Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

WAWASAN KEISLAMAN

KELOMPOK 2 :

SEPTIA WAHYUNI (F1141201003)

SONIYA WATI (F1141201008)

SHABRINA RIZKI JUSTIADILA (F1141201020)

SELEGAM (F1141201027)

INKA AJENG TRI PALUPI (F1142201003)

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TAJUNGPURA

PONTIANAK

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pendidikan
agama islam dengan tajuk ‘Wawasan Keislaman’ tepat pada waktunya.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh
karena itu, diperlukan kritik serta saran yang membangun guna memperbaiki
penyusunan makalah dimasa mendatang.

Semoga dari makalah sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumya.

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................

Daftar Isi .........................................................................................................................

Bab II Pendahuluan .........................................................................................................

A. Latar Belakang ……………………………………………………………...

B. Tujuan Penulisan …………………………………………………………....

C. Rumusan Masalah …………………………………………………………..

Bab II Pembahasan .........................................................................................................

A. Pengertian Islam …………………………………………............................

B. Misi agama Islam ...........................................................................................

C. Hubungan antara nama dengan misi Islam ....................................................

D. Esensi ajaran Islam ........................................................................................

E. Karakteristik ajaran agama Islam ...................................................................

F. Fadilah (keutamaan) Islam .............................................................................

G. Implementasi Ajaran Islam ............................................................................

Bab III Penutup ...............................................................................................................

A. Kesimpulan ………………………………………………………………....

Daftar Pustaka .................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wawasan berasal dari kata dasar ‘wawas’ yang artinya tinjauan,


pandangan, konsepsi, dan cara pandang.
Dalam memaknai satu, kata ada dua segi yang harus dipahami, yakni
segi bahasa dan segi istilah. Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab,
yaitu dari kata salima yang mengandung arti selamat dan damai. Dapat juga
diambil dari kata dasar aslama yang berarti berserah diri masuk dalam
kedamaian.
Islam adalah kata turunan (jadian) yang berarti ketundukan, ketaatan,
kepatuhan (kepada kehendak Allah), berasal dari kata salama yang artinya
patuh atau menerima, berakar dari huruf sin, lam, mim, (S-L-M). Kata
dasarnya adalah salima yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat.
Jadi secara singkat Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan,
penyerahan (diri), ketaatan dan kepatuhan.
Sedangkan agama islam menurut istilah adalah agama yang diturunkan
Allah kepada para rasul- rasulnya dan disempurnakan pada nabi Muhammad
SAW. yang berisi undang-undang dan metode kehidupan yang mengatur dan
mengarahkan begaimana manusia berhubungan dengan Allah, manusia
dengan manusia, dan manusia dan alam semesta, agar kehidupan manusia
terbina dan dapat meraih kesuksesan atau kebahagiaan hidup di dunia dan
ahirat.
Dari Umar radhiyallahu ta'ala 'anhu berkata, "Ketika kami sedang
duduk-duduk bersama dengan Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang
laki-laki yang pakaiannya sangat putih, rambutnya sangat hitam, pada dirinya
tidak terlihat tanda-tanda seorang musafir, namun tidak ada satu pun di antara
kami yang mengenalnya. Hingga ia duduk di dekat Nabi Muhammad. Dia
menempelkan lututnya ke lutut nabi Muhamad dan meletakkan telapak
tangannya di atas paha nabi.

Dia berkata : Wahai Muhammad, jelaskan padaku tentang Islam?

Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah engkau bersyahadat bahwasannya


tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Muhammad
adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berpuasa
Ramadhan, dan melaksanakan haji ke Baitullah jika engkau mampu
melaksanakannya." (HR. Muslim).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, Islam adalah berserah diri
kepada Allah dengan mengesakan-Nya, tunduk serta patuh kepada-Nya
dengan melakukan ketaatan dan berlepas diri dari perbuatan yang syirik serta
para pelakunya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
wawasan keislaman adalah tinjauan, pandangan, konsepsi, dan cara pandang
dalam ketundukan, kepatuhan serta penyerahan diri terhadap kehendak Allah
SWT. guna mencapai kesejahteraan dan keselamatan hidup manusia di dunia
dan akhirat.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


mata kuliah Agama Islam serta agar dapat membuka dan memberikan manfaat
wawasan serta pengetahuan.

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu Islam?


2. Apa misi agama Islam?
3. Adakah hubungan antara nama dengann misi Islam?
4. Apa esensi ajaran Islam?
5. Bagaimana karakteristik ajaran agama Islam?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam

Secara terminologis, Islam adalah agama yang diwahyukan Allah SWT.


kepada para nabi dan rasulnya sebagai pedoman bagi manusia untuk menjalani
kehidupan duniawi agar sesuai dengan kehendak pencipta-Nya. Allah Maha
Mengetahui bahwa manusia tidak mungkin menemukan petunjuk untuk memahami
tujuan penciptaannnya serta jalan yang benar untuk mencapainya.

Dari segi bahasa Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang
mengandung arti selamat dan damai. Dapat juga diambil dari kata dasar aslama yang
berarti berserah diri masuk dalam kedamaian.

Dari segi istilah, Islam didefinisikan “Wahyun ilahiyun unzila ila nabiyyi
Muhammadin Salallahu ‘alaihi wasallama li sa’adati ad-dunya wa al- akhirah”
(Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk
kebahagiaan hidup (manusia) di dunia dan akhirat).

