Anda di halaman 1dari 12

DIALETIKA DAN PRINSIP PERKEMBANGAN DALAM PERTENTANGAN

Ramadhian Syafitri 22130400183, Asyura Oktivani 2213040049, Zahratul Jannah


2213040047, Zulkhair Arbeni 2213040042

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH C

ABSTRAK

Dialektika adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan metode


argumen filosofis yang melibatkan semacam proses yang bertentangan antara pihak
yang berlawanan. Tulisan ini mengulas tentang dealetika dan prinsip perkembangan
dalam pertentangan. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalak tulisan ini menganalis
tentang dealetika dan perkembangan dalam pertentangan, apa saja prinsip yang
terdapat dalam sebuah pertentangan. Metode yang digunakan penulisan ini
menggunakan kualitatif deskriptif dengan pengumpulan kepustakaan. Adapun hasil
dari tulisan ini adalah tersedianya uraian tentang dealetika dan prinsip
perkembanangan dalam pertentangan. Implikasi untuk menambah wawasan mengenai
dealetika dan juga prnsip perkembangan dalam pertentangan yang diterapkan dalam
kehidupan umat Islam.

Kata kunci: Argumen, Pemikiran, Logika, Sejarah, Masyarakat, Filosofis


PENDAHULUAN

Dialektika dan prinsip perkembangan dalam pertentangan adalah konsep yang


penting dalam memahami bagaimana konflik dan pertentangan dapat menjadi bagian
alami dari proses perkembangan. Dalam materi ini, kita akan membahas bagaimana
pemahaman akan konsep ini dapat membantu kita untuk mengatasi konflik dan
menciptakan solusi yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan.

Kita akan melihat bagaimana memperlakukan pertentangan sebagai bagian


alami dari proses perkembangan dapat mengubah cara pandang kita terhadap konflik.
Selain itu, kita juga akan membahas bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat
membantu kita untuk menciptakan perubahan yang positif dalam berbagai aspek
kehidupan.

Dengan memahami konsep dialektika dan prinsip perkembangan dalam


pertentangan, kita dapat menjadi lebih terbuka terhadap perbedaan dan lebih mampu
untuk menciptakan perubahan yang positif. Oleh karena itu, materi ini akan
membantu kita untuk memahami pentingnya konsep ini dalam menciptakan
perubahan yang positif dalam kehidupan kita.
PEMBAHASAN

Dialektika adalah ilmu pengetahuan tentang hukum yang paling umum yang
mengatur perkembangan alam, masyarakat dan pemikiran. Menurut Aristoteles,
dialektika adalah menyelidiki argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari
hipotesa atau putusan yang tidak pasti kebenarannya."

Masyarakat hukum adat adalah

1. Sekumpulan warga memiliki kesamaan leluhur (genologis)

2. Tinggal di suatu tempat (geografis)

3. Memiliki kesamaan tujuan hidup untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai


dan norma norma

4 .Diberlakukan sistem hukum adat yang dipatuhi dan mengikat

5. Dipimpin oleh kepala-kepala adat

6. Tersedianya tempat di mana administrasi kekuasaan daapat dikoordinasikan

7. Tersedia lembaga-lembaga penyelesaian sengketa baik antara masyarakat hukum


adat sesama suku maupun sesama suku berbeda kewarganegaraan. Masyarakat
Hukum Adat, sekelompok orang yang terkait oleh tatanan hukum adatnya sebagai
warga bersama suatu persekutuan hukum karena kesamaan tempat tinggal ataupun
atas dasar keturunan.

Hukum adat adalah dimana suatu masyarakat minangkabau yang tergabung


kedalam masyarakat hukum adat adalah orang-orang yang terkait oleh suatu hukum
adatnya, karena mereka memiliki daerah keturunannya..

Pada umumnya, di dalam sistem hukum Indonesia tradisional terdapat hukum


yang tidak tertulis serta hukum yang tidak dikodifikasikan di dalam suatu kitab
undang-undang. Hukum yang tidak tertulis itu dinamakan dengan hukum adat, yang
merupakan sinonim dari pengertian hukum kebiasaan.

