Kelmpok 6:
Duta tri rahmatullah
Riki marpaung
Ilham khoiri
Futri lestari
Fitri delvi utami
Delva nanda aprilia
Tara atika putri
Novi rezatul putri
Nurhikmatul jannah
1
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr,wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Islam sebagai
AD-Din dan Tamadun”Pada makalah ini kami banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi
dan pengarahan dari berbagai pihak.oleh sebab itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini.Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk semua pihak yang membaca…
Wassalamualaikm wr,wb
penulis
kelompok 6
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................. 2
Daftar Isi.......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................5
2.1 Pengertian islam.....................................................................................................5
2.2 Karakteristik islam ................................................................................................6
2.3 Pengertian Ad-din..................................................................................................7
2.4 Fungsi Ad-din....................................................................................................... 8
2.5 Tujuan Ad-din................................................................ .......................................9
2.6 Pengertian Tamaddun............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Memberikan pengetahuan tentang pengertian Din dan tamadun.
2. Mempelajari bagaimana asal-usul tamadun dan dari mana sumber-sumbernya.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui ciri-ciri masyarakat yang bertamadun.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Islam merupakan agama semua nabi dan rasul beaerta pengikut pengikut mereka. Tidak ada yang
membeda bedakan antara nabi satu dengan yang lain, atau umat yang satu dengan umat nabi yang
lain.
Kaitan konsep din dan aslama lebih jelas lagi ketika allah swt berfirman pada Qs An-nisa ayat 135
yang artinya,”dan siapkah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan,dan ia mengikuti agamma ibrahim yang
lurus dan allah mengambil ibrahim yang lurus.”
5
2.Dari Din ke Madinah
Apabila nabi muhammad saw. Berhijrah dari makkah ke kota bernama yatsrib, kota ini
kemudian bertukar nama menjadi madinah.dari akar kata din dan madinah ini lalu di bentuk akar
kata baru madana, yang berarti membangun, mendirikan kota, memajukan, memurnikan dan
memartabatkan ( ibnu mansur, 1988: 402 ). Dari situlah kemudian madinah dari segi bahasa
bermakna kota atau city, tetapi madinah juga adalah tempat yang subur bagi melaksanakan din itu
sendiri.
1. Karakteristik umum
Islam sebagai agama prophetic, revealed relegion, mission religion, agama wahyu, agama
samawi, merupakan kontinuitas, penyempurnaan, dan penutup risalah Nabi, islam sebagai din dan
tamaddun sekaligus, bersifat eternal, universal, mencakup semua sendi kehidupan manusia. Islam
adalah agama manusia dan islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuan.
2. Karakteristik umum
a. Bidang akidah
- Akidah islam adalah aqidah tauqifiyyah, artinya akidah islam dijelaskan secara terperinci.
- Akidah islam adalah aqidah ghaibiyyah, artiya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan
Kepercayaan terhadap adanya gaib, Allah, Malaikat, dan hari akhir.
- Akidah islam adalah aqidah syumuliyyah, artinya di dalam ajarannya terdapat integritas antara
Dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik, ilmu, iman dan amal.
c. Bidang akhlak
- Akhlak rabbaniyyah, artinya ia menjadikan ajaran Tuhan ( Al Qur’an dan Hadis ) sebagai
Sumber nilai untuk menentukan baik dan buruk.
-Akhlak insani, artinya ajaran-ajaran akhlak islam sejalan dengan tuntutan fitrah manusia.
-Akhlak universal, artinya mencakup semua aspek kehidupan manusia.
-Akhlak keseimbangan, yakni mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang suci dan
Manusia sebagai binatang.
-Akhlak realistik, manusia adalah makhluk yang memiliki kelemahan, sehingga di dalam
Akhlak islam terdapat rukhsah dan darurat.
-Akhlak islam menjadikan iman sebagai sumber motivasi.
7
Islam berasal dari kata as la ma yang dari segi bahasa bermakna berserah diri. Ini
tidak berarti setiap orang yang berserah diri dan percaya adanya tuhan termasuk dalam
Islam, oleh kerana berserah diri sahaja tidak cukup untuk masuk Islam. Al-
Quran menerangkan bahwa ada dua jenis berserah diri/tunduk (Surah Ali Imran:83): (a).
Seluruh ciptaan Allah tunduk kepada hukum Allah dengan terpaksa dan menurut suatu
kewajipan yang bersifat neutral. (b) Ada juga yang berserah diri dengan keinginan sendiri
(tau’an) mereka adalah orang mukmin(Surah Al-An’aam ayat 162,163). Agama selain Islam
tidak diterima oleh Allah (Surah Ali Imran:19,85)[4]
seperti; dīnukum, dīnihi, dīnahum, dīnī terungkap dalam al-Quran sebanyak 36 kali.
