Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGANTAR GEOGRAFI

“ISLAM SEBAGAI AGAMA RAHMATAL LIL ‘ALAMIN”

Disusun oleh :

1. Raden Roro Kingkin M (21110119120014)


2. Bela Riksa Zulfala Damanik (21110119120017)
3. Ferel Rico Albani (21110119130084)

Dosen Pengampu : ISLAMIYATI, S.AG.MSI.MH

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof Sudarto SH, Tembalang, Semarang Telp. (024) 76480785, 76480788

E-mail: geodesi@undip.ac.id

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kepada kita kemudahan sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya bisa saja penulis tidak
akan bisa menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah dan
tercurahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini di susun agar pembaca bisa memperluas ilmu berkenaan “Islam
sebagai Agama Rahmatal lil ‘alamin”, yang penulis sajikan berdasarkan pemahaman
berasal dari beragam sumber.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Islamiyati, S.Ag.Msi.Mh selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI)
Teknik Geodesi Undip yang sudah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk
menyelesaikan tugas ini. Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam
rangka menambah pengetahuan juga wawasan kepada para pembaca.
Penulis pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Penulis membutuhkan kritik dan arahan
berasal dari pembaca yang bersifat membangun. Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.Terima kasih.

Semarang, Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

I.1 Latar Belakang....................................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah...............................................................................................1

I.3 Tujuan Pembahasan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3

II.1.......................................... Pengertian Islam sebagai Agama Rahmatal lil ‘alamin


3

II.2...................... Dalil yang menjelaskan Islam sebagai agama rahmatal lil ‘alamin
3

II.2.1 Nabi Muhammad Sang Nabi Rahmat..........................................................3

II.2.2 Petunjuk dan Rahmat bagi Orang-orang Beriman.......................................3

II.2.3 Rahmat Khusus untuk Orang-orang Beriman.............................................4

II.3.................................................................................................... Penafsiran Para Ahli


4

II.3.1 Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim:.............................4

II.3.2 Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi.................5

II.3.3 Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir........................................................5

II.4................................................................................. Pemahaman yang Salah Kaprah


6

II.5............................................................................................. Pemahaman Yang Benar


8

BAB III PENUTUP........................................................................................................10

iii
III.1 Kesimpulan...................................................................................................10

III.2 Saran..............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Rahmat dalam Islam adalah rahmat yang sesuai dengan kehendak Allah
dan ajaran-Nya, baik berupa perintah atau larangan-Nya. Secara etimologis, Islam
berarti patuh, tunduk, selamat, damai dan sejahtera, Secara Terminologi, Islam
adalah tunduk dan patuh serta menyerah diri dengan sepenuh hati kepada Allah
swt dengan mengakui kebesaran dan keagungannya disamping melakukan
suruhan dan meninggalkan larangan-Nya. Selain itu, Islam juga sebagai aturan
dan cara hidup yang lengkap meliputi segala aspek kehidupan.
Sedangkan rahmatan lil `alamin berarti alam semesta yang mencakup bumi
beserta isinya. Maka yang dimaksud dengan Islam Rahmatan lil’alamin adalah
Islam yang kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mampu mewujudkan
kedamaian dan kasih sayang bagi manusia maupun alam.
Islam rahmatan lil alamin adalah sebuah konsep penting yang seharusnya
mampu diaplikasikan oleh penganut agama Islam itu sendiri. Islam rahmatan lil
alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan
bagi semua seluruh alam semesta, termasuk didalamnya hewan, tumbuhan dan jin,
apalagi sesama manusia. Sebagaimana telah disebutkan di dalam QS. Al Anbiya
ayat 107. “Dan tiadalah Kami mengutus engkau (hai Muhammad) melainkan
sebagai rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamiin).”
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Islam sebagai agama rahmatal lil ‘alamin?
2. Mengapa Islam dikatakan sebagai agama rahmatal lil ‘alamin?
3. Apa saja dalil yang menjelaskan Islam sebagai agama rahmatal lil ‘alamin?
4. Bagaimana tafsir Islam sebagai agama rahmatal lil ‘alamin?
5. Apa maksud tafsir yang mengatakan Islam sebagai agama rahmatal lil ‘alamin?
6. Bagaimana pemahaman yang benar dan pemahaman yang salah mengenai islam
sebagai agama rahmatal lil ‘alamin?

