Tentang
Etika Pergaulan
Dosen Pengampu:
Dr.AditiawarmanAD, M.Ag.
Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai dengan
harapan.
Ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. Aditiawarman AD,M.Ag., sebagai dosen pengampu
pada mata kuliah Akhlak yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Akhlak
untuk tugas dari materi perkuliahan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Penulis
PENDAHULUAN
Akhlak merupakan salah satu aspek penting dan memiliki peranan vital dalam kehidupan
seorang muslim. Ya‟qub(1985,hlm.33) menjabarkan bahwa akhlak mulia yang sesuai dengan
ajaran Allah merupakan tugas para Rasul diutus oleh Allah kepada umat Manusia. Meskipun
para Rasul diutus pada zaman yang tidak sama dan kondisi umat yang berbeda-beda, namun
tugas mereka sama yakni berusaha agar umat berada di jalan Allah, menyembah Allah,
mengerjakan perbuatan baik, menjauhi perbuatan munkar, serta untuk menegakkan kebenaran
dan keadilan yang merupakan prinsip akhlāk al karīmaħ.
Akhlak individu dan masyarakat telah diatur dalam Islam. Dalam lingkungan masyarakat,
terdapat berbagai macam golongan, suku, ras dan agama. Hubungan yang tidak baik, seringkali
menimbulkan konflik yang berakhir pada perpecahan individu ataupun kelompok. Dalam
kehidupan sosial, muslim tidak terlepas dari muslim yang lain. Dikatakan pada suatu hadisbahwa
muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Muslim memiliki hak dan kewajiban atas muslim
yang lain. Islam telah mengatur sedemikian rupa bagaimana muslim yang satu dengan muslim
yang lain bertindak dan beretika. Etika ini harus dijaga agar dapat tercipta hubungan yang
harmonis, aman, tentram dan damai. Jika tidak perselisihan dan perpecahan akan terjadi. Ini
terjadi karena perbedaan yang ada di kalangan umat muslim itu sendiri.
PEMBAHASAN
Islam adalah agama yang mulia dan mengatur segala aspek kehidupan termasuk pergaulan.
Dalam islam ada beberapa etika yang harus dipenuhi dan hal ini disebut dengan etika islam.
Secara bahasa kata etika berasal dari kata ethokos (Yunani) atau ethos yang memiliki arti
karakter, kebiasaan, kecenderungan dan penggunaan. Kata etika itu sendiri juga cenderung
identik dengan kata dalam bahasa latin mos yang artinya adat atau tata cara kehidupan.
Dengan kata lain etika islami adalah sistem atau tata cara yang mengatur tingkah laku
seseorang terutama dalam masyarakat. Etika islam adalah etika yang dilandasi oleh hukum islam
dan mutlak mengikat semua umat muslim terutama dalam pergaulan. Pokok dasar etika islam
tercantum dalam alqur‟an seperti firman Allah dalam Al qur‟an surat Al qalam ayat 4 dan Ali
Imran ayat 104 yang bunyinya
”Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada diatas budi pekerti yang agung”.(AlQalam;4)
”Hendaklah ada diantara kamu segolongan yang menyeru kepada kebaikan (al-khair)
Menyerukan kepada ma‟ruf(yangbaik) dan melarang dari perbuatan munkar dan itulah orang
orang yang bahagia” (Q.S. Ali-Imran: 104).
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa islam itu adalah Agama Rahmatanlil'alamin yang
mencakup segala aspek kehidupan dari terkecil hingga terendah, mulai dari politik, sosial,
ekonomi, budaya, dan lain sebagainya. Bahkan islam pun mengatur tata cara pergaulan yang
baik dan berakhlak kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal.
2. Tidak Menyakiti
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang lewat, dengan lisan, tangan, kaki,
dan lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau membicarakannya,
dengan tangan misalnya melempar dengan batu-batu kesil atau benda apa saja
yang akan menyebabkan orang lewat sakit dan tersinggung, tidak memercikkan
air, dan lain-lain yang akan menyakiti orang yang lewat atau menyinggung
perasaannya.
3. Menjawab Salam
Menjawab salam hukumnya adalah wajib meskipun mengucapkan- nya
sunnat. Oleh karena itu, jika ada yang mengucapkan salam ketika duduk
dijalan, hukum menjawabnya adalah wajib.
4. Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang kepada Kemungkaran.