Dengan demikian, term-term al-dīn dan derivasinya tersebut, terungkap di dalam al-Quran
sebanyak 129 kali. Mengenai term millah dalam al-Quran,baik yang di-idhāfah-kan atau
tidak, disebut 15
Asal-Usul Tamadun
a) Ibnu Khaldun merupakan orang pertama yang membuat kajian khusus tentang
tamadun pada abad ke-14 dalam bukunya al-Muqaddimah li Kitab al-'ibar wa Diwan al-
Mabtada' wa al-Khabar fi Ayyam al-'Arab wa al-'Ajam wa al-Barbar.
b) Beliau menggunakan kata umran sebagai tamadun yang kita fahami sekarang.
c) Di Eropah, perkataan civilisation mulai diungkapkan pada abad ke-18 dan mulai
digunakan pada abad ke-19.
Sumber Tamadun
a. Bersumberkan kebendaan
Tamadun yang bersumberkan material atau kebendaan seperti bangunan-bangunan.
Contohnya Tamadun Rom seperti Colosseum, Pantheon dan Circus Maximus.
b. Bersumberkan akal fikiran
Tamadun yang bersumberkan intelektual yaitu pencapaian akal fikiran yang tinggi.
Contohnya karya Pythagoras (580-500 SM).
c. Bersumberkan kerohanian
Tamadun yang bersumberkan mistik atau kerohanian. Contohnya Tamadun Mesir
dan Tamadun India.
9
Tamadun yang bersumberkan wahyu Allah. Contohnya Tamadun Islam Berbagai
hasil penelitian yang nantinya akan dihasilkan oleh Pusat Kajian Tamadun Melayu
Nusantara dapat memberikan sumbangan atau kontribusi yang signifikan bagi UI yang
telah mencanangkan sebagai universitas riset yang bertaraf nasional maupun
internasional. Hal yang menarik adalah penelitian tentang Tamadun Melayu Nusantara
dapat dilakukan dengan pendekatan yang bersifat multidisiplin atau interdisiplin. Untuk
itulah diperlukan juga suatu dialog kritis melalui berbagai kerjasama dari berbagai pihak,
baik institusi UI maupun institusi di luar UI, agar penelitian tentang Tamadun Melayu
Nusantara dapat bermanfaat secara pragmatis bagi pendidikan, penelitian, dan masyarakat
luas yang membutuhkan wawasan kajian Tamadun Melayu Nusantara dengan benar.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah disebutkan, maka kesimpulan yang
dapat kita ambil yaitu : al-dīn diartikan dengan “agama”. Sedangkan term al-dīn secara
redaksional dalam bahasa al-Quran, identik dengan term millah..Ad-Din atau "Agama" yang
juga berasal dari asal kata "da ya na" . tamadun adalah suatu perubahan pembangunan
dan kemajuan dalam setiap bidang kehidupan masyarakat yaitu dalam bentuk kebendaan
(fisik), peraturan, pembangunan spiritual dari segi akhlak juga kemanusiaan dan lain
sebagainya. Ia berterusan dan tidak terikat dengan sesuatu melainkan syarak. Tamadun
Islam mementingkan pencapaian kedua-dua aspek kehidupan namun pembangunan
spritual lebih diutamakan.
3.2 Saran
Dalam makalah ini tentunya akan ada kekurangan-kekurangan argumentasi atau
mugkin terdapat kekeliruan dalam penulisan atau susunan kata-kata, oleh karena itu kritik
dan saran kami butuhkan guna pbaikan berikutnya. Untuk memperoleh pengetahuan yang
lebih mendalam, kami sarankan juga untuk membaca referensi-referensi lain yang terkait
dengan pengaruh kebudayaan terhadap jiwa keagamaan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
A. Pe99ngertian Islam
Din al-islam, sering diterjemahkan sebagai “ agama islam” menejemahkan “din” dengan
“agama” sebenarnya kurang tepat jika tidak dikatakan salah, mengingat bahwa secara historis istilah
“agama” melekat pada ajaran Hindu dan Buddha. Sehingga makna yang terkandung dalam istilah
“agama” mencakup ajaran ajaran yang ada dalam Hindu dan Buddha. Sebenarnya tidak ada kata atau
istilah dalam9 bahasa indonesia yang mencakup makna dalam istilah “din”. Akan tetapi sebagai
sebuah istilah teknis, maka penerjemahan din dengan agama, tidak seluruhnya salah, mengingat
bahwa sebelum masyarakat nusantara mengenal istilah din al-islam, mereka telah lebih
dahulu9999999ngenal Hindu dan Buddha sebagai sebuah agama. Jadi, ketika ada ajaran ritual baru
(din al-islam ) yang dikenalkan kepada mereka, maka mereka menyebutnya sebagai agama.
Lazimnya, setiap agama diberi nama sesudah berlalu masa orang yang mengembangkannya.