Menurut Harun Nasution, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya


diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad sebagai
Rasul. Islam pada hakekatnya membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenai
satu segi, tapi mengenai berbagai segi kehidupan manusia. Seperti lebih sebagai
kepada potensi (fitrah insani) dan tidak ada unsur pemaksaan dan juga unsur
keterpaksaan.

B. Misi Agama Islam

Studi terhadap misi ajaran Islam secara komprehensif dan mendalam adalah
sangat diperlukan untuk menimbulkan kecintaan terhadap ajaran Islam yang
didasarkan kepada alasan yang bersifat bukan hanya normative, yakni karena
diperintah oleh Allah, membuktikan kepada umat manusia bahwa Islam baik secara
formatif maupun secara cultural dan rasional adalah ajaran yang dapat membawa
manusia kepada kehidupan yang lebih baik, tanpa harus mengganggu keyakinan
agama Islam. Serta untuk menghilangkan citra negatif dari sebagian masyarakat
terhadap ajaran Islam.
Berikut misi ajaran agama Islam :

1. Tauhid/mengesakan Allah

Tauhid adalah dasar utama ajaran Islam, karena dari tauhid, seluruh uraian
dan ajaran agama bersumber. Tauhid sebagai pangkal utama menyatukan keyakinan
umat dan panduan seluruh tindakan dan perilaku umat. Tauhid berasal dari kata
wahhada-yuwahhidu-wahdan: mengesakan. Mengesakan tidak hanya dengan lisan,
namun dengan perbuatan. Contohnya: keyakinan akan Allah yang Esa dan Maha
Mengetahui akan memandu kita untuk selalu berperilaku baik dan senantiasa sadar
akan Allah dan segala kekuasaan-Nya.

Kita perhatikan bahwa Nabi Muhammad SAW dalam sabda-Nya sering sekali
mengaitkan iman dengan perilaku. Misalnya praktik beriman kepada Allah dan hari
akhir dikaitkan dengan perilaku memuliakan tamu. Maknanya, iman dan tauhid
tidaklah sempurna jika belum dituangkan ke dalam perbuatan sehari-hari, lebih-lebih
kalau digunakan untuk kepentingan tertentu bukan sekadar madzhar / formalisme
belaka, namun harus substansi (substansi di atas bentuk)

Dalam keseharian, kita harus mengutamakan Allah di atas segalanya, hatinya


terikat dengan Allah. Jika Allah tidak diutamakan, maka berpotensi syirik sikap
(misal: menunda-nunda sholat tanpa alasan syar’i, sementara sigap jika dipanggil
atasan). Memurnikan tauhid dari perilaku syirik adalah sesuatu yang sangat penting,
karena kesyirikan hanya berdampak pada pengaburan akal.

2. Menegakkan nilai-nilai ibadah yang bermuara pada pengabdian total kepada Allah

Nilai-nilai ibadah bukan semata nilai ketuhanan, namun juga nilai


kemanusiaan. Contohnya, ketika mengimami sholat, Nabi Muhammad SAW selalu
melihat keadaan makmumnya supaya panjang bacaannya disesuaikan (nilai ibadah ke
atas dalam sholat muncul bersamaan dengan nilai kemanusiaan, mau memahami dan
mengerti manusia). Jika ibadah manusia tidak memunculkan nilai kemanusiaan, maka
pemahaman ibadahnya masih jauh dari sempurna. Malahan itu berpotensi adanya
kejumawaan diri dalam beribadah.

Pada saat bersamaan, pengabdian total kepada Allah bermakna bahwa semua
tindakan lain yang sifatnya pengabdian adalah relatif dan harus diarahkan kepada
pengabdian kepada Allah (misalnya: patuh dan mengabdi kepada orang tua dan
pasangan harus dibatasi pada hal-hal yang dibolehkan Allah).
Totalitas beribadah kepada Allah harus diyakini akan selaras dengan totalitas
Allah kepada kita sebagai hamba-Nya, tentu dalam sudut pandang Allah Yang Maha
dan paling Mengetahui apa yang paling baik untuk hamba-Nya. Totalitas beribadah
juga harus memberi dampak positif bagi masyarakat. Maka itu, Islam memandang
ibadah baik yang bersifat kolektif dan memberi dampak banyak itu lebih baik (tersirat
dalam Al-Fatihah ayat 5, “Hanya kepada Engkau kami menyembah, dan hanya
kepada Engkau kami mohon pertolongan.”).

3. Mengimplementasikan nilai-nilai akhlak sebagai tujuan utama diturunkan risalah

Nabi Muhammad SAW. Bersabda “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk


menyempurnakan akhlak.”. Maka dari itu, iman dan ibadah itu harus membawa
kepada akhlak yang mulia. Ibaratnya, iman dan ibadah ini sebagai jalan menuju
tujuan akhir kita, yaitu akhlak. Bahkan, seluruh pujian Allah kepada Nabi
Muhammad SAW terkait dengan akhlaknya yang mulia, bukan soal ketekunan beliau
dalam beribadah ataupun perilaku lainnya.