Apabila sedang duduk di jalan kemudian melihat ada orang yangberjalan
dengan sombong atau sambil mabuk atau memakai kendaraan dengan ngebut,
dan lain-lain, diwajibkan menegurnya atau memberinya nasihat dengan cara
yang bijak. Jika tidak mampu, karena kurang memiliki kekuatan untuk itu,
doakanlah dalam hati supaya orang tersebut menyadari kekeliruan dan
kesombongannya.
Menyebarluaskan Salam
"Dari Abdullah bin Salam ia berkata, telah bersabda Rasulullah SAW, "Hai
Manusia, siarkanlah salam dan hubungan kekeluarga-keluarga dan berilah makan
dan shalatlah pada malam ketika manusia tidur, niscaya kamu masuk surga dengan
sejahtera."(Dikeluarkan oleh Turmudzi dan ia sahihkannya).
Hadits tersebut menjelaskan bahwamengucapkan salah adalah sesuatu amalan
yang harus selalu dilakukan oleh sesama muslim ketika bertemu, terhadap orang
yang di kenal maupun tidak di kenal, dan ini merupakan identitas seorang muslim
terhadap muslim lainnya. Mengucapkan salam juga hukumnya sunah muakad.Allah
berfirman dalam Al-qur'an yang artinya:
"Apabila ada orang memberi hormat (salam) kepada kamu, balaslah hormat
(salamnya) itu dengan cara yang lebih baik, atau balas penghormatan itu (serupa
dengan penghormatannya). Sesungguhnya Tuhan itu menghitung segala sesuatu".
Sebagaimana dinyatakan dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Bukhari dan
Muslim :
"Abdullah Ibn Umar berkata, bahwa seorang laki-laki telah bertanya kepada
Rasulullah SAW, "Islam seperti apakah yang paling baik ? Nabi Menjawab,
"Memberi makan dan mengucapkan salam, baik kepada kamu kenal mapun kepada
orang yang tidak kamu kenal.
Dengan hadits lain juga diterangkan tentang siapa yang pertama kali harus
mengucapkan salam,yaitu orang yang dalam kendaraan kepada yang berjalan kaki,
orang yang berjalan kepada yang duduk, kelompok yang sedikit kepada kelompok
yang besar.
Dalam agama islam telah diataur bagaimana tata pergaulan yang baik dan benar
tentunya dengan akhlakul karimah tau akhlak yang terpuji. Bukan hanya kepada
sesama muslim, akan tapi kepada semua orang. Tidak melihat dari segi suku, agama,
bangsa, dan budaya. Karena hakekatnya manusia adalah sama kecuali ketakwaannya
lah yang membuat derajat seseorang menjadi tinggi dari yang lain, karena itu tidak
wajar apabila maasih ada istilah pihak lain karena semua sama dari segi pandang
kemanusiaan. Tidak ada kata kami, yang ada hanya kita. Akan ringan segala
pekerjaan, apabila segala orang saling tolong menolong satu sama, hal yang harus
dikerjakakan dalam waktu satu minggu akan selesai hanya dengan waktu satu hari.
Sungguh indah sekali kehidupan tanpa adapnya pembatas perbedaan. Larangan
dalam agama, bukan hanya sekedar larangan biasa yang tidak ada konsekuensinya.
Agama Islam menyeru dan mengajak kaum Muslimin melakukan pergaulan diantara kaum
Muslimin. Karena dengan pergaulan, kita saling berhubungan mengadakan pendekatan satu
sama lain. Kita bisa saling mengisi dalam kebutuhan serta dapat mencapai sesuatu yangberguna
untuk kemaslahatan masyarakat yang adil dan makmur serta berakhlaqul karimah. Kemaslahatan
masyarakat yang dilandasi dengan akhlaqul karimah tidak akan terwujud, kecuali dengan
membangun pergaulan yang bagus dan sehat. Islam adalah agama yang dilandasi persatuan dan
kasih sayang. Kecenderungan untuk saling mengenal di antara sesama manusia dalam hidup dan
kehidupannya, merupakan ajaran Islam yang sangat ditekankan. Islam bukan agama yang
didasarkan pada hubungan liar yang tidak mengenal batas, tetapi Islam mempunyai garis hidup
yangkonkret dalam batasan-batasan hidup bermasyarakat.
