Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

dosen pengampu: Fatimatuz Zahra, M.H.I

Kelompok 8:

1. Rofi’ud Akbar Rahmalika (22303001)


2. Putri Nabila (22303018)
3. April Al Muttaqin (22303021)

FAKULTAS SYARIAH
HUKUM TATA NEGARA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat


rahmat dan karunia, makalah yang berjudul: “Pancasila sebagai Sistem Etika”,
dapat terselesaikan dengan cepat. “Pancasila sebagai sistem etika ” sangat
diperlukan dalam kehidupan bernegara karena pancasila adalah dasar negara atau
bisa disebut sebagai pandangan hidup warga negara Indonesia dalam kehidupan
sebagai warga negara. Sebagai generasi bangsa kita harus mengetahui apa itu
Pancasila sebagai sistem etika.

Tugas ini kami buat untuk memberikan ringkasan untuk keberadaan Pancasila
sebagai sistem etika. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini pasti ada
kurang dan lebihnya oleh sebab itu, kritik atau saran yang bersifat membangun
kami harapkan guna kesempurnaan makalah kami. Kami ucapkan terima kasih
pada dosen pengampu mata kuliah Pancasila. Kepada rekan-rekan yang sudah
membantu dalam pembuatan makalah ini, atas perhatian dan waktunya kurang
lebihnya mohon maaf kami sampaikan terimakasih.
DAFTRA ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTRA ISI................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4
A. Latar belakang...............................................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................5
A. Pengertian etika........................................................................................5
B. Etika pancasila...........................................................................................6
C. Pancasila sebagai solusi problem..............................................................7
BAB III PENUTUP....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................11
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian etika?


2. Apa itu etika panacasila?
3. Bagaimana pancasila sebagai solusi problem?

C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN

D. Pengertian etika

Etika adalah cabang dari filsafat, yang biasanya disebut dengan filsafat
moral. Dilihat dari etimologinya, kata "etika" berasal dari bahasa Yunani,
yakni ethos, yang artinya cukup banyak antara lain tempat tinggal, padang
rumput, kebiasaan adat, akhlak, watak dan perasaan serta cara berpikir.1

Kaelan menunjukkan bahwa etika berkaitan dengan pelbagai masa lah


nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah yang berkaitan
dengan susila, baik buruk, benar salah. Etika membicarakan sifat-sifa a yang
menyebakan orang dapat disebut memiliki kualitas susila, baik, dan benar.
Kualitas-kualitas ini mewujudkan kualitas inti pribadi, yang menurut Khaelan
dinamakan kebajikan. Kebajikan dilawankan dengan kejahatan.2

1
Bdk. Bruce Weinstein, (2011), Ethical Intelligence: Five Principles for Untangling Your
Toughest Problems at Works and Beyond, Novato, California, 49-55.
2
Bdk. Kaelan H., (2002), Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 25.
Dalam berbagai literatur, etika memang lebih banyak bersangkut paut
dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran yang berhubungan dengan
bagaimana orang harus hidup dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi.
Prinsip-prinsip itu bersumber pada nilai-nilai yang melekat dalam diri setiap
pribadi, yang oleh Franz Magnis Suseno menyebutnya suara hati. Prinsip-
prinsip itu pula mengungkapkan pemanfaatan kesadaran diri sebagai makhluk
yang otonom dan bebas serta bertanggung jawab terhadap tindakan.

Mengutip Kamus Bahasa Indonesia, K Bertens menunjukkan tiga arti etika


yang biasanya dipahami di Indonesia3. Ketiga arti itu adalah:

1. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam bertingkah laku,
2. Kumpulan asas atau nilai moral. Dalam hal ini arti etika sering
diidentikkan dengan "kode etik" seperti "kode etik rumah sakit", "etika
jurnalistik" dan masih banyak kode etik lainnya.
3. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk. Pengertian yang ketiga ini
sering disamakan dengan filsafat moral. Penekanannya bukan pada
sejumlah asas, melainkan pada kegiatan yang memiliki metode analitis,
refleksif serta sistematis dalam menanggapi berba gai persoalan hidup.
Disebutkan analitis, karena ilmu ini disertai dengan kajian-kajian.
Disebutkan refleksif, karena pengkajian itu menyertakan refleksi yakni
permenungan yang mendalam, semen tara sistematis menunjukkan bahwa
filsafat moral memiliki metode tersendiri dalam menjelaskan persoalan-
persoalan kehidupan.

