WAWASAN KEISLAMAN
KELOMPOK 2 :
SELEGAM (F1141201027)
UNIVERSITAS TAJUNGPURA
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pendidikan
agama islam dengan tajuk ‘Wawasan Keislaman’ tepat pada waktunya.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, diperlukan kritik serta saran yang membangun guna memperbaiki
penyusunan makalah dimasa mendatang.
Semoga dari makalah sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumya.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ………………………………………………………………....
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat dan damai. Dapat juga diambil dari kata dasar aslama yang
berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.
Dari segi istilah, Islam didefinisikan “Wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi
Muhammadin Salallahu ‘alaihi wasallama li sa’adati ad-dunya wa al- akhirah”
(Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk
kebahagiaan hidup (manusia) di dunia dan akhirat).
Studi terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam adalah
sangat diperlukan untuk menimbulkan kecintaan terhadap ajaran Islam yang
didasarkan kepada alasan yang bersifat bukan hanya normative, yakni karena
diperintah oleh Allah, membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara
formatif maupun secara cultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa
manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan
agama Islam. Serta untuk menghilangkan citra negatif dari sebagian masyarakat
terhadap ajaran Islam.
Berikut misi ajaran agama Islam :
1. Tauhid/mengesakan Allah
Tauhid adalah dasar utama ajaran Islam, karena dari tauhid, seluruh uraian
dan ajaran agama bersumber. Tauhid sebagai pangkal utama menyatukan keyakinan
umat dan panduan seluruh tindakan dan perilaku umat. Tauhid berasal dari kata
wahhada-yuwahhidu-wahdan: mengesakan. Mengesakan tidak hanya dengan lisan,
namun dengan perbuatan. Contohnya: keyakinan akan Allah yang Esa dan Maha
Mengetahui akan memandu kita untuk selalu berperilaku baik dan senantiasa sadar
akan Allah dan segala kekuasaan-Nya.
Kita perhatikan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam sabda-Nya sering sekali
mengaitkan iman dengan perilaku. Misalnya praktik beriman kepada Allah dan hari
akhir dikaitkan dengan perilaku memuliakan tamu. Maknanya, iman dan tauhid
tidaklah sempurna jika belum dituangkan ke dalam perbuatan sehari-hari, lebih-lebih
kalau digunakan untuk kepentingan tertentu bukan sekadar madzhar / formalisme
belaka, namun harus substansi (substansi di atas bentuk)
2. Menegakkan nilai-nilai ibadah yang bermuara pada pengabdian total kepada Allah
Pada saat bersamaan, pengabdian total kepada Allah bermakna bahwa semua
tindakan lain yang sifatnya pengabdian adalah relatif dan harus diarahkan kepada
pengabdian kepada Allah (misalnya: patuh dan mengabdi kepada orang tua dan
pasangan harus dibatasi pada hal-hal yang dibolehkan Allah).
Totalitas beribadah kepada Allah harus diyakini akan selaras dengan totalitas
Allah kepada kita sebagai hamba-Nya, tentu dalam sudut pandang Allah Yang Maha
dan paling Mengetahui apa yang paling baik untuk hamba-Nya. Totalitas beribadah
juga harus memberi dampak positif bagi masyarakat. Maka itu, Islam memandang
ibadah baik yang bersifat kolektif dan memberi dampak banyak itu lebih baik (tersirat
dalam Al-Fatihah ayat 5, “Hanya kepada Engkau kami menyembah, dan hanya
kepada Engkau kami mohon pertolongan.”).
Oleh karenanya, sekali lagi, Islam mengutamakan substansi dan esensi, bukan
sekadar simbol dan formalisme ibadah. Jangan pernah menganggap orang yang lebih
lama di kantor dan tidak sering ke masjid itu bukan orang baik. Boleh jadi di dalam
kesehariannya di kantor rajin beribadah dan memancarkan akhlaq mulia
Islam adalah ajaran rahmatan lil alamin, maka Islam bersifat universal.
