Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ISLAM SEBAGAI DIN DAN TAMADDUN

Dosen pengampu:Nuraini S.HI.,M,pd.I

Kelmpok 6:
Duta tri rahmatullah
Riki marpaung
Ilham khoiri
Futri lestari
Fitri delvi utami
Delva nanda aprilia
Tara atika putri
Novi rezatul putri
Nurhikmatul jannah

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA BATANG HARI
TAHUN 2022/2023
PRODI MENEJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

1
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr,wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Islam sebagai
AD-Din dan Tamadun”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi
dan pengarahan dari berbagai pihak.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca…

Wassalamualaikm wr,wb

Muara Bulian ,25-10-2022

penulis

kelompok 6

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................. 2
Daftar Isi.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5
2.1 Pengertian islam.....................................................................................................5
2.2 Karakteristik islam ................................................................................................6
2.3 Pengertian Ad-din..................................................................................................7
2.4 Fungsi Ad-din....................................................................................................... 8
2.5 Tujuan Ad-din................................................................ .......................................9
2.6 Pengertian Tamaddun............................................................................................9

BAB III PENUTUP.....................................................................................................11


3.1 Kesimpulan............................................................................................................11
3.2 Saran......................................................................................................................11
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................12
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam sebagai din dan tamadun adalah salah satu mata kuliah yang harus diselesaikan pada
jurusan Manajemen Pendidikan Islam. Dalam makalah ini yang akan dibahas adalah tentang
pengertian din dan tamadun. Banyak pendapat yang mendefenisikan pengertian din dan tamadun
disini, diantaranya pengertian din dan tamadun menurut E.B. Taylor (Sarjana Barat), Ibnu Khaldun
(Sarjana Islam), pengertian din dan tamadun menurut kamus dewan dan KBBI serta pengertian
tamadun dalam bahasa arab.
Kita mungkin baru mendengar dan mengenal istilah din dan tamadun saat kuliah, karna
memang sebelumnya saya sendiri juga belum pernah mendengar istilah din dan tamadun tersebut.
Jadi, agar kita dapat mengetahui apa sebenarnya itu din dan tamadun dan bagaimana defenisinya,
maka pada makalah inilah kita semua akan mengetahuinya.
Walaupun banyak defenisi tentang pengertian din dan tamadun ini, namun pada hakikatnya
semuanya sama, yaitu din dan tamadun adalah peradaban, kebudayaan dan kemajuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Din. ?
2. Apa fungsi Din. ?
3. Apa Tujuan Dīn.?
4. Apa Pengertian tamaddun ?
5 Bagaimana asal usul tamaddun?
6. Dari mana Sumber-sumber tamadun ?
7. Apa Ciri-ciri masyarakat yang bertamadun ?

1.3 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian Din dan tamadun.
2. Mempelajari bagaimana asal-usul tamadun dan dari mana sumber-sumbernya.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri masyarakat yang bertamadun.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 . Pengertian islam


Penerjemehan “ din “ sebagai “agama’ sebenarnya kurang tepat , tetapi tidak bisa di katakan
salah karena istilah agama melekat pada ajaran ajaran hindu dan budha .tapi tidak sepenuhnya salah
juga karena sebelum islam , ajaran ajaran hindu budha sudah ada terlebih dahulu. Islam satu satunya
agama yang namanya di ambil dari hakikat ajaran yang terkandung di dalamnya. Islam di ambil dari
kata “aslama” yang berarti taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada allah swt. Selain itu, nama islam
juga sebuah nama agama yang di beri langsung oleh tuhan yang menurukannya. Seperti di sebutkan
pada Qs.Ali Imran ayat 19 yang artinya “sesungguhnys agama (yang di ridhai)di sisi allah hanyalah
islam. Tiada berselisih orang orang yang telah di beri Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan
kepada mereka, karena kedengkian(Yang Ada ) diantara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap
ayat ayat allah maka sesungguhnya allah sangat cepat hisab –Nya “

Islam merupakan agama semua nabi dan rasul beaerta pengikut pengikut mereka. Tidak ada yang
membeda bedakan antara nabi satu dengan yang lain, atau umat yang satu dengan umat nabi yang
lain.

1.Islam sebagai Din


Din artinya keberutangan, susunan kekuasaan hukum, dan kecendungan manusia untuk
membentuk masyarakat yang menaati hukum dan mencari pemerintah yang adil. Dapat di artikan
bahwa manusia berutang kepada tuhan yang menciptakannya. Dan tidak bisa membalas selain
kembali kepada Nya. Al-Attas menyatakan bahwa “Din”Artinya huan yang selalu kembali “. Sesuai
dengan QS.At –Thariq ayat 11yaitu”demi langit yang mengandung hujan”.
Ada kaitan lain yang erat dengan “pengembalian diri”,yaitu” penyerahan diri”sepenuhnya pada
tuhan yang menciptakan kita.penyerahan diri dari segi bahasa arab disebut’aslama’,seperti di
sebutkan pada Qs.Ali Imran ayat83 yang artinya “maka apakah mereka mencari agama yang lain
dari agama allah,padahal kepada-Nyalah menyerahkan diri segala apayang di langit dan di
bumi ,baik dengan suka maupun terpakasa dan hanya kepada allahlah mereka di kembalikan ‘.

Kaitan konsep din dan aslama lebih jelas lagi ketika allah swt berfirman pada Qs An-nisa ayat 135
yang artinya,”dan siapkah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan,dan ia mengikuti agamma ibrahim yang
lurus dan allah mengambil ibrahim yang lurus.”

5
2.Dari Din ke Madinah
Apabila nabi muhammad saw. Berhijrah dari makkah ke kota bernama yatsrib, kota ini
kemudian bertukar nama menjadi madinah.dari akar kata din dan madinah ini lalu di bentuk akar
kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan
memartabatkan ( ibnu mansur, 1988: 402 ). Dari situlah kemudian madinah dari segi bahasa
bermakna kota atau city, tetapi madinah juga adalah tempat yang subur bagi melaksanakan din itu
sendiri.

3. Islam sebagai Tamaddun


Dari akar kata ‘madana’ lahir kata benda tamaddun yang berarti peradaban, kota berlandaskan
kebudayaan atau kebudayaan kota. Ketika islam menjadi peradaban dunia, segalanya yang muncul
dari peradaban ini bisa di sifati dengan sifat ‘islam’. Ada ilmu islam, hukum islam, etika islam, seni
islam, kebudayaan islam, ekonomi islam, peradaban islam dan lain sebagainya. Peradaban islam juga
bukan hanya sebagai wujud sejarah, karena hingga sekarangpun islam masih berkembang dan
memberikan manfaatnya dalam kehidupan modern.

2.2. Karakteristik Islam

1. Karakteristik umum
Islam sebagai agama prophetic, revealed relegion, mission religion, agama wahyu, agama
samawi, merupakan kontinuitas, penyempurnaan, dan penutup risalah Nabi, islam sebagai din dan
tamaddun sekaligus, bersifat eternal, universal, mencakup semua sendi kehidupan manusia. Islam
adalah agama manusia dan islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuan.

2. Karakteristik umum
a. Bidang akidah
- Akidah islam adalah aqidah tauqifiyyah, artinya akidah islam dijelaskan secara terperinci.
- Akidah islam adalah aqidah ghaibiyyah, artiya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan
Kepercayaan terhadap adanya gaib, Allah, Malaikat, dan hari akhir.
- Akidah islam adalah aqidah syumuliyyah, artinya di dalam ajarannya terdapat integritas antara
Dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik, ilmu, iman dan amal.

b. Bidang ibadah dan Muamalah


- Islam tidak mengenal konsep dikotomis tentang ibadah. Ibadah dalam islam meiliputi semua
Segi kehidupan manusia.
-Islam memandang ibadah merupakan konsekuensi tauhid, sehingga ibadah harus merupakan
Realisasi dari ketauhidan seseorang.
-Konsep ibadah dalam islam bersifat humanisme teosentris, artiya semua bentuk ibadah hanya
Ditujukan kepada Allah, tetapi manfaat atau hikmahnya untuk manusia sendiri.

c. Bidang akhlak
- Akhlak rabbaniyyah, artinya ia menjadikan ajaran Tuhan ( Al Qur’an dan Hadis ) sebagai
Sumber nilai untuk menentukan baik dan buruk.
-Akhlak insani, artinya ajaran-ajaran akhlak islam sejalan dengan tuntutan fitrah manusia.
-Akhlak universal, artinya mencakup semua aspek kehidupan manusia.
-Akhlak keseimbangan, yakni mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang suci dan
Manusia sebagai binatang.
-Akhlak realistik, manusia adalah makhluk yang memiliki kelemahan, sehingga di dalam
Akhlak islam terdapat rukhsah dan darurat.
-Akhlak islam menjadikan iman sebagai sumber motivasi.

