Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AKHLAK TERHADAP MUSLIM DAN NON MUSLIM


MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS-1

Dosen Pengampu :
Drs. Mujahid, M.Ag

Disusun Oleh :
Muhammad Rhafi’I Hamdani 20311428
No. Urut (55)

PROGAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia sangatlah penting, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat. Maju atau mundurnya suatu bangsa tergantung
bagaimana akhlaknya. Jika akhlaknya baik, maka baik pula batinnya, sehingga dapat
mewujudkan kehidupan yang baik pula. Namun, jika akhlaknya buruk, maka buruk pula
batinnya, sehingga dapat menghancurkan tatanan kehidupan bangsa.
Didalam kehidupan suatu bangsa terdapat perbedaan yang beraneka ragam, baik dalam
hal agama, bahasa, budaya, adat istiadat, suku, ras, dan sebagainya. Salah satu dari perbedaan
yang mencolok itu adalah agama. Dalam hal ini diperlukan aturan-aturan untuk mengatur
kehidupan tiap umat beragama dalam menjalankan kehidupan.
Islam sebagai agama yang paripurna telah memiliki aturan tersendiri untuk mengtur
umatnya dalam hal berhubungan, baik dengan sesama muslim maupun dengan umat lainnya.
Oleh karena itu makalah ini akan saya jelaskan mengenai akhlak kepada sesama muslim dan
non muslim.
Islam tidak membatasi kehidupan sosial pemeluknya untuk berinteraksi dengan orang
yang berbeda agama. Islam mempersilakan pemeluknya untuk berinteraksi dengan pemeluk
agama lain pada masalah-masalah yang bersifat umum, seperti soal ekonomi, masalah sosial,
dan termasuk masalah lingkungan. Buku-buku agama menyebut interaksi umat Islam dan
non-Muslim dengan istilah muamalah. Islam tidak melarang muamalah sesama Muslim dan
non-Muslim.
B. Rumusan Masalah

 Apa definisi akhlak ?


 Bagaimana akhlak terhadap sesama muslim
 Bagaimana sikap seorang muslim kepada non muslim ?

C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Akhlak Muslim dan Non Muslim dan juga Mengedukasi
kepada pembaca secara spesifik dan mendalam. juga memberikan informasi mengenai
manfaat mengetahui Akhlak Muslim dan Non Muslim pada saat ini.
BAB II
Pembahasan
I. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab dari “khuluqun” yang menurut lughat diartikan: budi
pekerti, perangai,tingkah laku atau tabiat.
secara istilah, akhlak adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan Tindakan manusia di
muka bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran Islam, dengan alQur‟an dan Sunnah
Rasul sebagai sumber nilainya serta ijtihad sebagai metode berfikir Islami. Pola sikap dan
tindakan yang dimaksud mencakup pola-pola hubungan dengan Allah, sesama manusia
(termasuk dirinya sendiri), dan dengan alam.
Adapun secara terminologi yang dikemukakan oleh ulama akhlak adalah sebagai berikut:
“Akhlak ialah Munculnya perbuatan manusia atas dasar cahaya batasan manusia untuk munculnya
suatu perkara yang baik dan buruk”

Pengertian Akhlak Definisi Menurut Para Ahli Selain definisi diatas ada ulama’ lain yang
berpendapat bahwa :
 Ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
 Ilmu akhlak adalah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan
buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan tujuan mereka
yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka. (Hamzah Ya’qub, Etika Islam
Pembinaan Akhlaqulkarimah Suatu Pengantar, Bandung, CV. Diponegoro, 1991, hlm.
12.)
Imam Al-Ghazali mendefinisikan,
Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu
perbuatan yang gampang dilakukan, tanpa melalui maksud untuk memikirkan (lebih lama).
Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang terpuji menurut ketentuan akal dan
norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tetapi manakala ia melahirkan tindakan yang
jahat, maka dinamakan akhlak yang buruk.
Al-Qurthuby menekankan bahwa akhlak itu merupakan bagian dari kejadian manusia. Oleh
karena itu, kata al-khuluk tidak dapat dipisahkan pengertiannya dengan kata al-khiiqah, yaitu
fitrah yang dapat mempengaruhi perbuatan setiap manusia.
Imam Al-Ghazaly menekankan, bahwa Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa
manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan
dan norma agama.
Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy, Ibnu Maskawaih dan Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
menekankan, bahwa Akhlak adalah keadaan jiwa yang selalu menimbulkan perbuatan yang
gampang dilakukan. Meskipun ketiganya menekankan keadaan jiwa sebagai sumber
timbulnya akhlak, namun dari sisi lain mereka berbeda pendapat, yaitu:
1. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy menekankan hanya perbuatan baik saja yang
disebutnya akhlak;
2. Ibnu Maskawaih menekankan seluruh perbuatan manusia yang disebutnya akhlak;
3. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy menjelaskan perbuatan baik dan buruk yang disebutnya
akhlak.
Jadi Ilmu Akhlak merupakan ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan
tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin.
Dengan lain perkataan, ilmu akhlak adalah,
1. Menjelaskan arti baik dan buruk.
2. Menerangkan apa yang seharusnya dilakukan.
3. Menunjukkan jalan untuk melakukan perbuatan.
4. Menyatakan tujuan di dalam perbuatan. (Barmawie Umary,
Materi akhlak, Solo: Ramadhani, 1993, hlm. 1.)