Keuniversalan Islam mengandung beragam nilai-nilai kebenaran yang sepantasnya
menjadi prinsip-prinsp dasar bagi manusia dalam menjalin hubungannya baik secara
vertikal maupun horisontal. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, nilai-nilai tersebut
secara substansi terdiri dari tiga hal pokok, yang sekaligus merupakan inti dari ajaran
Islam. Ketiga hal pokok tersebut sebagai berikut :
1. Tauhid
Tauhid adalah representasi dari berbagai implikasi atas keberislaman
seseorang. Tauhid juga akan berimplikasi terhadap lahirnya sikap-sikap
keagamaan yang benar. Di dalam Islam, hal yang paling mendasar adalah
tauhid, itulah makanya, dua kalimat syahadat menjadi pintu awal bagi
seseorang untuk berislam. Dua kalimat syahadat atau persaksian manusia
terhadap kepercayaannya kepada Tuhan, serta persaksiannya terhadap
kenabian Muhammad, adalah tindakan seorang muslim dalam menegaskan
segala bentuk kepercayaan lain, kemudian meletakkan hanya satu
kepercayaan pada dirinya, yaitu Tuhan sebagai orientasi segala tujuan
hidupnya
2. Kemanusiaan
Di dalam Islam, kemanusiaan mendapatkan kedudukan yang sangat
tinggi. Kemanusiaan adalah syarat mutlak bagi makhluk ciptaan Tuhan
sehingga ia disebut sebagai manusia. Karena adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang sekaligus merupakan tujuan dari penciptaan itu sendiri, maka pada
kehidupan duniawi, manusia adalah khalifah. Kekhalifahan manusia di muka
bumi, tidak dapat dilepaskan dari fitrah yang dilekatkan kepadanya yang
kemudian menjadikannya selalu berkecenderungan kepada kebenaran
(hanief). Itulah makna penting kemausiaan manusia, yang merupakan salah
satu inti dari ajaran Islam.
3. Keadilan
Tuhan menciptakan setiap makhluknya dengan keadilannya. Setiap
makhluk yang diciptakan Tuhan, memperoleh haknya masing-masing secara
proporsional. Tanpa adanya keadilan Tuhan, maka tatanan dan harmonisasi
kehidupan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan benar. Termasuk
manusia, ketika tidak ada keadilan Tuhan yang diberikan kepadanya, maka
manusia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk secara bebas memilih
jalannya dengan segala konsekuensinya.
Keadilan Tuhan juga terpancar melalui semua janji-Nya yang akan
ditepati terhadap semua makhluk yang diciptakan-Nya. Bahwa setiap
perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang lebih besar, sementara setiap
perbuatan yang jahat, Tuhan hanya akan membalasnya berimbang dengan
bobot nilai kejahatan yang dilakukan. Bukti keadilan Tuhan yang melebihi
keadilan itu sendiri, tidak ada yang bisa membantahnya. Itulah maka, keadilan
menjadi esensi dari ajaran Islam.
Sebagai bentuk dari penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan,
maka keadilan harus diberikan kepada setiap manusia oleh setiap manusia
yang lainnya. Dengan begitu ia telah mengaktalisasikan ketauhidannya.
Keadilan adalah manifestasi tauhid, dan dengan adanya keadilan maka nilai-
nilai kemanusiaan akan tetap terjaga dan selalu dijunjung tinggi. Sikap adil
dan penghargaan terhadap kemanusiaan yang didasari tauhid, adalah
keberislaman yang sejati bagi manusia, sebab itulah inti dari Islam.
Menurut karyanya yang berjudul Islam Doktrin dan perdaban, Nurcholis Madjid
banyak berbicara tentang karakteristik ajaran islam dalam bidang agama. Menurutnya
dalam bidang agama islam adanya pluralisme. Pluralisme adalah sebuah aturan Tuhan
(sunnab Allah) yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin di lawan atau
di ingkari. Dan islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tugas mengakui agama
lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan sirik.
Karakteristik ajaran islam dapat dikenal konsep dalam bidang ibadah. Secara
harfiah ibadah dalam arti bukti manusia kepada Allah SWT. Didorong oleh akidah
tauhid, ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dan menaati segala
perintah Allah.
Ketentuan ibadah demikian itu termasuk salah satu bidang ajaran islam dimana
akal manusia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan otoritas Tuhan
sepenuhnya kedudukan manusia mematuhi, menaati, melaksanakan dan menjalankan
dengan penuh ketundukan kepada Tuhan.
3. Bidang Akidah
Karakteristik islam yan dapat diketahui melalui bidang akidah adalah akidah islam
bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Keyakinan sedikit pun tidak
boleh diberikan kepada yang lain, karena akan berakibat musyrik yang berdampak
pada motivasi kerja yang tidak sepenuhnya didasar atas panggilan Allah.