2.3 Pengertian Ad-Din


Menurut bahasa Indonesia al-dīn diartikan dengan “agama”. Sedangkan term al-dīn secara
redaksional dalam bahasa al-Quran, identik dengan term millah..Ad-Din atau "Agama" yang juga
berasal dari asal kata "da ya na" mempunyai banyak erti dalam bahasa Arab. Dari berbagai makna
"dayana" ada 4 pengertian yang mempunyai hubung kait dengan agama menurut persepsi Islam:
. Dain / Qardh bermakna hutang. Dalam hal ini ia berkait rapat dengan kewujudan manusia yang
merupakan suatu hutang yang perlu dibayar (lihat Surah Al-Baqarah ayat 245), manusia yang
berasal dari tiada kemudian dicipta dan dihidupkan lalu diberi berbagai nikmat yang tidak terhingga
(wa in ta waddu). Sebagai peminjam, manusia sebenarnya tidak memiliki apa-apa, akan tetapi
Pemilik sebenar adalah Allah S.W.T, manusia hanyalah diamanahkan untuk dipergunakan dalam
ibadah. Oleh kerana tidak memiliki apa-apa, manusia tidak dapat membayar hutangnya maka satu-
satunya jalan untuk membalas budi adalah dengan beribadah, dan menjadi hamba Allah yang mana
adalah tujuan daripada penciptaan manusia(Surah Adz-Dzariyaat ayat 56).
Maddana juga berasal dari kata dana, dari kata ini lahirlah istilah madinah dan madani, maddana
yang bermakna membangun dan bertamaddun, oleh itu madinah dan madani hanya boleh
digunakan untuk masyarakat yang beragama dan bukannya masyarakat atheis dan
sekular. Dari pengertian ini juga seseorang manusia itu perlu melihat ianya berhubung kait
dengan konsep khilafah dimana manusia telah diamanahkan oleh Allah sebagai
khalifahNya di muka bumi ini dengan tujuan untuk memakmurkan bumi dan membangun
tamadun yang sesuai dengan keinginan Allah(Surah Al-Qasas:5, Surah An-Nuur:55).
Perkataan dana juga mempunyai arti kerajaan (judicious power). Konsep ini sangat
berkaitan dengan Tauhid Uluhiyah yang merupakan perkara paling penting
dalam aqidah umat Muslim. Seseorang itu tidak diterima imannya dengan hanya percaya
kepada Allah sebagai Rabb akan tetapi ia hendaklah beriman kepada Allah sebagai Ilah. Ini
bermakna Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah, ditaati, Dialah Penguasa
dan Raja. Tauhid Uluhiyah ini yang dapat membezakan musyrikin dengan mukminin. Dari
sinilah lahirnya Istilah Al-Hakimiyah dimana seoarang Muslim harus menerima Syariat Allah
dan tidak boleh tunduk kepada undang-undang buatan manusia. Kerana Allah Yang Maha
Bijaksana dan Maha Mengetahui telah menetapkan hukum syariah yang sesuai untuk
manusia untuk ditegakkan dan dipatuhi(Surah Yusuf:40,Surah An-Nisaa’:65).

7
Islam berasal dari kata as la ma yang dari segi bahasa bermakna berserah diri. Ini
tidak berarti setiap orang yang berserah diri dan percaya adanya tuhan termasuk dalam
Islam, oleh kerana berserah diri sahaja tidak cukup untuk masuk Islam. Al-
Quran menerangkan bahwa ada dua jenis berserah diri/tunduk (Surah Ali Imran:83): (a).
Seluruh ciptaan Allah tunduk kepada hukum Allah dengan terpaksa dan menurut suatu
kewajipan yang bersifat neutral. (b) Ada juga yang berserah diri dengan keinginan sendiri
(tau’an) mereka adalah orang mukmin(Surah Al-An’aam ayat 162,163). Agama selain Islam
tidak diterima oleh Allah (Surah Ali Imran:19,85)[4]

seperti; dīnukum, dīnihi, dīnahum, dīnī terungkap dalam al-Quran sebanyak 36 kali.
Dengan demikian, term-term al-dīn dan derivasinya tersebut, terungkap di dalam al-Quran
sebanyak 129 kali. Mengenai term millah dalam al-Quran,baik yang di-idhāfah-kan atau
tidak, disebut 15

2.4 Fungsi ad-Dīn


Antara lain ayat-ayat yang secara tematik berbicara tentang fungsi al-dīn adalah QS.
al-Tawbah: 9/33; QS. al-Shaf: 61/9. Kedua ayat ini, memiliki redaksi yang “persis sama”,
yakni:
‫ُه َو اَّلِذي َأْر َس َل َر ُسوَلُه ِباْلُهَد ى َو ِديِن اْلَح ِّق ِلُيْظ ِه َر ُه َع َلى الِّد يِن ُك ِّلِه َو َلْو َك ِر َه اْلُم ْش ِر ُك وَن‬
Terjemahnya: Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk
(al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.
Kedua ayat yang disebutkan ini, menjelaskan bahwa Nabi saw diutus oleh Allah
bersama dengan petunjuk al-Quran dan “al-dīn” yang benar untuk mengalahkan agama-
agama lain, sekalipun orang musyrik mem-bencinya.
Keterkaitan (munāsabah) kedua ayat yang redaksinya “persis sama” ini, akan dapat
dibedakan interpretasinya kalau keduanya dikaitkan dengan ayat berikutnya masing-
masing. Dalam QS. al-Tawbah: 9/34, dijelaskan sifat dan sikap orang-orang Yahudi dan
Nashrani yang cenderung memakan harta orang secara bathil yang dikaitkan dengan
balasan dari perbuatan yang mereka lakukan. Sedang QS. al-Shaf: 61/10, membicarakan
kepada orang-orang yang beriman perniagaan yang dapat menyelematkan mereka dari
azb (siksa) yang pedih. Dari sini dapatlah ditemukan persamaan dan perbedaan kedua
ayat tersebut. Persamaannya adalah, masing-masing menjelaskan bahwa fungsi agama
adalah sebagai “‫ ”الهدي‬yakni petunjuk dan atau pembimbing ke jalan yang benar. Sedangkan
perbedaannya adalah, terletak pada obyeknya masing-masing. Ayat pertama menonjolkan
sifat dan sikap buruk orang-orang musyrik, dan ayat kedua menonjolkan sifat dan
perbuatan orang-orang yang beriman. Maksudnya, orang-orang musyrik selalu berbuat
buruk dan kelak mereka diazab karena keenggangannya menerima al-dīn. Sedangkan
orang beriman selalu berbuat baik, misalnya dalam berniaga dan kelak mereka terbebas
dari azab karena mereka menerima al-dīn. [7]

2.5 Tujuan ad-Dīn


Dengan merujuk pada term al-Islam itu sendiri, maka dipastikan bahwa ad-
dīn bertujuan untuk memberi “keselamatan”, “kesejahteraan”, dan “kedamaian” yang abadi
kepada penganutnya. Dalam QS. al-Nah: 16/97 Allah swt berfirman:
‫َم ْن َعِمَل َص اِلًح ا ِمْن َذ َك ٍر َأْو ُأْنَث ى َو ُه َو ُمْؤ ِم ٌن َف َلُنْح ِيَي َّن ُه َح َي اًة َط ِّي َب ًة َو َلَن ْج ِز َي َّن ُهْم َأْج َر ُه ْم ِبَأْح َس ِن َم ا َك اُنوا َي ْع َم ُلوَن‬
Terjemahnya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Dalam ayat di atas, memang tidak ditemukan kata al-dīn atau al-islām, namun
kata mu’min dalam ayat tersebut menunjuk kepada “orang yang beriman kepada al-
dīn yang diturunkan Allah”. Adapun tujuan al-dīn bagi pemeluknya dalam ayat tersebut
adalah untuk menggapai “ ‫ ”َح َي اًة َط ِّي َب ًة‬dan balasan amal yang lebih baik. Untuk sampai ke
tujuan ini, maka haruslah melakukan “ ‫ ”َعِمَل َص اِلًح ا‬sebagaimana yang termaktub pada awal
ayatnya. [8]
2.6 Pengertian Tamaddun
Pengertian tamadun yang berasal dari kata Arab “maddana” yang berarti peradaban,
dapat diartikan sebagai keadaan atau kondisi kehidupan bermasyarakat yang bertambah
maju. Oleh karenanya, melalui Pusat Kajian Tamadun Melayu Nusantara, berbagai
fenomena yang terkait dengan kehidupan masyarakat Melayu, serta berbagai aspek yang
menyertainya akan dipelajari, dikaji diteliti, dan dikembangkan oleh para peneliti baik yang
berasal dari UI maupun dari luar UI.

Asal-Usul Tamadun
a) Ibnu Khaldun merupakan orang pertama yang membuat kajian khusus tentang
tamadun pada abad ke-14 dalam bukunya al-Muqaddimah li Kitab al-'ibar wa Diwan al-
Mabtada' wa al-Khabar fi Ayyam al-'Arab wa al-'Ajam wa al-Barbar.
b) Beliau menggunakan kata umran sebagai tamadun yang kita fahami sekarang.
c) Di Eropah, perkataan civilisation mulai diungkapkan pada abad ke-18 dan mulai
digunakan pada abad ke-19.