Oleh karenanya, sekali lagi, Islam mengutamakan substansi dan esensi, bukan
sekadar simbol dan formalisme ibadah. Jangan pernah menganggap orang yang lebih
lama di kantor dan tidak sering ke masjid itu bukan orang baik. Boleh jadi di dalam
kesehariannya di kantor rajin beribadah dan memancarkan akhlaq mulia

4. Memakmurkan Bumi melalui nilai-nilai tauhid, ibadah, dan akhlak

Misi ini diposisikan sebagai sarana menyalurkan nilai-nilai agama untuk


menjadikan manusia sebagai khalifah di muka Bumi. Untuk memakmurkan Bumi ini,
maka harus punya ilmu, baik itu ilmu agama maupun sains. Orang yang berilmu, baik
agamawan maupun ilmuwan, sama-sama dihargai Islam sebagai ulama, asalkan
memenuhi syarat keilmuan dan bertakwa kepada Allah. Jangan mendikotomikan ilmu
agama dan sains. Karena tanpa sains, kita tidak bisa memakmurkan Bumi.
Sains kita gunakan untuk mengikuti dan memahami sunnatullah di alam raya
ini, agar kita dapat memetik manfaat yang ada di alam semesta ini, baik manfaat
dunia maupun akhirat. Pada saat bersamaan, ada pula ketetapan Allah (inayatullah).
Maka itu, kita harus berusaha dengan ilmu yang kita miliki dengan penghambaan
sepenuhnya kepada Allah (lewat doa dan ibadah lain). Benar bahwa Allah dengan
ketetapanNya dapat membuat hal-hal yang di luar nalar (missal : Nabi Musa
membelah lautan, serta mukjizat lainnya kepada para Nabi), namun itu insidental dan
tidak terus menerus. Sisanya adalah berikhtiar dengan ilmu (menuruti sunnatullah).

C. Hubungan antara Nama dengan Misi Islam

D. Esensi Ajaran Islam

Islam adalah ajaran rahmatan lil alamin, maka Islam bersifat universal.
Keuniversalan Islam mengandung beragam nilai-nilai kebenaran yang sepantasnya
menjadi prinsip-prinsp dasar bagi manusia dalam menjalin hubungannya baik secara
vertikal maupun horisontal. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, nilai-nilai tersebut
secara substansi terdiri dari tiga hal pokok, yang sekaligus merupakan inti dari ajaran
Islam. Ketiga hal pokok tersebut sebagai berikut :

1. Tauhid
Tauhid adalah representasi dari berbagai implikasi atas keberislaman
seseorang. Tauhid juga akan berimplikasi terhadap lahirnya sikap-sikap
keagamaan yang benar. Di dalam Islam, hal yang paling mendasar adalah
tauhid, itulah makanya, dua kalimat syahadat menjadi pintu awal bagi
seseorang untuk berislam. Dua kalimat syahadat atau persaksian manusia
terhadap kepercayaannya kepada Tuhan, serta persaksiannya terhadap
kenabian Muhammad, adalah tindakan seorang muslim dalam menegaskan
segala bentuk kepercayaan lain, kemudian meletakkan hanya satu
kepercayaan pada dirinya, yaitu Tuhan sebagai orientasi segala tujuan
hidupnya
2. Kemanusiaan
Di dalam Islam, kemanusiaan mendapatkan kedudukan yang sangat
tinggi. Kemanusiaan adalah syarat mutlak bagi makhluk ciptaan Tuhan
sehingga ia disebut sebagai manusia. Karena adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang sekaligus merupakan tujuan dari penciptaan itu sendiri, maka pada
kehidupan duniawi, manusia adalah khalifah. Kekhalifahan manusia di muka
bumi, tidak dapat dilepaskan dari fitrah yang dilekatkan kepadanya yang
kemudian menjadikannya selalu berkecenderungan kepada kebenaran
(hanief). Itulah makna penting kemausiaan manusia, yang merupakan salah
satu inti dari ajaran Islam.
3. Keadilan
Tuhan menciptakan setiap makhluknya dengan keadilannya. Setiap
makhluk yang diciptakan Tuhan, memperoleh haknya masing-masing secara
proporsional. Tanpa adanya keadilan Tuhan, maka tatanan dan harmonisasi
kehidupan tidak akan dapat berjalan dengan baik dan benar. Termasuk
manusia, ketika tidak ada keadilan Tuhan yang diberikan kepadanya, maka
manusia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk secara bebas memilih
jalannya dengan segala konsekuensinya.
Keadilan Tuhan juga terpancar melalui semua janji-Nya yang akan
ditepati terhadap semua makhluk yang diciptakan-Nya. Bahwa setiap
perbuatan baik akan mendapatkan balasan yang lebih besar, sementara setiap
perbuatan yang jahat, Tuhan hanya akan membalasnya berimbang dengan
bobot nilai kejahatan yang dilakukan. Bukti keadilan Tuhan yang melebihi
keadilan itu sendiri, tidak ada yang bisa membantahnya. Itulah maka, keadilan
menjadi esensi dari ajaran Islam.
Sebagai bentuk dari penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan,
maka keadilan harus diberikan kepada setiap manusia oleh setiap manusia
yang lainnya. Dengan begitu ia telah mengaktalisasikan ketauhidannya.
Keadilan adalah manifestasi tauhid, dan dengan adanya keadilan maka nilai-
nilai kemanusiaan akan tetap terjaga dan selalu dijunjung tinggi. Sikap adil
dan penghargaan terhadap kemanusiaan yang didasari tauhid, adalah
keberislaman yang sejati bagi manusia, sebab itulah inti dari Islam.