Umumnya etika dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yakni etika 'umum
dan etika khusus. Etika umum membicarakan prinsip-prinsip atau norma-norma
moral yang berlaku secara umum seperti bagaimana kita bertindak berdasarkan
hati nurani, bagaimana menggunakan kebebasan secara bertanggung jawab serta
prinsip moral dasar yang dijadikan sebagai ukuran baik buruknya seseorang.

Sementara etika khusus mengulas prinsip-prinsip yang berlaku pada


bidang tertentu. Etika khusus dikelompokkan lagi dalam etika individual dan etika
3
Bdk. K. Bertens, (2000), Erika, Jakarta: Gramedia, 36.
sosial yang membicarakan berbagai persoalan sosial seperti keluarga (etika
keluarga), profesi (etika profesi), tatanan kehidupan politik (etika politik),
lingkungan (etika lingkungan).

E. Etika pancasila

Pancasila dan etika adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena
sama-sama mengajarkan tentang nilai-nilai yang mengandung kebaikan.Etika
Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada
nilai-nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan. Suatu perbuatan dikatakan
baik bukan hanya apabila tidak bertentanan dengan nilai-nilai Pancasila
tersebut, tetapi bagaimana meniggikan nilai-nilai yang ada menjadi suatu
hal yang lebih memberikan manfaat kepada yang lain.

Mengacu kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, maka


Pancasila dapat menjadi sistem etika yang sangat kuat, nilai-nilai yang ada
tidak hanya bersifat mendasar, namun juga realistis dan aplikatif. Nilai-nilai
Pancasila merupakan nilai-nilai ideal yang sudah ada dalam cit-cita bangsa
Indonesia yang harus diwujudkan dalam realitas kehidupan. Nilai-nilai
Pancasila apabila benar-benar dipahami, dihayati dan diamalkan, tentu
mampu menurunkan tingkat kejahatan dan pelanggaran dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.4

F. Pancasila sebagai solusi problem

A. Faktor penyebab problem bangsa


1. Kemiskinan
Hampir di setiap sudur ditemukan pemukiman kumuh. Ada sekitar
30juta rakyat indonesia yang hidup sangat miskin. Penyebab
kemiskinan tersebut adalah ledakan penduduk yang tidak disertai
dengan peningkatan kualitas penduduk tersebut.5
2. Korupsi

4
Sri rahayu amir, pancasila sebagai sistem etika, jurnal voice of midwifery, 08 (maret), 2018, 760
Negara kita pada dasarnya memiliki kekayaan atau dana yang
cukup untuk mensejahterkan rakyatnya namun dikarenakan negara ini
dikerumuni oleh para koruptor sehingga uang negara terbuang sia-sia
dan mengakibatkan kesengsaraan bagi rakyat. Kurangnya efek jera
menjadi penyebab utama korupsi ini.
3. Penegakan hukum yang rendah
Negara Indonesia adalah negara hukum, tapi kenapa hanya rakyat
kecil yang dihukum? Penyebabnya karena hukum di Indonesia masih
bisa dipermainkan. Orang kaya masih bisa terbebas dari jeratan
hukum. Jangan dulu melihat kasus-kasus hukum yang besar, kita
masih bisa melihat di sekitar kita. Terutama saat ditilang polisi. Apa
yang biasanya dilakukan? Tentu saja menyuap polisi tersebut kalau
terus saja dibiarkan begini hancurlah indonesia.