A. Filosofi Hidup

1. Duduak Marauik Ranjau Tagak Maninjau Jarak

Bagaimana proactive-nya masyarakat Minang seperti anjuran ungkapan


diatas. Proaktif tidak saja digambarkan untuk perencanaan, kerja sama saja, tetapi
lebih menyeluruh pada pengaturan waktu. Tidak ada waktu yang terbuang percuma.
Waktu duduk/istirahat digunakan untuk mencari solusi hal- hal yang pelik, waktu
berdiri sebelum berjalan digunakan membuat perencanaan (planning) yang matang ke
depan sebelum memulai pekerjaan.

2. Walau kaie nan dibantuak ikan dilauik nan diadang

Dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan masyarakat dituntut mengetahui lebih


dulu apa tujuan pekerjaan tersebut dilakukan. Tidak saja harus mempunyai
visi/pandangan yang jelas tentang pekerjaan tersebut, tetapi juga dibayangkan proses
pekerjaan yang dilakukan dan apa hasil yang akan diperoleh.

3. Mangaji dari alif, babilang dari aso

Dalam melakukan prioritas melakukan sesuatu dalam masyarakat Minang


telah ada aturannya mana yang harus didahulukan. Makna mengaji dari alif dan
babilang dari aso mempunyai arti yang lebih lengkap. Apa saja aktifitas yang kita
lakukan, apakah aktifitas yang kita lakukan, apakah aktifitas yang menyangkut
organisasi, pribadi, ada urutan prioritasnya. Tidak saja menganalisa pekerjaan
duniawi, tetapi juga untuk urusan akhirat."
4. Lamak dek awak katuju dek urang

Lamak dek awak katuju dek urang tidak saja memberikan pengertian menang-
menang saja tetapi lebih dari itu yaitu suatu kemenangan yang enak, proses
pencapaian kemenangan tersebut sampai hasil yang dicapai enak bagi siapa saja.
Ungkapan ini memberikan pengertian yang mendalam, yaitu dapat memberikan
kesejahteraan semua pihak lahir-bathin.

5. Iyoan nan dek urang, baru laluan nan dek awak

Banyak orang Minang salah mengartikan ungkapan ini dengan memberi


pengertian ungkapan ini sebagai suatu sikap keras kepala, licik, dan lain-lain. Karena
ungkapan ini dipelesetkan menjadi lyoan nan dek urang laluan nan dek awak, tanpa
kata sambung: baru. Iyoan nan dek urang baru laluan nan dek awak, mempunyai
pengertian yang indah sekali."

6. Ka mudiak sa antak galah, ka hilia sarangkuah dayuang. Sasuai lahie jo bathin,


sasuai muluik jo hati

Menggambarkan suatu kerja sama yang mendahulukan mengerjakan


pekerjaan yang berat dahulu (ka mudiak), kemudian baru menyelesaikan yang ringan-
ringan (ka hilia).

7. Pasa jalan dek batampuah lanca kaji dek baulang

Ini adalah falsafah urang Minang tentang perlunya mempertajam dan


mempermahir kaeilmuan. Pada ungkapan ini tidak saja tergambar ilmu untuk jalan
dunia saja, tetapo juga bekal untuk di akhirat. Sesuai dengan falsafah adat Adat
basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
B. Pola dan Cara Berpikir

1. Landasan Berfikir

Pada dasarnya semua ketentuan adat Minangkabau yang terhimpun dalam


petatah-petitih adalah rasional atau masuk akal, karena itu hal-hal yang irrasional
seperti ilmu klinik, mistik, takhayul kurang berkembang di Minangkabau.

Dari pada membicarakan tuyul, kuntilanak, gunung kawi, dan


semacam itu orang minang lebih suka jual-kamper, bersorak-sorak di kaki
lima dan perbuatan nyata yang lain daan bahkan berkenalan dan merantau
untuk merubah nasib diri.

