Anda di halaman 1dari 11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................. I
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah ................. 3
B. Sejarah Timbulnya Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah
C. Tokoh dan Ajaran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah ..... 9
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 16
B. Saran ...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perpecahan di dalam tubuh umat Islam adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, tetapi yang
perlu diingat adalah orang sering kali tidak tahu sebab-sebab terjadinya perpecahan. Di kalangan
umat Islam sekarang ini terkadang terjadi perpecahan dalam hal-hal yang sebenarnya tidak boleh
terjadi. Kita sering berpendapat, bahwa menghindari perpecahan dan membendung bahayanya
sebelum hal itu terjadi lebih baik daripada pengobatan setelah terjadi. Memang pendapat ini
merupakan ijma yang disepakati. Namun sebaiknya kita mengerti bahwa menjaga dari perpecahan
caranya adalah dengan jalan menghindari penyebabnya.
Perpecahan politik dan aliran pemikiran antara kaum muslimin terjadi karena perbedaan
tentang masalah khilafah. Hal ini dimulai sejak wafatnya Ali bin Abi Thalib yang telah
mengakibatkan barisan kaum muslimin terpecah menjadi 3 kelompok yakni Syiah (orang yang
sangat fanatic dengan Ali bin Abi Thalib), Khawarij (orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi
Thalib , dan Jumhur kaum muslimin (Ahlu Sunnah wal Jamaah). Selain itu, persoalan tentang orang
berbuat dosa kemudian yang mempunyai pengaruh besar dalam pertumbuhan teologi selanjutnya
dalam Islam. Persoalan ini menimbulkan tiga aliran teologi dalam Islam yakni Khawarij, Murjiah,
dan Mutazilah.
http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

1/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

Dalam pada itu timbul pula dalam Islam dua aliran dalam teologi yang terkenal dengan nama
Al-Qadariyah dan Al-Jabariyah. Menurut qadariyah manusia mempunyai kemerdekaan dalam
kehendak dan perbuatannya, dalam istilah Inggrisnya free will dan free act. Jabariyah, sebaliknya,
berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.
Dalam artian segala manusia bertindak dengan paksaan dari Tuhan, menurut Jabariah.
Pembincangan mengenai perpecahan umat itu juga bermula dari hadis Nabi Muhammad SAW
tentang terjadinya perpecahan di tengah umat ini, diantaranya adalah hadis iftiraq :
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda : Kaum Yahudi telah terpecah
menjadi 71 golongan atau 72 golongan, dan kaum Nasrani telah terpecah menjadi 71 atau 72
golongan, dan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang seluk beluk aliran Ahlussunnah wal
Jamaah, Qadariyah, dan Jabariyah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Ahlus sunnah wal Jamaah, Qodariayah, dan Jabariyah?
2. Bagaimana latar belakang dan sejarah timbulnya aliran Ahlussunnah, Qodariyah, dan Jabariyah?
3.

Bagaimana ajaran masing-masing dari golongan Ahlu Sunnah wal jamaah, Qadariyah, dan
Jabariyah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ahlussunnah wal Jamaah, Qodariyah, dan Jabariyah.
2.

Untuk mengetahui latar belakang dan sejarah timbulnya aliran Ahlussunnah wal Jamah.

3.

Untuk mengetahui ajaran-ajaran aliran Ahlussunnah wal Jamaah, Qadariyah, dan Jabariyah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah, Qadariyah, dan Jabariyah


1. Pengertian Ahlussunah wal Jamaah
a)

Secara bahasa
Ahlun
Ahlussunnah

: Keluarga, golongan atau pengikut


: orang-orang yang mengikuti sunnah (perkataan, pemikiran atau amal
perbuatan Nabi Muhammad SAW)

Wal Jamaah : Mayoritas ulama dan jamaah umat Islam pengikut sunnah Rasul
Dengan demikian secara bahasa/aswaja berarti orang-orang atau mayoritas para
Ulama atau umat Islam yang mengikuti sunnah Rasul dan para Sahabat atau para Ulama.
b) Secara Istilah
Ahlussunnah wal Jamaah adalah golongan umat Islam yang dalam bidang Tauhid
menganut pemikiran Imam Abu Hasan Al Asyari dan Abu Mansur Al Maturidi, sedangkan
dalam bidang ilmu fiqh menganut Imam Madzhab 4 (Hanafi, Maliki, SyafiI, Hambali)
http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

