Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HADIST

TATA PERGAULAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadist

Dosen Pengampu : Sahmiar Pulungan, Dr. M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 12 :

Fitra Ardiansyah 0206223095

Kelvin Alvaro 0206223107

Rizka Ramadhani Nasution 0206211019

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“TATA PERGAULAN” ini disususn sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Hadist.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih banyak
kekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun, kami tetap
berharap agar makalah ini dapat memeberikan mamfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam
perbaikan penyempurnaan pada makalah kami berikutnya. Untuk itu kami mengucapkan
Terimakasih.

Medan, 13 Desember 2022

Kelompok 12

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2

BAB I .............................................................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3

BAB II............................................................................................................................................. 4

A. Larangan Berduaan Tanpa Mahram ................................................................................. 5

B. Sopan Santun Duduk Di Pinggir Jalan ............................................................................. 7

C. Menyebar Luaskan Salam ................................................................................................ 9

BAB III ......................................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11

B. Saran ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian umat Islam, kita pasti mengenali dengan baik bahwa Allah
SWT sudah menetapkan batas-batas dalam pergaulan. Yang mana dalam pergaulan kadang
kala manusia tidak lepas dari kesalahan, dosa, dan kekhilafan. Untuk itu perlu rujukannya
dalam berperilaku laris. Rujukan tersebut diantaranya ialah hadits-hadits sabda Rasulullah
SAW, alasannya adalah risalah pertama yang disampaikan terhadap umat Islam yakni
ihwal akhlak. Hendaknya dalam kehidupan sehari-hari kita mengikuti isyarat -isyarat yang
telah disampaikan pada kita secara terang. Agar dalam pergaulan sehari-hari, kita tidak
melampaui batas yang telah ditetapkan, maka kita harus dapat mengerti sabda-sabda
Rasulullah tersebut.
Seperti yang kita pahami bersama, bahwa cuma pergaulan bebas dan semacamnya
hampir-nyaris tidak memiliki rem atau batas-batas, kaum muda dikala
ini berbuat sekehendak hatinya. Begitu pula halnya kebiasaan nongkrong atau duduk
dipinggir jalan nyaris jadi tradisi serta korelasi silaturrahmi pun jarang dikerjakan.
Pengetahuan perihal tata pergaulan yaitu salah satu hal yang penting diketahui
untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, kepada sesama manusia lazimnya

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tata pergaulan?


2. Jelaskan ihwal larangan berdua-duaan tanpa mahram?
3. Jelaskan tentang Sopan santun duduk di pinggir jalan ?
4. Jelaskan bagaimana cara menyebar luaskan salam ?

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Pergaulan
Pergaulan yakni salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan
lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu keperluan yang sangat
fundamental, bahkan mampu dikatakan wajib bagi setiap insan yang “masih hidup” di
dunia ini untuk merealisasikan ukhwah Islamiyah.
Allah menciptakan kita dengan segala perbedaannya selaku wujud keagungan dan
kekuasaan-Nya. Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk
bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. . Tak ada yang dapat
membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah swt. 1[1]

II. Pandangan Islam Mengenai Pergaulan


Manusia diharuskan untuk memelihara dua bentuk kekerabatan adalah hubungan
dengan Allah (habluminallah) dan hubungan sesama manusia (habluminannas). Agama
islam menyeru dan mengajak kaum muslimin melakukan pergaulan diantara kaum
muslimin. Karena dengan pergaulan, kita dapat saling berafiliasi menyelenggarakan
pendekatan satu sama lain, bisa saling tunjang menunjang dan saling isi mengisi dalam
kebutuhan. Juga dengan pergaulan kita mampu meraih sesuatu yang berkhasiat untuk
kemaslahatan masyarakat yang adil dan makmur, dalam membina masyarakat yang
berakhlakul karimah. Kemaslahatan masyarakat yang dilandasi dengan akhlakul karimah
tidak akan terwujud kecuali dengan kebaikan pergaulan antara mereka.
Dalam kaitannya dengan pergaulan, agama memutuskan rambu-rambu yang dapat
memelihara umatnya supaya tidak terjerumus ke dalam lembah perzinaan. Larangan bagi
yang bukan mahram untuk berduaan, apalagi di tempat yang di duga dapat mengundang
lahirnya pelanggaran agama, ialah salah satu contoh dari rambu pembatas itu.2 [2]

1
http://id. shvoong. com/humanities/1775913-budpekerti-pergaulan-berdasarkan-islam.
2
Muhammad Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an, (Bandung: PT. Mizan Pustaka,
2007).