II. Akhlak Terhadap Sesama Muslim


Mengenai hubungan dengan sesama muslim, maka tidak terlepas dengan tetangga, famili
atau kerabat, teman, rekan kerja maupun masyarakat muslim. Kewajiban seorang muslim
terhadap muslim lainnya ada 6, sebagaimana yang diterangkan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Abu Hurairah, yang artinya : “ Rasulullah bersabda:
kewajiban seorang terhadap muslim ada 6. Sahabat bertanya “ apakah itu, wahai Rasulullah?
Rasulullah bersabda : “ Apabila engkau berjumpa dengannya ; apabila ia mengundang
engkau, hendaklah engkau menepatinya; apabila ia meminta nasihat kepada engkau engkau
menasehatinya; apabila ia bersin kemudian ia mengucapkan hamdallah hendaklah engkau
ucapkan tasymith ( yarhamukallah / yarhamukillah ); apabila ia sakit hendaklah engkau
menjenguknya; dan apabila ia meninggal dunia hendaklah melayatnya dan mengantarkan
kepemakamannya.
Dari arti hadits diatas, dapat disimpulkan dengan jelas bahwa 6 kewajiban muslim
kepada muslim lainnya yaitu:

1. Mengucapkan salam ketika berjumpa.


Mengucapkan salam. Hukumnya adalah sunah muakad. Sebab salam merupakan sebab-sebab
pemersatu orang Islam dan sebab timbulnya rasa cinta kasih sesamanya. Disunnahkan anak
kecil memberikan salam kepada orang dewasa(tua), orang yang sedikit memberi salam
kepada orang yang berjumlah lebih banyak dan orang yang mengendarai kendaraan memberi
salam kepada orang yang berjalan.

2. Memenuhi undangannya.
Apabila kamu diundang, maka hadirilah undangan itu. Artinya apabila kita diundang ke
rumah orang yang mengundang kita maka datangilah. Karena mendatangi undangan tersebut
hukumnya sunnah muakkad. Sebab hal tersebut dapat menjadikan pihak yang mengundang
akan merasa senang dan mendatangkan rasa cinta kasih dan rasa persatuan diantara mereka.

3. Menasehati jika diminta.


Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada hamba-hambanya yang beriman saling
nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati dalam bersabar satu
sama lainnya, sebagaimana yang ditegaskan dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. AlAshr : 2-3)
Sebagai seorang muslim, maka ia mendapatkan tugas kewajiban untuk memberikan nasihat
kepada sesama muslim lainnya, demikian pula sebaliknya. Dimana nasihat tersebut
merupakan kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar. Setiap muslim yang merasa memiliki
persaudaraan dengan muslim lainnya tentunya mempunyai tanggung jawab untuk tidak
membiarkan saudaranya berada dalam kemunkaran. Setiap muslim mempunyai tanggung
jawab kepada saudara lainnya untuk melakukan perbuatan yang ma’ruf dengan mengajak
mereka mengerjakan hal-hal yang baik dan positif. Sehingga dengan ajakan dan nasihat
tersebut terjauhilah perkara-perkara yang munkar, dan niscaya kemaslahatan dunia dan
akhiratlah yang akan mereka peroleh.