Sumber Tamadun
a. Bersumberkan kebendaan
Tamadun yang bersumberkan material atau kebendaan seperti bangunan-bangunan.
Contohnya Tamadun Rom seperti Colosseum, Pantheon dan Circus Maximus.
b. Bersumberkan akal fikiran
Tamadun yang bersumberkan intelektual yaitu pencapaian akal fikiran yang tinggi.
Contohnya karya Pythagoras (580-500 SM).
c. Bersumberkan kerohanian
Tamadun yang bersumberkan mistik atau kerohanian. Contohnya Tamadun Mesir
dan Tamadun India.

9
Tamadun yang bersumberkan wahyu Allah. Contohnya Tamadun Islam Berbagai
hasil penelitian yang nantinya akan dihasilkan oleh Pusat Kajian Tamadun Melayu
Nusantara dapat memberikan sumbangan atau kontribusi yang signifikan bagi UI yang
telah mencanangkan sebagai universitas riset yang bertaraf nasional maupun
internasional. Hal yang menarik adalah penelitian tentang Tamadun Melayu Nusantara
dapat dilakukan dengan pendekatan yang bersifat multidisiplin atau interdisiplin. Untuk
itulah diperlukan juga suatu dialog kritis melalui berbagai kerjasama dari berbagai pihak,
baik institusi UI maupun institusi di luar UI, agar penelitian tentang Tamadun Melayu
Nusantara dapat bermanfaat secara pragmatis bagi pendidikan, penelitian, dan masyarakat
luas yang membutuhkan wawasan kajian Tamadun Melayu Nusantara dengan benar.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah disebutkan, maka kesimpulan yang
dapat kita ambil yaitu : al-dīn diartikan dengan “agama”. Sedangkan term al-dīn secara
redaksional dalam bahasa al-Quran, identik dengan term millah..Ad-Din atau "Agama" yang
juga berasal dari asal kata "da ya na" . tamadun adalah suatu perubahan pembangunan
dan kemajuan dalam setiap bidang kehidupan masyarakat yaitu dalam bentuk kebendaan
(fisik), peraturan, pembangunan spiritual dari segi akhlak juga kemanusiaan dan lain
sebagainya. Ia berterusan dan tidak terikat dengan sesuatu melainkan syarak. Tamadun
Islam mementingkan pencapaian kedua-dua aspek kehidupan namun pembangunan
spritual lebih diutamakan.

3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya akan ada kekurangan-kekurangan argumentasi atau
mugkin terdapat kekeliruan dalam penulisan atau susunan kata-kata, oleh karena itu kritik
dan saran kami butuhkan guna pbaikan berikutnya. Untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam, kami sarankan juga untuk membaca referensi-referensi lain yang terkait
dengan pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abdullah Darrās, al-Dīn Bairūt: Dār Mathba’ah al-Hurriyat, 1974.


A.al-hakim Thanthawi al-jauhari, al-Jwāhir fī Tafsīr al-Qu’ān al-karīm, juz V Mesir:
Musthāfa al-Bābi al-halabi, 1971.
Abd. Muin Salim, Jalan Lurus Menuju Hati Sejahtera, Jakarta: Yayasan Kalimah, 1999.
OIOAsad M. Alkalili, Kamus Indonesia Arab, Jakarta: Bulan Bintang: 187.
Al-Rāghib al-Ashfahāni, Mufradāt Alfāzh al-Qur’ān, Damsyiq: Dār al-Qalam, 1992.
Mukti Ali, Agama Uinversal, bandung: Badan Penerbit IKIP, 1971
Nor Hidayatu Rosman. Pengertian Tamadun Islam. Pressbooks.Pengajian
Hasbullah, Islam dan Tamadun Melayu, Riau : Penelitian dan Pengembangan fakultas
ushuludin UIN SUSKA
Seri Kembangan. 2008 . Pemikiran dan Tamadun islam. Wanbk leo.2010.Defenisi
Tamadun.2014.Tamadun Islam. Wikipedia.
Tenas, Efendi. 1989. Ungkapan Tradisional Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Dahril, Tengku.2000. Tamadun Melayu. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka
Husein, Ismail, dkk.2003. Etos Kerja DalamAcuan Budaya Melayu. Jakarta: Gema Insani
Press

12
A. Pe99ngertian Islam
Din al-islam, sering diterjemahkan sebagai “ agama islam” menejemahkan “din” dengan
“agama” sebenarnya kurang tepat jika tidak dikatakan salah, mengingat bahwa secara historis istilah
“agama” melekat pada ajaran Hindu dan Buddha. Sehingga makna yang terkandung dalam istilah
“agama” mencakup ajaran ajaran yang ada dalam Hindu dan Buddha. Sebenarnya tidak ada kata atau
istilah dalam9 bahasa indonesia yang mencakup makna dalam istilah “din”. Akan tetapi sebagai
sebuah istilah teknis, maka penerjemahan din dengan agama, tidak seluruhnya salah, mengingat
bahwa sebelum masyarakat nusantara mengenal istilah din al-islam, mereka telah lebih
dahulu9999999ngenal Hindu dan Buddha sebagai sebuah agama. Jadi, ketika ada ajaran ritual baru
(din al-islam ) yang dikenalkan kepada mereka, maka mereka menyebutnya sebagai agama.
Lazimnya, setiap agama diberi nama sesudah berlalu masa orang yang mengembangkannya.
Nama agama-agam biasanya dinisbahkan kepada nama pendiri agama tersebut, atau kepada suku-
suku bangsa tempat agama tersebut lahir. Misalnya, Agama Buddha dinisbatkan kepada nama
pendirinya Sidharta Buddha Gautama. Buddha adalah gelar bagi Sidharta yang dianggap mendapat
penerangan. Zoroaster kepada Zarahustra, Kong Hu Chu kepada Kong Fu Tse. Yahudi ( Judaisme )
dinisbahkan kepada nama kaum yang menganut ajaran nabi Musa a.s.,yaitu Yuda ( Jews). Agama
Hindu dinisbahkan kepada tempat berkembangnya ajaran dan adat dalam adat tersebut, yakni India
( Hindustan ). Agam Kristen dinisbahkan kepada pengajarnya atau yang dipujanya yakni “Jesus
Crist”. Orang islam menyebutnya dengan Nasrani dinisbahkan kepada tempat kelahiran Nabi Isa a.s.
yaitu Nazareth (Jesus of Nazareth) (Nasrudin Rajak,1985).
Tidak seperti agama – agama tersebut diatas, Islam adalah agama yang namanya diambil dari
hakikat atau substanti ajaran yang terkandung didalamnya. Jika gama – agam yang lain namanya
baru ada setelah pembawa ajarannya telah tiada, maka nama “Islam” sudah ada sejak awal
kelahirannya. Uniknya, Allah sendiri yang memberikan nama risalah yang dibawakan oleh Nabi
Muhammad Saw. Tersebut Banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkan hal tersebut. Seperti ( QS Ali
‘Imran’ [3]: 19, QS Ali ‘Imran’[3]: 65, QS Al-Maidah [5] :3)

Sesungguhnya agama (yang diridhai ) disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian
(yang ada) diantara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya.( QS Ali-‘imran [3]:19 )