E. Karakteristik Ajaran Agama Islam

1. Dalam Bidang Agama

Menurut karyanya yang berjudul Islam Doktrin dan perdaban, Nurcholis Madjid
banyak berbicara tentang karakteristik ajaran islam dalam bidang agama. Menurutnya
dalam bidang agama islam adanya pluralisme. Pluralisme adalah sebuah aturan Tuhan
(sunnab Allah) yang tidak akan berubah, sehingga juga tidak mungkin di lawan atau
di ingkari. Dan islam adalah agama yang kitab sucinya dengan tugas mengakui agama
lain, kecuali yang berdasarkan paganisme dan sirik.

Karakteristik ajaran islam dalam bidang agama mengakui adanya pluralisme


sebagai suatu kenyataan, dan mengakui juga adanya universalisme, yakni
kepercayaan kepada Tuhan dan hari akhir. Inilah yang menjadi landasan untuk
membangun konsep toleransi.
2. Dalam Bidang Ibadah

Karakteristik ajaran islam dapat dikenal konsep dalam bidang ibadah. Secara
harfiah ibadah dalam arti bukti manusia kepada Allah SWT. Didorong oleh akidah
tauhid, ibadah sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah dan menaati segala
perintah Allah.

Ketentuan ibadah demikian itu termasuk salah satu bidang ajaran islam dimana
akal manusia tidak perlu campur tangan, melainkan hak dan otoritas Tuhan
sepenuhnya kedudukan manusia mematuhi, menaati, melaksanakan dan menjalankan
dengan penuh ketundukan kepada Tuhan.

3. Bidang Akidah

Karakteristik islam yan dapat diketahui melalui bidang akidah adalah akidah islam
bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Keyakinan sedikit pun tidak
boleh diberikan kepada yang lain, karena akan berakibat musyrik yang berdampak
pada motivasi kerja yang tidak sepenuhnya didasar atas panggilan Allah.

Akidah dalam islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai tuhan
yang wajib disembah, ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat, yaitu
mengatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad sebagai
utusan-Nya. Akidah mengandung arti dari orang yang beriman. Akidah dalam islam
selanjutnya harus berpengaruh kedalam segala aktivitas yang dilakukan manusia,
sehingga berbagai aktivitas bernilai ibadah. Akidah islam harus menjadi acuan dan
dasar dalam bertingkah laku, serta yang menimbulkan amal shaleh.

4. Bidang Ilmu Dan Kebudayaan

Karakteristik ajaran islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka,
akomodatif, juga selektif. Dari satu segi islam terbuka dan akomodatif untuk
menerima berbagai masukan dari luar tetapi bersamaan dengan sikap yang selektif.
Dengan tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan
ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan islam. Dalam bidang ilmu teknologi, islam
menajarkan kepada pemiliknya untuk bersikap terbuka atau tidak tertutup.
Bagaimanapun, islam adalah sebuah paradikme terbuka, merupakan mata rantai
peradaban dunia. Dalam sejarah kita melihat islam mewarisi peradaban Yunani-
Romawi di Barat, dan peradaban-peradaban Persia, India dan Cina di Timur. Selama
abad VII sampai abad ke XV, ketika peradaban besar di Barat dan Timur itu
tenggelam dan mengalami kemerosotan, islam bertindak sebagai pewaris utamanya
untuk kemudian diambil alih oleh peradaban Barat sekarang melalui Renaissans.
Banyak contoh yang dapat dijadikan barang bukti tentang peranan islam sebagai mata
rantai peradaban dunia. Islam misalnya mengembangkan matematika India, ilmu
kedokteran dari Cina, sistem pemerintahan dari persia logika Yunani, dan sebagainya.
Islam demikian kuat mendorong manusia agar memiliki ilmu pengetahuan dengan
cara menggunakan akalnya untuk berpikir, merenung, dan sebagainya. Demikian
pentingnya ilmu ini hingga islam memandang bahwa orang menuntut ilmu sama
nilainya dengan jihad di jalan Allah. Islam menempuh cara demikian, karena dengan
ilmu pengetahuan tersebut seseorang dapat meningkatkan kualitas dirinya untuk
meraih berbagai kesempatan dan peluang.

5. Bidang Pendidikan

Sejalan dengan bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan tersebut diatas, Islam
juga memiliki ajaran yang khas dalam bidang pendidikan. Islam memangdang bahwa
pendidikan adalah hak bagi setiap orang (education for all), laki-laki atau perempuan,
dan berlangsung sepanjang hayat (long life education). Dalam bidang pendidikan
Islam memiliki rumusan yang jelas dalam bidang tujuan , kurikulum, guru, metode,
sarana, dan lain sebagainya. Semua aspek yang berkaitan dengan pendidikan ini dapat
dipahami dari kandungan surat Al-Alaq sebagaimana disebutkan di atas. Di dalam
Alquran dapat di jumpai berbagai metode pendidikan seperti metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, demonstrasi, penguasaan, teladan, pembiasaan, karya wisata, cerita,
hukuman, nasihat, dan sebagainya. Berbagai metode tersebut dapat digunakan sesuai
dengan materi yang diajarkan, dan dimaksudkan demikian agar pendidikan tidak
membosankan anak didik.

