang menyebabkan terjadinya perbedaan hukum
Seorang mujtahid harus mengetahui substansi yang tersimpan dalam dalil-dalil yang
mengakibatkan munculnya hukum yang berbeda. Misalnya seperti takhshish
(pengkhusussan), taqyid (pembatasan), dan lain-lain. Sebab, kalau ia buta dengan hal itu maka
mungkin menghukumi dengan keumuman kandunagn dalil, padahal ada dalil lain yang
mengkhususkannya atau terpaku pada kemutlakan dalil, semantara terdapat dalil lain tang
mentaqyidkannya.
5. Mengetahui dalalah lafazh-lafazh (karakter petunjuk kata) dalam bahasa arab dan ushul fiqih
Dengan demikian, dia bisa menghukumi sesuai dengan dalalah-dalalah tersebut. Seseorang
apabila tidak mengetahui apa yang dinamakan ‘amm -misalnya- maka ia tidak tahu bahwa
lafazh ini berarti umum atau khusus, sehingga tidak mungkin bisa beristimbat hukum secara
benar.
6. Memeliki kemampuan untuk beristimbat hukum melalui dalil-dalilnya
Terkadang seseorang memiliki syarat-syarat diatas, tetapi tidak bisa beristimbat dan justru
bertaklid kepada orang lain. Dia berpendapat dengan pendapat yang dikatakan oleh
oranglain.
E. MACAM-MACAM IJTIHAD
1. AL Ijtihadul Bayani, yaitu menjelaskan (bayan) hukum-hukum syariah dari nash-nash syari.
2. Al Ijtihadul Qiyasi, yaitu meletakkan (dal’an) hukum-hukum syariah untuk kejadian atau
peristiwa yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah. Dengan jelas menggunakan qiyas
atas apa yang terdapat dalam nash-nash hukum syari.
3. Al Ijtihadul Isthishlahi, yaitu meletakkan hukum-hukum syariah untuk kejadian atau peristiwa
yang terjadi yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan sunnah menggunakan ar-ra’yu yang
disandarkan atas isthishlah.
G. MANFAAT IJTIHAD
1. Kita bisa mengetahui hukum dari setiap permasalahan yang baru dialami oleh umat Islam
sehingga untuk hukum Islam senantiasa mengalami perkembangan dan dapat menjawab
tantangan zaman.
2. Kita bisa meyesuaikan hukumnya berdasarkan perubahan waktu, zaman dan kondisi.
3. Kita menetapkan fatwa terhadap permasalahan yang tidak berhubungan dengan haram atau
halal.
4. Kita bisa membantu umat Islam dalam menghadapi setiap masalah yang memang belum
terdapat hukumnya di Al-Qur’an dan hadits.
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi, dan adalah Allah maha mengetahui segala sesuatu.”
(Q.S. Al Azhab, 40).
Ini adalah nama-nama beliau yang ditunjukkan secara sharih (lugas) oleh dalil-dalil. Namun
banyak diantara para ulama juga menambahkan nama-nama lain untuk beliau, yang diambil dari
setiap sifat yang dinisbatkan kepada beliau.
Adapun nasab beliau adalah anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf
bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhr bin
Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar binMa’ad bin Adnan. Nasab
beliau tersebut adalah nasab yang baik, dari awal hingga akhirnya. Tidak ada sedikitpun terdapat
kejahatan padanya.
B. KELAHIRAN MUHAMMAD
Rasulullah lahir ditengah keluarga Bani Hasyim di Makkah pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul
Awwal tahun gajah yang menandai momen penting ketika raja vasal Ethiopia di Yaman, Abrahah
bermaksud meratakan bangunan Ka'bah. Pasukan ini bertolak menuju Makkah dengan membawa
gajah. Ka'bah nyatanya tak pernah runtuh, dan pasukan Abrahah dihujani batu yang dilempar
burung ababil, demikian dikisahkan dalam sumber-sumber resmi Islam. Peristiwa penyerangan
Ka'bah ini juga diabadikan dalam Alquran surah Al-Fiil. Di "Tahun Gajah" itulah, bayi Muhammad
lahir dari rahim Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhra sebagai anak yatim. Ayahnya,
Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dalam perjalanan niaga dari Syam. Abdullah meninggal
ketika singgah ke tempat saudara ibunya di Yatsrib. Selepas Aminah melahirkan, Abdul Muthalib
amat gembira dan membawa bayi yang baru lahir itu ke Ka'bah, serta memberinya nama
Muhammad. Nama "Muhammad" yang dipilihkan Abdul Muthalib menimbulkan pertanyaan di
kalangan kaum Arab Makkah. Ketika diadakan "kenduri" penyembelihan unta selepas 7 hari
kelahiran sang bayi, sebagaimana dituliskan Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup
Muhammad (1980), orang-orang Quraisy bertanya-tanya kenapa nama bayi itu tidak diambil dari
nama-nama nenek moyang mereka. Abdul Muthalib yang menyaksikan kedahsyatan peristiwa
"Perang Gajah" dan bantuan serangan dari "langit" lantas menjawab: “Kuinginkan dia
[Muhammad] akan menjadi orang yang terpuji bagi Tuhan di langit dan bagi makhluk-Nya di
bumi.” Dalam bahasa Arab, kata "Muhammad" diambil dari kata sifat yang berarti "orang yang
terus-menerus terpuji." Harapan Abdul Muthalib terkabul karena Nabi Muhammad SAW menjadi
sosok yang demikian berpengaruh, berbudi pekerti luhur hingga dijuluki Al-Amin (orang
terpercaya), dan memperoleh tempat khusus di sejarah dunia.
F. SIFAT-SIFAT RASULULLAH
1. Shidiq
yang artinya benar. Bukan hanya perkataannya yang benar, tetapi juga perbuatannya juga
benar. Sejalan dengan ucapannya
2. Amanah
Artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika suatu urusan diserahkan kepadanya, niscaya orang
percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
3. Tabligh
Artinya menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh
Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu menyinggung Nabi.
4. Fathonah
Artinya cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan 6.236 ayat Al-
Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang
luar biasa.