Hai ahli kitab, Mengapa kamu bantah membantah tentang hal ibrahim, padahal Taurat dan Injil
tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir.
(QS Ali Imran [3]: 65 )
.... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena
kelaparan tanpa senagaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS Ali ‘Imran [5]: 3)
Oleh karena itu penyebutan orang-orang Barat terhadap Islam sebagai Moehamedanism dan
Moehamadan, bukan saja tidak tepat tetapi salah secara prinsipil (Nasrudin Razak, 1985:55). Istilah
ini mengandung arti Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad,
Sebagaimana perkataan Kristen dan Kekristenan yang mengandung arti pemujaan terhadap Kristus.
Nama Islam memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak
memiliki hubungan dengan orang tertentu atau, golongan manusia tertentu, atau suatu negeri
tertentu.
Secara generik kata Islam berasal dari Bahasa Arab terambil dari kata “Salima” yang berarti
selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk kata “aslama” yang berarti “menyerah, tunduk, patuh , dan
taat”. Kata “aslama” yang berarti “menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang
terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama” atau masuk Islam
dinamakan Muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh
kepada Allah Swt. Dengan melakukan aslama maka terjamin keselamatannya di dunia dan di
akhirat.
Selanjutnya dari kata “salima” juga terbentuk kata “silmun” dan “salamun” yang berarti damai.
Maka Islam dipahami sebagai ajaran yang cinta damai. Karenanya seorang yang menyatakan dirinya
Muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia (Muhammad Ali, 1980).
Meskipun Islam secara bahasa adalah aktivitas penyerahan diri kepada Tuhan, tetapi Islam disini
juga adalah nama agama. Maka pada Din al-islam inilah terdapat titik pertemuan
antara musamma (hakikat) penyerahan diri, dan ism (nama) yang diberikan. Oleh karena itu, Allah
Swt. Berfirman “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (QS Ali
Imran[3]:19). Inilah keistimewaan islam, karena nama agamanya diberikan langsung oleh Tuhan
yang menurunkannya. Seorang ulama indonesia, yang dikenal sebagai Habib Adnan, dan yang
dianggap paling toleran sekalipun dikalangan masyarakat Bali, tetap menyatakan bahwa Islam adalah
agam yang paling Istimewa dari sudut penamaanya. Beliau menyatakan:
“Satu-satunya agama yang tidak menggunakan nama sesuai dengan nama penganjurnya atau
nama tempat agama itu diturunkan hanyalah islam. Agama Hindu yang diberi nama Hindu karena ia
turun di tanah Hidustan. Kristen adalah nama agama yang disesuaikan dengan penganjurnya, Jesus
Kristus. Agama yahudi diberi nama demikian karena diturunkan kepada bangsa yahudi. Buddha
mengikuti nama penganjurnya. Begitu seterusnya. Hanya Islam yang tidak bernama agama
Muhammad, Agama Arabi, atau Agama Quraisyi. Dari nama itu saja kita dapat pehamahaman yang
sangat kuat bahwa memang tidak diturunkan hanya untuk sekelompok masyarakat Islam diturunkan
untuk semua umat manusia” (HS Habib Adnan,2005:24).
Hikmah penamaan Islam itu pula, karena bentuk dan cara penyerahan yang diatur oleh agama ini
bersesuaian dan bertepatan denagn hakikat tauhid yang sebenarnya, yaitu yang hanya bisa diambil
dari wahyu, bukan dari tradisi kesuku-bangsaan atau kebudayaan tertentu, ataupun dari percampuran
antara tradisi kesuku-bangsaan dan kebudayaan tertentu di suatu sisi dengan kitab sucinya di sisi
yang lain, atau bukan pula hasil dari spekulasi filsafat dan bantuan penemuan ilmu pengetahuan.
Cara penyerahan yang benar dan sesuai dengan tauhid inilah yang menjadi hikmah kepada penamaan
Islam itu sendiri. Beliau menyatakan:
“the test of true affirmation of the Unity of God,then,is the form of sumbission to that God. It is only
because the form of submission enacted by the regilion that affirms the Unity of God is true to the
verification of such affirmation tahat that particular regilion is called Islam. Islam, then, is not
merely a verbal noun signifying ‘submission’; it also the name of a partuclar regilion descriptive of
true submissin, as the definition of religion: submission to God” (Al-Attas, 1985: 12).
Uraian di atas sekaligus menolak paham ‘transcendent unity of regilions’ yang menyatakan bahwa
semua agama pada hakikatnya adalah sama-sama bertemu dan bersatu pada level ‘transcendence’
yaitu level Keesaan Tuhan, atau dalam istilah Islamnya, pada leveltauhid. Menurut mereka, yang
membedakan agama-agama hanyalah bentuk dan cara penyerahan diri kepada Tuhan, sedangkan
hakikatnya semua agama itu berserah diri kepada Tuhan. Jadi menurut mereka lagi,semua agama itu
hakikatnya Islam ( berserah diri;submission;surrender to God ), Cuma caranya saja yang berbeda.
Bagi kita yang menolak paham tersebut beragumentasi, justru bukti tauhid yang sebenarnya itu
adalah termasuk cara berserah diri kepada Tuhan yang murni dari wahyu, bukan dari tradisi yang
dibuat-buat dan dicampur-baur dengan kebudayaan tertentu. Caralah yang turut menunjukkan
hakikat. Dengan kata lain, cara penyerahan diri pada Tuhan itu juga menunjukkan ‘penyerahan diri’
tetapi ia juga nama agama tertentu yang menunjukkan penyerahan diri yang sebenarnya , dan
sekaligus definisi agama itu sendiri , yaitu penyerahan diri pada Tuhan. Semuanya itu serasi dalam
perkataan “Islam”.
Dalam perjalanan sejarah ada dua bentuk agama sebelum bentuk agama yang dibawa Nabi
Muhammad Saw., yang kedua –duanya merujuk kepada bntuk Nabi Ibrahim . kedua bentuk agama
itu diberi nama oleh orang-orang di luar mereka sebagai Yahudi (Judaism) dan kristen
(Christianity). Pemeluknya disebut sebagai orang Yahudi (Jew) dan orang Kristen
(Christian) masing- masing nya. Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw .
mempertanyakan klaim bahwa Nabi Ibrahim a.s dan keturunannya itu sebagai penganut agama
Yahudi dan agama Kristen:
Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan nasrani) mengatakan bahwa Nabi Ibrahim,Ismail,Ishaq
dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? (QS Al-Baqarah [2]: 140).
Bahkan pada ayat lain Al-Qur’an menegaskan bahwa Nabi ibrahim bukanlah seorang Yahudi
atau seorang Kristen seperti yang mereka dakwa.
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,akan tetapi dia adalah seorang
yang lurus (hanif) lagi berserah diri (Muslim) (kepada Allah).
(QS Ali’Imran [3]:67).
Oleh sebab itu, ketika orang-orang Yahudi dan Nasrani mengajak kepada agama mereka, Nabi
Muhammad Saw. Diperintahkan untuk menolak ajakan itu sambil menyatakan bahwa yang
sepatutnya adalah mengikuti millah Ibrahim.
Dan mereka berkata: ‘Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya
kamu mendapat petunjuk’. Katakanlah (wahai Muhammad):’Tidak, bahkan (kami mengikuti) bentuk
agama Ibrahim yang lurus.(QS Al-Baqarah [2]: 135).
Dan siapakah yang paling betul ikutannya terhadap millah Ibrahim ini diantara dua bentuk
agama yang terdahulu? Jawabannya adalah bukan diantara keduanya, melainkan orang-orang yang
benar-benar mengikutinya dan dalam hal ini sudah tentu Nabi Muhammad Saw.
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan
Nabi ini ( Muhammad) serta orang-orang yang beriman ( kepada Muhammad), dan Allah adalah
pelindung kepada semua orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran [3]:68).
Dengan ayat diatas bahwa apa yang diikuti dan sekaligus dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Adalah millah atau bentuk agama Nabi Ibrahim a.s. inilah yang disebut sebagai Dinul Qayyim
seperti pada ayat:
Katakanlah (wahai Muhammad):’Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang
lurus, (yaitu) agama yang benar (din qiyam/qayyim); millah Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu
bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. (QS Al-An’am [6]: 161).
Maka perspektif tauhidi Islami, kesatuan substansi dasar semua wahyu itu sendiri, sesuai
dengan yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim,Musa
dan Isa Yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS Asy-
Syura [42]: 13).
Teks suci ini secara kategoris menegaskan kesatuan wahyu seperti dijelaskan di atas yang
berujung pada kesatuan substansi dan kesatuan agama yang diturunkan,yaitu islam,yang Ibnu
Taymiyah dalam bukunya Al-Jawab Al-Sahih liman Baddala Din al-Masah disebut sebagai Al-Islam
Al-Amm (Islam Universal). (Ibnu Taymiyah,1414 H :341). Oleh karena itulah, kenapa hanya agama
ini saja yang sejatinya mendapat pengakuan sebagai satu-satunya agama yang haqq disisi Allah Swt.
Sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat-ayat berikut.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah adalah Islam).” (QS-Ali Imran [3]: 19).

Barangsiapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
ini) dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali ‘Imran [3]: 85).
Maka, islam adalah merupakan agama semua Nabi dan Rasul beserta pengikut-pengikut
mereka. Lebih jelas dan detailnya bisa disebutkan berikut ini:

a. Islam adalah agama Nuh a.s. seperti dijelaskan ayat:


Dan bacakanlah kepada mereka berita penting tentang Nuh di waktu dia berkata kepada
kaumnya :”Hai kaumku, jika terasa berat bagimu tinggal (bersamaku) dan peringatanku(kepadamu)
dengan ayat-ayat Allah, maka kepada Allahlah aku bertawakal,karena itu bulatkanlah keputusanmu
dan (kumpulkanlah) sekutu-sekutumu (untuk membinasakanku). Kemudian janganlah kepiutusanmu
itu dirahasiakan, lalu lakukanlah terhadap diriku dan janganlah kamu menangguh-kannya. Jika
kamu berpaling (dari peringatanku) aku tidak meminta upah sedikit pun daripadamu. Upahku tidak
lain hanyalah dari Allah belaka dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang
berserah diri (Muslim). (QS Yunus [10]:71-72)

b. Islam adalah agama Nabi Ibrahim a.s dan anak cucunya (Isma’il,Ishaq,Ya’qub) seperti dijelaskan
ayat:
Ya tuhan kami,jadikalah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau (Muslim) dan
jadikalah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau (Muslim). (QS Al-
Baqarah [2]: 128)

Dan dalam ayat lain:


Ketika Tuhannya berfirman kepadanya : “Tunduk patuhlah (berislamlah)” Ibrahim menjawab:
“Aku tunduk patuh (ber-islam) kepada Tuhan semesta alam”. Dan ibrahim telah mewasiatkan
ucapan ini kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. Ibrahimberkata:’Hai anak-anakku,
sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,maka jangnlah kamu mati kecuali dalam
memeluk agama islam,”adakah kamu hadir ketika Ya’rub kedatangan (tanda-tanda maut), ketika ia
berkata kepada anak-anaknya : “Kami akan mneyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek
moyangmu,Ibrahim,Ismail, dan Ishaq,(yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
keapada-Nya (Muslim). (QS Al-Baqarah [2]: 131-133)
Dan dalam ayat yang lain:
Yang artinya:
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang
yang lurus dan Muslim dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.”(QS
Ali’Imran [3]:67)
c. Islam adalah agama Nabi Yusuf a.s. seperti dijelaskan ayat:]
Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah meng-anugerahkan kepadaku sebagian kerajaan dan telah
mengajarkan kepadaku sebagian ta’bir mimpi. Ya Tuhan Pencipta langit dan bumi. Engakaulah
pelidungku di dunia dan akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku
dengan orang-orang yang saleh.”(QS Yusuf [12]: 101).

d. Islam agama Nabi Musa a.s. dan kaumnya seperti dijelaskan ayat:
Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertakwakallah kepada-Nya
saja, jika kamu benar-benar Muslim.(QS Yunus [101]:84)

Dan dalam ayat lain yang mengisahkan doa para tukang sihir (penentang Nabi Musa a.s) yang telah
bertobat:
Ya tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan Muslim.
(QS Al-A’raf [7]: 126).

e. Islam adalah agama Nabi Sulaiman a.s. dan kaumnya seperti dijelaskan ayat berikut yang
mengisahkan Bilqis,Ratu Saba’;

Tuhanku sesungguhnya aku telah berbuat aniaya terhadapa diriku. Dan aku berserah
diri (Muslim) bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta alam. (QS An-Naml [27]:44)

f. Islam adalah agama Nabi-nabi Bani Isra’il seperti dijelaskan ayat:


Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalmnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh Nabi-nabi yang
menyerah diri kepada Allah (Muslim).
(QS Al-Maidah [5]: 44)

Dan dalam ayat lain:


Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan
menjadi penolong untuk menegakkan agama Allah? “ Para hawariyyin ( sahabat setia ) menjawab:
“Kamilah penolong-penolong agama Allah. Kami beriman kepada Allah dan saksikanlah bahwa
sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim.
(QS Ali’Imran [3]: 52)

Dan dalam ayat lain:


Dan (ingatlah) ketika aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia: “Berimanlah kamu kepada-Ku
dan kepada Rasul-ku!”mereka menjawab: “Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul)
bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang Muslim.”(QS Al-Maidah [5]: 11)

g. Islam adalah agama Nabi Muhammad Saw. Seperti dijelaskan ayat:


Katakanlah (wahai Muhammad): sesungguhnya aku diperintahkan supaya menjadi orang yang
pertama sekali menyerah diri kepada Allah (ber-Islam), dan (aku diperintahkan dengan firmanNya):
Jangan sekali-kali engkau menjadi dari golongan orang-orang musyrik. (QS Al-An’am [6]: 14)

Dan dalam ayat lain:


Katakalah (wahai Muhammad):sesungguhnya sembahyangku dan ibadahku,hidupku dan matiku
hanyalah untuk allah Tuhan seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan yang demikian
saja aku diperintahkan dan aku adalah orang yang pertama kali berislam.”(QS Al-An’am [6]: 162 -
163)

Jadi jelas sekali, ayat-ayat diatas dan hadis tersebut diatas secara eksplisit menegaskan
kesatuan agama semua Nabi dan Rasul. Dalam mendeskripsikan agama Nabi dan Rasul,Al-Qur’an
menggunakan kata-kata atau istilah redaksional yang baku dan sama yang sangat tidak
memungkinkan adanya tafsir yang berbeda.semuanya standar dan tidak ada yang membedakan
antara Nabi yang satu dengan yang lain, atau umat Nabi yang satu dengan umat Nabi yang lain. Kata
perintah berislam kepada Nabi Muhammad Saw pun menggunakan redaksi yang sama dengan Nabi-
nabi terdahulu.Tidak ada indikasi Islam dengan “I” sebagai agama yang terlembagakan
(institutionalized regilion) atau “i” sebagai sikap spritual pribadi (private spritual attitude)
sebagaimana yang coba diperkenalkan oleh W.C Smith dalam bukunya the meaning and End of
Regilion (wilffred C,1978:Bab 3).
Kemudian kesatuan substansi wahyu samawi tersebut semakin menjadi gamblang dan terang-
terangan manakala kita mengikuti alur nalar Qur’ani lebih lanjut yang menegaskan bahwa
mendustakan atau mengingkari seorang Nabi atau Rasul saja berarti sama dengan mendustakan atau
mengingkari seluruh utusan Allah. Allah Swt, berfirman:

Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.


(QS As-Syu’ara’ [26]: 108)
Kaum ‘Ad telah mendustakan para Rasul.
(QS As-Syu’ara’ [26]: 123)
Kaum thamud telah mendustakan para Rasul.
(QS As-Syu’ara’ [26]: 141)
Kaum Lut telah mendustakan para Rasul.
(QS As-Syu’ara’ [26]: 160)
Penduduk Aikah (Madyan) telah mendustakan Rasul-rasul.
(QS As-Syu’ara’ [26]: 176)

Ayat-ayat diatas secara eksplisit dan kategoris menyatakan bahwa kaum-kaum para nabi
terdahulu dianggap telah mendustakan semua Nabi dan Raul secara keseluruhan,padahal
sebagaimana diketahui bersama bahwa kenyataannya yang diutus kepada mereka hanyalah seorang
Nabi dan Rasul saja. Kepada kaumnya Nabi Nuh hanya diutus sebagai Nabi saja, dan yang mereka
dustakan pun hanya seorang Nabi saja, yaitu Nabi Nuh a.s. begitu juga kepada kaum Thamud,kaum
Lut,dan penduduk Madyan; kepada mreka masing-masing hanya diutus seorang Nabi saja, dan yang
mereka dustakanpun hanya seorang Nabi saja,yakni Nabi Hud,Salih,Lut,dan Shu’ayb.mereka
mengatakan telah mendustakan semua Rasul karena semua Rasul dan Nabi membawa pesan langit
yang sama,agama yang sama dan dari sumber yang sma.oleh karena itu Al-Qur’an memandang sikap
yang tidak membeda-bedakan para Nabi dan Rasul,antara satu dan lainnya.
Substansi wahyu samawi yang dikomunikasikan kepada manusia lewat para Nabi dan Rasul
sepanjang sejarah,yang oleh Ibnu Taimiyah disebut Al-Islam al-‘Amm (Islam Universal) tadi, pada
dasarnya menurut perspektif tauhidi adalah “agama fitrah”, regilionaturalis,atau Ur-Regilion itu
sendiri. Dengan adanya konsep “agama fitrah” ini,berarti Islam meletakkan landasan universal yang
lebih kuat dan luas bagi humanisme yang sebenarnya yang memungkinkan untuk mengakomodasi
seluruh manusia, dengan berbagai latar belakang keagamaan dan keyakinannya,sebagai saudara
dibawah payung kemanusian; sebagaimana memungkinkan untuk menarik garis demarkasi yang
tegas antara “agama alami” yang dimiliki setiap manusia sejak kelahirannya,di satu pihak, dengan
agama-agama historis yang berevolusi dari “agama alami” tersebut akibat faktor-faktor kesejarahan
atau lingkungan,dipihak lain.
Lalu,Islam menamkan “agama fitrah” ini dengan nama agama Islam itu sendiri. Hal ini
didasarkan pada ayat:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS Ar-Rum [30]: 30)
Dalam ayat ini Allah Swt. Memerintahkan Nabi Muhammad Saw. Untuk menghadapkan
wajahnya dengan tegap tegap dan lurus (hanif) kepada agama yang lurus, yang tiada lain adalah
Islam. Oleh karenanya agama ini disebut juga dengan “hanifisme” (al-hanifiyyah), yakni agama yang
lurus, lempeng, dan jauh dari kebatilan dan kesesatan, sebagaimana dalam hadis Rasullah Saw.
“Agama yang paling dicintai Allah adalah Hanifiyah (agama yang lurus) yang lapang.” (Hr
Bukhari)
Dan memanggil pengikut agama ini sebagai “hunafa” (bentuk jamak dari hanif : orang yang
berpaling dari kesatan), dalam pealaran bahwa mereka pernah menerima wahyu dari Allah yang
mengukuhkan fitrah mereka dan sesuai dengan “agama alami” mereka.
Maka atas dasar penalaran ini, Islam adalah agama parexcellence yang oleh Allah Swt.
Dimaksudkan sebagai kalimatun Saw.a’ (kalimat yang sama atau penyelaras) antara semua manusia,
karena mereka semua pada suatu ketika pernah menjadi umat seorang Nabi atau Rasul yang diutus
oleh Tuhan yang sama. Oleh karena itu, kita diperintahkan (mengikuti perintah yang diterima oleh
Rasulullah Saw.) untuk mengajak mereka kepada kalimatun Saw.a’ setiap mereka keluar atau
melenceng darinya,Allah Swt berfirman:
Katakanlah:”Hai ahli kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang sama
antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatu apapun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:”Saksikanlah, bahwa
kami dalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah.
(QS Ali’Imran [3]: 64)
Dari uraian kesatuan wahyu samawi diatas disimpulkan secara meyakinkan bahwa
agama samawiadalah tunggal. Dengan demikian, istilah “agama-agama samawi” atau “al-adyan al-
samawiyah” atau “revealed regilions” yang sering beredar secara luas mutlak perlu ditinjau ulang,
kecuali jika dimaksudkan adalah shari’ah-shari’ah samawiyah (syariat-syariat samawi).