1
I.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui dan memahami maksud islam sebagai agama rahmatal lil
‘alamin.
2. Untuk mengetahui dan memahami Mengapa Islam dikatakan sebagai agama
rahmatal lil ‘alamin.
3. Untuk mengetahui dan memahami dalil yang menjelaskan islam sebagai agama
rahmatal lil ‘alamin.
4. Untuk mengetahui dan memahami tafsir islam sebagai agama rahmatal lil
‘alamin.
5. Untuk mengetahui dan memahami maksud tafsir yang mengatakan islam sebagai
agama rahmatal lil ‘alamin.
6. Untuk mengetahui pemahamam yang benar dan pemahaman yang salah
mengenai islam sebagai agama rahmatal lil ‘alamin.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian Islam sebagai Agama Rahmatal lil ‘alamin


Islam rahmatan lil alamin artinya Islam merupakan agama yang
membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk
didalamnya hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan
membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah

rahmat bagi seluruh manusia. Secara bahasa, ‫ف‬ ُّ ‫ الرِّ قَّةُ والتَّ َع‬:‫ الرَّحْ مة‬rahmat
ُ ‫ط‬
artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul
Mandzur) atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang.
Jadi, diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah bentuk
kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
II.2 Dalil yang menjelaskan Islam sebagai agama rahmatal lil ‘alamin
Terdapat dalil-dalil yang mengenalkan bahwa Islam, Al-Quran dan Nabi
Muhammad SAW adalah sumber rahmat dan berkah bagi seluruh alam semesta
sebagai berikut :
II.2.1 Nabi Muhammad Sang Nabi Rahmat
« َ‫ناک اِالَّ َرحْ َمهً لِ ْلعالَ ِمین‬
َ ‫» َو ما اَرْ َس ْل‬
“Dan tiadalah Kami mengutusmu, melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam.” (Qs Al-Anbiya [21]: 107)
Islam menjadi rahmat bagi seluruh manusia di dunia karena Nabi
Muhammad SAW membawa syariat dan ajaran di mana ketika seseorang
mengamalkan ajaran-ajarannya, maka ia akan bahagia  di dunia dan di akhirat.
Islam akan mendatangkan rahmat bagi ahli dunia dan bagi kaum Mukmin.
II.2.2 Petunjuk dan Rahmat bagi Orang-orang Beriman.
kَ ‫ى َو َرحْ َمهٌ لِ ْل ُم ْؤ ِم‬
«‫نین‬ ً ‫»و اِنَّهُ لَهُد‬
َ
”Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar menjadi petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (Qs Al-Naml [27]: 77)
Al-Quran merupakan hidayah dan rahmat murni bagi orang-orang
beriman. Artinya tidak akan membiarkan kaum Mukminin terlibat dalam

3
perbedaan. Jika terjadi perbedaan di antara mereka, maka al-Quran akan
menghilangkan perbedaan itu.
II.2.3 Rahmat Khusus untuk Orang-orang Beriman
ً ‫»فَقَ ْد جا َء ُک ْم بَیِّنَهٌ ِم ْن َربِّ ُک ْم َو هُد‬
«‫ى َو َرحْ َمه‬
“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah
menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (Qs. Al-
An’am [6]:157)
Quran adalah hujah yang jelas, dalil yang terang, dan sarana untuk
memperoleh hidayah bagi manusia untuk memperoleh nikmat-nikmat yang
langgeng dan untuk mendapatkan pahala yang besar dan merupakan nikmat dan
rahmat bagi pemeluknya.
II.3 Penafsiran Para Ahli
Beberapa tafsir islam sebagai agama rahmatal lil ‘alamin, yaitu:
II.3.1 Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim:
“Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa
rahmat disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua penafsiran:
Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan
diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan
akhirat sekaligus. Orang kafir yang memerangi beliau, manfaat yang mereka
dapatkan adalah disegerakannya pembunuhan dan maut bagi mereka, itu lebih
baik bagi mereka. Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat
bagi mereka adalah dibiarkan hidup didunia dalam perlindungan dan
perjanjian.Mereka ini lebih sedikit keburukannya daripada orang kafir yang
memerangi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Orang munafik, yang
menampakkan iman secara zhahir saja, mereka mendapat manfaat berupa
terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun
diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan
hukum yang lain. Dan pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Ta’ala
tidak memberikan adzab yang menyeluruh dari umat manusia di
bumi.Kesimpulannya, semua manusia mendapat manfaat dari diutusnya Nabi
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.