Landasan berfikir orang minang tercakup dalam Petatah adat yang berbunyi

Rumah basandi batu

Adat basandi Alue Patuik

Mamakai Anggo jo Tanggo

Sarato raso jo Pareso

Artinya:

Rumah bersendi batu

Adat bersendi jalan yang benar dan pantas

Memakai aturan yang wajib diturut

Serta budi pekerti dan kecermatan


2. Alue Patuik

Alue artinya alur atau jalur yang benar, sedangkan patuik artinya
pantas/sesuai/masuk akal. Alue patuik artinya orang Minang harus meletakkan
sesuatu pada tempatnya. Tujuan utamaanya adalah untuk menciptakan keadilan
dalam masyarakat dan sekaligus menghindari sengketa antara anggota masyarakat.
Dengan cara ini tercapainya kehidupan yang rukun, aman, dan damai. Sebaliknya,
bila prinsip ini tidak di amalkan didalam kehidupan sehari- hari, maka dapat
dipastikan segera datangnya malapetaka dalam bentuk percekcokan, kerusuhan dan
huruhara. Pepatah adat menyebutkan sebagai berikut:

Urang makah mambao Taraju Urang Baghdad mambao Talua

Talua dimakan bulan puaso

Rumah gadang basandi batu

Adat basan alue

Alua itu kaganti rajo

Pepatah ini menyatakan bahwa salah satu sendi atau landasan pokok
dari Adat Minang adalah prinsip "alue dan patuik" itu. Selanjutnya adat juga
menentukan:

Manarah manuruik alue

Nan baukue nan di karek Nan babarih nan dipahek

Pepatah ini menuntut kita untuk selalu berbuat sesuai dengan aturan- aturan
yang sudaah disepakati, atau melakukan sesuatu sesuai yang telah direncanakan
sebelumnya. Dengan istilah manajemen prinsip ini kiranya dapat diterjemahkan
bahwa segala sesuatu yang akan dilakukan haruslah mempunyai suatu rencana yang
sudah matang. Pelaksanaannya harus sesuai dengan rencana yang sudah ada itu.
Bukue dan babarih kiranya dapat diterjemahkan dengan istilah Rencana atau
Planning.

Berpijak dari falsafah alam ini masyarakat Minangkabau dapat mengambil


pelajaran bahwa setiap individu dalam masyarakat sama pentingnya walaupun
kemampuan dan peranan mereka berbeda-beda. Seperti kata pepatah: Yang buto
mahambuih langsuang, yang pakak malaapeh badie, yang lumpuah pahuni rumah,
yang kuek mambaok baban, yang kayo tampek batenggang, yang adie disuruah-
suruah, yang cadiak lawan barundiang,

3. Anggo-Tanggo

Anggo artinya anggaran seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


Tangga. Anggo tanggo artinya peraturan atau segala yang ditentukan dan harus
diturut. Limbago nan sapuluah juga disebut dengan Anggo tanggo. Jadi anggo tanggo
artinya mengerjana sesuatu harus sesuai dengan aturann pokok dan aturan rumah
tangga adat. Tujuannya adalah untuk menciptakan disiplin dan ketertiban dalam
lingkungan kekerabatan di lingkungan masyarakat dan dalam mengatur nagari.
Anggo tanggo dihimpun dalam apa yang menurut adat disebut Limbago

nan sapuluah, yang menjadi dasar dari Hukum Adat Minangkabau.

Limbago nan sapuluah terdiri atas: Cupak nan duo (Cupak asli dan cupak buatan),
Undang nan ampek (Undang-undang Luhak rantau, Undang- undang Pambantuakkan
Nagari, Undang-undang dalam nagari, Undang- undang nan 20). Kato nan Ampek
(Kato pusako, kato dulu, kato buatan, kato kamudian).