Nama agama-agam biasanya dinisbahkan kepada nama pendiri agama tersebut, atau kepada suku-
suku bangsa tempat agama tersebut lahir. Misalnya, Agama Buddha dinisbatkan kepada nama
pendirinya Sidharta Buddha Gautama. Buddha adalah gelar bagi Sidharta yang dianggap mendapat
penerangan. Zoroaster kepada Zarahustra, Kong Hu Chu kepada Kong Fu Tse. Yahudi ( Judaisme )
dinisbahkan kepada nama kaum yang menganut ajaran nabi Musa a.s.,yaitu Yuda ( Jews). Agama
Hindu dinisbahkan kepada tempat berkembangnya ajaran dan adat dalam adat tersebut, yakni India
( Hindustan ). Agam Kristen dinisbahkan kepada pengajarnya atau yang dipujanya yakni “Jesus
Crist”. Orang islam menyebutnya dengan Nasrani dinisbahkan kepada tempat kelahiran Nabi Isa a.s.
yaitu Nazareth (Jesus of Nazareth) (Nasrudin Rajak,1985).
Tidak seperti agama – agama tersebut diatas, Islam adalah agama yang namanya diambil dari
hakikat atau substanti ajaran yang terkandung didalamnya. Jika gama – agam yang lain namanya
baru ada setelah pembawa ajarannya telah tiada, maka nama “Islam” sudah ada sejak awal
kelahirannya. Uniknya, Allah sendiri yang memberikan nama risalah yang dibawakan oleh Nabi
Muhammad Saw. Tersebut Banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkan hal tersebut. Seperti ( QS Ali
‘Imran’ [3]: 19, QS Ali ‘Imran’[3]: 65, QS Al-Maidah [5] :3)
Sesungguhnya agama (yang diridhai ) disisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang-orang
yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian
(yang ada) diantara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya
Allah sangat cepat hisab-Nya.( QS Ali-‘imran [3]:19 )
Hai ahli kitab, Mengapa kamu bantah membantah tentang hal ibrahim, padahal Taurat dan Injil
tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir.
(QS Ali Imran [3]: 65 )
.... Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena
kelaparan tanpa senagaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (QS Ali ‘Imran [5]: 3)
Oleh karena itu penyebutan orang-orang Barat terhadap Islam sebagai Moehamedanism dan
Moehamadan, bukan saja tidak tepat tetapi salah secara prinsipil (Nasrudin Razak, 1985:55). Istilah
ini mengandung arti Islam adalah paham Muhammad atau pemujaan terhadap Muhammad,
Sebagaimana perkataan Kristen dan Kekristenan yang mengandung arti pemujaan terhadap Kristus.
Nama Islam memiliki perbedaan yang luar biasa dengan nama agama lainnya. Kata Islam tidak
memiliki hubungan dengan orang tertentu atau, golongan manusia tertentu, atau suatu negeri
tertentu.
Secara generik kata Islam berasal dari Bahasa Arab terambil dari kata “Salima” yang berarti
selamat sentosa. Dari kata ini dibentuk kata “aslama” yang berarti “menyerah, tunduk, patuh , dan
taat”. Kata “aslama” yang berarti “menjadi pokok kata Islam, mengandung segala arti yang
terkandung dalam arti pokoknya, sebab itu orang yang melakukan “aslama” atau masuk Islam
dinamakan Muslim. Berarti orang itu telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh
kepada Allah Swt. Dengan melakukan aslama maka terjamin keselamatannya di dunia dan di
akhirat.
Selanjutnya dari kata “salima” juga terbentuk kata “silmun” dan “salamun” yang berarti damai.
Maka Islam dipahami sebagai ajaran yang cinta damai. Karenanya seorang yang menyatakan dirinya
Muslim adalah harus damai dengan Allah dan dengan sesama manusia (Muhammad Ali, 1980).
Meskipun Islam secara bahasa adalah aktivitas penyerahan diri kepada Tuhan, tetapi Islam disini
juga adalah nama agama. Maka pada Din al-islam inilah terdapat titik pertemuan
antara musamma (hakikat) penyerahan diri, dan ism (nama) yang diberikan. Oleh karena itu, Allah
Swt. Berfirman “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam” (QS Ali
Imran[3]:19). Inilah keistimewaan islam, karena nama agamanya diberikan langsung oleh Tuhan
yang menurunkannya. Seorang ulama indonesia, yang dikenal sebagai Habib Adnan, dan yang
dianggap paling toleran sekalipun dikalangan masyarakat Bali, tetap menyatakan bahwa Islam adalah
agam yang paling Istimewa dari sudut penamaanya. Beliau menyatakan:
“Satu-satunya agama yang tidak menggunakan nama sesuai dengan nama penganjurnya atau
nama tempat agama itu diturunkan hanyalah islam. Agama Hindu yang diberi nama Hindu karena ia
turun di tanah Hidustan. Kristen adalah nama agama yang disesuaikan dengan penganjurnya, Jesus
Kristus. Agama yahudi diberi nama demikian karena diturunkan kepada bangsa yahudi. Buddha
mengikuti nama penganjurnya. Begitu seterusnya. Hanya Islam yang tidak bernama agama
Muhammad, Agama Arabi, atau Agama Quraisyi. Dari nama itu saja kita dapat pehamahaman yang
sangat kuat bahwa memang tidak diturunkan hanya untuk sekelompok masyarakat Islam diturunkan
untuk semua umat manusia” (HS Habib Adnan,2005:24).