2/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

serta dalam bidang Tasawwuf menganut pada Imam Al Ghazali dan Imam Junaidi al
Baghdadi.
Ungkapan Ahlussunnah (sering juga disebut dengan Sunni) dapat dibedakan menjadi dua
pengertian, yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok
Syi'ah. Dalam pengertian ini, Mu'tazilah-sebagaimana juga Asy'ariyah- masuk dalam barisan
Sunni. Sunni dalam pengertian khusus adalah madzhab yang berada dalam barisan Asy'ariyah
dan merupakan lawan Mu'tazilah.

2.

Qadariyah
Nama Qadariyah berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata qadara yang artinya
kemampuan dan kekuatan.
Adapun menurut pengertian terminologi, Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa
tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya. Ia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat difahami
bahwa Qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran yang memberi penekanan atas kebebasan dan
kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dalam hal ini, Harun Nasution
menegaskan kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Dalam istilah Inggrisnya faham ini dikenal dengan nama free
will dan free act.
Seharusnya, sebutan Qadariyah diberikan kepada aliran yang berpendapat bahwa qadar
menentukan segala tingkah laku manusia, baik yang bagus maupun yang jahat. Namun, sebutan
tersebut telah melekat kaum sunni, yang percaya bahwa manusia mempunyai kebebasan
berkehendak. Menurut Ahmad Amin, sebutan ini diberikan kepada para pengikut faham qadar
oleh lawanmereka dengan merujuk Hadis yang menimbulkan kesan negatif bagi nama
Qadariyah. Hadis itu berbunyi :

Artinya : "Kaum Qadariyah adalah majusinya umat ini."

3.

Jabariyah
Menurut Harun Nasution, Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti
memaksa. Dalam aliran ini terdapat paham bahwa manusia mengerjakan perbuatannya dalam
keadaan terpaksa. Dalam istilah Inggris paham ini disebut fatalism atau predestination yaitu
faham yang menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha
dan qadar Tuhan.
Al-Syahrastani menegaskan istilah al-jabru diartikan menolak adanya perbuatan dari
manusia dan menyandarkan semua perbuatan kepada Allah. Berdasarkan pengertian ini,

http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

3/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

Jabariyah ada 2 bentuk :


a.
b.

Jabariyah murni, menolak adanya perbuatan berasal dari manusia dan memandang manusia
tidak mempunyai kemampuan untuk berbuat.
Jabariyah moderat, mengakui adanya perbuatan dari manusia namun perbuatan manusia

tidak membatasi.
Kalau dikatakan, Allah mempunyai sifat al-Jabbar (bentuk mubalaghah) artinya Allah
Maha Memaksa. Ungkapan al-insan majbur (bentuk isim maful) artinya manusia dipaksa atau
terpaksa. Manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan
perbuatannya dalam artian manuisa mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa.
Selanjutnya, kata jabara (bentuk pertama), setelah ditarik menjadi jabbariyah (dengan
menambah ya nisbah), memiliki arti suatu kelompok atau aliran (isme).
B. Sejarah Timbulnya Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah
1. Ahlussunnah wal Jamaah
Menurut Harun Nasution, term ahli Sunnah dan Jamaah ini kelihatannya timbul sebagai reaksi
terhadap paham-paham golongan Mutazilah dan terhadap sikap mereka dalam
menyiarkan ajaran-ajaran itu. Mulai dari Wasil, usaha-usaha telah dijalankan untuk
menyebarkan ajaran-ajaran itu, disamping usaha-usaha yang dijalankan dalam
menentang serangan musuh-musuh Islam. Sedangkan menurut Ibn al-Murtada, Wasil
mengirim murid-muridnya ke Khurasan, Armenia, Yaman, Marokko, dan lain-lain.
(Nasution,2012: 62)
Sebagai reaksi dari firqah yang sesat, maka pada akhir abad ke-3 H timbullah golongan
yang dikenali sebagai Ahlussunnah wal Jamaah yang dipimpin oleh dua ulama besar dalam
Ushuluddin yaitu Syeikh Abu Hassan Ali Al Asyari dan Syeikh Abu mansur Al Maturidi.
Terkadang Ahlussunnah wal Jamaah disebut sebagai Ahlussunnah saja, atau Sunni saja, kadang
juga disebut sebagai Asyariyah.
Di dalam faham Ahlussunnah wal Jamaah terlahir dua aliran yakni Asyariyah dan
Maturidiyah. Dahulu Asyari adalah seorang Mutazilly. Namun, terdorong oleh keinginan
mempertahankan sunnah maka lahirlah ajaran mereka hingga kemudian keduanya diberi gelar
imam ahlussunnah wal jamaah.
1.

