Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERJUDIAN MENURUT PANDANGAN ISLAM

Dosen Pembimbing :
Drs. Nurwachid Budi Santoso M.si

Disusun Oleh Kelompok 7

1. Ryan Hidayat
2. Setyo Eriyanto
3. Fariz Firmansyah
4. Andi Muhammad Akbar
5. Muhammad Ichwan Nur Wahid

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


FAKULTAS TEKNIK
2018 / 2019
i
i
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat
merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul "Memahami Islam
Rahmatan Lil’alamin".

Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka
selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki
makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat diambil manfaatnya
dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk mengangkat permasalahan lain yang
relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………….. 2
C. Tujuan………………………………………………………………………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

1) Pengertian Agama Islam……………………………………………………………………………………………. 3

2) Pengertian Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin……………………………………………… 4

3) Perilaku Manusia Sebelum Adanya Islam…………………………………………………………………. 6

4) Sejarah Perkembangan Islam…………………………………………………………………………………… 7

5) Islam Untuk Seluruh Manusia ( Islam Rahmatan Lil Alamin )……………………………………. 7

6) Bagaimanakah Konsep Islam Sebagai Agama Rahmatal li’alamin?............................ 8

7) Bagaimana Pandangan Islam Atas Berbagai Ras dan Agama?.................................... 10

8) Apakah Pengaruh Rohmatal lil’alamin Terhadap Non-Muslim?................................ 11

9) Islam Bukan Agama Teroris…………………………………………………………………………………….. 12

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………….………………………. 12
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BALAKANG

Sejarah penyebaran Islam yang paling awal keluar dari Arab, Islam telah menjadi suatu
agama dari berbagai suku, ras, dan kelompok masyarakat. Islam dimulai dengan penurunan wahyu
kepada Nabi Muhammad saw pada 610 M ketika beliau berusia 40 tahun. Islam adalah suatu agama
yang datang dari Allah Swt atau disebut dengan agama samawi. Demikian pada umumnya kita dapat
menemukan Islam di sebagian besar tempat-tempat utama diantara masyarakat di dunia. Islam
merupakan suatu agama yang disebarkan dan pemeluknya disebut dengan muslim. Oleh karenanya,
sebagai seorang muslim sudah sepatutnya selalu mensyiarkan Islam kepada semua orang di muka bumi
ini dan untuk menjadikan kondisi alam semesta menjadi lebih baik.

Islam adalah “The Way Of Life” atau jalan hidup yang benar, jalan yang membawa keselamatan
dunia dan akhirat. Islam memiliki ciri-ciri Rabbaniyah yaitu bahwa Islam bersumber dari Allah Swt bukan
hasil penciptaan manusia. Islam merupakan suatu kesatuan yang padu yang mencakup seluruh aspek
kehidupan, tak satu aspekpun terlepas dari Islam karena ajarannya yang bersifat integral dan Islam tidak
terbatas dalam waktu tertentu tetapi berlaku untuk sepanjang masa dan di semua tempat.

Dalam Islam, ditemui kaidah-kaidah umum yang mudah dipahami, sederhana dan mudah
dipraktikan yang menjadi kemaslahatan umat manuusia, karena sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an
dan Al-Hadits serta ijtihad sehingga Islam menjadi agama Rahmatan lil ‘Alamin.

Kalau diperhatikan sepintas sejarah pada zaman dahulu, akan dipahami tidak bolehnya sama sekali
berhubungan dengan orang kafir sebagaimana yang dipahami oleh para sahabat sebelum turunnnya
ayat. Akan tetapi sungguh agama ini merupakan rahmat bagi seluruh makhluq, jin maupun manusia,
Muslim maupun kafir, benda hidup maupun mati. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

1. ‫ك إِاَّل َر ۡح َم ۬ةً لِّ ۡل َع ٰـلَ ِمين‬


َ ‫َو َمآ أَ ۡر َس ۡلنَ ٰـ‬

“Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Wahai Muhammad) kecuali rahmat bagi seluruh makhluk.” (Al
Anbiya: 107).