Hikmah penamaan Islam itu pula, karena bentuk dan cara penyerahan yang diatur oleh agama ini
bersesuaian dan bertepatan denagn hakikat tauhid yang sebenarnya, yaitu yang hanya bisa diambil
dari wahyu, bukan dari tradisi kesuku-bangsaan atau kebudayaan tertentu, ataupun dari percampuran
antara tradisi kesuku-bangsaan dan kebudayaan tertentu di suatu sisi dengan kitab sucinya di sisi
yang lain, atau bukan pula hasil dari spekulasi filsafat dan bantuan penemuan ilmu pengetahuan.
Cara penyerahan yang benar dan sesuai dengan tauhid inilah yang menjadi hikmah kepada penamaan
Islam itu sendiri. Beliau menyatakan:
“the test of true affirmation of the Unity of God,then,is the form of sumbission to that God. It is only
because the form of submission enacted by the regilion that affirms the Unity of God is true to the
verification of such affirmation tahat that particular regilion is called Islam. Islam, then, is not
merely a verbal noun signifying ‘submission’; it also the name of a partuclar regilion descriptive of
true submissin, as the definition of religion: submission to God” (Al-Attas, 1985: 12).
Uraian di atas sekaligus menolak paham ‘transcendent unity of regilions’ yang menyatakan bahwa
semua agama pada hakikatnya adalah sama-sama bertemu dan bersatu pada level ‘transcendence’
yaitu level Keesaan Tuhan, atau dalam istilah Islamnya, pada leveltauhid. Menurut mereka, yang
membedakan agama-agama hanyalah bentuk dan cara penyerahan diri kepada Tuhan, sedangkan
hakikatnya semua agama itu berserah diri kepada Tuhan. Jadi menurut mereka lagi,semua agama itu
hakikatnya Islam ( berserah diri;submission;surrender to God ), Cuma caranya saja yang berbeda.
Bagi kita yang menolak paham tersebut beragumentasi, justru bukti tauhid yang sebenarnya itu
adalah termasuk cara berserah diri kepada Tuhan yang murni dari wahyu, bukan dari tradisi yang
dibuat-buat dan dicampur-baur dengan kebudayaan tertentu. Caralah yang turut menunjukkan
hakikat. Dengan kata lain, cara penyerahan diri pada Tuhan itu juga menunjukkan ‘penyerahan diri’
tetapi ia juga nama agama tertentu yang menunjukkan penyerahan diri yang sebenarnya , dan
sekaligus definisi agama itu sendiri , yaitu penyerahan diri pada Tuhan. Semuanya itu serasi dalam
perkataan “Islam”.
Dalam perjalanan sejarah ada dua bentuk agama sebelum bentuk agama yang dibawa Nabi
Muhammad Saw., yang kedua –duanya merujuk kepada bntuk Nabi Ibrahim . kedua bentuk agama
itu diberi nama oleh orang-orang di luar mereka sebagai Yahudi (Judaism) dan kristen
(Christianity). Pemeluknya disebut sebagai orang Yahudi (Jew) dan orang Kristen
(Christian) masing- masing nya. Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw .
mempertanyakan klaim bahwa Nabi Ibrahim a.s dan keturunannya itu sebagai penganut agama
Yahudi dan agama Kristen:
Ataukah kamu (hai orang-orang Yahudi dan nasrani) mengatakan bahwa Nabi Ibrahim,Ismail,Ishaq
dan anak cucunya, adalah penganut agama Yahudi atau Nasrani? (QS Al-Baqarah [2]: 140).
Bahkan pada ayat lain Al-Qur’an menegaskan bahwa Nabi ibrahim bukanlah seorang Yahudi
atau seorang Kristen seperti yang mereka dakwa.
Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,akan tetapi dia adalah seorang
yang lurus (hanif) lagi berserah diri (Muslim) (kepada Allah).
(QS Ali’Imran [3]:67).
Oleh sebab itu, ketika orang-orang Yahudi dan Nasrani mengajak kepada agama mereka, Nabi
Muhammad Saw. Diperintahkan untuk menolak ajakan itu sambil menyatakan bahwa yang
sepatutnya adalah mengikuti millah Ibrahim.
Dan mereka berkata: ‘Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya
kamu mendapat petunjuk’. Katakanlah (wahai Muhammad):’Tidak, bahkan (kami mengikuti) bentuk
agama Ibrahim yang lurus.(QS Al-Baqarah [2]: 135).