Aliran Qadariyah
Dalam Islam, munculnya faham Qadariyah tidak dapat diketahui secara pasti. Namun,
ada beberapa ahli teologi Islam yang menghubungkan faham Qadariyah dengan kaum
Khawarij. Pemahaman mereka (kaum khawarij) tentang konsep iman pengakuan hati dan
amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa manusia mampu sepenuhnya memilih dan
menentukan tindakannya sendiri. Menurut Ahmad Amin seperti dikutip Abuddin Nata,
berpendapat bahwa faham Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Mabad AlJauhani
dan Ghailan Ad-Dimasyqy. Sementara itu Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun,
member informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan faham Qadariyah adalah

http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

4/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan balik lagi ke agama
Kristen. Dari orang inilah Mabad dan Ghailan mengambil faham ini. Orang Irak yang
dimaksud sebagaimana dikatakan Muhammad Ibnu Syuib yang memperoleh informasi dari
Al-Auzai adalah Susan.
Ahli teologi menerangkan bahwa Mabad Al-Juhani : seorang Tabii yang baik dan
temannya Ghailan Al-Dimasyqi yang mana keduanya memperoleh paham tersebut dari
orang Kristen yang masuk Islam di Irak. Beliau adalah seorang ahli hadits dan tafsir AlQuran, tetapi kemudian dianggap sesat dan membuat pendapat-pendapat yang salah serta
batal. Setelah itu, ia dibunuh oleh Abdul Malik bin Marwan pada tahun 80 H. Dia juga
pernah berguru pada Hasan al-Bashri.
Dalam pada itu Ghailan sendiri terus menyiarkan faham qadariah-nya di Damaskus,
tetapi mendapat tantangan dari khalifah Umar Ibn Abd al-Aziz. Setelah Umar wafat, ia
meneruskan kegiatannya yang lama, sehingga akhirnya akhirnya ia mati dihukum bunuh
oleh Hisyam Abd al-Malik (724-743 M). Sebelum dijatuhi hukum bunuh diadakan
perdebatan antara Ghailan dan al-Awzai yang dihadiri Hisyam sendiri.
Sejarah timbulnya faham atau aliran Qadariyah ini tentu saja tidak bisa lepas dari
pembahasan tentang faham Jabariyah, sebagai realitas yang masih terus mewarnai
kehidupan manusia dalam bidang teologi, yang secara pasti sulit ditentukan kapan fahamfaham tersebut lahir. Akan tetapi pada permulaan dinasti Bani Umayyah, setelah Islam
dianut oleh berbagai bangsa, maka faham-faham Jabariyah dan Qadariyah telah menjadi
bahan pemikiran di antara mereka, dan dari situlah mulai muncul pembicaraan mengenai
aliran-aliran tersebut.
Berkaitan dengan awal kemunculan Qadariyah, para peneliti di bidang teologi berbeda
pendapat. Karena penganut Qadariyah sangat banyak. Diantaranya di Irak dengan bukti
gerakan ini terjadi pada pengajian Hasal Al-bashri.
2.

