Anda di halaman 1dari 17

Amelia Syifa Herningtyas 1306368204 Teknik Metalurgi dan Material

AGAMA ISLAM

MAKNA AGAMA ISLAM Agama merupakan ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun diwariskan oleh suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Ditinjau dari arti etimologinya, Islam berasal dari kata aslama-yuslimu-Islaman (diambil dari kata dasarnya salima artinya selamat, sentosa). Dengan imbuhan huruf hamzah aslama-yuslimu-Islaman, selain bermakna selamat dan damai, ternyata kata tersebut juga berarti tunduk, patuh atau berserah diri. Oleh karena itu, Islam memiliki arti yang sangat luas, yaitu selamat, damai, sentosa, dan suci yang diraih dari ketundukan dan kepatuhan yang penuh kepada Pencipta, Allah SWT. Jadi bisa dikatakan bahwa Islam adalah Damai kepada Pencipta dengan tunduk, patuh, dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya. Rasulullah bersabda : Orang muslim adalah orang yang tidak mengganggu orang muslim baik dengan lidah maupun tangannya, dan orang yang hijrah itu adalah orang yang hijrah meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh Allah. (Shahih Al Bukhari) Islam adalah satu-satunya agama yang diturunkan Allah kepada umat manusia secara estafet melalui para Nabi dan Rasul-Nya sehingga sampai kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW sebagai penyempurna ajaran agama Islam.

Allah berfirman dalam Al-Quran surat Ali Imran ayat 19 :

Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisabnya. (QS. Ali Imran, 3:19)

Pada ayat ini Allah menerangkan agama yang diakui-Nya hanyalah agama Islam yaitu agama tauhid. Semua agama dan syariat yang dibawa Nabi-Nabi terdahulu intinya satu, ialah "Islam" yaitu berserah diri kepada Allah Yang Maha Esa, menjunjung tinggi perintah-perintah-Nya dan berendah diri kepada-Nya. Maka yang dinamakan orang Islam yang benar ialah orang yang ikhlas di dalam melaksanakan segala amalnya, serta kuat imannya lagi bersih dari syirik. Allah berfirman :

Artinya : Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia. (QS. Al Anbiya:107) Nabi Muhammad Shallallahu alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lilalamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.

MENGAPA AGAMA ISLAM?

Al-Islam adalah agama Allah

Al-Islam adalah merupakan agama yang diturunkan langsung oleh Allah dan satusatunya agama yang dijanjikan oleh Allah sebagai agama keselamatan. Ajaran dalam Islam tidak dibuat semata-mata oleh manusia tapi dibuat oleh Allah Azza wa Jalla sehingga tidak ada cacat sedikitpun dalam Al-Islam. Semua urusan mulai dari kita bangun tidur hingga kita tertidur kembali, telah diatur dan tidak ada celah yang luput sama sekali dalam Islam.

Rohmatan Lilalamin (Rahmat bagi seluruh Alam)

Dalam Islam kekerasan sangat dihindari bahkan adalah cara paling terakhir yang dapat dilakukan jika semua jalan damai menemui kebuntuan. Dalam penyebarannya pun Islam menggunakan jalan damai tanpa adanya kekerasan, setidaknya itu yang dilakukan para waliyullah yang menyebarkan Islam di Indonesia. Mereka menggunakan pendekatan secara kebudayaan sehingga akhirnya dapat diterima, dipeluk dan menjadi agama mayoritas walaupun datangnya paling terakhir di Indonesia. Bukan hanya itu, Islam juga merupakan rahmat bagi alam artinya tidak hanya manusia semata yang merasakan kelembutan dan keakraban Islam, tapi juga bangsa binatang, tumbuhan dan semua makhluk yang ada dialam ini merasakan kelembutan dari para pemeluknya. Islam mengajarkan tentang bagaimana bersikap dengan alam, binatang, tumbuhan dan sesama manusia. Bahkan dalam Islam kita dilarang kencing ke lubang yang ada dalam tanah, ini adalah suatu penghormatan Islam akan kehidupan yang mungkin ada dilubang itu. Islam mengajarkan kita untuk bersikap bijak terhadap alam karena dari alamlah rizki manusia berasal. Maka dari itulah Islam menyebut dirinya Rohmatan Lilalamin (rahmat bagi seluruh alam) karena memang mengajar kepada para pemeluknya tentang sikap santun terhadap alam.