Dan siapakah yang paling betul ikutannya terhadap millah Ibrahim ini diantara dua bentuk
agama yang terdahulu? Jawabannya adalah bukan diantara keduanya, melainkan orang-orang yang
benar-benar mengikutinya dan dalam hal ini sudah tentu Nabi Muhammad Saw.
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan
Nabi ini ( Muhammad) serta orang-orang yang beriman ( kepada Muhammad), dan Allah adalah
pelindung kepada semua orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran [3]:68).
Dengan ayat diatas bahwa apa yang diikuti dan sekaligus dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Adalah millah atau bentuk agama Nabi Ibrahim a.s. inilah yang disebut sebagai Dinul Qayyim
seperti pada ayat:
Katakanlah (wahai Muhammad):’Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang
lurus, (yaitu) agama yang benar (din qiyam/qayyim); millah Ibrahim yang lurus; dan Ibrahim itu
bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. (QS Al-An’am [6]: 161).
Maka perspektif tauhidi Islami, kesatuan substansi dasar semua wahyu itu sendiri, sesuai
dengan yang ditegaskan dalam Al-Qur’an:
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan
apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami wasiatkan kepada Ibrahim,Musa
dan Isa Yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” (QS Asy-
Syura [42]: 13).
Teks suci ini secara kategoris menegaskan kesatuan wahyu seperti dijelaskan di atas yang
berujung pada kesatuan substansi dan kesatuan agama yang diturunkan,yaitu islam,yang Ibnu
Taymiyah dalam bukunya Al-Jawab Al-Sahih liman Baddala Din al-Masah disebut sebagai Al-Islam
Al-Amm (Islam Universal). (Ibnu Taymiyah,1414 H :341). Oleh karena itulah, kenapa hanya agama
ini saja yang sejatinya mendapat pengakuan sebagai satu-satunya agama yang haqq disisi Allah Swt.
Sebagaimana yang ditegaskan dalam ayat-ayat berikut.
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah adalah Islam).” (QS-Ali Imran [3]: 19).
Barangsiapa mencari agama selain agama islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
ini) dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS Ali ‘Imran [3]: 85).
Maka, islam adalah merupakan agama semua Nabi dan Rasul beserta pengikut-pengikut
mereka. Lebih jelas dan detailnya bisa disebutkan berikut ini:
b. Islam adalah agama Nabi Ibrahim a.s dan anak cucunya (Isma’il,Ishaq,Ya’qub) seperti dijelaskan
ayat:
Ya tuhan kami,jadikalah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau (Muslim) dan
jadikalah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau (Muslim). (QS Al-
Baqarah [2]: 128)
d. Islam agama Nabi Musa a.s. dan kaumnya seperti dijelaskan ayat:
Berkata Musa: “Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertakwakallah kepada-Nya
saja, jika kamu benar-benar Muslim.(QS Yunus [101]:84)
Dan dalam ayat lain yang mengisahkan doa para tukang sihir (penentang Nabi Musa a.s) yang telah
bertobat:
Ya tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan Muslim.
(QS Al-A’raf [7]: 126).
e. Islam adalah agama Nabi Sulaiman a.s. dan kaumnya seperti dijelaskan ayat berikut yang
mengisahkan Bilqis,Ratu Saba’;
Tuhanku sesungguhnya aku telah berbuat aniaya terhadapa diriku. Dan aku berserah
diri (Muslim) bersama Sulaiman kepada Allah Tuhan semesta alam. (QS An-Naml [27]:44)
Jadi jelas sekali, ayat-ayat diatas dan hadis tersebut diatas secara eksplisit menegaskan
kesatuan agama semua Nabi dan Rasul. Dalam mendeskripsikan agama Nabi dan Rasul,Al-Qur’an
menggunakan kata-kata atau istilah redaksional yang baku dan sama yang sangat tidak
memungkinkan adanya tafsir yang berbeda.semuanya standar dan tidak ada yang membedakan
antara Nabi yang satu dengan yang lain, atau umat Nabi yang satu dengan umat Nabi yang lain. Kata
perintah berislam kepada Nabi Muhammad Saw pun menggunakan redaksi yang sama dengan Nabi-
nabi terdahulu.Tidak ada indikasi Islam dengan “I” sebagai agama yang terlembagakan
(institutionalized regilion) atau “i” sebagai sikap spritual pribadi (private spritual attitude)
sebagaimana yang coba diperkenalkan oleh W.C Smith dalam bukunya the meaning and End of
Regilion (wilffred C,1978:Bab 3).