Aliran Jabariyah
Benih pemikiran Jabariyah sebenarnya sudah ada pada beberapa orang sahabat sejak
masa Nabi SAW masih hidup. Diceritakan bahwa pada suatu hari Nabi SAW menjumpai
para sahabatnya yang sedang membicarakan masalah qadar. Nabipun marah seraya
menyatakan : Untuk inikah kalian diperintahkan? Umat sebelum kamu binasa karena
mereka berbuat seperti kamu ini, saling mempertentangkan ayat yang satu dengan yang lain.
Perhatikan apa yang diperintahkan kepadamu, lalu kerjakanlah, dan apa yang dilarang atas
kamu jauhilah.
Nabi sendiri sudah pernah menyatakan bahwa di antara umatnya akan ada orangorang yang berpaham semacam Jabariyah atau Qadariyah. Dikisahkan bahwa pada suatu
hari ada seorang laki-laki dari Persi datang kepada Nabi SAW lalu berkata : Aku lihat orang
Persi menikah dengan anak-anak perempuan dan saudara-saudara perempuan mereka.
Kalau mereka ditanya mengapa berbuat demikian? Mereka menjawab : Demikianlah qadla

http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

5/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

dan qadar Allah. Lalu Nabi bersabda : Di antara umatku akan ada orang-orang yang berkata
demikian dan mereka itulah orang-orang Majusi dari umatku.
Khalifah Umar bin Khattab pernah menangkap orang yang tertangkap mencuri.
Ketika diinterogasi, pencuri itu berkata,Tuhan telah menentukan aku mencuri. Mendengar
ucapan itu, Umar marah sekali dan menganggap orang itu telah berdusta kepada Tuhan.
Oleh karena itu, Umar memberikan dua jenis hkuman kepada pencuri itu. Pertama,
hukuman potong tangan karena mencuri. Kedua, hukuman dera karena menggunakan dalil
takdir Tuhan.
Khalifah Ali bin Abi Thalib sesuai perang Shiffin ditanya oleh seorang tua tentang
qadar Tuhan dalam kaitannya dengan pahala dan siksa. Orang tua itu bertanya,Bila
perjalanan (menuju perang Shiffin) itu terjadi dengan qadha dan qadar Tuhan, tak ada
pahala sebagai balasannya. Ali menjelaskan bahwa qadha dan qadar itu merupakan
paksaan, batallah pahala dan siksa, gugur pulalah makna janji dan ancaman Tuhan, serta
tidak ada celaan Allah atas pelaku dosa dan pujian-Nya bagi orang-orang yang baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa awal munculnya faham atau aliran
Jabariyah adalah sejak awal periode Islam. Namun al Jabar sebagai suatu pola pikir atau
aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan, baru terjadi pada masa pemerintahan
Daulah Bani Umayah.
Faham Jabariyah secara nyata menjadi aliran yang disebarkan kepada orang lain pada
masa pemerintahan Bani Umayyah. Yang dianggap sebagai pendiri utama adalah Al-Jaad
bin Dirham.
C. Tokoh dan Ajaran Ahlussunnah, Jabariyah dan Qadariyah
1. Tokoh dan Ajaran Ahlussunnah
a) Doktrin-doktrin Teologi Al-Asyari dan Maturidiah
Menurut Abdul Rozak,dkk dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kalam, membahas tentang
doktrin al-Asyari yang terpenting sebagai berikut :
1. Tuhan dan sifat-sifat-Nya
Berkaitan dengan masalah sifat Tuhan, terdapat persamaan antara pemikiran AlMaturidi dengan Al-Asyari. Keduanya berpendapat bahwa Tuhan mempunyai sifatsifat, seperti sama, bashar, dan sebagainya. Walaupun begitu, pengertian menurut
keduanya berbeda. Al-Asyari mengartikan sifat Tuhan sebagai sesuatu yang bukan
dzat, melainkan melekat pada dzat itu sendiri, sedangkan Al-Maturidi berpendapat
bahwa sifat itu tidak dikatakan sebagai esensi-Nya dan bukan pula lain dari esensi-Nya.
Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama), dzat tanpa terpisah. Menetapkan sifat
bagi Allah tidak harus ad-dzat wa la hiya ghairuhu). Menetapkan sifat bagi Allah tidak
harus membawanya pada pengertian anthropomorphisme karena sifat tidak berwujud
sendiri dari dzat, sehingga berbilangnya sifat tidak akan membawa kepada berbilangnya
yang qadim. Tampaknya Al-Maturidi lebih cenderung kepada paham Mutazilah.
http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