Secara garis besar pergaulan itu dapat dilihat dari beberapa lapisan. Lapisan pertama,
mereka yang umurnya lebih tua daripada kita, atau yang lebih banyak ilmunya atau banyak
ibadahnya. Maka hendaknya dalam memandang mereka, kita berperasaan bahwa mereka
mempunyai keutamaan, dan kepada merekalah kita memberikan penghormatan yangsemestinya.
Lapisan kedua, ialah mereka yangumurnya setaraf dengan kita. Mereka harus kita hormati,
walaupun umurnya setara karena mungkin mereka lebih tinggi akhalknya dengan kita, amalnya
lebih banyak daripada kita dan dosanya lebih sedikit daripada kita. Lapisan ketiga, mereka yang
lebih muda umurnya daripada kita.
Golongan ini pun harus kita hormati secara wajar karena mereka lebih muda dan lebih
kurang keburukannya daripada kita, dibandingkan dengan kita yang sudah lanjut umurnya. Adab
Bergaul dalam Islam Ada beberapa adab pergaulan dalam Islam, antara lain seperti: Menyukai
untuk saudara seagama apa yang disukai untuk dirinya sendiri,dan memberi untuk mereka apa
yang dibenci untuk dirinya sendiri. Rasulallah saw bersabda: Tidak beriman seseorang di antara
kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.(HR.Bukhari
dan Muslim) Tiada menyakiti seorang Muslim, baik dengan perbuatannya, maupun dengan
perketaannya.
Sebagaimana Rasulallah saw bersabda: Seorang Muslim ialah yang mendapat selamat
sekalian Muslim dari gangguan lidah dan tangannya. Dan seseorang muhajir ialah orang yang
hijrah meninggalkan dari segala larangan Allah.(HR.Bukhari dan Muslim) Berlaku tawadhu‟
(merendahkan diri) kepada sesama saudara: jangan sekali-kali menyombongkan diri terhadap
orang-orang di sekitarnya. Rasulallah saw bersabda: Bahwasanya Allah telah mewahyukan
kepadaku bertawadhu‟ (merendahkan diri) hingga tidak ada seorangpun yang menganiaya
terhadap lainnya,dan tidak seorang yang menyombongkan dirinya terhadap yang lainnya.(HR.
Muslim)
Menghormati orang yang tua dan mengasihani orang-orang yang lebih muda. Rasulallah
saw bersabda: Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi kepada orang yang
lebih kecil (muda) dan tidak mengetahui kewajibannya terhadap orang yang lebih besar (tua).
Bukanlah termasuk golongan kami orang yang menipu kami. Seorang mu‟min tidak/ belum
dikatakan beriman sehingga ia mencintai orang mu‟min yang lain, seperti mencintai terhadap diri
sendiri. (HR Thabrani dan Dhamrah)
Menghadapi manusia dengan muka yang manis sebagaimana Rasulallah saw bersabda:
senyumanmu (bermuka manis) untuk saudaramu adalah sedekah,dan amar ma'rufmu sert anahi
mungkar juga shadaqah,dan memberikan petunjuk kepada laki-laki (atau kepada siapa saja)
yang ada di bumi yang sedang sesat, bagimu merupakan shadaqah. Dan (apabila engkau suka)
menyingkirkan batu atau duri atau tulang-tulang yang mengganggu jalan bagimu, merupakan
shadaqah. (HR. Bukhari)
Tidak mudah mendengar berita-berita buruk yang disampaikan orang lain. Tentang
keburukan dirinya. Sebagaimana Nabi saw bersabda: Tidak akan masuk surga bagi orang
senang adu domba. (HR. Bukhari-Muslim dari Khudzaifah) Memelihara kehormatan seseorang,
jiwa dan hartanya dari aniaya orang lain. Seorang Muslim yang baik, apabila menemui orang-
orang yang suka mengadu domba, janganlah ikut menyambung pembicaraan itu, sebaiknya
bersikap diam,sebagaimana Nabi saw bersabda: Barangsiapa yang membela kehormatan
saudaranya dari belakang, niscaya Allah akan menutupi api neraka dari mukanya pada hari
kiamat. (HR. Thabrani)
Ditinjau dari sudut teologi Islam, berbusana muslimah sangat berperan penting dalam
kehidupan sosial, dikarenakan ekspektasi kehidupan sosial kemasyarakatan telah mengetahui sisi
positif dari berbusana muslimah tersebut yang senantiasa dilakukan dalam kesehariannya, namun
sayangnya belum semua orang dapat mengetahui manfaat ataupun pentingnya berbusana
muslimah. Secara umum berbusana muslimah dapat dikatakan dalam tahap mementingkan mode
yang modern daripada mengikuti aturan Syar‟iyyah. Padahal, Islam sebagai Agama rahmatan lil
„alamin (rahmat bagi seluruh alam) mempunyai banyak versi aturan tentang cara berpakaian
wanita. Namun, semua aturan yang ada hampir mempunyai hakikat dan tujuan yang sama, yaitu
melindungi harga diri dan kehormatan wanita muslimah.