Kemudian kesatuan substansi wahyu samawi tersebut semakin menjadi gamblang dan terang-
terangan manakala kita mengikuti alur nalar Qur’ani lebih lanjut yang menegaskan bahwa
mendustakan atau mengingkari seorang Nabi atau Rasul saja berarti sama dengan mendustakan atau
mengingkari seluruh utusan Allah. Allah Swt, berfirman:
Ayat-ayat diatas secara eksplisit dan kategoris menyatakan bahwa kaum-kaum para nabi
terdahulu dianggap telah mendustakan semua Nabi dan Raul secara keseluruhan,padahal
sebagaimana diketahui bersama bahwa kenyataannya yang diutus kepada mereka hanyalah seorang
Nabi dan Rasul saja. Kepada kaumnya Nabi Nuh hanya diutus sebagai Nabi saja, dan yang mereka
dustakan pun hanya seorang Nabi saja, yaitu Nabi Nuh a.s. begitu juga kepada kaum Thamud,kaum
Lut,dan penduduk Madyan; kepada mreka masing-masing hanya diutus seorang Nabi saja, dan yang
mereka dustakanpun hanya seorang Nabi saja,yakni Nabi Hud,Salih,Lut,dan Shu’ayb.mereka
mengatakan telah mendustakan semua Rasul karena semua Rasul dan Nabi membawa pesan langit
yang sama,agama yang sama dan dari sumber yang sma.oleh karena itu Al-Qur’an memandang sikap
yang tidak membeda-bedakan para Nabi dan Rasul,antara satu dan lainnya.
Substansi wahyu samawi yang dikomunikasikan kepada manusia lewat para Nabi dan Rasul
sepanjang sejarah,yang oleh Ibnu Taimiyah disebut Al-Islam al-‘Amm (Islam Universal) tadi, pada
dasarnya menurut perspektif tauhidi adalah “agama fitrah”, regilionaturalis,atau Ur-Regilion itu
sendiri. Dengan adanya konsep “agama fitrah” ini,berarti Islam meletakkan landasan universal yang
lebih kuat dan luas bagi humanisme yang sebenarnya yang memungkinkan untuk mengakomodasi
seluruh manusia, dengan berbagai latar belakang keagamaan dan keyakinannya,sebagai saudara
dibawah payung kemanusian; sebagaimana memungkinkan untuk menarik garis demarkasi yang
tegas antara “agama alami” yang dimiliki setiap manusia sejak kelahirannya,di satu pihak, dengan
agama-agama historis yang berevolusi dari “agama alami” tersebut akibat faktor-faktor kesejarahan
atau lingkungan,dipihak lain.
Lalu,Islam menamkan “agama fitrah” ini dengan nama agama Islam itu sendiri. Hal ini
didasarkan pada ayat:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah, itulah agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS Ar-Rum [30]: 30)
Dalam ayat ini Allah Swt. Memerintahkan Nabi Muhammad Saw. Untuk menghadapkan
wajahnya dengan tegap tegap dan lurus (hanif) kepada agama yang lurus, yang tiada lain adalah
Islam. Oleh karenanya agama ini disebut juga dengan “hanifisme” (al-hanifiyyah), yakni agama yang
lurus, lempeng, dan jauh dari kebatilan dan kesesatan, sebagaimana dalam hadis Rasullah Saw.
“Agama yang paling dicintai Allah adalah Hanifiyah (agama yang lurus) yang lapang.” (Hr
Bukhari)
Dan memanggil pengikut agama ini sebagai “hunafa” (bentuk jamak dari hanif : orang yang
berpaling dari kesatan), dalam pealaran bahwa mereka pernah menerima wahyu dari Allah yang
mengukuhkan fitrah mereka dan sesuai dengan “agama alami” mereka.
Maka atas dasar penalaran ini, Islam adalah agama parexcellence yang oleh Allah Swt.
Dimaksudkan sebagai kalimatun Saw.a’ (kalimat yang sama atau penyelaras) antara semua manusia,
karena mereka semua pada suatu ketika pernah menjadi umat seorang Nabi atau Rasul yang diutus
oleh Tuhan yang sama. Oleh karena itu, kita diperintahkan (mengikuti perintah yang diterima oleh
Rasulullah Saw.) untuk mengajak mereka kepada kalimatun Saw.a’ setiap mereka keluar atau
melenceng darinya,Allah Swt berfirman:
Katakanlah:”Hai ahli kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang sama
antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatu apapun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai
Tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:”Saksikanlah, bahwa
kami dalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah.
(QS Ali’Imran [3]: 64)
Dari uraian kesatuan wahyu samawi diatas disimpulkan secara meyakinkan bahwa
agama samawiadalah tunggal. Dengan demikian, istilah “agama-agama samawi” atau “al-adyan al-
samawiyah” atau “revealed regilions” yang sering beredar secara luas mutlak perlu ditinjau ulang,
kecuali jika dimaksudkan adalah shari’ah-shari’ah samawiyah (syariat-syariat samawi).
Pada ayat ini perkataan al-raj’i secara harfiah bermakna ‘kembali’. Konsep ‘din’ dalam
pengertian pengembalian diri kepada Pemiliknya merupakan satu-satunya jalan supaya manusia bisa
membayar utangnya (dayn) kepada Tuhan. Seperti juga hujan yang senantiasa kembali ke bumi dan
membawa kehidupan dan kesuburan kepada bumi yang tandus dan mati, maka begitu
juga din membawa kehidupan dan keuntungan kepada manusia dengan cara kembali kepenciptanya.