Akidah dalam islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai tuhan
yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat, yaitu
mengatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad sebagai
utusan-Nya. Akidah mengandung arti dari orang yang beriman. Akidah dalam islam
selanjutnya harus berpengaruh kedalam segala aktivitas yang dilakukan manusia,
sehingga berbagai aktivitas bernilai ibadah. Akidah islam harus menjadi acuan dan
dasar dalam bertingkah laku, serta yang menimbulkan amal shaleh.
Karakteristik ajaran islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka,
akomodatif, juga selektif. Dari satu segi islam terbuka dan akomodatif untuk
menerima berbagai masukan dari luar tetapi bersamaan dengan sikap yang selektif.
Dengan tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan
ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan islam. Dalam bidang ilmu teknologi, islam
menajarkan kepada pemiliknya untuk bersikap terbuka atau tidak tertutup.
Bagaimanapun, islam adalah sebuah paradikme terbuka, merupakan mata rantai
peradaban dunia. Dalam sejarah kita melihat islam mewarisi peradaban Yunani-
Romawi di Barat, dan peradaban-peradaban Persia, India dan Cina di Timur. Selama
abad VII sampai abad ke XV, ketika peradaban besar di Barat dan Timur itu
tenggelam dan mengalami kemerosotan, islam bertindak sebagai pewaris utamanya
untuk kemudian diambil alih oleh peradaban Barat sekarang melalui Renaissans.
Banyak contoh yang dapat dijadikan barang bukti tentang peranan islam sebagai mata
rantai peradaban dunia. Islam misalnya mengembangkan matematika India, ilmu
kedokteran dari Cina, sistem pemerintahan dari persia logika Yunani, dan sebagainya.
Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan
cara menggunakan akalnya untuk berpikir, merenung, dan sebagainya. Demikian
pentingnya ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama
nilainya dengan jihad di jalan Allah. Islam menempuh cara demikian, karena dengan
ilmu pengetahuan tersebut seseorang dapat meningkatkan kualitas dirinya untuk
meraih berbagai kesempatan dan peluang.
5. Bidang Pendidikan
Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut diatas, Islam
juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memangdang bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all), laki-laki atau perempuan,
dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Dalam bidang pendidikan
Islam memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan , kurikulum, guru, metode,
sarana, dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat
dipahami dari kandungan surat Al-Alaq sebagaimana disebutkan di atas. Di dalam
Alquran dapat di jumpai berbagai metode pendidikan seperti metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, demonstrasi, penguasaan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita,
hukuman, nasihat, dan sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai
dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak
membosankan anak didik.
6. Bidang Sosial
Ajaran islam di bidang sosial yang paling menonjol pada kesejahteraan manusia,
islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan
kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat, tenggang rasa dan
kebersamaan). Dalam ajaran islam derajat manusia bukan ditentukan oleh nenek
moyangnya melainkan, derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaannya yang di
tunjukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Maka dalam islam
semua orang memiliki kesempatan yang sama.
Menurut penelitan yang dilakukan Jallaluddin Rahmat, islam ternyata agama yang
menekankan urusan muamalah lebih besar dari pada urusan ibadah. Yakni lebih
memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Muamalah
jauh lebih luas dari pada ibadah (dalam arti khusus). Hal demikian dapat kita lihat
misalnya bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan sosial yang penting,
maka ibadah boleh di perpendek atau di tangguhkan dan bukan untuk di tinggalkan.
7. Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi
Pada karakteristik kali ini, islam memandang bahwa kehidupan yang harus
dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan
dunia dan akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat
dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia. Pandangan islam mengenai kehidupan
secara tidak langsung menolak kehidupan yang bercorak sekulahristik, yaitu
kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan agama. Bukanlah
termasuk orang yang baik di antara kamu adalah orang yang meninggalkan dunia
karena mengejar kehidupan akhirat, dan orang yang meninggalkan akhirat karena
mengejar kehidupan dunia. (Hadist Nabi: Ibn Mubarak).