6. Bidang Sosial

Ajaran islam di bidang sosial yang paling menonjol pada kesejahteraan manusia,
islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan
kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat, tenggang rasa dan
kebersamaan). Dalam ajaran islam derajat manusia bukan ditentukan oleh nenek
moyangnya melainkan, derajat seseorang ditentukan oleh ketakwaannya yang di
tunjukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Maka dalam islam
semua orang memiliki kesempatan yang sama.

Menurut penelitan yang dilakukan Jallaluddin Rahmat, islam ternyata agama yang
menekankan urusan muamalah lebih besar dari pada urusan ibadah. Yakni lebih
memperhatikan aspek kehidupan sosial dari pada aspek kehidupan ritual. Muamalah
jauh lebih luas dari pada ibadah (dalam arti khusus). Hal demikian dapat kita lihat
misalnya bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan sosial yang penting,
maka ibadah boleh di perpendek atau di tangguhkan dan bukan untuk di tinggalkan.
7. Dalam Bidang Kehidupan Ekonomi

Pada karakteristik kali ini, islam memandang bahwa kehidupan yang harus
dilakukan manusia adalah hidup yang seimbang dan tidak terpisahkan antara urusan
dunia dan akhirat. Urusan dunia dikejar dalam rangka mengejar kehidupan akhirat
dan kehidupan akhir dicapai dengan dunia. Pandangan islam mengenai kehidupan
secara tidak langsung menolak kehidupan yang bercorak sekulahristik, yaitu
kehidupan yang memisahkan antara urusan dunia dengan urusan agama. Bukanlah
termasuk orang yang baik di antara kamu adalah orang yang meninggalkan dunia
karena mengejar kehidupan akhirat, dan orang yang meninggalkan akhirat karena
mengejar kehidupan dunia. (Hadist Nabi: Ibn Mubarak).

Orang baik adalah orang yang meraih keduanya secara seimbang, karena dunia
adalah alat menuju akhirat, dan jangan dibalik yakni akhirat dikorbankan untuk
urusan dunia. Dari uraian demikian, maka kita akan memanfaatkan kehidupan dunia
untuk beribadah kepada Allah SWT.

8. Dalam Bidang Kesehatan

Ajaran islam tentang kesehatan berpedoman pada prinsip pencegahan lebih di


utamakan dari pada penyembuhan untuk menuju pada upaya pencegahan islam
menekankan segi kebersihan lahir dan batin. Kebersihan lahir dapat mengambil
bentuk kebersihan tempat tinggal, lingkungan sekitar, badan, pakaian, makanan,
minuman, dan lain sebagainya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan senang kepada orang-orang yang membersihkan diri. (QS Al-Baqarah,
2:222).

Bertaubat sebagaimana dikemukakan pada ayat tersebut akan menghasilkan


kesehatan mental, sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.

9. Dalam Bidang Politik

Ciri ajaran islam dalam bidang politik dapat diketahui melalui konsepsinya. Dalam
hal ini islam tidak mengajarkan ketaatan kita pada pemimpin. Islam menghendaki
suatu ketaatan kritis, dimana ketaatan itu diukur dari kebenaran Tuhan. Jika
pemimpin tersebut berpegang teguh pada tuntutan Allah dan Rasul nya maka wajib di
taati sebaliknya, jika pemimpin bertentangan dengan kehendak Allah dan Rasul nya
boleh di kritik atau di beri saran agar kejalan yang benar. Masalah politik ini
berhubungan dalam bentuk pemerintahan seperti republik yang di pimpin oleh
presiden, kerajaan yang di pimpin raja, dan sebagainya. Islam tidak menetapkan
bentuk pemerintahan tertentu. Oleh karenanya setiap bangsa boleh saja menentukan
bentuk negaranya masing-masing sesuai seleranya. Namun yang terpenting bentuk
pemerintahan harus digunakan sebagai alat untuk menegakkan keadilan,
kemakmuran, kesejahteraan, keamanan, kedamaian, dan ketentraman masyarakat.
(Munawir Sadzali, MA. Islam dan ketatanegaraan, 1992).

10. Dalam Bidang Pekerjaan

Islam memandang bahwa kerja sebagai ibadah kepada Allah SWT. Maka kerja
yang di kehendaki islam adalah kerja yang bermutu, terarah, pada pengabdian
terhadap Allah SWT. Untuk menghasilkan produk pekerjaan yang bermutu, islam
memandang kerja yang dilakukan adalah kerja yang profesional.

11. Islam Sebagai Disiplin Ilmu

Karakteristik ajaran islam pada bidang ini secara dominan ditandai oleh
pendekatan normatif, historis, dan filosofis. Islam agama yang mengajarkan
perdamaian, toleransi, terbuka, kebersamaan, kerja keras yang bermutu, adil,
seimbang antara dunia dan akhirat. Hal ini memerlukan pemecahan antara lain
dengan merumuskan kembali metode dan pendekatan dalam memahami islam. Selain
sebagai ajaran yang berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan dengan ciri-cirinya
yang khas. Menurut peraturan menteri agama republik indonesia tahun 1985, bahwa
yang termasuk disiplin ilmu keislaman adalah Alquran/tafsir, hadist/ilmuhadist, ilmu
kalam, filsafat, tasawuf, rukun islam (fiqih), sejarah dan kebudayaan islam, serta
pendidikan islam.