1. Islam Sebagai Din


Istilah Din biasa diterjemahkan sebagai agama. Secraa etimologi kata Din itu sendiri bermakna
keberuntungan, susunan kekuasaan, struktur hukum, dan kecenderunganyang adil (Al-Attas, 1995:
43-44) menarik di sini adalah istilah ‘din’ dihubungkan dengan perkataan ‘dayn’ yang berarti utang.
Secara etimologi memang perkataan din dan dayn berasal dari akar perkataan Arab yang sama,
yaitu dal,alif,nun. Maknanya, bahwa manusia sebenarnya berutang kepada Tuhan, yang
menciptakannya dan yang memberinya rezeki, serta yang telah mewujudkannya dan memelihara
eksitensinya. Bahkan utang manusia terhadap Tuhan bersifat total dan menyeluruhg. Karena utang
tersebut berupa utang penciptaan dan eksistensi (debt of creation and existence); utang dari ketiadaan
kepada ada,dan juga utang pemeliharaan atas keberadaan (debt of maintenance), sehingga manusia
bisa ada di alam ini.
Dengan utang yang sangat besar ini,maka manusia tidak akan pernah bisa membayarnya,
kecuali jika dikembaliakn lagi kepada yang punya. Itu pun belum tentu terbayar seluruhnya.
Meskipun demikian, pengembalian diri inilah jalan yang terdekat untuk melunasi utang yang amat
besar itu. Dengan kata lain, untuk membayar utang ini manusia harus benar-benar mengembalikan
dan memulangkan dirinya kepada pemiliknya. Proses pengembalian dan
pemulangan (return) inilahyang terkait dengan konsep ‘din’yang biasanya diterjemahkan sebagai
agama. Al-attas menyatakan bahwa salah satu arti ‘din’ yang biasanya diterjemahkan sebagai agama.
Al-attas menyatakan bahwa salah satu arti ‘din’ yang mendasar adalah ‘hujan yang selalu kembali
yang juga diibaratkan Allah Swt. Dalam Al-Qur’an surah At-Tariq [86]: 11) sebagai al-raj’i:
Demi langit yang mengandung hujan. (QS At-Tariq [86]: 11)

Pada ayat ini perkataan al-raj’i secara harfiah bermakna ‘kembali’. Konsep ‘din’ dalam
pengertian pengembalian diri kepada Pemiliknya merupakan satu-satunya jalan supaya manusia bisa
membayar utangnya (dayn) kepada Tuhan. Seperti juga hujan yang senantiasa kembali ke bumi dan
membawa kehidupan dan kesuburan kepada bumi yang tandus dan mati, maka begitu
juga din membawa kehidupan dan keuntungan kepada manusia dengan cara kembali kepenciptanya.
Secara ontologis, apabila manusia berutang pada Tuhan, maka posisi manusia adalah dipihak
yang rugi, seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an ;
Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. (QS Al-Asr [103]: 2)

Proses pengembalian diri bukan saja sebagai cara menutup kerugian, tetapi juga sebagai jalan
untuk mencapai keuntungan dan kejayaan yang besar. Sambil mengutip (QS Al-baqarah [2]: 235)
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman (qardhan) yang lain,maka Allah
akan melipatgandakan pembayaran keapadanya dengan lipat ganda yang banyak”. Dengan
mengembalikan diri kepada Tuhan, yaitu dengan cara mematuhi perintah-perintahNya dan menjauhi
larangan-laranganNya, manusia yang asalnya adalah rugi akan mendapat balasan yang berlipat kali
ganda yang bukan saja bisa menutupi kerugiannya bahkan akan memperoleh keuntungan yang besar
juga dari eksistensinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu makna din atau agama yang paling mendasar
adalah jalan pengembalian diri kepada Tuhan. Oleh karena itu, walaupun kita menggunakan
istilah’agama’dalam bahasa sehari-hari,yang bisa jadi mempunyai banyak pengertian,
seperti a=tidak,dan gam=pergi, (Harun Nasution,1985:), a=tidak , gama=kacau,
(Anshari,1986:123) ataupun ada yang mengatakan berasal dari kata iqamah (igama,), sudah tentu
konsep din sebagai jalan pengembalian diri kepada Tuhan memiliki pengertian yang lebih tepat
dalam memberikan arti agama itu sendiri. Berangkat dari pengertian din sebagai jalan pengembalian
diri kepada Tuha, ada satu lagi kaitan yang erat antara konsep ‘pengembalian diri’ ini dengan
‘penyerahan diri’ sepenuhnya kepada Tuhan yang menciptakan kita. ‘penyerahan diri’ ini dari segi
bahasa Arab disebut sebagai ‘aslama’, seperti pada ayat:
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah
menyerahkan diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS Ali ‘Imran [3]: 83)
Kaitan konsep din dan aslama akan tampak lebih dekat ketika Allah Swt,menyatakan bahwa:
Siapakah yang lebih baik agamanya (din) dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
(aslama) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti bentuk agama
(millah) Ibrahim yang lurus. “(QS An-Nisa [4]: 125).
Jadi berdasarkan ayat ini orang yang paling baik din-nya, atau jalan kembalinya, adalah orang
yang menyerahkan (aslama), wajahnya atau dirinya sepenuhnya kepada Allah yang menciptakan-
nya.
Menurut Al-Attas, walaupun ada kaitannya, makana din berbeda dengan
makana millah. Din adalah esensi (essence) dari agama itu sendiri, yaitu hakikat pengembalian diri
kepada Tuhan. Sedangkan millah adalah bentuk (form) dari agama, yaitu cara pengembalian diri
kepada Tuhan.Rasullah Saw mendapat wahyu dari Allah untuk mengikuti millah Ibrahim,seperti
pada ayat:
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): ‘ikutilah (bentuk) agam ibrahim seorang
yang hanif’, dan bukanlah ia termasuk oramg-orang yang mempersekutukan Tuhan.
(QS An-Nahl [16]: 123)
Jadi dengan kata lain segala cara pengajaran Rasullah Saw. Kepada umatnya dalam konteks
kembali kepada Tuhan, tidak lain adalah gambaran bentuk agama atau millah Ibrahim itu sendiri
(Ugi Suharto,2007).