4
Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang
beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat.
Sedangkan orang kafir menolaknya.Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap
dikatakan rahmat bagi mereka, namun mereka enggan menerima.Sebagaimana
jika dikatakan ‘Ini adalah obat bagi si fulan yang sakit’. Andaikan fulan tidak
meminumnya, obat tersebut tetaplah dikatakan obat”
II.3.2 Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi
“Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
‫كان محمد صلى هللا عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به‬
‫ ومن لم يؤمن به سلم مما لحق األمم من الخسف والغرق‬, ‫سعد‬
“Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh
manusia. Bagi yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat
kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari
bencana yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi
atau ditenggelamkan dengan air”
Ibnu Zaid berkata:
‫أراد بالعالمين المؤمنين خاص‬
“Yang dimaksud ‘seluruh manusia’ dalam ayat ini adalah hanya orang-
orang yang beriman”

II.3.3 Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir

‫إنما أنا رحمة مهداة‬


“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” (HR. Al
Bukhari dalam Al ‘Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/596.
Hadits ini di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga
dalam Shahih Al Jami’, 2345)
Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala tidak mengatakan ‘rahmatan lilmu’minin‘, namun
mengatakan ‘rahmatan lil ‘alamin‘ karena Allah Ta’ala ingin memberikan
rahmat bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi,
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Beliau diutus dengan membawa
kebahagiaan yang besar. Beliau juga menyelamatkan manusia dari kesengsaraan
yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan

5
akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya
berada dalam kejahilan.Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh
manusia.
II.4 Pemahaman yang Salah Kaprah
Permasalahan muncul ketika orang-orang menafsirkan ayat ini secara
serampangan, bermodal pemahaman bahasa dan logika yang dangkal.Atau
berusaha memaksakan makna ayat agar sesuai dengan hawa nafsunya.
Diantaranya pemahaman tersebut adalah:
1. Berkasih sayang dengan orang kafir
Sebagian orang mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir,
tidak perlu membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan menyebut
mereka kafir, atau bahkan menyerukan bahwa semua agama sama dan benar,
dengan berdalil dengan ayat:

َ ‫ك إِالَّ َرحْ َمةً لِ ْلعالَ ِم‬


‫ين‬ َ ‫َوما أَرْ َس ْلنا‬
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat
bagi alam semesta” (QS. Al Anbiya: 107)
Padahal bukan demikian tafsiran dari ayat ini. Allah Ta’ala menjadikan Islam
sebagai rahmat bagi seluruh manusia, namun bentuk rahmat bagi orang kafir
bukanlah dengan berkasih sayang kepada mereka. Bahkan telah dijelaskan oleh
para ahli tafsir, bahwa bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa
musibah besar yang menimpa umat terdahulu. Bahkan konsekuensi dari
keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah membenci segala bentuk
penyembahan kepada selain Allah, membenci bentuk-bentuk penentangan
terhadap ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, serta membenci
orang-orang yang melakukannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

‫ون َم ْن َحا َّد هللاَ َو َرسُولَهُ َولَ ْو َكانُوا‬ ِ ‫ون بِاهللِ َو ْاليَ ْو ِم‬
َ ‫اآلخ ِر يُ َوا ُّد‬ َ ُ‫الَ تَ ِج ُد قَ ْو ًما ي ُْؤ ِمن‬
‫آبَا َءهُ ْم أَ ْو أَ ْبنَا َءهُ ْم أَ ْو إِ ْخ َوانَهُ ْم أَ ْو َع ِشي َرتَهُ ْم‬
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan
hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah
dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau
saudara-saudara ataupun keluarga mereka” (QS. Al-Mujadalah: 22)

6
Namun perlu dicatat, harus membenci bukan berarti harus membunuh, melukai,
atau menyakiti orang kafir yang kita temui.
2. Berkasih sayang dalam kemungkaran
Sebagian kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan shalat,
membiarkan pelacuran merajalela, membiarkan wanita membuka aurat mereka
di depan umum bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan
menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung hatinya
jika dinasehati, kemudian berkata : “Islam khan rahmatan lil’alamin, penuh
kasih sayang”.
Islam sebagai rahmat Allah bukanlah bermakna berbelas kasihan kepada
pelaku kemungkaran dan membiarkan mereka dalam kemungkarannya. Maka
bentuk kasih sayang Allah terhadap orang mu’min adalah dengan memberi
mereka petunjuk untuk menjalankan perinta-perintah Allah dan menjauhi apa
yang dilarang oleh Allah, sehingga mereka menggapai jannah.
3. Berkasih sayang dalam penyimpangan beragama
Beberapa orang melegalkan berbagai bentuk bid’ah, syirik dan khurafat.
Karena mereka menganggap bentuk-bentuk penyimpangan tersebut adalah
perbedaan pendapat yang harus ditoleransi sehingga merekapun berkata:
“Biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik kami, bukankah
Islam rahmatan lil’alamin”. Padahal Islam adalah bentuk kasih sayang Allah
kepada orang yang mengikuti golongan yang benar yaitu yang mau mengikuti
ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Sebagaimana dinyatakan dalam surat
Al Kaafirun:

‫ون َما أَ ْعبُ ُد َواَل أَنَا َعابِ ٌد‬


َ ‫ون َواَل أَ ْنتُ ْم َعابِ ُد‬
َ ‫ُون اَل أَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُد‬ َ ‫قُلْ يَا أَيُّهَا ْال َكافِر‬
ِ ‫ون َما أَ ْعبُ ُد لَ ُك ْم ِدينُ ُك ْم َولِ َي ِد‬
‫ين‬ َ ‫َما َعبَ ْدتُ ْم َواَل أَ ْنتُ ْم َعابِ ُد‬
“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa
yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. dan kamu tidak
pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu
agamamu, dan untukkulah, agamaku‘”

7
4. Menyepelekan permasalahan aqidah
Sebagian orang menyepelekan dan enggan mendakwahkan aqidah yang
benar. Karena mereka menganggap mendakwahkan aqidah hanya akan
memecah-belah ummat dan menimbulkan kebencian sehingga tidak sesuai
dengan prinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin. Padahal dalam surah
An Nahl : 36 telah disebutkan

َ ‫ الطَّا ُغ‬k‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُكلِّ أُ َّم ٍة َر ُسواًل أَ ِن ا ْعبُ ُدوا هَّللا َ َواجْ تَنِبُوا‬
‫وت‬
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): ‘Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut’ ” (QS.An Nahl:
36)
Kesimpulannya, justru dakwah tauhid, seruan untuk beraqidah yang benar
adalah bentuk rahmat dari Allah Ta’ala karena dakwah tauhid yang dibawa oleh
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat Allah, maka
tidak mungkin menjadi sebab perpecahan ummat
II.5 Pemahaman Yang Benar
Berdasarkan penafsiran para ulama beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari
ayat ini adalah:
1. Di utusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai Rasul Allah
adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
2. Hukum-hukum syariat dan aturan-aturan dalam Islam adalah bentuk kasih
sayang Allah Ta’ala kepada makhluk-Nya.
3. Rahmat yang sempurna hanya didapatkan oleh orang yang beriman kepada
ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
4. Orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, membenarkan beliau serta taat kepada beliau,
akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
5. Orang kafir yang memerangi Islam juga mendapat rahmat dengan diutusnya
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, yaitu dengan diwajibkannya
perang melawan mereka. Karena kehidupan mereka didunia lebih lama hanya
akan menambah kepedihan siksa neraka di akhirat kelak.

8
6. Orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin juga mendapat
rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Yaitu dengan dilarangnya membunuh dan merampas harta mereka.
7. Secara umum, orang kafir mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi Wa sallam berupa dihindari dari adzab yang menimpa umat-
umat terdahulu yang menentang Allah. Sehingga setelah diutusnya Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, tidak akan ada kaum kafir yang
diazab dengan cara ditenggelamkan seluruhnya atau dibenamkan ke dalam bumi
seluruhnya atau diubah menjadi binatang seluruhnya.
8. Orang munafik yang mengaku beriman di lisan namun ingkar di dalam hati juga
mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa
sallam. Mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan
kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin
yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain. Namun di akhirat kelak
Allah akan menempatkan mereka di dasar neraka Jahannam.
9. Pengutusan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menjadi rahmat
karena beliau telah memberikan pencerahan kepada manusia yang awalnya
dalam kejahilan dan memberikan hidayah kepada manusia yang awalnya berada
dalam kesesatan berupa peribadatan kepada selain Allah.

9
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Islam mengatur seluruh kehidupan manusia bahkan kejadian alam semesta,
bukan hanya mengatur umat islam saja tetapi bersifat universal.dengan aturan allah,
keselarasan dan keharmonisan alam semesta akan terwujud. Aturan islam bersifat
universal, berlandaskan kasih sayang, mendamaikan kehidupan manusia,
menselamatkan dunia dan akhirat, mensejahterakan lahir dan batin, menerapkan konsep
taat dan patuh pada allah, rasulullah dan pemimpin, menselaraskan alam semesta,
melindungi dan mengamankan manusia.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus dengan membawa ajaran
Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh
manusia. Rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. Atau dengan kata
lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi
Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada
seluruh manusia.
“Bagiku agamaku, bagimu agamamu.” Dalam hal aqidah, bentuk kasih sayang
muslim dengan non muslim adalah menghargai dan tidak mengganggu perayaan agama
mereka.

III.2 Saran
Menelaah dari pengertian Islam sebagai Agama Rahmatal lil ‘alamin, semoga kia
semua harus lebih sadar akan pentingnya beruat kebaikan dan terus mengikat tali
silaturrahmi untuk menjalin persaudaraan antar umat muslim dan seluruh umat manusia
yang ada dibumi. Kiranya pembaca mampu menerapkan dan memahami makalah ini
dan pengaplikasiannya langsung dimasyarakat baik secara teoritis maupun praktis.
Apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam makalah ini penulis memohon maaf dan
akan belajar untuk lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

11

Anda mungkin juga menyukai