B. Solusi untuk mengatasi problem bangsa


1. Adil dalam membagi kekuasaan
Sesunguhnya politik bagi-bagi kekuasaan itu tidak ada. Ini sama
saja dengan kebiasaan bagi-bagi jatah sumber daya yang sudah ada.
2. Pemerataan pendapatan
Merupakan solusi jangka pendek atas situasi yang terjadi saat ini.
Jika perolehan uang tidak disetarakan maka masing-masing orang akan
berusaha lebih gesit untuk menerjang lalu mendahului sesamanya agar
bisa merebut lebih banyak uang dari tangan pelanggan. Lagi pula
pembagian keuangan yang tidak adil akan memicu ledakan pergerakan
masyarakat pada profesi tertentu dimana semuanya itu terjadi demi
hidup yang lebih kaya raya.
3. Pemerataan pendidikan
Perolehan pendidikan tidak hanya terpusat di kota kota melainkan
juga di daerah-daerah terpencil. Ini tidak hanya fokus pada sarana dan
prasarana yang tersedia melainkan lebih kepada kemampuan
intelektual dan emosional tenaga pengajar yang ada. Sehingga para
5
Susilawati N, pancasila sebagai solusi problem bangsa, jurnal ilmiah universitas jambi, 20 (juli),
2020, 627-628
guru tidak hanya mengajar dengan kata-katanya di depan kelas
melainkan juga menjadi contoh yang baik bagi para siswa-siswinya.
Pemerataan skill tenaga pengajar adalah jalan cepat demi kesetaraan
pendidikan di seluruh negeri.
4. Pemerataan kesehatan
Salah satu syarat pertama agar seseorang menjadi bahagia adalah
memiliki fisik yang sehat dan prima. Tanpa tubuh yang sehat maka
tidak ada pula hari-hari yang menyenangkan dengan aktivitas yang
padat bersama keluarga, sahabat, handai tolan, rekan kerja dan lain
sebagainya. Kesetaraan di bidang kesehatan dapat dicapai dengan
memberikan informasi yang benar tentang cara hidup sehat dan
panjang umur.
5. Pemerataan pekerjaan
Merupakan solusi jangka menengah demi kesetaraan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Setiap masyarakat yang berumur 25 tahun berhak
mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan bakat yang dimiliki.
Oleh karena itu, jika setiap orang bekerja sesuai bakatnya dalam
kreativitas berkelompok sehingga waktunya tidak habis terbuang
dalam hal yang sia-sia.
6. Pemerataan keamanan
Ketika semua orang sudah sejahtera, tidak ada lagi silat lidah dan
pasang badan untuk mengambil sesuatu dari orang lain secara tidak
sah, sebab semua sudah dapat jatah yang mensejahterakan. Orang-
orang yang telah sejahtera akan berpikir dua kali untuk meninggalkan
keadaan seperti itu hanya demi sesuap nasi atau sekedar cara anak
bersikap dengan sesamanya.
BAB III PENUTUP

G. Kesimpulan
1. Implementasi Pancasila sebagai sistem etika dapatterwujud apabila
pemerintah dan masyarakatdapat menerapkan nilai-nilai yang ada
dalam pancasila dengan mengedepankan prinsip keseimbangan
antara hak dan kewajiban.
2. Semua permasalahan di Indonesia adalah bentuk penyimpangan
dari setiap sila-sila Pancasila. Oleḥ karena itu cara untuk mengatasi
10 permasalahan tersebut hanyalah kembali kepada Pancasila.
Apabila Pancasila tidak hanya dijadikan dasar negara dan slogan
saat kita bicara melainkan menjadi sebuah pedoman dalam
kehidupan maka semua permasalahan diatas dapat diatasi bahkan
dapat dihindarkan dengan diiringi oleh doa serta izin dari sang
Pencipta.

H. Saran
Pancasila hendaknya menjadi dasar dan pedoman bagi Bangsa
Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku sehingga nantinya
akan terwujud masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan
negara itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Bdk. Bruce Weinstein, (2011), Ethical Intelligence: Five Principles for Untangling Your Toughest
Problems at Works and Beyond, Novato, California, 49-55.

Bdk. Kaelan H., (2002), Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 25.

Bdk. K. Bertens, (2000), Erika, Jakarta: Gramedia, 36.

Sri rahayu amir, pancasila sebagai sistem etika, jurnal voice of midwifery, 08 (maret), 2018, 760

Susilawati N, pancasila sebagai solusi problem bangsa, jurnal ilmiah universitas jambi, 20 (juli),
2020, 627-628

Anda mungkin juga menyukai