2. Dari Din ke Madinah


Penamaan din sebagai Islam dan sebaliknya penamaan Islam dan sebaliknya penamaan Islam
sebagai din yang begitu teliti turut membawa pengaruh kepada konsep din yang biasanya diartikan
sempit sebagai institusi agama. Sejarah membuktikan bahwa bagi agama-agama selain Islam, dan
khususnya dalam sejarah peradaban Barat, din tetap menduduki ruang sempit pada salah satu aspek
dalam kehidupan manusia, tanpa harus mempengaruhi aspek kehidupan yang lain. Maka terjadilah
pemisahan yang ketara antara ruang agama dan ruang publik, antara gereja dan politik, antara
kehidupan spritual dan sekuler, antara kota Tuhan dan kota dunia dan seterusnya.
Dalam sejarah agama Kristen misalnya, St.Augustine (354-430) dengan karyanya De Civitate
Dei City of God telah meletakkan dasar yang nantinya mengakibatkan terjadinya konflik panjang
antara gereja dan negara yang mewarnai peradaban Barat berabad-abad lamanya hingga kini.
Tempat Din, agama dan keselamatan hanya ada dalam Kota Tuhan, bukan dalam kehidupan,
khususnya di zaman modern ini, sebagian sarjana Kristen mencari justifikasi bahwa hidup dan kota
Dunia ini tidak ada salahnya dan tidak bertentangan dengan ajaran Kristen, bahkan bibit-bibit
sekularisasi itu sudah ada dalam ajaran Bible itu sendiri. Harvey Cox, seorang sarjana Kristen,
kemudian menulis buku yang sangat berpengaruh di Amerika pada tahun 1965 dengan judul The
Secular City. Tarik menarik antara agama dan negara masih mewarnai kehidupan sosial pada hari ini.
Berbeda dengan sejarah Islam, Nabi Muhammad Saw yang membawa Din al-Islam adalah
seorang yang berhasil mengharmonikan antara kehidupan beragama dan bernegara. Apabila beliau
berhijrah dari Makkah kekota yang bernama Yatsrib pada tahun 622 M, kota ini kemudian bertukar
nama menjadi Madinah. Maknanya, ketika din Allah yang bernama Islam itu telah disempurnakan
dan dilaksanakan di suatu tempat, maka tempat itu diberi nama Madinah. Dari akar
kata din dan Madinah ini lalu dibentuk akar kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan
kota, memajukan, memurnikan, dan memartabatkan. (Ibnu Mansur, 1988:402)
Dari sinilah kemudian, madinah dari segi bahasa bermakna kota atau city, tetapi madinah juga
adalah tempat yang subur bagi melaksanakan din itu sendiri. Disinilah kaitan antara din dan
madinah, yang juga mempunyai akar kata yang sama; dal, alif, dan nun. Dari Madinah, Islam mulai
memancarkan sinarnya keseluruh semenanjung Arab,sehingga sebelum Rasullah Saw. Wafat pada
tahun 632 M, beliau telah berhasil menyatukan seluruh jazirah Arab di bawah satu pimpinan.
Kepemimpinan Rasullah Saw. Ini bukan hanya terhadap orang-orang yang beragama islam, tetapi
juga terhadap mereka yang beragama Yahudi, Kristen, dan Majusi pada waktu itu. Nabi Muhammad
Saw telah mengangkat din yang selama ini berada di ruang sempit kepada ruang
publik madinah yang terbentang luas. Di bawah risalah Rasullah Saw. Islam adalah kehidupan
agama dan kehidupan kota yang tak terpisahkan.
Tidak heran apabila Michael H.Hart dalam karyanya The 100- A Ranking of the Most influential
Persons in History, meletakkan Nabi Muhammad Saw. Pada rangking pertama orang yang paling
berpengaruh dalam sejarah sejarah dunia karena kepemimpinannya dalam membangun agama dan
dunia yang sekaligus menggambarkan sifat dan hakikat Islam itu sendiri. “He was the only man in
history who was supremely successful on both the religios and secular levels” ...... “ It is this
unparalled combination of secular and regilious influential single fgure in human history” (Michael
H. Hart, 1992: 33) begitu kata Hart. Apa yang selama ini dianggap terpisah antara yang regilious dan
secular telah disatukan oleh Islam semenanjung Arab dengan ibukota Madinah dalam satu
masyarakat madani.

3. Islam Sebagai Tamaddun


Ketika Rasullah wafat, hakikat dan sifat Islam telah benar-benar dimengerti oleh para sahabat.
Masyarakat madani yang telah dibangun kini bersedia untuk dikembangkan menjadi
sebuah tamaddun dan peradaban dunia. Memang, dari akar kata madana ini lahir kata
benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota
berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau kebudayaan kota (culture of the city). Dikalangan
penulis Arab, perkataan tamaddun digunakan-kalau tidak salah-untuk pertama kalinya oleh Jurji
Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-tamaddun al-Islami ( Sejarah Peradaban Islam), terbit
1902-1906. Sejaka itu perkataan Tamaddun digunakan secara luas di kalangan umat Islam.
Didunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang dengan sedikit
berbeda menggunakan istilah tamaddun dan madaniyat. Namun di Turki orang dengan menggunakan
akar madinah atau madana atau madaniyah menggunakan istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-
orang Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun
kata tersebut tidak banyak diterima umat Islam non-Arab yang kebanyakan lebih menyukai
istilah tamaddun. Di anak benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengertian kultur,
sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdhib.
Apablia Islam kemudian memimpin kehidupan dunia selama seribu tahun lebih dengan berbagai
pemerintahannya dari mulai Khalifah Rasyidah, Umayah,Andalusia,Abbasiyah, hingga
Usmaniyah, tamaddun Islam telak mencorakkan dunia Timur dan Barat dengan kehidupan yang
lebih seimbang antar sisi kerohanian dan sisi kebendaan dan materi. Pengaruh Islam didunia Timur
sangat kentara sekali hingga ke hari ini. Semua negara arab, sebagian benua Afrika, India , Cina, dan
hampir keseluruhan Indonesia dan kepulauan Nusantara menerima pengaruh Islam yang luar
biasa. Begitu juga di dunia Barat tamaddun Islam sempat menjadi jembatan antara peradaban
Yunani dan peradaban Barat modern.
Ketika Islam menjadi peradaban dunia, segalanya yang muncul dari peradaban ini bisa disifati
dengan sifat ‘Islam’. Ada ilmu Islam, hukum Islam, etika Islam, seni Islam, kebudayaan Islam,
ekonomi Islam, peradaban Islam, dan lain-lain. Berbeda dengan agama-agama yang tidak sampai ke
tingkat tamaddun, istilah-istilah seperti ilmu,hukum,etika,seni,kebudayaan, dan ekonomi ini agak
janggal jika diberi kata sifat dengan nama agama-agama tersebut. Oleh sebab itu, kita hampir tidak
mendengar istilah ‘ilmu Hindu’, ‘hukum Buddha’, etika yahudi,’seni kristen’, ‘ekonomi Majusi’, dan
sebagainya. Selain itu, perdapan Islam bukan hanya wujud di dalam sejarah, bahkan sampai hari ini
peradaban islam mulai bangkit kembali memberikan manfaatnya dalam kehidupan modren. Bukti
bahwa tamaddun islam tidak pernah mati di zaman modren ini adalah dengan kemunculan institusi-
institusi ekonomi islam yang penting seperti bank islam, asuransi islam, pasar modal islam dan
sebagainya. Sekali lagi istilah-istilah itu tidak janggal dikaitkan dengan islam dalam kehidupan hari
ini cobalah tukar kata sifat islam tersebut dengan agama lain, niscaya akan janggal kedengarannya.
Islam sebagai tamddun bukanlah tandingan agama-agama selainnya. Sebenarnya yang menjadi
tandingan dalam lawan islam adalah sistem sekuler yang menguasai hampir seluruh bidang
kehidupan. Sekularisme bukan saja bertentangan dengan islam, tetapi juga menantang islam dan
berusaha mewujudkan islam supaya ia tetap berada diruang sempit. Walaupun tamaddun islam pada
hari ini berada ditahap yang lemah, namun ia tidak mati. Selagi din al-islam wujud dialam ini, selagi
itu pula potensi tamaddun islam untuk kembali menjelmakan dirinya menjadi beradaban dunia akan
selalu ada. Apa yang dikawatirkan oleh sebagian para pemikir barat akan munculnya clash of
civilization, benturan beradaban, sebenarnya adalah ungkapan islam islamophobia dari para
pengusung sekularisme yang tidak mau tunduk (istislam) dengan tamaddun islam yang mencintai
perdamaian( salam ). Islam adalah din dan tamaddun, agam dan perdaban, akhirat dan dunia, surga
dan kehidupan kota. Dari awal lagi islam telah dibangun oleh nabi yang terakhir untuk memimpin
kehidupan manusia supaya seimbang antara rohani dan jasmaninya, agama dan negaranya, dunia dan
akhiratnya. Ini semua telah terbukti dalam sejarah, dan akan sekali lagi membuktikan dirinya dimasa
depan.
Tamaddun islam, walaupun berdasarkan din al-islam, memberikan kebebasan beragama, karena
landasannya adalah la ikraha fiddin (tidak ada paksaan dalam beragama) (QS Al-baqarah [2]:
256) dan lakum dinukum waliyadin (QS Al-kafirun [109]:6). Peradaban islam mebenarkan rumah-
rumah ibadah agama lain berdiri, menghormatinya dan mempertahankannya. “dan sekiranya allah
tiada menolak (keganasan) sebagaian manusia dengan bagian yang lain, tentulah telah dirobohkan
biara-biara nasrani, gereja-gereja, rumh-rumah ibadah orang yahudi, dan masjid-masjid yang
didalamnya banyak disebut nama Allah. “(QS Al-Hajj [22]: 40)”