4. Mengucapkan Tasymith jika ia bersin, ketika ia mengucapkan hamdallah.


Bagi orang muslim yang mendengar saudara muslimnya bersin dan mengucapkan
Alhamdulillah, maka disyariatkan baginya untuk mengucapkan tasymit kepadanya.
Bertasymit kepada orang yang bersin adalah dengan mengucapkan kepada orang yang bersin,
"Yarhamukallah". (Lihat Syarh Nawawi 'Ala Muslim, hadits no. 3848). Dan maksud utama
dari kalimat tasymit adalah mendoakan kebaikan untuk orang yang bersin dan dia memuji
Allah. Jika tidak memuji Allah maka tidak dibacakan tasymit kepadanya.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
"Apabila salah seorang kamu bersin, hendaknya ia mengucapkan: Al-Hamdulillah. Dan
hendaknya saudaranya atau sahabatnya mengucapkan kepadanya: Yarhamukallah.
Maka apabila ia mengucapkan yarhamukallah kepadanya, hendaknya ia mengucapkan:
Yahdikumullah wa Yuslihu Baalakum. (HR. al-Bukhari no. 5756).

5. Menjenguknya bila ia sakit.


Hukum menjenguk orang sakit adalah fardhu kifayah. Artinya, bila ada sebagian orang yang
melakukannya maka gugur kewajiban dari yang lain. Bila tidak ada seorang pun yang
melakukannya, maka wajib bagi orang yang mengetahui keberadaan si sakit untuk
menjenguknya.
Kemudian yang perlu diketahui, orang sakit yang dituntunkan untuk dijenguk adalah yang
terbaring di rumahnya (atau di rumah sakit) dan tidak keluar darinya. Adapun orang yang
menderita sakit yang ringan, yang tidak menghalanginya untuk keluar dari rumah dan bergaul
dengan orang-orang, maka tidak perlu dijenguk. Namun bagi orang yang mengetahui
sakitnya hendaknya menanyakan keadaannya. Demikian penjelasan Syaikh yang mulia
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin t dalam kitabnya Syarhu Riyadhish Shalihin (3/55).
Keutamaan yang besar dijanjikan bagi seorang muslim yang menjenguk saudaranya yang
sakit seperti ditunjukkan dalam hadits-hadits berikut ini:
Tsauban z mengabarkan dari Nabi n, sabda beliau:
“Sesungguhnya seorang muslim bila menjenguk saudaranya sesama muslim maka ia terus menerus
berada di khurfatil jannah hingga ia pulang (kembali).” (HR. Muslim no. 6498)

6. Melayat dan mengantarkan jenazahnya sampai kepemakaman jika ia meninggal


dunia.
Melayat ahli mayat (keluarga mayat) itu sunat dalam tiga hari sesudah ia meninggal dunia,
yang lebih ialah sebelum dikuburkan. Yang dimaksud dalam melayat itu ialah untuk
menganjurkan ahli mayat (keluarga mayat) supaya sabar, jangan berkeluh-kesah, mendo’akan
mayat supaya mendapat ampunan, dan juga supaya malapetaka itu berganti dengan kebaikan.
Sabda Rasulullah Saw:
Dari Usamah, Ia berkata, “Seorang anak perempuan Rasulullah Saw. telah memanggil beliau
serta memberitahukan bahwa anaknya dalam keadaan hamper mati, Rasulullah Saw. berkata
kepada utusan itu, ‘kembalilah engkau kepadanya, dan katakana bahwa segala yang diambil
dan yang diberikan – bahkan apa pun – kepunyaan Allah. Dialah yang menentukan ajalnya,
maka surulah ia sabar serta tunduk kepada perintah’.”(HR. Bukhari dan Mushlim).
Akhlak terpuji seorang muslim terhadap saudaranya sesama muslim lainnya meliputi :
 Mencintai saudaranya sesama muslim
 Mencintai karena Allah
 Tolong menolong
 Membantu Saudara Yang Kesulitan
 Menutupi a’ib saudaranya sesama muslim
 Saling menyanyangi satu sama lainnya.
 Mendoakan kebaikan
 Saling Berjabatan Tangan Ketika Bertemu
 Ramah tamah dan rendah hati
 Mendahulukan Kepentingan Saudaranya daripada Kepentingan Sendiri
 Berprasangka baik
III. Akhlak Terhadap Non Muslim
Allah Ta'ala memerintahkan Nabi untuk memberikan perlindungan kepada orang kafir
yang meminta perlindungan kepada beliau.
"Dan jika seorang diantara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ketempat yang
aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui." (QS: At-Taubah [9]:
6).
Memaparkan ayat tersebut Ibn Katsir menulis bahwa ayat tersebut menjadi acuan Nabi dalam
memperlakukan orang kafir atau musyrik yang ingin mendapatkan perlindungan, entah
statusnya sebagai orang yang ingin bertanya ataupun sebagai utusan dari orang-orang kafir.
Hal itulah yang dilakukan serombongan kafir Quraisy yang terdiri dari 'Urwah bin Mas'ud,
Mukriz bin Hafsh, Suhail bin 'Amr dan lain-lain. Satu persatu dari orang orang musyrik itu
menghadap Nabi kemudian memaparkan permasalahannya, sehingga mereka mengetahui
bagaimana kaum Muslimin mengagungkan Nabi.
"Sebuah pemandangan mengagumkan yang tidak mereka jumpai pada diri raja raja di masa itu.
Mereka pulang kepada kaumnya dengan membawa berita tersebut. Peristiwa ini dan peristiwa
semisalnya merupakan faktor terbesar masuknya sebagian besar mereka ke dalam agama Islam,"
tulis Ibn Katsir.
Dan, seperti terdorongnya orang kafir masuk Islam tersebut, begitulah yang terjadi pada
kategori pertama dan kedua dalam bahasan akhlak Nabi terhadap orang kafir. Akhlak Nabi
adalah dakwah sejati, yang penerapannya bisa menggugah hati mendapat hidayah Ilahi.
Nabi bersabda, "Tiada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (amal) seorang mukmin pada hari
Kiamat melebihi akhlak baik. Sesungguhnya, Allah membenci perkataan keji lagi jorok." (HR.
Tirmidzi).
Adapun menurut ibnu arabi "berhati-hatilah engkau jangan sampai berdebat dalam suatu
perkara agama, sebab engkau tidak luput dari salah satu antara engkau benar atau salah".
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam agama islam di wajibkan untuk berbuata baik kepada sesama muslim Islam
sebagai agama yang paling sempurna dan agama kasih sayang mengutamakan hubungan
persaudaraan sesama muslim diantara sesama pemeluknya . Sehubungan dengan itu Islam
mensyari’atkan bagaimana seharusnya sikap dan akhlak seseorang muslim terhadap
saudaranya sesama muslim yang lain, agar terbina hubungan harmonis dan saling menghargai
satu sama lain, saling kasih mengasihi dan saling tolong menolong dan saling cinta mencintai
karena Allah. Muslim sejak generasi awal hingga hari ini bersepakat bahwa umat Islam dan
non-Muslim memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam masalah kewarganegaraan.
Adapun dalam masalah agama dan keyakinan yang lainnya, Islam membiarkan
mereka menjalankan dan meyakini ajaran agamanya masing-masing. Nabi Muhammad SAW
berpesan sekali terkait hak-hak non-Muslim. Banyak hadits Rasulullah SAW menerangkan
ancaman terhadap umat Islam yang menyakiti atau menzalimi hak-hak non-Muslim
sebagaimana hadits riwayat At-Thabrani, Al-Khatib, dan Abu Dawud.
Mengutip sebuah dari hadits riwayat At-Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, Al-Hakim,
At-Thabarani, Ibnu Hibban, Al-Bazzar, Abu Ya’la, dan Al-Askari yang menyebutkan sabda
Rasulullah SAW, "Orang beriman adalah orang baik yang mana keselamatan jiwa dan harta
banyak orang terjaga dari kejahatannya."
DAFTAR PUSTAKA

http://sancanation.blogspot.com/2011/01/akhlak-pada-sesama-muslim-dan-non.html
https://islam.nu.or.id/tasawuf-dan-akhlak/akhlak-kepada-non-muslim-Uittm
http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-akhlak-kepada-
sesama-muslim.html
https://mtsnpedan.sch.id/akhkaq-rasulullah-terhadap-non-muslim-dan-musuh/
https://news.detik.com/berita/d-5199868/etika-terhadap-non-muslim

Anda mungkin juga menyukai