Orang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia
adalah alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk
urusan dunia. Dari uraian demikian, maka kita akan memanfaatkan kehidupan dunia
untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ciri ajaran islam dalam bidang politik dapat diketahui melalui konsepsinya. Dalam
hal ini islam tidak mengajarkan ketaatan kita pada pemimpin. Islam menghendaki
suatu ketaatan kritis, dimana ketaatan itu diukur dari kebenaran Tuhan. Jika
pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntutan Allah dan Rasul nya maka wajib di
taati sebaliknya, jika pemimpin bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul nya
boleh di kritik atau di beri saran agar kejalan yang benar. Masalah politik ini
berhubungan dalam bentuk pemerintahan seperti republik yang di pimpin oleh
presiden, kerajaan yang di pimpin raja, dan sebagainya. Islam tidak menetapkan
bentuk pemerintahan tertentu. Oleh karenanya setiap bangsa boleh saja menentukan
bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya. Namun yang terpenting bentuk
pemerintahan harus digunakan sebagai alat untuk menegakkan keadilan,
kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian, dan ketentraman masyarakat.
(Munawir Sadzali, MA. Islam dan ketatanegaraan, 1992).
Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT. Maka kerja
yang di kehendaki islam adalah kerja yang bermutu, terarah, pada pengabdian
terhadap Allah SWT. Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, islam
memandang kerja yang dilakukan adalah kerja yang profesional.
Karakteristik ajaran islam pada bidang ini secara dominan ditandai oleh
pendekatan normatif, historis, dan filosofis. Islam agama yang mengajarkan
perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, kerja keras yang bermutu, adil,
seimbang antara dunia dan akhirat. Hal ini memerlukan pemecahan antara lain
dengan merumuskan kembali metode dan pendekatan dalam memahami islam. Selain
sebagai ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan dengan ciri-cirinya
yang khas. Menurut peraturan menteri agama republik indonesia tahun 1985, bahwa
yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah Alquran/tafsir, hadist/ilmuhadist, ilmu
kalam, filsafat, tasawuf, rukun islam (fiqih), sejarah dan kebudayaan islam, serta
pendidikan islam.
اNNَنَ ٍة يَ ْع َملُهNلُّ َح َسNNالَ َمهُ فَ ُكN ُد ُك ْم إِ ْسN إِ َذا أَحْ َسنَ أَ َح: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِ ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر
َ ِض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َرسُوْ ُل هللا
َ َو ُكلُّ َسيِّئَ ٍة يَ ْع َملُهَا تُ ْكتَبُ بِ ِم ْثلِهَا َحتَّى يَ ْلقَى هللا.ْف ٍ ضع ِ تُ ْكتَبُ بِ َع ْش ِر أَ ْمثَالِهَا إِلَى َس ْب ِع ِمائَ ِة.
Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan aku berkata, ‘Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at
kepadamu.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membentangkan tangan
kanannya. Dia (‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu) berkata, ‘Maka aku tahan
tanganku (tidak menjabat tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam).’ Maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Ada apa wahai ‘Amr?’ Dia berkata, ‘Aku
ingin meminta syarat!’ Maka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah
syaratmu?’ Maka aku berkata, ‘Agar aku diampuni.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata, ‘Apakah engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu
menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa
sebelumnya, dan haji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?’”
َ ور ِّمن َّربِّ ِه ۚ فَ َو ْي ٌل لِّ ْلقَا ِسيَ ِة قُلُوبُهُم ِّمن ِذ ْك ِر هَّللا ِ ۚ أُو ٰلَئِكَ فِي
ٍ ِضاَل ٍل ُّمب
: ين َ ُ أَفَ َمن َش َر َح هَّللا
ٍ ُص ْد َرهُ لِإْل ِ ْساَل ِم فَه َُو َعلَ ٰى ن
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima)
agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang
membatu hatinya)? Maka, celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk
mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” [Az-Zumar: 22]
Islam adalah jalan hidup yang dihadirkan untuk umat manusia. Keislaman
seseorang tidaklah cukup hanya dalam ucapan syahadah saja, atau lebih luas dengan
apa yang disebut sebagai rukun Islam. Islam harus diterima secara kaffah atau
totalitas (QS 2:208, Al Baqarah) –termasuk dalam menerapkan syariatnya, tidak
menerima sebagian ajaran Islam dan menolak sebagian yang lain karena tidak sesuai
dengan ketentuan Allah SWT.