Semua yang kita kerjakan adalah ibadah

Inilah nilai lebih dari Al-Islam, semua yang kita kerjakan bahkan tidurpun adalah ibadah dalam Islam. Sungguh suatu nilai lebih yang bukan sekedar promosi belaka, tapi ini belaku kepada siapapun baik ia mualaf (baru memeluk Islam) ataupun yang sudah menjadi mukalaf (orang yang sudah baligh), dan kapanpun hingga dunia ini hancur. Bukan hanya itu, diantara agama lain hanya Islamlah yang mempunyai ibadah pokok yang jumlahnya paling banyak yaitu sholat lima waktu tujuh belas rokaat. Bila kita ingin membuat perumpamaan, sholat itu ibarat kita mandi, yang dibersihkan tidak tanggung-tanggung lagi bukan kotoran, atau kuman tapi dosa yang dibersihkan. Bila seseorang itu mandi sehari lima kali sehari, kira-kira bersih tidak? Pastilah bersih dibanding dengan mandi sehari sekali ataupun tiga hari sekali atau malah seminggu sekali mungkin juga sebulan sekali. Ini masih baru mandi wajib, belum lagi mandi-mandi sunnah yang jumlahnya bisa sampai lima atau bahkan sepuluh kali sehari. Masih mau pilih yang lain???

Agama sosial

Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya bagaimana menata hidup dan kehidupannya. termasuk tata cara bersosialisasi. Islam sangat menghargai perbedaan bahkan Islam sangat menghormati pemeluk agama lain. Ini dibuktikan dengan sabda Rasulullah Barang siapa menyakiti orang kafir yang hendak hidup damai bersama orang-orang muslim maka ia menyakitiku(Kurang lebih demikian hadistnya). Ini adalah nilai yang sangat tinggi yang dijunjung Islam dalam sosialisasinya bahkan penghormatan yang tertinggi diberikan kepada siapa yang ingin berdamai dan bersosialisasi dengan para pemeluknya. Memang benar dalam Islam ada jihad, tapi itu semata-mata adalah bentuk pengabdian dan pengorbanan demi mempertahankan apa yang menjadi hak kita. Islam sangat menghargai hak milik dan melindunginya secara penuh, dan jihad adalah salah satu cara untuk melindungi apa yang kita miliki dan apa yang kita punyai. Sehingga tidak dibenarkan dalam Islam jihad dalam memerangi orang-

orang yang hendak hidup damai, suatu salah besar jika mengatasnamakan jihad untuk sebuah teror yang meresahkan manusia yang tadinya hidup damai. Namun adakalanya juga ummat Islam ditekan, dan terus menerus ditekan sehingga jihad adalah merupakan satu-satunya jalan untuk menegakkan kembali sendi-sendi Islam tersebut. Bukan untuk tujuan menebar teror ataupun menjajah tapi lebih kepada mengembalikan hak-hak yang dirampas, menegakkan kembali panji Islam dan memberantas penindasan atas warga muslim. Tidak ada dalam tatanan hukum Islam bahwa Al-Islam harus menebarkan teror, membuat keresahan dan menghilangkan perdamaian. Kami hidup berdasarkan prinsip lebah, memakan dari yang baik, menebarkan kebaikan dan memberi manfaat bagi seluruh alam. Tapi jangan pernah mengusik lebah, karena ia tidak akan mengusik anda. Namun bila lebah diusik maka mereka akan mati-matian dan dengan segenap nyawa dan tenaga akan melawan hingga kedamaian itu kembali tercipta.

Agama keselamatan

Islam merupakan agama keselamatan yang tiap pemeluknya dijamin akan selamat baik didunia terlebih lagi diakherat dengan syarat menjalankan Islam secara menyeluruh dan bersungguh-sungguh. Islam menjamin setiap pemeluknya masuk syurga bila dalam diri seseorang itu tidak menduakan Allah. Karena itu adalah dosa terbesar yang tiada dapat tertebus kecuali dengan taubatan nashuha yaitu tobat dengan seluruh jiwa dan raga yang berarti tidak akan mendekati dan melakukan hal yang demikian lagi. Tapi mungkinkah tidak ada pemeluk Islam yang masuk neraka? Karena neraka itu ibarat bak pencucian yang teramat sangat besar dan kitalah manusia yang akan dicuci dan dibersihkan untuk nantinya dimasukkan ke syurga. Karena sekecil apapun itu, yang namanya iman itu adalah cahaya yang bersinar dari dalam Qolbu atau hati. Jadi ia akan tetap bersinar walau dalam hati itu keruh dan kotor, dan hanya nerakalah tempat pembersihan yang terakhir agar cahaya itu menjadi murni tanpa kegelapan dan noda yang meredupkan sinarnya. Kenapa pembersihan terakhir?