Dalam berbusana muslimah, seorang wanita mencerminkan nilai yang ada dalam dirinya.
Pemahaman ini pun bermacam-macam, disesuaikan dengan lingkungan dan masyarakat yang
memandangnya. Pakaian (busana muslimah) adalah produk budaya, sekaligus tuntunan agama
danmoral. Dari sini dapat diketahui apa yang dinamai pakaian tradisional, daerah, dan nasional,
juga pakaian resmi untuk perayaan tertentu, dan pakaian tertentu untuk profesi tertentu, serta
pakaian untuk beribadah. Pada kenyataannya bentuk pakaian yang ditetapkan atau dianjurkan
oleh suatu agama, justru lahir dari budaya yang berkembang ketika itu.
Namun yang jelas, moral cita rasa keindahan dan sejarah bangsa, ikut serta menciptakan
ikatan-ikatan khusus bagi anggota masyarakat yang antara lain melahirkan bentuk pakaian dan
warna-warni kesukaan. Memang unsur keindahan dan moral pada pakaian tidak dapat
dilepaskan, tetapi ada masyarakat yang menekankan pada unsur keindahannya. Khususnya dunia
Barat, unsur keindahan menjadi nomor satu dan unsur moral jika seandainya mereka
pertimbangkan maka tidak jarang telah mengalami perubahan yang sangat jauh dari tuntutan
moral agama. Faktanya pun budaya berbusana versi Barat dengan seni keindahanya turut
mempengaruhi mindset para muslimah dalam berbusana di era kekinian. Bahkan, pengaruh tren
busana Barat ke dunia Timur tidak sedikit, sehingga ada pula masyarakat Timur yang
Mengikuti mode pakaian Barat, meskipun bertentangan dengan nilai-nilai agama dan budaya
masyarakatnya.
Berdasarkan analisa inilah, mereka “para muslimah” seharusnya memahami etika
berbusana yang mengedepankan unsur moral, nilai-nilai agama dan mengesampingkan unsur
keindahan. Wanita wajib memakai khimar tatkala keluar dari rumahnya, di samping ia juga
wajib memakai jilbab yang menutupi khimar-nya.3 Sebab, perbuatan demikian lebih menutupi
tubuh mereka dan lebih tidak menampakkan bentuk kepala dan lekuk pundak mereka, seperti
yang telah dijelaskan. Perintah inilah yang ditetapkan dalam syari‟at Islam. Untuk itu, perlu
kiranya kita mengetahui pendidikan etika yang terkandung dalam pemahaman berpakaian
dalam Islam yang ada pada diri wanita-wanita muslimah di berbagai lapisan masyarakat. Hal ini
dapat kita lakukan dengan mengkaji serta menelaah berbaga literasi yang berkaitan dengan etika
berpakaiandalam Islam.
Dilarang memakai pakaian yang sangat mahal dan istimewa dengan maksud
takabur dan berbangga diri. Atau memakai pakaian lusuh untuk menarik perhatian orang
dan supaya disebut tawadhu‟. Muslimah memang sebaiknya bersikap tengah-tengah
dalam semua urusan agamanya. Nabi dan para istrinya pernah memakai pakaian katun,
pakaian dari kapas, pakaian dari kulit, baju kurung, dan pakaian lain yang dikenal
masyarakat. Dalam konteks ini juga, Nabi SAW. bersabda:
”Siapa yang memakai pakaian (yang bertujuan mengundang) popularitas, maka Allah
akanmengenakanuntuknyapakaiankehinaanpadaHariKemudian,laludikobarkanpada
pakaian(nya) itu api” (HR.Abu Daud dan Ibn Majah).