Maka loyalitas walaupun hanya diperuntukkan untuk Islam dan kaum Muslimin. akan tetapi
karena agama ini dibangun di atas kasih sayang bagi seluruh makhluk. Maka Allah Subhanahu wa Ta`ala
tidak melarang kaum Muslimin untuk berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang kafir sepanjang
mereka tidak memerangi kaum Muslimin. Adapun kalau mereka memerangi kaum Muslimin maka hal
tersebut terlarang dalam syariat Islam.

Sikap ini merupakan salah satu dari keadilan Dienul Islam terhadap orang-orang kafir yang tidak
memerangi kaum Muslimin dan ini menunjukkan bahwa kaum Muslimin adalah orang yang paling baik
berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH

10) Pengertian Agama Islam

11) Pengertian Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin

12) Perilaku Manusia Sebelum Adanya Islam

13) Sejarah Perkembangan Islam

14) Islam Untuk Seluruh Manusia ( Islam Rahmatan Lil Alamin )

15) Bagaimanakah Konsep Islam Sebagai Agama Rahmatal li’alamin?

16) Bagaimana Pandangan Islam Atas Berbagai Ras dan Agama?

17) Apakah Pengaruh Rohmatal lil’alamin Terhadap Non-Muslim?

18) Islam Bukan Agama Teroris

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1) Mengetahui Pengertian Agama Islam

2) Mengetahui Pengertian Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin

3) Mengetahui Perilaku Manusia Sebelum Adanya Islam

4) Mengetahui Sejarah Perkembangan Islam

5) Mengetahui Islam Untuk Seluruh Manusia ( Islam Rahmatan Lil Alamin )

6) Mengetahui Konsep Islam Sebagai Agama Rahmatal li’alamin

7) Mengetahui Pandangan Islam Atas Berbagai Ras dan Agama

8) Mengetahui Pengaruh Rohmatal lil’alamin Terhadap Non-Muslim

9) Mengetahui Islam Bukan Agama Teroris


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Agama Islam

Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata ad-din dari bahasa Arab
dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa
kata itu tersusun dari dua kata, a=tidak dan gam=pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun
temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian. Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa
agama berarti teks atau kitab suci. Dan agama-agama memang mempunyai kitab-kitab suci. Selanjutnya
dikatakan lagi bahwa gam berarti tuntunan. Memang agama mengandung ajaran-ajaran yang menjadi
tuntunan hidup bagi penganutnya. 1[1]

Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam, yaitu dari sisi
etimologi dan dari sisi terminologi. Kedua sisi pengertian tentang Islam ini dapat dijelaskan sebagai
berikut. Islam berasal dari bahasa arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa
dan damai. Dari kata salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berarti berserah diri masuk
dalam kedamaian.
Dalam khazanah bahasa Indonesia , kata berislam yang merupakan terjemahan dari kata aslama
terdengar asing ketimbang kata beriman, terjemahan dari kata amana, padahal keduanya banyak
ditemukan dalam Al-Qur’an. Kata aslama atau berislam mengandung makna sikap berserah diri pada
Tuhan sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta. Karena sebuah sikap, pilihan seseorang untuk
berislam itu pada urutannya merupakan sesuatu yang immanent, sebuah pilihan hidup yang menyatu
dengan kepribadian, bukan sebuah ideologi atau ajaran yang berada di luar diri. 2[2]
Makna ajarannya yang membawa pada keselamatan itu terlihat dari karakteristik ajarannya
antara lain: sesuai dengan fitrah dan kebutuhan, ajarannya sempurna (QS. Al-Maidah:3), kebenarannya
mutlak (QS. Al-Baqarah:147), mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan (QS. Al-
Qashas:286), berlaku secara universal (QS. Al-Ahzab:40), serta menciptakan rahmat bagi seluruh alam
yang dinyatakan dalam QS. Al-Anbiya ayat 107:
َ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ إِاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬

“Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.”( QS. Al-
Anbiya:107)
Dalam memahami islam dan ajarannya, berbagai aspek yang berkenaan dengan islam perlu
dikaji secara seksama sehingga dapat dihasilkan pemahaman yang komprehensif. Hal ini penting
dilakukan karena kualitas pemahaman keislaman seseorang dapat mempengaruhi pola pikir, sikap dan
perilaku dalam menghadapi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan islam .

2
2.    Pengertian Islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin
Islam adalah agama rahmatan lil alamin artinya islam merupakan agama yang membawa rahmat
dan kesejahteraan bagi seluruh alam semesta termasuk hewan, tumbuhan dan lainnya apalagi sesama
manusia. Pernyataan bahwa islam adalah agama rahmatan lil alami sebenarnya adalah kesimpulan dari
firman Allah:
َ‫َو َما أَرْ َس ْلنَاكَ إِاَّل َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِمين‬

“Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya
ayat 107)
Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah, sebagaimana
Rasulullah telah bersabda yang terdapat dalam hadis riwayat al-Imam al- Hakim yang artinya:
“Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung atau hewan lainnya yang lebih kecil darinya,
maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya”.

Sungguh begitu indahnya islam, dengan binatang saja tidak boleh sewenang-wenang apalagi
dengan manusia. Bayangkan jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan
sungguh indah dan damainya dunia ini. Nabi Muhammad SAW diutus dengan membawa ajaran Islam,
maka islam adalah rahmatan lil alamin, rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. Atau
dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang.
Yang menjadi tantangan besar umat Islam masa kini adalah Islam belum lagi terwujud
risalahnya, ia belum lagi menjadi rahmat bagi manusia. Karenanya kita harus mengadakan koreksi total
terhadap cara-cara hidup kita, baik dalam bidang ubudiyah maupun dalam bidang muamalah 3[3]

Penafsiran para ahli tafsir tentang Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamain:
1.      Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dalam tafsir Ath-Thabari
“Para ahli tafsir berpendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah seluruh manusia yang
dimaksud dalam ayat ini, adalah seluruh manusia baik mukmin dan kafir?Apakah hanya seorang mukmin
saja?. Sebagian ahli tafsir berpendapat, yang dimaksud adalah seluruh manusia baik mukmin maupun
kafir. Mereka mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu Abbas RA dalam menafsirkan ayat ini:

“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir ditetapkan baginya rahmat di dunia dan akhirat.
Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, bentuk rahmat bagi mereka adalah
dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu seperti mereka semua ditenggelamkan
atau diterpa gelombang besar”.

Pendapat ini benar. “Yaitu Allah mengutus nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh
alam baik mukmin maupun kafir. Rahmat bagi orang mukmin yaitu Allah memberinya petunjuk dengan
sebab diutusnya Rasulullah Saw. Beliau Saw. memasukkan orang-orang beriman kedalam surga dengan
iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah Swt. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak
disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah”
(Diterjemahkan secara ringkas)

2.      Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi dalam tafsir Al-Qurthubi


Said bin Jubair berkata: dan Ibnu Abbas, beliau berkata:

3
“Muhammad Saw adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang beriman dan mmbenarkan ajaran
beliau akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau diselamatkan dari bencana
yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan kedalam bumi atau ditenggelamkan ke dalam
air”

Ibnu Zaid berkata:


“Yang dimaksud “seluruh manusia” dalam ayat ini adalah orang-orang yang beriman”

3.      Ali-Shabuni dalam Safwatut Tafasir


“Makna ayat ini adalah “tidaklah kami mengutusmu wahai Muhammad, melainkan sebagai
rahmat bagi seluruh makhluk”. Sebagaimana dalam sebuah hadits:

Artinya: “Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)”

Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan mendapatkan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Allah swt. Tidak mengatakan rahmatan lilmu’minin, namun mengatakan rahmatan lil’alamin
karna Allah ta’ ala ingin memberikan rahmat bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para
nabi. Muhmmad saw. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga
menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab terciptanya berbagai
kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberi pencerahan dari kejahilan. Beliau memberikan hidayah
kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang disebuat sebagai rahmat bagi
seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini, yaitu ditundanya
hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak di kenakan azab berupa diubah menjadi binatang
atau dibenamkan kebumi atau ditenggelamkan dengan air.

Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa Islam Rahmatan Lilalamin adalah agama yang
memberikan rahmat bagi seluruh alam.
Dengan diturunkannya Q.S. Al-Anfal : 33
َ‫َو َما َكانَ هَّللا ُ لِيُ َع ِّذبَهُ ْم َوأَ ْنتَ فِي ِه ْم ۚ َو َما َكانَ هَّللا ُ ُم َع ِّذبَهُ ْم َوهُ ْم يَ ْستَ ْغفِرُون‬

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan
tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun.”( Q.S. Al-Anfal : 33)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak akan memberikan azab di dunia bagi ummat nabi
Muhammad saw., melainkan ditunggu datangnya hari kiamat. Dan hal tersebut merupakan bentuk
rahmat didunia bagi umat Nabi Muhammad saw. Berbeda dengan umat-umat nabi terdahulu, bila ada
yang kafir atau maksiat, maka atas perintah Allah langsung diturunkan azab.

Jelaslah bahwa islam adalah Agama rahmatan Lilalamin dan tidak ada pembedaan antara
muslim dan non muslim atas rahmat dunia. Karna rahmat dalam konteks ‘rahma’ adalah bersifat ammah
kulla syai’ meliputi segala hal, sehingga orang-orang non muslim pun mendapatkan kerahman-an di
dunia. Islam merupakan agama yang pluralis, karna islam mengakui keberadaan bangsa, lapisan
masyarakat, dan islam juga mengakui semua agama. Dengan adanya kesadaran untuk menghargai
adanya pluralisme merupakan bukti bahwa islam membawa rahmat bagi seluruh alam.
3.    Perilaku Manusia Sebelum Adanya Islam
Islam merupakan agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Keadaan bumi sebelum
masuknya islam merupakan keadaan yang amat buruk dan mengenaskan, diamana sebagian dari
manusia ada yang menyembah pohon, batu, patung ( berhala), matahari, bulan dan bintang, bahkan ada
yang menyembah sesama manusia yang mana kesemuanya itu adalah ciptaan Allah swt. Manusia yang
hidup dimasa itu tidak lagi mempunyai rasa keadilan dan kemanusiaan. Yang kuat akan semakin berdiri
tegak dan ditakuti, sedang yang lemah akan semakin tertindas. ‘’ the rich richer and the poor poorer’.
Kebiasaan- kebiasaan manusia pada saat itu tidak lagi mencerminkan manusia yang mempunyai
akal seperti yang telah diberikan Allah swt. Untuk berfikir dan merenungkan karunia dan nikmat Allah
swt. Melainkan akal mereka telah ditundukkan oleh hawa nafsu. Kedzaliman telah terjadi dimana-mana.
Bahkan mereka tega untuk mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru saja dilahirkan oleh
ibunya. Karna mereka menganggap bahwa anak perempuan itu aib bagi mereka.

4.     Sejarah Perkembangan Islam


Hadirnya islam membawa pengaruh besar dalam kehidupan manusia. Terutama dalam bidang
ilmu pengetahuan. Beberapa tahun penyebaran agama islam di Arab, menjadikan peradaban dan
universitas berkembang dengan pesat sehingga timbulnya pemikiran yang baru dengan yang lama
menghasilkan kemajuan dalam medis, matematika, fisika, astronomi, geografi, sastra, dan lain-lain.
Banyak sistem yang krusial seperti ilmu pengetahuan tentang : al-jabar, angka arab dan konsep angka
nol (0) ( bilangan yang sangat diperdulikan dalam ilmu eksakta ) yang disebarkan ke eropa pada abad
pertengahan yang berasal dari dunia islam. Itulah mengapa islam disebut sebagai agama rahmatan
lilalamin karna islam hadir kedunia membawa karunia yang amat berarti bagi manusia, bukan saja bagi
ummat muslim tapi seluruh ciptaan Allah swt.. dijagat raya termasuk non muslim. Baik muslim maupun
non muslim jika mereka melakukan hal-hal yang diperlukan kerahmatan, maka mereka akan
mendapatkan hasilnya. Kendati mereka muslim tetapi mereka tidak melakukan ikhtiar kerahmatan ,itu
berlaku hukum kompetitif. Misalnya, orang islam tidak melakukan kegiatan belajar maka tidak bisa dan
tidak akan menjadi pintar. Sementara orang yang melakukan ikhtiar kerahmatan meski dia non muslim
mereka akan mendapatkan pengetahuan.

5.     Islam Untuk Seluruh Manusia ( Islam Rahmatan Lil Alamin )


Kata islam mempunyai dua makna. Pertama, nash ( teks ) wahyu yang menjelaskan Din
( agama ). Kedua, islam merujuk kepada amal manusia, yaitu keimanan dan ketundukan manusia kepada
nash ( teks ) wakhu yang berisi ajaran din ( agama ) Allah swt. Berdasarkan makna pertama, islam yang
dibawa satu rasul berbeda dengan rasul yang lain, dalam hal keluasan dan keuniversalannya. Islam yang
dibawa nabi Muhammadd saw. Lebih luas lagi dari pada yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya.
Apalagi nabi-nabi sebelumnya diutus hanya untuk kamunya sendiri. Nabi Muhammad diutus untuk
seluruh umat manusia. Oleh karna itu islam yang dibawanya lebih luas dan menyeluruh. Tak heran jika
Al-Qur’an bisa menjelaskan dan menunjukan tentang segala sesuatu kepada manusia. Allah swt.
Berfirman:
‫َي ٍء َوهُدًى َو َرحْ َمةً َوبُ ْش َر ٰى‬
ْ ‫َاب تِ ْبيَانًا لِ ُك ِّل ش‬ َ ‫ث فِي ُك ِّل أُ َّم ٍة َش ِهيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس ِه ْم ۖ َو ِج ْئنَا بِكَ َش ِهيدًا َعلَ ٰى ٰهَؤُاَل ِء ۚ َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْي‬
َ ‫ك ْال ِكت‬ ُ ‫َويَوْ َم نَ ْب َع‬
َ‫لِ ْل ُم ْسلِ ِمين‬

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari
mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan
Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta
rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q`S An-Nahl :89)
6. Konsep Rahmatan Lil’alamin agama islam

Memang benar agama islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Namun banyak orang yang salah kaprah
dalam menafsirkannya. Sehingga banyak kesalahan dalam memahami praktek beragama bahkan dalam
hal yang fundamental yaitu akidah.

Pernyataan bahwa islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin sebenarnya adalah kesimpulan dari
firman Allah Ta’ala,

“Kami tidak mengutus engkau (wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam
semesta”.[1]

Tugas Nabi Muhammad adalah membawa rahmat bagi sekalian alam, maka itu pulalah risalah
agama yang dibawanya. Tegasnya, risalah Islam ialah mendatangkan rahmat buat seluruh alam. Lawan
daripada rahmat ialah bencan dan malapetaka. Maka jika dirumuskan ke dalam bentuk kalimat yang
menggunakan kata peniadaan, kita lau mendapat pengertian baru tapi lebih tegas bahwa islam itu
“bukan bencana alam”. Dengan demikian kehadiran Islam di alam ini bukan untuk bencana dan
malapetaka, tetapi untuk keselamatan, untuk kesejahteraan dan untuk kebahagiaan manusia lahir dan
batin, baik secara perseorangn maupun secara bersama-sama dalam masyarakat.

Islam itu ibarat Ratu Adil yang menjadi tumpuan harapan manusia. Ia harus mengangkat manusia
dari kehinaan menjadi mulia, menunjuki manusia yang tersesat jalan. Membebaskan manusia dari
semua macam kezhaliman, melepaskan manusia dari rantai perbudakan, memerdekakan manusia dari
kemiskinan rohani dan materi, dan sebagainya. Tugas Islam memberikan dunia hari depan yang cerah
dan penuh harapan. Manusia akhirnya merasakan nikmat dan bahagia karena Islam.

Kebenaran risalah Islam sebagai rahmat bagi manusia, terletak pada kesempurnaan Islam itu
sendiri. Islam adalah dalam satu kesatuan ajaran, ajaran yang satu dengan yang lainnya mempunyai
nisbat dan hubungan yang saling berkait. Maka Islam dapat kita lihat serempak dalam tiga segi yaitu
aqidah, syari’ah dan nizam.

Dalam satu tinjuan, Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai daripada Islam itu sendiri
secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan kebenarannya mutlak karena
bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka segala yang diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu
yang haq

“Dan carilah karunia yang Allah berikan kepadamu untuk keselamtan bagi negri akhirat, tapi
janganlah engkau lupakan masalahmu di dunia. Dan ciptakanlah kebaikan sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, janganlah engkau berbuat kerusuhan di bmi, karena sesungguhnya Allah tidak
senang bagi orang-orang yang berbuat rusuh”. [2]
Yang menjadi tantangan besar umat Islam masa kini adalah Islam belum lagi terwujud risalahnya,
ia belum lagi menjadi rahmat bagi manusia. Karenanya kita harus mengadakan koreksi total terhadap
cara-cara hidup kita, baik dalam bidang ubudiyah maupun dalam bidang mu’amalah.[3]

Umat Islam dilarang menjadi umat pengekor, tetapi sebagai pengendali. Tidak pula boleh menjadi
gerobak yang ditarik ke mana-mana, tetapi sebagai lokomotip yang menarik dan bertenaga besar. Islam
tidak condong ke Barat dan tidak pula miring ke Timur, tapi Islam tampil ke tengah-tengah mengajak
seluruh benua, ras dan bangsa untuk berkiblat kepadanya. Islamlah yang harus memimpin jalannya
sejarah menuju kepada hidup dan kehidupan yang bahagia (hayatun thayyibatun) dalam rangka
masyarakat yang sejahtera dan bahagia di bawah naungan ampunan Allah (baldatun thayyibatun wa
rabbun ghofuur). Betapa tinggi fungsi umat Islam di tengah-tengah kancah kehidupan manusia Allah
berfirman :

“Kamu adalah umat yang paling baik, yang ditempatkan ke tengah-tengah manusia, untuk
memimpin kepada kebaikan, mencegah kemungkaran, dan percaya penuh kepada Allah”.[4]

7. Pandangan Islam Atas Berbagai Ras dan Agama

Dalam agama Islam memandang agama-agama lain dan berbagai ras pun mempunyai konsep
yang baik. Islam sebagai konstitusinya juga mewajibkan perdamaian antar manusia. Ia menyatakan
mengapa manusia dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku tiada lain untuk memudahkan saling
berkenalan dan saling berdekatan antara sesama manusia, bukan menjadikan jalan agar sebagian
manusia itu lebih tinggi dari yang lainnya, dan agar sebagian manusia itu dapat menjadikan dirinya
tuhan.

Orang mukmin mencintai segenap manusia, karena mereka adalah saudaranya, sama-sama
keturunan Adam dan teman karibnya dalam mengabdikan diri kepada Allah. Antara dia dengan mereka
diikat oleh pertalian darah, tujuannya sama dan musuhnya pun sama. Allah SWT menegaskan :

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dari diri
yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kalian.”[5]

Akidah Islam tidak membenarkan perbedaan darah dan perbedaan suku, ras, bangsa dijadikan
alasan untuk saling berpecahbelah. Seorang muslim mempercayai, bahwa seluruh umat manusia adalah
keturunan Adam. Dan Adam diciptakan dari tanah. Perbedaan suku, bangsa, dan warna kulit, adalah
bagian dari tanda-tanda kekuasaan dan kebijaksanaan Allah, dalam menciptakan dan mengatur
makhluk-Nya, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran :
”Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan
bahasa kalian dan warna kulit kalian. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.”[6]

Bagaimana mungkin seorang muslim akan merendahkan suatu bangsa dari bangsa-bangsa
manusia, sedangkan al-Quran mengajarkan supaya menghormati segenap makhluk, baik bangsa,
binatang ataupun burung.