6/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

2. Kebebasan dalam berkehendak (Free-Will)


Ditinjau dari dua pendapat yang ekstrim, yakni Jabariyah yang fatalistik dan menganut
faham radeterminisme semata-mata dan Mutazilah yang menganut faham kebebasan
mutlak dan berpendapat bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri.
Menurut Al-Asyari, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan
manusia sendiri yang mengupayakannya (muktasib). Hanya Allahlah yang mampu
menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan manusia). Sedangkan
menurut Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu
dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Khusus mengenai perbuatan manusia,
kebijaksanaan dan keadilan kehendak Tuhan mengharuskan manusia memiliki
kemampuan berbuat (ikhtiyar) agar kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat
dilaksanakannya.
3. Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
Ada perbedaan pendapat dalam menghadapi persoalan yang memperoleh penjelasan
kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-Asyarimengutamakan wahyu, sedangkan
Mutazilah mengutamakan akal. Dalam hal ini, Maturidi sependapat dengan AlAsyari. Namun, porsi yang diberikannya kepada akal lebih besar daripada yang
diberikan oleh Al-Asyari. Begitu juga, dalam penentuan baik dan buruk pun terjadi
perbedaan pendapat di antara mereka. Al-Asyari berpendapat bahwa baik dan buruk
harus berlandaskan pada wahyu, sedangkan Maturidi berpendapat bahwa penentu baik
dan buruknya sesuatu itu terletak pada sesuatu itu sendiri, sedangkan perintah atau
larangan syariah hanyalah mengikuti ketentuan akal mengenai baik dan buruknya
sesuatu. Ia mengakui bahwa akal tidak selalu mampu membedakan antara yang baik dan
buruk. Namun, terkadang pula mampu mengetahui sebagian baik dan buruknya sesuatu.
Dalam kondisi demikian, wahyu diperlukan untuk dijadikan sebagai pembimbing.
4. Qadimnya Alquran
Dalam hal ini, Mutazilah berpendapat bahwa Alquran diciptakan (makhluk) sehingga
tidak qadim serta pandangan madzhab Hanbali dan Zahiriyah yang menyatakan bahwa
Alquran adalah kalam Allah, (yang qadim dan tidak diciptakan). Zahiriyah bahkan
berpendapat bahwa semua huruf, kata, dan bunyi Alquran adalah qadim. Dalam rangka
mendamaikan kedua pandangan yang saling bertentangan itu, A-Asyari mengatakan
bahwa walaupun Alquran terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyi, semua itu tidak
melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak qadim.
5. Melihat Allah
Al-Asyari yakin bahwa Allah dapat dilihat di akhirat, tetapi tidak dapat digambarkan.
Kemungkinan ruyat dapat terjadi manakala Allah sendiri yang menyebabkan dapat
dilihat atau bilamana Ia menciptakan kemampuan penglihatan manusia untuk melihatNya. Sedangkan Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan. Hal ini
http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

7/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

diberitakan oleh Alquran, antara lain firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 22 dan
23. Bahkan Al-Maturidi mengatakan bahwa kelak Tuhan dapat dilihat dengan mata,
karena Tuhan mempunyai wujud walaupun Ia immaterial. Namun melihat Tuhan, kelak
di akhirat tidak dalam bentuknya, karena keadaan di akhirat tidak sama dengan keadaan
di dunia.
6. Keadilan
Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah Penguasa Mutlak.
7. Kedudukan orang berdosa
Al-Asyari mengatakan bahwa mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang
fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufr. Sedangkan Al-Maturidi

2.