Adapaun maksudnya di sini adalah apabila tujuan memakainya mengundang
perhatian dan bertujuan memperoleh popularitas. Adapun jika yang bersangkutan
memakaianya bukan dengan tujuan itu, lalu kemudian melahirkan popularitas akibat
pakaiannya, maka semoga niatnya untuk tidak melanggar dapat menoleransi popularitas
yang lahir itu. Sebagaimana perempuan tidak boleh membuka bagian tubuh dibawah dada
sampai kelutut untuk mahramnya dan perempuan lain ketikaaman dari timbulnya fitnah.
Islam sangat memperhatikan masalah etika dan adab dalam kehidupan sehari-hari. Ada
beberapa etika yang diatur di dalam Islam, salah satunya etika berbicara. Rasulullah SAW telah
memberikan contoh kepada umatnya bagaimana etika berbicara dalam Islam. Rasulullah terkenal
dengan kelembutannya saat berbicara, sehingga banyak yang merasa dimuliakan oleh Beliau.
Dikutip dari jurnal Etika Berbicara dalam Tafsir AlMisbah oleh Rofi‟iHanafi, etika
berbicara dijelaskan dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 263, yaitu:
M. Quraish Shihab dalam buku Tafsir Al Misbah menafsirkan ayat tersebut dengan arti
lebih baik memberi sesuatu tanpa berkata apapun, daripada memberi tetapi memaki-makinya
setelahnya.
Menurut jurnal Adab Bicara Dalam Prespektif Komunikasi Islam oleh Hakis, ada beberapa
etika berbicara dalam Islam yang perlu diperhatikan, yakni:
Dalam Islam, etika bergaul atau berinteraksi dengan orang lain merupakan aspek
penting dalam kehidupan sehari-hari. Islam mengajarkan prinsip-prinsip etika yang kuat
untuk memandu umat Muslim dalam berinteraksi dan berperilaku dengan sesama
manusia. Berikut adalah beberapa prinsip etika bergaul dalam Islam:
Allah melalui Alquran memerintahkan hamba-Nya untuk berhubungan baik dengan semua
manusia sehingga hidup harmonis dalam kebersamaan. Umat Islam hanya bisa hidup bahagia di
dunia dan di akhirat apabila mempraktekkan ajaran yangterdapat dalam Alquran
Dalam agama islam telah diataur bagaimana tata pergaulan yang baik dan benar tentunya
dengan akhlakulkarimah atau akhlak yang terpuji. Bukan hanya kepada sesama muslim, akan
tapi kepada semua orang. Tidak melihat dari segi suku, agama, bangsa, dan budaya. Karena
hakekatnya manusia adalah sama kecuali ketakwaannya lah yang membuat derajat seseorang
menjadi tinggi dari yang lain, karena itu tidak wajar apabila maasih ada istilah pihak lain karena
semua sama dari segi pandang kemanusiaan. Tidak ada kata kami, yang ada hanya kita. Akan
ringan segala pekerjaan, apabila segala orang saling tolong menolong satu sama, hal yang harus
dikerjakakan dalam waktu satu minggu akan selesai hanya dengan waktu satu hari. Sungguh
indah sekali kehidupan tanpa adapnya pembatas perbedaan.
Larangan dalam agama,bukan hanya sekedar larangan biasa yang tidak ada konsekuensinya.
Dalam agama dilarang berkhalwat antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, ini
menandakan bahwa agama sangat menjaga dari hal-hal yang akan merendahkan derajat seorang
manusia. Dimana diluaran sana, kepuasan dijadikan sebuah tujuan utama tanpa melihat positif
dan negativenya seuatu pekerjaan, ini akan berdampak negative. Karena banyak orang yang
melakukan nhubugan suami dan istri ditempat-tempat umum. Dan ini semua tidak ada bedanya
dengan hewan yang tanpa akal.
DAFTAR PUSTAKA
Rachmat Syafe'I,Al-Hadits(Aqidah, Akhlaq, Sosial dan Hukum), Jakarta: PT. Pustaka Setia,
2003, h.217
Rachmat Syafe'I, Al-Hadits(Aqidah,Akhlaq,Sosial dan Hukum),Jakarta:PT.PustakaSetia, 2003
Tanfidziyah.2016.https://www.nu.or.id/opini/pergaulan-dalam-pandangan-islam-
iwfnF.https://cendekiamuslim.or.id/etika-pergaulan-dalam-islam