4
Akhlak Pergaulan yang baik adalah melaksanakan pergaulan menurut norma-
norma kemasyarakatan yang tidak berlawanan dengan Hukum syara’, serta memenuhi
segala hak yang berhak menerimanya masing-masing berdasarkan kadarnya.
Kita di galakan untuk saling mengetahui antara satu sama lain dan ini amat
bertepatan dengan firman Allah swt dalam surat Al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi “wahai
umat manusia, sebenarnya kami telah membuat kamu dari pria dan wanita, dan kami telah
mengakibatkan kamu aneka macam bangsa bersuku pula, semoga kamu saling kenal-
mengenal.

A. Larangan Berduaan Tanpa Mahram

Artinya: Ibnu Abbas ‘anhu, ia berkata: Saya mendengar Nabi şallaLlāhu ‘alaihi
wasallam berkhutbah seraya bersabda: “Janganlah sekali-kali seorang laki-laki
berduaan dengan seorang perempuan kecuali perempuan itu diikuti mahramnya. Dan
seorang wanita juga dihentikan bepergian sendirian, kecuali ditemani oleh
mahramnya.” Tiba-datang berdirilah seorang pria dan bertanya, “Ya, Rasulullah,
sebetulnya isteriku hendak menunaikan ibadah haji, sedangkan saya telah ditugaskan
pergi berperang ke sana dan ke situ; bagaimana ini?” Rasulullah şallaLlāhu ‘alaihi
wasallam pun menjawab: “Tunaikanlah ibadah haji bersama isterimu.” (Şaĥīĥ
Muslim )[33]
1. Penjelasan Hadits
Larangan tersebut, antara lain dimaksudkan selaku batasan dalam pergaulan antara
lawan jenis demi menyingkir dari fitnah. Dalam kenyataannya, di negara-negara yang
menganut pergaulan bebas, norma-norma hukum dan kesopanan merupakan salah satu
pembeda antara manusia dengan binatang seakan-akan hilang. Hal ini sebab

3
Nashiruddin Al-Albani Muhammad. Shahih sunan ibnu majah, Jakarta, Ebook C reator, 2008 hal. 1991 no. 2467.

5
kesenangan dan keleluasaan dijadikan selaku acuan utama. Akibatnya, perzinahan
sudah bukan hal yang gila, tetapi telah biasa terjadi, bahkan di tempat-daerah biasa
sekalipun. Kalau demikian adanya, apa bedanya antara manusia dengan binatang ?
Oleh karena itu, larangan Islam, tidak semata-mata untuk membatasi pergaulan,
namun lebih dari itu adalah, untuk menyelamatkan peradaban manusia. Berduaan
dengan musuh jenis ialah salah satu langkah pertama kepada terjadinya fitnah. Dengan
demikian, larangan tindakan tersebut, bantu-membantu sebagai langkah preventif
(bersifat menghalangi) supaya tidak melanggar norma-norma hukum yang telah
ditetapkan oleh agama dan yang sudah disepakati penduduk .
Adapun larangan kedua, ihwal wanita yang bepergian tanpa mahram, terjadi
perbedaan usulan di antara para ulama. Ada yang menyatakan bahwa larangan tersebut
sifatnya mutlak. Dengan demikian, perjalanan apa saja, baik yang bersahabat maupun
yang jauh, harus diikuti mahram. Ada yang beropini bahwa perjalanan tersebut ialah
perjalanan jauh yang membutuhkan waktu sekurang-kurangnyadua hari. Ada pula yang
beropini bahwa larangan tersebut ditujukan bagi perempuan yang masih muda-muda
saja, sedangkan bagi wanita yang telah bau tanah diperbolehkan, dan masih banyak
usulan lainnya.
Sebenarnya, bila dikaji secara mendalam, larangan wanita mengadakan safar
(perjalanan) yakni sangat kondisional. Seandainya perempuan tersebut dapat menjaga
diri dan meyakini tidak akan terjadi apa-apa. Serta merasa bahwa ia akan menyibukkan
mahramnya setiap kali akan pergi. Maka perjalanannya dibolehkan. Misalnya pergi
untuk kuliah, kantor dan lain-lain. Namun demikian, lebih baik ditemani oleh
mahramnya, kalau tidak merepotkan dan menganggunya.
Dengan demikian, yang menjadi patokan yakni kemaslahatan dan keamanan.
Begitu pula pergi haji, bila diperkirakan akan aman, terlebih pada saat ini telah ada
petugas pembimbing haji yang mau bertanggung jawab kepada keselamatan dan
kelancaran para jamaah haji, maka seorang perempuan yang pergi haji tidak diikuti
mahramnya diperbolehkan bila memang ia sudah menyanggupi kriteria untuk
melakukan ibadah haji.