B. Karakteristik Islam
1. Karakteristik umum
a. Islam sebagai agama prophetic, revealed religion, mission religion, agama wahyu,
agama samawi, merupakan konstinuitas, penyempurnaan, dan penutup risalah para Nabi.
b. Islam sebagai Din dan Tamaddun sekaligus, bersifat eternal, universal , mencakup semua sendi
kehidupan manusia baik dimensi vertikal maupun horizontal.
c. Islam adalah agama yang mengakui adanya pluralitas, keanekaragaman keyakinan, kepercayaan,
agama, manusia.Sehingga islam mengakui eksistensi agama lain. Akan tetapi, Islam menolak paham
pluralisme yang menganggap bahwa di dalam pluralitas agama terdapat hakikat yang sama, yakni
sama-sama pasrah, patuh, dan tunduk sepenuhnya kepada Tuhan. Pluralisme adalah paham yang
mengajarkan adanya kesadaran akan satu Tuhan, banyak jalan.Untuk menuju pada Tuhan yang satu,
terdapat berbagai jalan. Islam melihat bahwa pasrah dan tunduk haris melalui cara yang ditentukan
oleh Allah, yang dalam hal ini telah terangkum dalam Din Al-Islam. Segala bentuk kepatuhan kepada
Tuhan, yang tidak sesuai dengan cara-cara dalam Islam merupakan sebuah jalan yang sesat.
d. Islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuwan. Sehingga bagi umat
Islam Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam, merupakan sebuah grand theory,
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Karakteristik Khusus
a. Bidang Aqidah
1) Akidah Islam adalah aqidah tauqifiyyah , artinya adalah akidah Islam dijelaskan secara
terperinci. Mana perbuatan-perbuatan yang masuk dalam kategori tauhid dan syirik disebutkan
secara jelas, tanpa ada sedikitpun yang tercecer. Hal ini di sebabkan bahwa aqidah merupakan
bagian yang terpenting dalam ajaran Islam.
2) Akidah Islam adalah aqidah ghoibiyyah, artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan
kepercayaan terhadap adanya Allah, hal-hal yang bersifat ghaib, malaikat, dan hari akhir. Walaupun
demikian, bukan berarti ajaran Islam tidak bisa dicerna oleh akal dan panca indra.
3) Akidah Islam adalah aqidah syumuliyyah, artinya di dalam ajarannya terdapat integritas antara
dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik, ilmu, iman, dan amal. Di samping itu, akidah Islam
memiliki persepsi yang integral tentang masalah-masalah kemanusiaan universal seperti, Tuhan,
manusia, dan alam.

b. Bidang Ibadah dan Mu’amalah


1) Islam tidak mengenal konsep dikotomis tentang ibadah. Ibadah dalam Islam meliputi semua segi
kehiupan manusia, yang dibagi menjadi 2, yakni ibadah mahdhah dan ibadah ghairumahdhah. Ibadah
mahdhah adalah ibadah yang jenis dan tata cara pelaksanaannya telah di tentukan oleh Allah dan
Rasul-Nya, seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah
mencakup semua aspek kehidupan manusia seperti, sosial, ekonomi, politik , ilmu pengetahuan dan
teknik, seni, dan filsafat. Semua itu dapat bernilai ibadah apabila salam pelaksanaannya, diniati
karena Allah, dilaksanakan sesuai dengan kententuan Allah dan Rasul-Nya, dan tidak meninggalkan
ibadah mahdhah.
2) Islam memandang ibadah merupakan konsekuensi tauhid, sehingga ibadah harus merupakan
realisasi dari ketauhidan seseorang. Orang yang menyatakan bahwa Tuhan yang menciptakan dan
memelihara alam semesta adalah Allah, konsekuensinya ia harus beribadah hanya kepada
Allah. Maka didalam Islam tauhid dibagi menjadi dua, yaitu tauhid teoretis (tauhid rububiyyah) dan
tauhid praktis (tauhid uluhiyah). Tauhid teoretis tidak ada maknanya sama sekali tanpa diikuti oleh
tauhid praktis. Orang yang percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang menciptakan alam
semesta beserta segala isinya, tidak akan ada maknanya kalau dia tidak beribadah.
3) Konsep ibadah di dalam Islam bersifat hummanisme teosentris, artinya semua bentuk ibadah
hanya di tujukan kepada Allah, tetapi manfaat atau hikmahnya untuk manusia sendiri. Misalnya,
ibadah shalat hikmahnya harus bisa mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar. Ibadah
puasa, harus bisa menumbuhkan solidaritas social, dan lain-lain. Intinya, peningkatan kualitas ibadah
ritual seorang muslim , harus meningkatkan keshalihan sosial. Seorang dinyatakan memiliki
kepalsuan dalam beragama, kalau tidak memilki kepedulian terhadap anak yatim dan tidak mau
memberi makan kepda fakir miskin.

c. Bidang Akhlak
1) Akhlak Islam adalah akhlak rabbaniyyah, artinya ia menjadikan ajaran Tuhan (Al-Qur’an dan
Hadist) sebagai sumber nilai untuk menetukan baik dan buruk. Ukuran baik buruk dalam akhlak
Islam bukan berasal dari pemikiran seseorang atau adat istiadat suatu masyarakat, atau bagaimana
yang menjadi ukuran baik dan buruk dalam etika sekuler, akan tetapi dari Al-Qur’an dan
Hadist. Dalam hal ini Fazlur Rahman ( 1989: 116) menyatakan bahwa Al-Qur’an pada dasarnya
merupakan dokumen keagamaan dan etika.
2) Akhlak Islam adalah akhlak insani, artinya ajaran-ajaran akhlak Islam sejalan dengan tuntutan
fitrah manusia, meletakkan akal dan naluri sesuai dengan proporsi dan profesinya masing-masing.
3) Akhlak Islam adalah akhlak universal yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik
mahluk pribadi, social, maupun mahluk Tuhan.
4) Akhlak Islam adalah akhlak kesimbangan, yakni mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang
suci dan manusia sebagai binatang (pada sifat keburukan).
5) Akhlak Islam adalah akhlak realistik, di samping memiliki idealisme yang tinggi tetap
memperhatikan bahwa manuisa adalah mahluk yang memiliki kelemahan, sehingga di dalam akhlak
Islam terdapat rukhsah dan darurat.
6) Akhlak Islam menjadikan iman sebagai sumber motivasi, artinya perbuatan harus dilaksanakan
atas kesadaran keimanan terhadap Allah SWT.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menyelesaikan makalah islam sebagai din dan tamaddun ini maka saya dapat menyimpulkan
bahwa islam merupakan agama yang paling diridahi Allah Swt. Islam
adalah din dan tamaddun, agama dan peradaban, akhirat dan dunia, surga dan kehidupan kota. Dan
dengan karakteristik ajaran Islam yang demikian itu, maka sangatlah beralasan jika ada sebagian
orang yang berpendapat bahwa Islam adalah sebagai jalan hidup yang terbaik (Islam is the best way
of life). Dengan sifatnya yang demikian itu, maka tidak pula berlebihan jika ada sementara pendapat
yang mengatakan, bahwa di masa depan Islam akan menjadi alternative utama dalam memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Dengan mempelajari sifat dan karakteristik ajaran
Islam yang demikian, maka seseorang dapat mengatakan, bahwa nilai-nilai ideal, universal dan
unggul yang selama ini banyak dikemukakan para futurology dan pemikir kreatif, inovatif yang
dikemukakan para pakar belakangan ini, sesungguhnya telah dikemukakan Islam selama lima belas
abad yang lalu. Ketidaktahuan umat Islam terhadap nilai-nilai yang unggul tersebut sebagai akibat
dari adanya pemahaman Islam yang terlepas dari visi, misi, dan tujuannya.

B. Kritik dan Saran


Sebagai seorang Mahasiswi, Saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Karena kritik dan saran itu
akan bermanfaat bagi saya untuk memperbaiki atau memperdalam kajian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Al-Qardhawi, Yusuf, terj. Rafi’ Munawar , 1994 , Karakteriktik Islam , Surabaya : Risalah Gusti.
[2] Al-Qur’an dan Terjemahnya , Departemen Agam , 1985/1986.
[3] Amin Syukur, Prof. Dr., HM., 1986, Kuliah Akhlak, Semarang: IAIN Walisongo.
[4] Dr. H. Didiek Ahmad Supadie, M.M, dkk., Pengantar Studi Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2015.
[5] Fazlurrahman , 1989 , Islam , Bandung : Pustaka.
[6] M. Natrsir , Islam dan Kristen di Indonesia , Media Dakwah, Jakarta, t.th.
[7] Michael H.Hart , 1992, the 100- A Ranking of the Most Influential Persons in History, pertama
kali terbit di New Jersey : Citadel Press.
[8] H.S Habib Adnan, 2005, Pencarian Tiada Henti, Denpasar : Yayasan Habib Adnan.
[9] Tim Ahli Tauhid, 1998 , Kitab Tauhid 2, Jakarta: Daarul Haq.

semoga dapat membantu sahabat semua...................


Diposting oleh Unknown di 09.08
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: pendidikan agama islam

Tidak ada komentar:


Posting Komentar
Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog

 ▼ 2015 (1)
o ▼ Desember (1)
 makalah islam sebagai din dan tamaddun
Tema Sed

Anda mungkin juga menyukai