Secara ontologis, apabila manusia berutang pada Tuhan, maka posisi manusia adalah dipihak
yang rugi, seperti dinyatakan dalam Al-Qur’an ;
Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. (QS Al-Asr [103]: 2)
Proses pengembalian diri bukan saja sebagai cara menutup kerugian, tetapi juga sebagai jalan
untuk mencapai keuntungan dan kejayaan yang besar. Sambil mengutip (QS Al-baqarah [2]: 235)
“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman (qardhan) yang lain,maka Allah
akan melipatgandakan pembayaran keapadanya dengan lipat ganda yang banyak”. Dengan
mengembalikan diri kepada Tuhan, yaitu dengan cara mematuhi perintah-perintahNya dan menjauhi
larangan-laranganNya, manusia yang asalnya adalah rugi akan mendapat balasan yang berlipat kali
ganda yang bukan saja bisa menutupi kerugiannya bahkan akan memperoleh keuntungan yang besar
juga dari eksistensinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka salah satu makna din atau agama yang paling mendasar
adalah jalan pengembalian diri kepada Tuhan. Oleh karena itu, walaupun kita menggunakan
istilah’agama’dalam bahasa sehari-hari,yang bisa jadi mempunyai banyak pengertian,
seperti a=tidak,dan gam=pergi, (Harun Nasution,1985:), a=tidak , gama=kacau,
(Anshari,1986:123) ataupun ada yang mengatakan berasal dari kata iqamah (igama,), sudah tentu
konsep din sebagai jalan pengembalian diri kepada Tuhan memiliki pengertian yang lebih tepat
dalam memberikan arti agama itu sendiri. Berangkat dari pengertian din sebagai jalan pengembalian
diri kepada Tuha, ada satu lagi kaitan yang erat antara konsep ‘pengembalian diri’ ini dengan
‘penyerahan diri’ sepenuhnya kepada Tuhan yang menciptakan kita. ‘penyerahan diri’ ini dari segi
bahasa Arab disebut sebagai ‘aslama’, seperti pada ayat:
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nyalah
menyerahkan diri segala apa yang dilangit dan dibumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (QS Ali ‘Imran [3]: 83)
Kaitan konsep din dan aslama akan tampak lebih dekat ketika Allah Swt,menyatakan bahwa:
Siapakah yang lebih baik agamanya (din) dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
(aslama) kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti bentuk agama
(millah) Ibrahim yang lurus. “(QS An-Nisa [4]: 125).
Jadi berdasarkan ayat ini orang yang paling baik din-nya, atau jalan kembalinya, adalah orang
yang menyerahkan (aslama), wajahnya atau dirinya sepenuhnya kepada Allah yang menciptakan-
nya.
Menurut Al-Attas, walaupun ada kaitannya, makana din berbeda dengan
makana millah. Din adalah esensi (essence) dari agama itu sendiri, yaitu hakikat pengembalian diri
kepada Tuhan. Sedangkan millah adalah bentuk (form) dari agama, yaitu cara pengembalian diri
kepada Tuhan.Rasullah Saw mendapat wahyu dari Allah untuk mengikuti millah Ibrahim,seperti
pada ayat:
Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): ‘ikutilah (bentuk) agam ibrahim seorang
yang hanif’, dan bukanlah ia termasuk oramg-orang yang mempersekutukan Tuhan.
(QS An-Nahl [16]: 123)
Jadi dengan kata lain segala cara pengajaran Rasullah Saw. Kepada umatnya dalam konteks
kembali kepada Tuhan, tidak lain adalah gambaran bentuk agama atau millah Ibrahim itu sendiri
(Ugi Suharto,2007).
B. Karakteristik Islam
1. Karakteristik umum
a. Islam sebagai agama prophetic, revealed religion, mission religion, agama wahyu,
agama samawi, merupakan konstinuitas, penyempurnaan, dan penutup risalah para Nabi.
b. Islam sebagai Din dan Tamaddun sekaligus, bersifat eternal, universal , mencakup semua sendi
kehidupan manusia baik dimensi vertikal maupun horizontal.
c. Islam adalah agama yang mengakui adanya pluralitas, keanekaragaman keyakinan, kepercayaan,
agama, manusia.Sehingga islam mengakui eksistensi agama lain. Akan tetapi, Islam menolak paham
pluralisme yang menganggap bahwa di dalam pluralitas agama terdapat hakikat yang sama, yakni
sama-sama pasrah, patuh, dan tunduk sepenuhnya kepada Tuhan. Pluralisme adalah paham yang
mengajarkan adanya kesadaran akan satu Tuhan, banyak jalan.Untuk menuju pada Tuhan yang satu,
terdapat berbagai jalan. Islam melihat bahwa pasrah dan tunduk haris melalui cara yang ditentukan
oleh Allah, yang dalam hal ini telah terangkum dalam Din Al-Islam. Segala bentuk kepatuhan kepada
Tuhan, yang tidak sesuai dengan cara-cara dalam Islam merupakan sebuah jalan yang sesat.