berpendapat bahwa orang yang berdosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam
neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan akan
memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam
neraka adalah balasan untuk orang yang berbuat syirik.
Tokoh dan Ajaran Qadariyah
a) Ajaran Mabad al-Juhani
Perbuatan manusia diciptakan atas kehendaknya sendiri. Oleh karena itu ia bertanggung
jawab atas segala perbuatannya. Tuhan tidak ikut berperan serta dalam perbuatan manusia,
bahkan Tuhan tidak tahu sebelumnya apa yang akan dilakukan oleh manusia, kecuali
setelah perbuatan itu dilakukan, barulah Tuhan mengetahuinya.
b) Ajaran Ghailan al-Dimasqi
1. Manusia menentukan perbuatannya dengan kemauannya dan mampu berbuat baik dan
buruk tanpa campur tangan Tuhan. Iman adalah mengetahui dan mengakui Allah dan
2.
3.
4.

Rasul-Nya sedangkan amal perbuatan tidak mempengaruhi iman.


Al-Quran itu makhluk.
Allah tidak memiliki sifat.
Iman adalah hak semua orang bukan dominasi Quraisy, asal cakap berpegang teguh
pada al-Quran dan al-Sunnah.
Pokok-pokok ajaran Qadariyah menurut Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam

adalah :
1. Orang yang berbuat dosa besar itu bukan kafir dan bukan mukmin, tapi fasiq dan masuk
neraka.
2.
Allah SWT tidak menciptakan amal perbuatan manusia. Manusia sendirilah dan jika
amalna jelek akan masuk neraka. Oleh karena itu, maka Allah berhak disebut adil.
3.
Akal manusia mampu mengetahui mana yang baik dan yang buruk, walaupun Allah
tidak menurunkan agama. Sebab
menyebabkannya baik atau buruk.
http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

segala

sesuatu

ada

memiliki

sifat

yang

8/11

11/3/2014

3.

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

Tokoh dan Ajaran Jabariyah


Setelah mengulas tentang sejarah timbulnya faham Jabariyah di atas, seyogyanya kita
harus mengetahui dan mengenal para tokoh dan ajaran-ajaran yang diyakini dalam faham ini.
Dibawah ini adalah beberapa pendapat dan ajaran tokoh Jabariyah murni.
a) Jahmn bin Safwan dan Jaad bin Dirham
Nama lengkapnya adalah Abu Mahrus Jahm bin Safwan. Ia sebagai penganut paham
Jabariyah murni berhasil menyebarkan ajarannya ke Tirmidzi di Balk. Sedangkan Jaad bin
Dirham adalah seorang maulana Bani Hakim, tinggal di Damaskus. Doktrin Jaad secara
umum sama dengan pendapat Jahm. Berikut ini beberapa pendapatnya:
1.

2.

Sifat dan Dzat Allah


Allah adalah Dzat saja karena bukan syai (sesuatu), maka Allah tidak akan memiliki
sifat yang dimiliki oleh manusia misalnya alim, murid, maujud, hayyun, namun boleh
disifati qadir, fail, khaliq, mujid, muhyi, mumit. Tujuannya disini adalah menjauhkan
Tuhan dari segala penyerupaan dengan makhluknya.
Melihat Allah
Jahmn menolak pendapat bahwa Allah kelak di hari Kiamat Allah dapat dilihat, karena
Allah tidak mempunyai sifat maujud. Dan sesuatu yang tidak maujud itu tidak dapat
dilihat. Berbeda dengan pendapat Ahli Sunnah wal Jamaah yaitu kelak di hari kiamat
Allah dapat dilihat, sebagaimana Al-Quran surat Qiyamah ayat 22-23 :
.
.
Wajah-wajah
(orang-orang
mukmin)
pada
hari
itu
berseri-seri.

3.

Kepada Tuhannyalah mereka Melihat.