“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan
kedua sayapnya, melainkan (umat-umat) juga seperti kalian. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di
dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun.”[7]

Demikianlah pandangan orang mukmin terhadap umat manusia. Tiada perasaan kebanggaan
tentang nasab, tempat kelahiran, tidak ada perasaan dengki antara kelompok satu dengan yang lain,
antara individu satu dengan yang lain. Yang ada hanyalah perasaan cinta kasih, persamaan dan
persaudaraan.[8]

8. Pengaruh Rahmatan Lil’alamin Bagi Non Muslim

Dalam memperlakukan non muslim (Ahli Dzimmah) mereka mendapatkan hak seperti yang
didapatkan oleh kaum Muslimin, kecuali pada perkara-perkara yang terbatas dan perkecualian.
Sebagaimana halnya juga mereka dikenakan kewajiban seperti yang dikenakan terhadap kaum
Muslimin. Kecuali pada apa-apa yang diperkecualikan. Ialah hak memperoleh perindungan yaitu
melindungi mereka dari segala permusuhan eksternal. Ijma’ Ulama umat Islam terjadi dalam hal ini
seperti yang diriwayatkan Abu Daud dan Al-Baihaqi

“Siapa-siapa yang menzhalimi kafir mu’ahad atau mengurangi haknya, atau membebaninya di
luar kesanggupannya, atau mengambil sesuatu daripadanya tanpa kerelaannya, maka akulah yang
menjadi seterunya pada hari Kiamat (HR. Abu Daud dan Al-Baihaqi)

Kemudian melindungi darah dan badan mereka, melindungi harta mereka, menjaga kehormatan
mereka, memberikan jaminan sosial ketika dalam keadaan lemah, kebebasan beragama, kebebasan
bekerja, berusaha dan menjadi pejabat, inilah beberapa contoh dan saksi-saksi yang dicatat sejarah
mengenai sikap kaum Muslimin dan pengaruhnya terhadap Ahli Dzimmah.[9]

9.      Islam Bukan Agama Teroris


Islam memang agama yang menyebarkan benih-benih kasih sayang, cinta dan damai. Islam
secara eksklusif bukan berarti terorisme, tetapi eksklusif dalam pengertian akidah. Yaitu mempercayai
dan meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar. Dan itu harga mati di dalam akidah setiap Muslim.
Dan bukan berarti terorisme. Nah, secara inklusifnya Islam sendiri mewajibkan umatnya untuk
bertoleran sesama manusia.
Sejumlah ayat dalam Al-Qur’an mendorong kita untuk mengorbankan harta dan jiwa di jalan
Allah Swt. Mengorbankan harta dan jiwa tidak harus selalu dengan berperang mengangkat senjata,
Banyak perintah, baik secara eksplisit maupun implisit, dalam Al-Qur’an bertujuan menata kehidupan
pribadi kita dan kehidupan keluarga dalam tatanan Islam serta menjamin terwujudnya kehidupan islami
dalam masyarakat dan berkembangnya iklim islami dalam negara. 4[5]
Yusuf Qardhawi menyatakan bahwasanya tujuan Islam adalah membangun manusia yang shalih.
Tidak mungkin Islam menyebarkan benih-benih terorisme. Dan bila “jihad” dalam pengertian islam
adalah menyeru kepada agama yang benar , berusaha semaksimal mungkin baik dengan perkataan
ataupun perbuatan dalam berbagai lapangan kehidupan dimana agama yang benar ini diperjuangkan
dan dengannya ia memperoleh kemenangan, maka ia tentunya lebih luas ketimbang “perang” bahkan
terorisme.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

4
Dengan Islam yang Rahmatan lil’alamin ini, kita telah dapat memberikan kesimpulan bahwa Islam tidak
hanya sebagai agama, tetapi suatu perdaban yang di dalamnya terdapat pandangan hidup (framework)
yang jelas dan universal dalam hal kebenaran.

B. DAFTAR PUSTAKA
C.
1.      Drs Nasruddin Razak, Dienul Islam, Bandung, Al-Ma’arif 1986
2.      Musthafa Muhammad Ath-Thahhan, Pribadi Muslim Tangguh, Jakarta Timur,
Pustaka Al-Kautsar 2000
3.       Zakiyuddin Baidhawy, Ambivalensi Agama Konflik dan Nirkekerasan, Yogyakarta,
Kurnia Kalam Semesta 2002
4.      Dr. Muhammad Imarah, Karakteristik Metode Islam, Jakarta 1994
5.      Dr. Yusuf Al-Qardhawy, Pengantar Kajian Islam, Jakarta Timur, Pustaka Al-Kautsar
2002
.D

Anda mungkin juga menyukai