d. Islam merupakan agama yang terbuka, bisa dikaji dari berbagai keilmuwan. Sehingga bagi umat
Islam Al-Qur’an yang merupakan sumber utama ajaran Islam, merupakan sebuah grand theory,
dalam pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Karakteristik Khusus
a. Bidang Aqidah
1) Akidah Islam adalah aqidah tauqifiyyah , artinya adalah akidah Islam dijelaskan secara
terperinci. Mana perbuatan-perbuatan yang masuk dalam kategori tauhid dan syirik disebutkan
secara jelas, tanpa ada sedikitpun yang tercecer. Hal ini di sebabkan bahwa aqidah merupakan
bagian yang terpenting dalam ajaran Islam.
2) Akidah Islam adalah aqidah ghoibiyyah, artinya ajarannya berpangkal dari keyakinan dan
kepercayaan terhadap adanya Allah, hal-hal yang bersifat ghaib, malaikat, dan hari akhir. Walaupun
demikian, bukan berarti ajaran Islam tidak bisa dicerna oleh akal dan panca indra.
3) Akidah Islam adalah aqidah syumuliyyah, artinya di dalam ajarannya terdapat integritas antara
dimensi substansi dan aplikasi, teori dan praktik, ilmu, iman, dan amal. Di samping itu, akidah Islam
memiliki persepsi yang integral tentang masalah-masalah kemanusiaan universal seperti, Tuhan,
manusia, dan alam.
c. Bidang Akhlak
1) Akhlak Islam adalah akhlak rabbaniyyah, artinya ia menjadikan ajaran Tuhan (Al-Qur’an dan
Hadist) sebagai sumber nilai untuk menetukan baik dan buruk. Ukuran baik buruk dalam akhlak
Islam bukan berasal dari pemikiran seseorang atau adat istiadat suatu masyarakat, atau bagaimana
yang menjadi ukuran baik dan buruk dalam etika sekuler, akan tetapi dari Al-Qur’an dan
Hadist. Dalam hal ini Fazlur Rahman ( 1989: 116) menyatakan bahwa Al-Qur’an pada dasarnya
merupakan dokumen keagamaan dan etika.
2) Akhlak Islam adalah akhlak insani, artinya ajaran-ajaran akhlak Islam sejalan dengan tuntutan
fitrah manusia, meletakkan akal dan naluri sesuai dengan proporsi dan profesinya masing-masing.
3) Akhlak Islam adalah akhlak universal yang mencakup semua aspek kehidupan manusia, baik
mahluk pribadi, social, maupun mahluk Tuhan.
4) Akhlak Islam adalah akhlak kesimbangan, yakni mengkhayalkan manusia sebagai malaikat yang
suci dan manusia sebagai binatang (pada sifat keburukan).
5) Akhlak Islam adalah akhlak realistik, di samping memiliki idealisme yang tinggi tetap
memperhatikan bahwa manuisa adalah mahluk yang memiliki kelemahan, sehingga di dalam akhlak
Islam terdapat rukhsah dan darurat.
6) Akhlak Islam menjadikan iman sebagai sumber motivasi, artinya perbuatan harus dilaksanakan
atas kesadaran keimanan terhadap Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan menyelesaikan makalah islam sebagai din dan tamaddun ini maka saya dapat menyimpulkan
bahwa islam merupakan agama yang paling diridahi Allah Swt. Islam
adalah din dan tamaddun, agama dan peradaban, akhirat dan dunia, surga dan kehidupan kota. Dan
dengan karakteristik ajaran Islam yang demikian itu, maka sangatlah beralasan jika ada sebagian
orang yang berpendapat bahwa Islam adalah sebagai jalan hidup yang terbaik (Islam is the best way
of life). Dengan sifatnya yang demikian itu, maka tidak pula berlebihan jika ada sementara pendapat
yang mengatakan, bahwa di masa depan Islam akan menjadi alternative utama dalam memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Dengan mempelajari sifat dan karakteristik ajaran
Islam yang demikian, maka seseorang dapat mengatakan, bahwa nilai-nilai ideal, universal dan
unggul yang selama ini banyak dikemukakan para futurology dan pemikir kreatif, inovatif yang
dikemukakan para pakar belakangan ini, sesungguhnya telah dikemukakan Islam selama lima belas
abad yang lalu. Ketidaktahuan umat Islam terhadap nilai-nilai yang unggul tersebut sebagai akibat
dari adanya pemahaman Islam yang terlepas dari visi, misi, dan tujuannya.
Unknown
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (1)
o ▼ Desember (1)
makalah islam sebagai din dan tamaddun
Tema Sed