F. Fadilah (keutamaan) Islam

Apabila seseorang masuk Islam kemudian baik keIslamannya, maka ia tidak


disiksa atas perbuatannya pada waktu dia masih kafir, bahkan Allah Azza wa Jalla
akan melipatgandakan pahala amal-amal kebaikan yang pernah dilakukannya.

Dalam sebuah hadits dinyatakan:

‫ا‬NNَ‫نَ ٍة يَ ْع َملُه‬N‫لُّ َح َس‬NN‫الَ َمهُ فَ ُك‬N‫ ُد ُك ْم إِ ْس‬N‫ إِ َذا أَحْ َسنَ أَ َح‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
َ ِ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
َ‫ َو ُكلُّ َسيِّئَ ٍة يَ ْع َملُهَا تُ ْكتَبُ بِ ِم ْثلِهَا َحتَّى يَ ْلقَى هللا‬.‫ْف‬ ٍ ‫ضع‬ ِ ‫تُ ْكتَبُ بِ َع ْش ِر أَ ْمثَالِهَا إِلَى َس ْب ِع ِمائَ ِة‬.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda: “Jika baik keIslaman seseorang di antara kalian, maka setiap kebaikan yang
dilakukannya akan ditulis sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. Adapun
keburukan yang dilakukannya akan ditulis satu kali sampai ia bertemu Allah.”
Shahabat ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu yang menceritakan kisahnya
ketika masuk Islam, beliau Radhiyallahu anhu berkata :

… ‫ال‬ َ َ‫ ق‬.ُ‫ فَبَ َسطَ يَ ِم ْينَه‬.‫ك‬ َ ‫َك فَـْألُبَايِ ْع‬ ْ ‫ ا ْبس‬:‫ت‬


Nَ ‫ُط يَ ِم ْين‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَقُ ْل‬ َ ‫ي‬ ُ ‫فَلَ َّما َج َع َل هللاُ ْا ِإل ْسالَ َم فِى قَ ْلبِي أَتَي‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬
َ Nَ‫ ق‬.‫ َرلِى‬Nَ‫ أَ ْن يُ ْغف‬:‫ت‬
‫ال‬N ُ ‫ا َذا ؟)) قُ ْل‬NN‫ت أَ ْن أَ ْشت َِرطَ قَا َل ((تَ ْشت َِرطُ بِ َم‬ ُ ‫ أَ َر ْد‬:‫ت‬ ُ ‫ت يَ ِدى قَا َل (( َما لَكَ يَا َع ْمرُو ؟)) قَا َل قُ ْل‬ ُ ْ‫فَقَبَض‬
ْ َ ْ َ ْ َ َ
))‫…“ ((أ َما َعلِ ْمتَ أ َّن ا ِإل ْسالَ َم يَ ْه ِد ُم َما َكانَ قَ ْبلَهُ؟ َوأ َّن ال ِهجْ َرةَ تَ ْه ِد ُم َما َكانَ قَ ْبلَهَا؟ َوأ َّن ال َح َّج يَ ْه ِد ُم َما َكانَ قَ ْبلَهُ ؟‬

Ketika Allah menjadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan aku berkata, ‘Bentangkanlah tanganmu, aku akan berbai’at
kepadamu.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membentangkan tangan
kanannya. Dia (‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu anhu) berkata, ‘Maka aku tahan
tanganku (tidak menjabat tangan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam).’ Maka Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Ada apa wahai ‘Amr?’ Dia berkata, ‘Aku
ingin meminta syarat!’ Maka, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Apakah
syaratmu?’ Maka aku berkata, ‘Agar aku diampuni.’ Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata, ‘Apakah engkau belum tahu bahwa sesungguhnya Islam itu
menghapus dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya, hijrah itu menghapus dosa-dosa
sebelumnya, dan haji itu menghapus dosa-dosa sebelumnya?’”

َ ‫ور ِّمن َّربِّ ِه ۚ فَ َو ْي ٌل لِّ ْلقَا ِسيَ ِة قُلُوبُهُم ِّمن ِذ ْك ِر هَّللا ِ ۚ أُو ٰلَئِكَ فِي‬
ٍ ِ‫ضاَل ٍل ُّمب‬
: ‫ين‬ َ ُ ‫أَفَ َمن َش َر َح هَّللا‬
ٍ ُ‫ص ْد َرهُ لِإْل ِ ْساَل ِم فَه َُو َعلَ ٰى ن‬
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima)
agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang
membatu hatinya)? Maka, celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk
mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” [Az-Zumar: 22]

G. Implementasi Ajaran Islam

Islam adalah jalan hidup yang dihadirkan untuk umat manusia. Keislaman
seseorang tidaklah cukup hanya dalam ucapan syahadah saja, atau lebih luas dengan
apa yang disebut sebagai rukun Islam. Islam harus diterima secara kaffah atau
totalitas (QS 2:208, Al Baqarah) –termasuk dalam menerapkan syariatnya, tidak
menerima sebagian ajaran Islam dan menolak sebagian yang lain karena tidak sesuai
dengan ketentuan Allah SWT.