Karena selama kita masih menghirup nafas, jantung masih berdetak dan darah masih mengalir maka kesempatan untuk melakukan pembersihan hati terbuka lebar, hingga nafas berada diujung kerongkongan. Di dunialah pembersihan yang pertama dan utama, dan seburuk-buruk tempat adalah neraka walau itu ditingkat paling atas. Jadi jika melaksanakan ajaran Islam secara sungguh-sungguh dan istiqomah (berkelanjutan) maka insyaAllah keselamatan akan selalu bersama kita. Allahumma Salamatan Fiddin, Wa afiatan fil jasad, Wa Ziadatan fil ilmi, Wa barokatan firrizki, Wataubatan Qoblal maut, Warohmatan indal maut, Wamaghfirotan badal maut, begitulah doa setiap muslim agar ia selalu dalam keselamatan, mendapatkan keberkahan dalam hidup dan kematian yang khusnul khotimah.

Lalu, mengapa mencari agama selain Islam? Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 183 :

Artinya : Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit & di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa & hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. ( QS. Ali Imran, 3:83) KARAKTERISTIK AJARAN AGAMA ISLAM
1.

Ajarannya selain sederhana, rasional dan praktis, juga membangkitkan kemampuan berpikir dan mendoakan manusia untuk menggunakan akal dan penalarannya.

Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (QS. Ali Imran, 3:190) 2. Kesatuan antara kebendaan dan kerohanian. Menurut pandangan Islam, kemajuan spiritual dapat dicapai bila manusia berada di tengah manusia lain di dunia dan keselamatan spiritual baru dapat dicapai dengan memanfaatkan sumber daya material. 3. Islam memberikan petunjuk bagi seluruh kehidupan manusia.

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qasas, 28:77)

4. Keseimbangan antara individu dan masyarakat. Islam mengakui keberadaan manusia sebagai individu dan membela hakhak asasinya.

Artinya : Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. (QS. An-Najm, 53:39)

Allah juga berfirman dalam surat Az-Zariyat yang artinya : Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. 5. Islam bersifat menyeluruh dan universal. Islam menjamin Tuhan dalam Islam adalah Tuhan sekalian alam dan Muhammad SAW adalah Rasul-Nya untuk seluruh manusia. Allah berfirman dalam surat Al Araf ayat 158 : Katakanlah: Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya, Nabi yang umi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.

6. Ketetapan dan Perubahan Al Quran dan Sunnah berisi pedoman yang abadi dari Tuhan dan Rasulnya. Tidak terikat oleh batas ruang dan waktu.

SUMBER AJARAN ISLAM

1. AL-QURAN Al-Quran adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampai- kan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sediki selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekah kemudian di Medinah. Ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu dapat dibedakan antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih tinggal di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Ayat-ayat yang turun ketika Nabi Muhammad masih berdiam di Mekkah di sebut ayat-ayat Makkiyah, sedangkan

ayat-ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad pindah ke Medinah dinamakan ayat-ayat Madaniyah. KANDUNGAN AL QURAN Al-Quran sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam hidup baik di dunia dan akhirat, berisi hal-hal antara lain : 1. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk akidah ini berintikan keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan kepastian adanya hari kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak. 2. Petunjuk mengenai syariah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.

3. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial. 4. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah kaum Saba yang tidak mensyukuri karunia yang diberikan Allah, sehingga Allah menghukum mereka dengan mendatangkan banjir besar serta mengganti kebun yang rusak itu dengan kebun lain yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya. 5. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir manusia yang disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala (terompet) oleh malaikat Israil. Apabila sangkakala pertama ditiupkan, diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah terjadilah kiamat dan terbelahlah langit.... (Qs al-Haqqah (69) : 13-16). 6. Benih dan Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.

7. Hukum yang berlaku bagi alam semesta.

2. AL-HADIS Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua setelah Al Quran. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya. Hal ini sejalan dengan firman Allah : Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, (QS Al Hasyr : 7) Perintah meneladani Rasulullah SAW ini disebabkan seluruh perilaku Nabi Muhammad SAW mengandung nilai-nilai luhur dan merupakan cerminan akhlak mulia. Apabila seseorang bisa meneladaninya maka akan mulia pula sikap dan perbutannya. Hal tersebut dikarenakan Rasulullah SAW memilki akhlak dan budi pekerti yang sangat mulia. Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua, juga dinyatakan oleh Rasulullah SAW: Artinya: Aku tinggalkan dua perkara untukmu sekalian, kalian tidak akan sesat selama kalian berpegangan kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunah rasulnya. (HR Imam Malik) Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua yang memilki fungsi sebagai berikut : 1. Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al Quran, sehingga kedunya (Al Quran dan Hadits) menjadi sumber hukum untuk satu hal yang sama. Misalnya Allah SWT di dalam Al Quran menegaskan untuk menjauhi perkataan dusta, sebagaimana ditetapkan dalam firman-Nya yang artinya :

Jauhilah perbuatan dusta (QS Al Hajj : 30) Ayat diatas juga diperkuat oleh hadits-hadits yang juga berisi larangan berdusta. 2. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih bersifat umum. Misalnya, ayat Al Quran yang memerintahkan shalat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji, semuanya bersifat garis besar. Seperti tidak menjelaskan jumlah rakaat dan bagaimana cara melaksanakan shalat, tidak merinci batas mulai wajib zakat, tidak memaparkan cara-cara melaksanakan haji. Rincian semua itu telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya. Contoh lain, dalam Al Quran Allah SWT mengharamkan bangkai, darah dan daging babi. Bangkai itu haram dimakan, tetapi tidak dikecualikan bangkai mana yang boleh dimakan. Kemudian datanglah hadits menjelaskan bahwa ada bangkai yang boleh dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang. Sabda Rasulullah SAW:

, :

: ) )

Artinya: Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun dua macam bangkai adalah ikan dan belalalng, sedangkan dua macam darah adalah hati dan limpa (HR Ibnu Majjah) 3. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al Quran. Misalnya, cara menyucikan bejana yang dijilat anjing, dengan membasuhnya tujuh kali, salah satunya dicampur dengan tanah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

) (

Artinya: Menyucikan bejanamu yang dijilat anjing adalah dengan cara membasuh sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Baihaqi) Hadits menurut sifatnya mempunyai klasifikasi sebagai berikut: 1. Hadits Shohih adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak berillat, dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohehan suatu hadits. 2. Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalannya), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat dan kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang makbul biasanya dibuat hujjah untuk sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau tidak terlalu penting. 3. Hadits Dhoif, adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih syaratsyarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhi. Adapun syarat-syarat suatu hadits dikatakan hadits yang shohih, yaitu: 1. Rawinya bersifat adil 2. Sempurna ingatan 3. Sanadnya tidak terputus 4. Hadits itu tidak berilat, dan 5. Hadits itu tidak janggal 3. IJTIHAD Ijtihad ialah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dalam Al Quran maupun Hadits, dengan menggunakan akal pikiran yang sehat dan jernih, serta berpedoman kepada cara-

cara menetapkan hukum-hukum yang telah ditentukan. Hasil ijtihad dapat dijadikan sumber hukum yang ketiga. Hasil ini berdasarkan dialog nabi Muhammad SAW dengan sahabat yang bernama muadz bin jabal, ketika Muadz diutus ke negeri Yaman. Nabi SAW, bertanya kepada Muadz, bagaimana kamu akan menetapkan hukum kalau dihadapkan pada satu masalah yang memerlukan penetapan hukum?, muadz menjawab, Saya akan menetapkan hukum dengan Al Quran, Rasul bertanya lagi, Seandainya tidak ditemukan ketetapannya di dalam Al Quran? Muadz menjawab, Saya akan tetapkan dengan Hadits. Rasul bertanya lagi, seandainya tidak engkau temukan ketetapannya dalam Al Quran dan Hadits, Muadz menjawab saya akan berijtihad dengan pendapat saya sendiri kemudian, Rasulullah SAW menepuk-nepukkan bahu Muadz bi Jabal, tanda setuju. Kisah mengenai Muadz ini menjadikan ijtihad sebagai dalil dalam menetapkan hukum Islam setelah Al Quran dan hadits.

Untuk melakukan ijtihad (mujtahid) harus memenuhi beberapa syarat berikut ini: 1. Mengetahui isi Al Quran dan Hadits, terutama yang bersangkutan dengan hukum 2. Memahami bahasa arab dengan segala kelengkapannya untuk menafsirkan Al Quran dan hadits 3. Mengetahui soal-soal ijma 4. Menguasai ilmu ushul fiqih dan kaidah-kaidah fiqih yang luas. Islam menghargai ijtihad, meskipun hasilnya salah, selama ijtihad itu dilakukan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Dalam hubungan ini Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Apabila seorang hakim dalam memutuskan perkara melakukan ijtihad dan ternyata hasil ijtihadnya benar, maka ia memperoleh dua pahala dan apabila seorang hakim dalam memutuskan perkara ia melakukan ijtihad dan ternyata

hasil ijtihadnya salah, maka ia memperoleh satu pahala. (HR Bukhari dan Muslim) Islam bukan saja membolehkan adanya perbedaan pendapat sebagai hasil ijtihad, tetapi juga menegaskan bahwa adanya beda pendapat tersebut justru akan membawa rahmat dan kelapangan bagi umat manusia. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:

Perbedaan pendapat di antara umatku akan membawa rahmat (HR

Nashr Al muqaddas) Dalam berijtihad seseorang dapat menempuhnya dengan cara ijma dan qiyas. Ijma adalah kesepakatan dari seluruh imam mujtahid dan orang-orang muslim pada suatu masa dari beberapa masa setelah wafat Rasulullah SAW. Berpegang kepada hasil ijma diperbolehkan, bahkan menjadi keharusan. Dalilnya dipahami dari firman Allah SWT: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasulnya dan ulil amri diantara kamu. (QS An Nisa : 59) Dalam ayat ini ada petunjuk untuk taat kepada orang yang mempunyai kekuasaan dibidangnya, seperti pemimpin pemerintahan, termasuk imam mujtahid. Dengan demikian, ijma ulam dapat menjadi salah satu sumber hukum Islam. Contoh ijam ialah mengumpulkan tulisan wahyu yang berserakan, kemudian membukukannya menjadi mushaf Al Quran, seperti sekarang ini. Qiyas (analogi) adalah menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada hukumnya dengan kejadian lain yang sudah ada hukumnya karena antara keduanya terdapat persamaan illat atau sebab-sebabnya. Contohnya, mengharamkan minuman keras,

seperti bir dan wiski. Haramnya minuman keras ini diqiyaskan dengan khamar yang disebut dalam Al Quran karena antara keduanya terdapat persamaan illat (alasan), yaitu sama-sama memabukkan. Jadi, walaupun bir tidak ada ketetapan hukumnya dalam Al Quran atau hadits tetap diharamkan karena mengandung persamaan dengan khamar yang ada hukumnya dalam Al Quran.

Sebelum mengambil keputusan dengan menggunakan qiyas maka ada baiknya mengetahui Rukun Qiyas, yaitu: 1. Dasar (dalil) 2. Masalah yang akan diqiyaskan 3. Hukum yang terdapat pada dalil 4. Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang diqiyaskan Bentuk Ijtihad yang lain :

Istihsan/Istislah, yaitu mentapkan hukum suatu perbuatan yang tidak dijelaskan secara kongret dalam Al Quran dan hadits yang didasarkan atas kepentingan umum atau kemashlahatan umum atau untuk kepentingan keadilan.

Istishab, yaitu meneruskan berlakunya suatu hukum yang telah ada dan telah ditetapkan suatu dalil, sampai ada dalil lain yang mengubah kedudukan dari hukum tersebut.

Istidlal, yaitu menetapkan suatu hukum perbuatan yang tidak disebutkan secara kongkret dalam Al Quran dan hadits dengan didasarkan karena telah menjadi adat istiadat atau kebiasaan masyarakat setempat. Termasuk dalam hal ini ialah hukum-hukum agama yang diwahyukan sebelum Islam. Adat istiadat dan hukum agama sebelum Islam bisa diakui atau dibenarkan oleh Islam asalkan tidak bertentangan dengan ajaran Al Quran dan hadits.

Maslahah mursalah, ialah maslahah yang sesuai dengan maksud syarak yang tidak diperoeh dari pengajaran dalil secara langsung dan jelas dari maslahah itu. Contohnya seperti mengharuskan seorang tukang mengganti atau

membayar kerugian pada pemilik barang, karena kerusakan diluar kesepakatan yang telah ditetapkan.

Al Urf, ialah urursan yang disepakati oleh segolongan manusia dalam perkembangan hidupnya. Zarai, ialah pekerjaan-pekerjaan yang menjadi jalan untuk mencapai mashlahah atau untuk menghilangkan mudarat.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Hadits Kaelany HD., Dr., MA, Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press, 2010. Ilmy, Bachrul. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Grafindo, 2008. http://muslim.or.id/al-quran/Islam-rahmatan-lil-alamin.html (diakses pada tanggal 27 Februari 2014 pukul 17.38) http://ocw.gunadarma.ac.id/course/psychology/study-program-ofpsychology-s1/pendidikan-agama-Islam/sumber-agama tanggal 27 Februari 2014 pukul 18.45) (diakses pada

Anda mungkin juga menyukai