4. Raso Jo Pareso

Raso jo pareso artinya membiasakan mempertajam rasa kemanusiaan atau hati


nurani yang luhur dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengahadapi setiap masalah
mebiasakan diri melakukan penelitian yang cermat untuk mendapatkan kebenaran
yang hakiki dan tidak tergesa-gesa dalam bertindak. Jadi, yang dimaksud raso dalam
adat ini adalah budi baik seperti kata pantun petatah sebagai berikut:

Nan kuriak iolah kundi

Nan merah iloah sago

Nan baiak iolah budi

Nan indah iolah baso

Alua jo patuik Anggo jo Tanggo Raso jo Pareso dalam adat sering disebut dengan
istilah "Tungku nan Tigo Sajarangan"1"

C. Alam Takambang Jadi Guru

Filosofi Alam Takambang Jadi Guru berasal dari kebudayaan Minangkabau,


Sumatera Barat. Filosofi ini bermakna bahwa salah satu sumber pendidikan dalam
hidup manusia adalah berasal dari fenomena-fenomena alam semesta, karena alam itu
bersifat dinamis, tidak statis, sehingga selalu ada kemungkinan untuk terjadi
perubahan. Filosofi ini merupakan salah satu kearifan lokal terkait pengelolaan
lingkungan hidup yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Falsafah hidup yang menyatakan bahwa segala ciptaan tuhan beserta sifatnya
dapat dijadikan guru atau sumber pandangan hidup. Alam Takambang jadi guru ialah
salah satu konsep kemanusiaan yang egaliter dalam sistem kodrat alam yang
dikotomis menurut alurnya yang harmonis. Alam ditengah-tengah manusia berada ini
telah diciptakan oleh yang maha kuasa dengan faedah-faedah kekuatan yang
terkandung didalamnya.

Satinggi-tinggi malintang

Mambumbunag ka awang-awang
Suriknyo ka tanah juo

Sahabiah dahan dengan rantiang

Dikubak dikulik batang

Tareh pangubua barunyo nyato

Demikian sebuah rangkaian pepatah adat Minangkabau yang mengandung arti


bahwa adat Minangkabau dengan segala persolannya, tidaklah dapat dipahami
apalagi dihayati serta dimanfaatkan, terutama oleh masyarakat Minangkabau sendiri,
kalau hanya sekedar mengetahui arti petatah-petitih, gurindam, mamang, bidal secara
lahir tanpa mendalami arti yang tersirat yang dikandung oleh petatah-petitih tersebut.
KESIMPULAN

Dialektika adalah sebuah ilmu hukum yang mengatur beberapa aspek dalam
kehidupan. Dialektika digunakan untuk memecahkan suatu masalah dalam
kehidupan. Dialektika dan logika dalam masyarakat saling berkaitan dimana
keduanya saling ketergantungan dan sulit untuk dipisahkan.Logika sendiri dalam
masyarakat Minangkabau dilandasi dari berbagai aspek, yaitu:

Alue patuik (logika), yaitu suatu jalan yang benar. Artinya, orang
Minangkabau mampu meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Anggo tanggo, yaitu dimana didalam masyarakat Minangkabau suatu


peraturan yang harus ditaati oleh semua orang. Anggo tanggo juga terhimpun dari
limbago nan sapuluah, yaitu cupak nan duo: cupak asli (suatu takaran untuk
memutuskan hukum). cupak buatan (hanya sebuah hukum pelengkap).

SLogika di dalam masyarakat minang lebih condong menggunakan akal


pikiran, dan mempunyai segala sesuatu yang masuk akal. Masyarakat Minangkabau
juga sangat mampu dari suatu kedaan yang menyulitkannya dengan berfikir secara
rasional.
DAFTAR PUSTAKA

Cecep Sumama, Filsafat mu. 2006. h. 132

Jawahir Thontowi Pengaturan Masyarakat Hukum Adat dan Implementasi


Perlindungan Hak hak

Tradisionalnya, Jurnal Online

Soekanto, Soerjono. Kedudukan dan Peranan Adat di indonesia. 1982. h. 10Amir,


Adat Minangkabau

Pola dan Tujuan Hidup Orang Minang, 1997. h. 76Amir, Op. Cit,h, 78

Amir, ibid, h. 84

Zulfahmi, kiam dun Budaya Mimangkishou 2017. h. 15Sjafnir Dr. Kando Marajo,
Ninh Pinang Adat

Minangkabas. 2006. hal. 27

Zulfahmi, Islam dan Budaya Minangkabau. 2017. h. 15

Anda mungkin juga menyukai