Dengan ini kita semua mengerti bahwa islam mencakup keseluruhan termasuk
dalam kehidupan sehari-hari segala perbuatan kita harus bersandar pada hukum-
hukum islam, baik itu dari hubungan kita dengan Allah (Habluminallah), dengan diri
sendiri, maupun orang lain (Habluminannas).
1. Habluminallah

Manusia diciptakan oleh Allah untuk mengabdi kepada-Nya. Allah


memerintahkan manusia untuk menyembah hanya kepada Allah, dan beribadah
kepada-Nya. Ibadah dalam kaitan yang diperintahkan oleh Allah ada banyak, baik itu
sholat, membaca al-qur’an, haji dan sebagainya, sebagai contoh antara lain ;

- Sholat

Sholat adalah salah satu ibadah wajib yang diperintahkan oleh Allah. Perintah
Sholat disebutkan berkali-kali di Al Qur’an mulai dari Surat Al Baqarah ayat 3, 43,
45, 83, 110, 153, 177, 238, 277, Surat Annisa ayat 43, 102, 103, 162, dsb, dan masih
banyak lagi. Begitu pentingnya Sholat sehingga kelak Sholat adalah ibadah pertama
yang diperiksa dalam perhitungan amal di akherat dan menjadi tolok ukur seluruh
amal ibadah lainnya. Bila sholatnya baik maka seluruh amal ibadahnya baik, begitu
juga sebaliknya bila sholatnya jelek (atau tidak pernah sholat) maka jeleklah seluruh
amal lainnya.

Begitu pentingnya sholat maka ia disebutkan sebagai tiangnya agama, siapa


yang mendirikan sholat maka dia telah menegakkan tiang agama, sebaliknya yang
meninggalkan sholat berarti telah meruntuhkan tiang agama. Itulah sebabnya sholat
diwajibkan bagi seluruh umat muslim dewasa yang berakal tanpa kecuali.
Sesungguhnya sholat juga diperintahkan dan dilakukan oleh umat-umat terdahulu
sebelum umat Muhammad SAW.

Jadi sebenarnya seluruh umat manusia mulai dari nabi Adam a.s.
diperintahkan untuk sholat sebagai bentuk penyembahan dan ketundukan (sujud) dari
seorang hamba kepada Tuhannya yaitu Allah SWT. Barangsiapa yang enggan
melakukan sholat maka akan mendapatkan siksa yang amat pedih sejak di alam
barzah (kubur) hingga di kehidupan akhirat nanti.

- Membaca Al Qurán

Semua orang tahu bahwa kitab suci umat Islam adalah Al Qurán. Di dalamnya
terdapat hukum, aturan, dan pedoman dan harus dipatuhi oleh umat Islam. Terdapat
juga ilmu pengetahuan dan sejarah (cerita) bisa dijadikan hikmah bagi umat manusia.
Al Qurán harus dibaca dan dipelajari untuk dilaksanakan dan dijadikan acuan dalam
kehidupan sehari-hari.
Bila umat Islam selalu bersandar kepada Al Qurán (dan Hadits) maka akan
menjadi umat yang kuat. Sebaliknya bila umat Islam tidak mau membaca dan
mempelajari Al Qurán maka mereka tidak mengerti aturan yang harus dianut sebagai
seorang muslim atau dengan kata lain menjadi orang yang bodoh (jahil) yaitu bodoh
dalam ilmu agama dan akibatnya bisa diduga, umat Islam akan semakin jauh dari
Islam dan menjadi kaum yang lemah bahkan menuju kepada kehancuran.

2. Hubungan dengan dirinya sendiri

Hal ini berkaitan dengan segala aktivitas dan tingkah laku setiap individu
harus berdasarkan islam, mulai dari berpakaian, cara bersikap dan sebagainya.
Adapun akhlak pada diri sendiri diantaranya mencakup hal-hal berikut:

a. Berakhlak terhadap jasmani.

Menjaga kebersihan dirinya. Islam menjadikan kebersihan sebagian dari


Iman. Ia menekankan kebersihan secara menyeluruh meliputi pakaian dan juga tubuh
badan. Rasulullah memerintahkan sahabat-sahabatnya supaya memakai pakaian yang
bersih, baik dan rapi terutamanya pada hari Jum’at, memakai wewangian dan selalu
bersugi.

Menjaga makan minumnya. Bersederhanalah dalam makan minum,


berlebihan atau melampau di tegah dalam Islam. Sebaiknya sepertiga dari perut
dikhaskan untuk makanan, satu pertiga untuk minuman, dan satu pertiga untuk
bernafas.

Tidak mengabaikan latihan jasmaninya. Riyadhah atau latihan jasmani amat


penting dalam penjagaan kesehatan, walau bagaimnapun ia dilakukan menurut etika
yang ditetapkan oleh Islam tanpa mengabaikan hak-hak Allah, diri, keluarga,
masyarakat dan sebagainya, dalam artikata ia tidak mengabaikan kewajiban
sembahyang, sesuai kemampuan diri, menjaga muruah, adat bermasyarakat dan
seumpamanya.