Dengan ini kita semua mengerti bahwa islam mencakup keseluruhan termasuk
dalam kehidupan sehari-hari segala perbuatan kita harus bersandar pada hukum-
hukum islam, baik itu dari hubungan kita dengan Allah (Habluminallah), dengan diri
sendiri, maupun orang lain (Habluminannas).
1. Habluminallah
- Sholat
Sholat adalah salah satu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah. Perintah
Sholat disebutkan berkali-kali di Al Qur’an mulai dari Surat Al Baqarah ayat 3, 43,
45, 83, 110, 153, 177, 238, 277, Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb, dan masih
banyak lagi. Begitu pentingnya Sholat sehingga kelak Sholat adalah ibadah pertama
yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi tolok ukur seluruh
amal ibadah lainnya. Bila sholatnya baik maka seluruh amal ibadahnya baik, begitu
juga sebaliknya bila sholatnya jelek (atau tidak pernah sholat) maka jeleklah seluruh
amal lainnya.
Jadi sebenarnya seluruh umat manusia mulai dari nabi Adam a.s.
diperintahkan untuk sholat sebagai bentuk penyembahan dan ketundukan (sujud) dari
seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Barangsiapa yang enggan
melakukan sholat maka akan mendapatkan siksa yang amat pedih sejak di alam
barzah (kubur) hingga di kehidupan akhirat nanti.
- Membaca Al Qurán
Semua orang tahu bahwa kitab suci umat Islam adalah Al Qurán. Di dalamnya
terdapat hukum, aturan, dan pedoman dan harus dipatuhi oleh umat Islam. Terdapat
juga ilmu pengetahuan dan sejarah (cerita) bisa dijadikan hikmah bagi umat manusia.
Al Qurán harus dibaca dan dipelajari untuk dilaksanakan dan dijadikan acuan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bila umat Islam selalu bersandar kepada Al Qurán (dan Hadits) maka akan
menjadi umat yang kuat. Sebaliknya bila umat Islam tidak mau membaca dan
mempelajari Al Qurán maka mereka tidak mengerti aturan yang harus dianut sebagai
seorang muslim atau dengan kata lain menjadi orang yang bodoh (jahil) yaitu bodoh
dalam ilmu agama dan akibatnya bisa diduga, umat Islam akan semakin jauh dari
Islam dan menjadi kaum yang lemah bahkan menuju kepada kehancuran.
Hal ini berkaitan dengan segala aktivitas dan tingkah laku setiap individu
harus berdasarkan islam, mulai dari berpakaian, cara bersikap dan sebagainya.
Adapun akhlak pada diri sendiri diantaranya mencakup hal-hal berikut:
Rupa diri. Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam
tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan
seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak
mengharamkan yang baik. Setengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan
alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena
Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak
melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau
dan takabbur.
b. Berakhlak terhadap akalnya.
Memenuhi akalnya dengan ilmu. Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak
rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam
menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu
cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu. Ilmu fardhu‘ain yang
menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena Ilmu ini
mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian
ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.
Perlu disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda
dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya,
antaranya bertaubat, bermuqarabah, bermuhasabah, bermujahadah, memperbanyak
ibadah dan menghadiri majlis Iman.
3. Habluminannas
Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu
dengan yang lainya. Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia
antara lain tentang :
a. Mendahulukan kepentingan orang lain yang lebih penting (QS 2:177, 59:9),
b. Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),
c. Menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS
7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil-
kecilan.
d. Berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain yang membutuhkan
(QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)
e. Tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17)
Dengan kata lain habluminannas dalam rangka habluminallah. Keduanya sejalan dan
tidak untuk dipertentangkan. Orang yang mengabaikan habluminannas selain
mendapatkan murka dari Allah dan konsekuensi di akhirat, juga akan menerima
konsekuensi dari sesama manusia lainya yaitu berupa perlakuan atau sanksi atau
hukuman dari aturan/hukum atau norma masyarakat di mana ia berada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu Keesaan
Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata
bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan
sebagai agama sekalian Nabi Allah, melainkan juga sesuatu yang secara tak sadar
tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam
semesta.
Suatu misi tidak akan tercapai jika tidak dijalankan. Jadi, tugas kita sebagai
muslim adalah menjalankan misi islam dengan baik agar Islam benar-benar diakui
oleh semua makhluk sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta ini.
DAFTAR PUSTAKA