Menurut Adh-Dhirar (tokoh paham Jabariyah moderat), Tuhan dapat dilihat di akhirat
melalui indra keenam. Sedangkan menurut An-Najjar (penganuh Jabariyah moderat),
Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat. Akan tetapi, Tuhan dapat saja memindahkan
potensi hati (marifat) pada mata sehingga manusia bisa melihat Tuhan.
Kehendak dan kemerdekaan manusia
Paham Jabariyah mengatakan bahwa manusia tidak mempunyaikehendak ataupun
kemerdekaan, semua perbuatan yang dilakukannya terpaksa. Keterpaksaan
dikategorikan dalam 2 macam :
a. Manusia tidak memiliki kehendak, pilihan, dan kemampuan sama sekali.
b. Manusia masih memiliki andil dalam pekerjaan yang ia lakukan, sehingga ia tidak
terpaksa sepenuhnya.
Sedangkan Jaham menganut paham yang pertama :
, , ,

4.

Kehancuran surga dan neraka


Menurut Jahm manusia akan kekal, baik di dalam surga maupun neraka. Penghuni
surga menikmati kelezatan surga dan penghuni neraka merasakan kepedihan siksa.

http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

9/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

5.

6.

Iman
Menurut pendapat jumhur ulama, ketetapan hati yang diucapkan dengan lisan. Dengan
demikian, ucapan lisan menjadi syarat seorang menjadi muslim atau kafir. Berbeda
dengan pendapat Jahm bahwa orang tidak menjadi kafir hanya karena mengutarakan
dengan lisan asalkan sudah marifat.
Akal sebagai ukuran baik dan buruk
Akal manusia mampu membedakan antara yang baik dan buruk, meskipun tidak ada
wahyu, boleh jadi pendapat ini kemudian diambli oleh pendapat Mutazilah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah disajikan oleh penulis di atas, dapat disimpulkan bahwa
golongan Ahlussunnah wal Jamaah atau terkadang dikenal dengan istilah Sunni adalah golongan
mayoritas umat Islam yang berpegang pada Sunnah Nabi Muhammad SAW. Aliran atau faham ini
dipelopori oleh Abu Hasan Al-Asyari dan Syeikh Abu Mansur Al-Maturidi yang kemudian
fahamnya disebut Asyariyah dan Maturidiah. Faham ini muncul pada akhir abad ke-3 H sebagai
reaksi terhadap paham-paham Mutazilah. Salah satu doktrin Ahlussunnah wal Jamaah yaitu
tentang kebebasan dalam berkehendak. Menurut Al-Asyari, Allah adalah pencipta (khaliq)
perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (muktasib). Hanya Allahlah
yang mampu menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan manusia). Sedangkan
menurut Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini
adalah ciptaan-Nya. Khusus mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak
Tuhan mengharuskan manusia memiliki kemampuan berbuat (ikhtiyar) agar kewajiban yang
dibebankan kepadanya dapat dilaksanakannya.
1.
Adapun golongan Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan
manusia tidak diintervensi oleh Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta
bagi segala perbuatannya. Ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat difahami bahwa Qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran
yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatanperbuatannya. Golongan ini dipelopori oleh Mabad Al Juhani dan Ghailan Al Dimasqi. Salah satu
doktrin faham Qadariyah yaitu orang yang berbuat dosa besar itu bukan kafir dan bukan mukmin,
tapi fasiq dan masuk neraka.
Sedangkan golongan Jabariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala perbuatan
manusia berasal dari Allah. Faham ini berpendapat bahwa manusia hanya menjadi wayang yang
digerakkan oleh dalangnya. Awal munculnya faham atau aliran Jabariyah adalah sejak awal periode
Islam. Namun al Jabar sebagai suatu pola pikir atau aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan,
http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

10/11

11/3/2014

Cahaya Ilmu: Aliran Ahlussunnah, Qadariyah, dan Jabariyah

baru terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayah. Dan salah satu doktrin faham ini adalah
manusia tidak memiliki kehendak, pilihan, dan kemampuan sendiri.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam rangka memperluas wawasan
mengenai firqah-firqah dalam Islam khususnya golongan Ahlussunnah wal Jamaah, Qadariyah dan
Jabariyah. Semoga dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memahami hakikat ketiga golongan
tersebut.

http://alifzakiya17.blogspot.com/2013/12/aliran-ahlussunnah-qadariyah-dan.html

11/11

Anda mungkin juga menyukai