6
B. Sopan Santun Duduk Di Pinggir Jalan

Artinya:Dari Abu Said Al Khudri RA dari Nabi Muhammad SAW, bekerjsama ia


bersabda, “Janganlah kau duduk-duduk dijalan!” Para teman bertanya, “Ya
Rasulullah, kami tidak mendapatkan tempat lain pengganti dari daerah duduk-duduk
kami. Bukankah kami hanya mengobrol saja di sana?” Rasulullah SAW menjawab,
“Kalau kalian masih ingin duduk-duduk di sana, maka berikanlah hak jalan.’ Para
sahabat bertanya, “Apakah hak jalan itu ya Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab,
“Memelihara pandangan mata, mencegah kejahatan, menjawab salam, dan amr
ma’ruf nahi munkar (memerintah kebaikan dan menangkal kemungkaran).”
Muslim 4[4]
1. Penjelasan Hadits
Rasulullah SAW melarang duduk di pinggir jalan, baik di daerah duduk yang
khusus, seperti diatas kursi, di bawah pohon, dan lain-lain. Sebenarnya larangan
tersebut bukan berarti larangan pada kawasan duduknya, adalah bahwa membuat
daerah duduk di pinggir jalan itu haram. Terbukti ketika para sobat merasa keberatan
dan berargumen bahwa cuma itulah kawasan mereka mengobrol. Rasulullah SAW. pun
membolehkannya dengan syarat mereka harus memenuhi hak jalan, yakni berikut ini:
a. Menjaga Pandangan Mata
Menjaga pandangan merupakan sebuah kewajiban begi setiap muslim atau
muslimat, sesuai dengan perintah Allah SWT. Dalam al-Qur’an :

4
Nashiruddin Al-Albani Muhammad. Shahih sunan ibnu majah, Jakarta, Ebook C reator, 2008 hal. 1425 no. 20.

7
Artinya : “Katakanlah kepada orang pria yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu yakni
lebih Suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengenali apa yang mereka
perbuat”.(Q.S.An-nur ayat 30)
Hal itu mustahil dapat disingkirkan bagi mereka yang sedang duduk dipinggir jalan.
Ini karena akan aneka macam orang yang lewat, dari aneka macam usia dan
berbagai tipe. Maka bagi para lelaki jangalah memandang dengan sengaja kepada
para perempuan yang bukan muhrim dengan pandanagan syahwat. Begitu pula,
tidak boleh menatap dengan pandangan sinis atau iri terhadap siapa pun yang
melalui. Pandangan seperti tidak hanya akan melanggar hukum Islam. Tetapi akan
menimbulkan kecurigaan, persengketaan dan kemarahan dari orang yang
dipandangnya, apalagi begi mereka yang gampang tersinggung. Oleh alasannya itu,
mereka yang sedang duduk dipinggir mesti sungguh-sungguhmenjaga
pandangannya.
b. Tidak Menyakiti
Tidak boleh menyakiti orang-orang yang melalui, dengan lisan, tangan, kaki, dan
lain-lain. Dengan lisan misalnya mengata-ngatai atau membicarakannya, dengan
tangan misalnya melempar dengan batu-kerikil kesil atau benda apa saja yang
hendak menjadikan orang lewat sakit dan tersinggung, tidak memercikkan air, dan
lain-lain yang akan menyakiti orang yang lewat atau menyinggung perasaannya.
c. Menjawab Salam
Menjawab salam hukumnya adalah wajib walaupun mengucapkan- nya sunnat.
Oleh alasannya adalah itu, jika ada yang mengucapkan salam dikala duduk dijalan,
aturan menjawabnya adalah wajib.
d. Memerintahkan kepada Kebaikan dan Melarang terhadap Kemungkaran.
Apabila sedang duduk di jalan lalu melihat ada orang yang berjalan dengan
sombong atau sambil mabuk atau menggunakan kendaraan dengan ngebut, dan
lain-lain, diwajibkan menegurnya atau memberinya hikmah dengan cara yang
bijak. Jika tidak bisa, alasannya kurang memiliki kekuatan untuk itu, doakanlah
dalam hati biar orang tersebut menyadari kekeliruan dan kesombongannya.

8
Dari penjelasan hadits tersebut memang di benarkan bahwa tidak boleh duduk-
duduk di pinggir jalan, karena dapat menggagu orang yang melalui. Dan larang
tersebut dimaksutkan dihentikan membuat tempat duduk di pinggir jalan. Serta
dibolekan duduk-duduk asalkan sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh
Rasulullah.

C. Menyebar Luaskan Salam

Artinya: Dari Sayyar, dia berkata, “Saya pernah berjalan bersama Tsabit Al Bunani
melewati anak-anak seraya mengucapkan salam terhadap mereka.” Tsabit berkata,
sesungguhnya ia pernah berjalan bareng Anas melalui bawah umur dan Anas pun
mengucapkan salam kepada bawah umur. Anas berkata sebetulnya beliau pernah
berjalan bareng Rasulullah SAW melalui anak-anak, lalu dia mengucapkan salam
kepada mereka.” Muslim
1. Penjelasan Hadits
Salam merupakan salah satu identitas seorang muslim untuk saling mendoakan
antara sesama muslim setiap kali bertemu. Mengucapkan salam menurut akad ulama,
hukumnya ialah sunat mu’akkad. Firman Allah SWT di dalam Al-Quran:

Artinya: “Apabila ada orang memberi hormat (salam) kepada kau,balaslah hormat
(salamnya) itu dengan cara yang lebih baik, atau balas penghormatan itu (serupa
dengan penghormatannya). Sesungguhnya Tuhan itu menghitung segala
sesuatu.(Q.S.An-Nisa- 86)

9
Mengucapkan salam tidak hanya disunnahkan dikala berjumpa dengan orang yang
dikenal sahaja, tetapi juga ketika berjumpa dengan orang yang tidak diketahui,orang
yang di dalam kenderaan terhadap yang berjalankaki, orang yang berlangsung terhadap
yang duduk, kalangan yang sedikit terhadap yang ramai.
Bagi urusan menjawab salam bagi orang bukan Islam, para ulama berpakat bahawa
menjawab salam Ahli Kitab dengan lafaz “wa’alikum”, jika sekiranya Ahli Kitab
tersebut memberi salam “al-samu’alaikum” atau ragu dengan apa yang beliau katakan.
Manakala Ibnu Hajar menyatakan bahawa menjawab salam dzimmi adalah fardhu
kerana ayat menjawab salam itu berisi perintah menjawab salam secara umum.
Manakala tentang lafaz “assalamu’alaikum”, Ibn Qayyim berkata “menurut dalil-dalil
dan kaidah-kaidah syariat, jawaban kepadanya adalah “wa ‘alaika al-salam” kerana ia
termasuk perilaku yang adil dan Allah juga menyuruh tindakan yang baik.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut mampu disimpulkan sebenarnya:


1. Larangan berduaan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram dan belum
resmi menikah.
2. Larangan bepergian kecuali dengan mahramnya.
3. Kemudian larangan duduk di pinggir jalan, disini Rasulullah saw membolehkan dengan
syarat mesti memenuhi hak jalan antara lain:
a. Menjaga pandangan mata
b. Menjawab salam
c. Memerintahkan kepada kebaikan dan melarang terhadap kemungkaran
4. Salam, ialah salah satu identitas seorang muslim untuk saling mendoakan antar sesama
muslim setiap kali berjumpa.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik di segi pembahasannya maupun susunan makalahnya, oleh karena itu
penulis menyarankan kepada pembaca agar sudi kiranya memberikan kritikan dan saran
yang membangun demi sempurnanya makalah ini di masa yang akan datang.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an, (Bandung: PT.
Mizan Pustaka, 2007)

Nashiruddin Al-Albani Muhammad. Shahih sunan ibnu majah, Jakarta, Ebook C reator, 2008 hal.
1991 no. 2467

Nashiruddin Al-Albani Muhammad. Shahih sunan ibnu majah, Jakarta, Ebook C reator, 2008 hal.
1425 no. 20

12

Anda mungkin juga menyukai