Rupa diri. Seorang muslim mestilah mempunyai rupa diri yang baik. Islam
tidak pernah mengizinkan budaya tidak senonoh, compang-camping, kusut, dan
seumpamanya. Islam adalah agama yang mempunyai rupa diri dan tidak
mengharamkan yang baik. Setengah orang yang menghiraukan rupa diri memberikan
alasan tindakannya sebagai zuhud dan tawadhuk. Ini tidak dapat diterima karena
Rasulullah yang bersifat zuhud dan tawadhuk tidak melakukan begitu. Islam tidak
melarang umatnya menggunakan nikmat Allah kepadanya asalkan tidak melampau
dan takabbur.
b. Berakhlak terhadap akalnya.

Memenuhi akalnya dengan ilmu. Akhlak Muslim ialah menjaganya agar tidak
rusak dengan mengambi sesuatu yang memabukkan dan menghayalkan. Islam
menyuruh supaya membangun potensi akal hingga ke tahap maksimum, salah satu
cara memanfaatkan akal ialah mengisinya dengan ilmu. Ilmu fardhu‘ain yang
menjadi asas bagi diri seseorang muslim hendaklah diutamakan karena Ilmu ini
mampu dipelajari oleh siapa saja, asalkan dia berakal dan cukup umur. Pengabaian
ilmu ini seolah-olah tidak berakhlak terhadap akalnya.

Penguasaan ilmu. Sepatutnya umat Islamlah yang selayaknya menjadi


pemandu ilmu supaya manusia dapat bertemu dengan kebenaran. Kekufuran (kufur
akan nikmat) dan kealfaan ummat terhadap pengabaian penguasaan ilmu ini. Perkara
utama yang patut diketahui ialah pengetahuan terhadap kitab Allah, bacaannya,
tajwidnya, dan tafsirnya. Kemudian hadits-hadits Rasul, sirah, sejarah sahabat, ulama,
dan juga sejarah Islam, hukum hakam ibadat serta muamalah. Sementara itu umat
islam hendaklah membuka tingkap pikirannya kepada segala bentuk ilmu, termasuk
juga bahasa asing supaya pemindahan ilmu berlaku dengan cepat. Rasulullah pernah
menyuruh Zaid bin Tsabit supaya belajar bahasa Yahudi dan Syiria. Abdullah bin
Zubair adalah antara sahabat yang memahami kepentingan menguasai bahasa asing,
beliau mempunyai seratus orang khadam yang masing-masing bertutur kata
berlainan, dan apabila berhubungan dengan mereka, dia menggunakan bahasa yang
dituturkan oleh mereka.

c. Berakhlak terhadap jiwa

Perlu disucikan selalu, begitu juga dengan jiwa. Pembersihan jiwa beda
dengan pembersihan jasad. Ada beberapa cara membersihkan jiwa dari kotorannya,
antaranya bertaubat, bermuqarabah, bermuhasabah, bermujahadah, memperbanyak
ibadah dan menghadiri majlis Iman.

Untuk meningkatkan tahap kejiwaan kita tidak boleh keseorangan. Lantaran


dari pada itu kita perlu sahabat yang boleh memperingatkan diri kita. Disamping itu
kita perlu berdoa kepada Allah.

3. Habluminannas

Allah memerintahkan manusia untuk saling menyayangi dan berbuat baik satu
dengan yang lainya. Allah mengatur masalah hubungan yang baik sesama manusia
antara lain tentang :

a. Mendahulukan kepentingan orang lain yang lebih penting (QS 2:177, 59:9),
b. Berbuat baik adalah merupakan sebaik-baik amalan (QS 3:92, 3:134),

c. Menyempurnakan takaran dan timbangan, serta tidak merugikan orang lain (QS
7:85, 11:84, 11:85, 17:35, 26:181, dsb) – mengurangi takaran termasuk korupsi kecil-
kecilan.

d. Berinfak atau memberikan sebagian rizki kepada orang lain yang membutuhkan
(QS 2:254, 3:92, 14:31, 32:16, 35:29, 42:38, dsb)

e. Tolong menolong dan kasih sayang (QS 5:2, 48:29, 24:22, 90:17)

Kesimpulannya adalah segala perbuatan baik kepada sesama manusia, tidak


merugikan orang lain, tolong menolong dan kasih sayang memang diperintahkan oleh
Allah kepada manusia, artinya hubungan baik kepada sesama manusia itu dalam
rangka hubungan baik kepada Allah (dalam rangka melaksanakan perintah Allah).

Dengan kata lain habluminannas dalam rangka habluminallah. Keduanya sejalan dan
tidak untuk dipertentangkan. Orang yang mengabaikan habluminannas selain
mendapatkan murka dari Allah dan konsekuensi di akhirat, juga akan menerima
konsekuensi dari sesama manusia lainya yaitu berupa perlakuan atau sanksi atau
hukuman dari aturan/hukum atau norma masyarakat di mana ia berada.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam adalah agama perdamaian dan dua ajaran pokoknya, yaitu Keesaan
Allah, dan kesatuan atau persaudaraan umat manusia, menjadi bukti yang nyata
bahwa agama Islam selaras benar dengan namanya. Islam bukan saja dikatakan
sebagai agama sekalian Nabi Allah, melainkan juga sesuatu yang secara tak sadar
tunduk sepenuhnya kepada undang-undang Allah, yang kita saksikan pada alam
semesta.

Suatu misi tidak akan tercapai jika tidak dijalankan. Jadi, tugas kita sebagai
muslim adalah menjalankan misi islam dengan baik agar Islam benar-benar diakui
oleh semua makhluk sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam semesta ini.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai