Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Falsafah hidup secara fundamental, dipahami sebagai nilai-nilai social

kultural yang dijadikan oleh masyarakat pendukungnya sebagai patron (pola)

dalam melakukan aktivitas keseharian. Demikian penting dan berharganya

nilai normative ini, sehingga tidak jarang la selalu melekat.

Kental pada setiap pendukungnya meski arus modernitas senantiasa

menerap dan menderanya. Bahkan dalam implementasinya, menjadi roh atau

spirit untuk menentukan pola piker dan menstimulasi tindakan manusia,

termasuk dalam memberi motivasi usaha.

B. Rumusan Masalah

Kecenderungan orang bugis merepleksikan petuah atau nasehat serta

wejangan para cerdik pandai sebelumnya,tidak lantas membuat mereka alergi

dengan perubahan seiring dengan perkembangan zaman sentuhan teknologi

modern telah mempengaruhi dan menyentuh masyarakat bugis. Namun

kebiasaan-kebiasaan yang merupakan tradisi turun temurun bahkan yang telah

menjadi adat masih sulit untuk dihilangkan, meskipuan tidak bisa dipungkiri

bahwa pengaruh budaya modern secara perlahan telah memberikan pengaruh.

C. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas,maka dapat ditarik suatu tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk memahami makna petuah bugis

1
2. Untuk memahami makna apa saja yang terkandung dalam petuah Asera

Temallaiseng.

3. Untuk memahami bagaimana landasan hidup dalam petuah bugis

Getteng, Lempuh, Ado Tongeng.

D. Manfaat Penulisan

Dengan adanya makalah ini kami berharap agar bukan hanya sekedar

penulisan yang hanya dapat dibaca akan tetapi lebih dari itu dengan

mempunyai manfaat bagi akademik dan non akademik. Adapun kegunaan

yang diharapkan dari makalah ini ada tiga hal yaitu:

1. Bagi penulis, makalah ini dapat mengasah kemampuan penyusun dalam

membuat suatu makalah dan melatih kami untuk membiasakan diri untuk

membaca. Selain itu melalui makalah ini kami lebih dapat mengetahui

makna petuah bugis dan keterkaitannya dengan kenyataan sekarang.

2. Secara teoritas untuk mengetahui makna-makna dan pengertian petuah

bugis dan diharapkan dapat menambah ilmu tentang petuah ini.

3. Secara praktis, makalah ini berupaya memberikan ide-ide atau gagasan

bagi pembaca tentang petuah bugis

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Makna Petuah Bugis Dengan Kenyataan Sekarang

Paseng berisi pesan-pesan yang melingkupi masa yang lalu, masa

kekinian dan masa yang akan datang sedangkan pengaja muncul setelah

seseorang melanggar petuah atau melakukan perbuatan yang melanggar norma

yang berlaku.

Meski demikian, keduanya tidak bisa dipisahkan sehingga terangkum

menjadi satu kesatuan dalam petuah. Salah satu petuah bugis yang cukup

tersohur adalah Asera Temmalaiseng, yang memiliki arti Sembilan tak

terpisahkan, yaitu hindari dua, katakan satu, lakukan dua, ingat dua dan

lupakan dua.

B. Makna Dari Petuah Asera Temallaiseng

Ada beberapa makna untuk mengetahui dan memahami petuah asera

temmallaiseng, berikut penjelasan singkatnya.

1. Pertama hindarilah yang dua (anniriwi diwwae) yaitu, jangan mencela

kesukaan orang lain (aja maccacai pappojinha tauwwae), dan jangan

menghilang harta milik orang lain (aja murekkengagi appunngenna

tauwwe).

2. Kedua, katakanlah yang satu (powadai seddie), yaitu katakana hal yang

wajar, yang bisa menyenangkan orang lain (powadai anu sitinajae

weddingnge napario tauwwe).

3
3. Ketiga, lakukan yang dua (pungaui duwwae) yaitu, lakukan hal yang bisa

memperbaiki orang lain ( pungaui anu weddingnge napodeceng tauwwe)

4. Keempat, ingatlah yang dua (enggeranggi duwwae) yaitu, ingatlah kebaikan

orang kepada kita (engngerangngi pappedacenna tauwwe lao ri idi), dan

ingalah kesalahanmu kepada orang lain (engngerangngi atassalamu lao ri

tauwwe).

5. Kelima, lupakanlah yang dua (allupai duwwae) yakni, lupakan kebaikannya

kepada orang lain (allupai pappedecemmu lao ri tauwwe) dan lupakan

kesalahan orang lain kepadamu ( allupai atassalanna tauwwe lao ri idi).

Dari beberapa makna petuah diatas kita dapat mengetahui makna apa

saja yang terkandung dalam petuah asera temallaiseing, pesan dari setumpuk

nilai dari petuah orang bugis dari masa ke masa.

C. Pandangan Hidup Dalam Petuah Bugis

Seperti halnya suku bugis yang Sebagian besar mendiami. Sulawesi

Selatan mempunyai banyak falsafah yang kelak menjadi pandangan hidup

yang terangkum dalam paseng dan pangaja. Dalam paseng dan pangaja

tersebut memuat rangkaian petuah dan nasihat yang mengutarkan tentang

norma-norma adab baik yang menyangkut hubungan social, pemerintahan,

ekonomi, politik, pemerintahan maupun semangat dalam menantang

pergolakan hidup itu sendiri.

Bangsa Bugis dikenal sebagai penganut adat-istiadat yang kental dan

kuat. falsafah Bugis yang kesohor dan masih dianut sampai saat ini, yaitu

getteng, lempu, ada tongeng. Falsafah atau pandangan hidup tersebut

merupakan sikap batin paling mendasar yang dimiliki oleh orang Bugis.
4
Dalam tulisan ini, akan dijelaskan secara detail mengenai pengertian

serta butir-butir yang dikandung dari kata getteng, lempu, dan ada tongeng.

Butir-butir ini saling menguatkan, mendukung serta mempunyai keterkaitan

dengan yang lainnya.

1. Getteng

Getteng adalah sebagai sesuatu yang tegas dan konsisten,yaitu

tindakan yang tidak samar-samar dan bimbang. Hal ini dimaknai sebagai

sikap yang berani dan percaya diri, mengungkapkan apa yang benar dan

apa yang salah. Secara jelas, nyata dan meyakinkan apa yang diinginkan

dan apa yang tidak diinginan. Jika salah dikatakan salah, jika benar

dikatakan benar tanpa memandang kondisi atau kepada siapa hal tersebut

diutarakan.

Getteng menyatakan ketegasan, meskipun anak atau keluarga

sendiri, yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah. Karena itu,

seseorang yang tegas tidak takut menyatakan apa menurutnya benar

meskipun bertentangan dengan atasannya.

Getteng tidak berarti galak, kasar, pemarah, dan arogan. Ada

seseorang yang galak dan pemarah namun sama sekali tidak tegas. Oleh

karena itu, Getteng menunjukkan sikap kejujuran,tidak berbelit-belit,

lugas, serta bertanggung jawab.

Getteng, tegas dalam mengambil keputusan, teguh pendirian,

tabah, dan tahan terhadap godaan. Getteng ditunjang dengan Asitinajang

(asas kewajaran), yakni arif, bijaksana, dan adil dalam bertindak.

Adapun butir-butir yang dikandung dalam Getteng, yaitu :

5
a. Mempunyai pendirian yang kukuh, tidak goyah dengan situasi

b. Memiliki sifat jujur tidak plin-plan

c. Memegang teguh prinsip, jika salah tetap salah, jika benar tetap benar

d. Mempertanggungjawabkan apa yang dikatakan

e. Mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat

f. Tidak bertindak arogan dan semaunya

g. Tidak terbebani atas penolakan orang lain

h. Tidak mudah terseret dengan pengaruh

i. Tahan terhadap godaan, anti korupsi

2. Lempu

Lempu adalah sesuatu prilaku yang lurus, dalam artian mengakui,

berkata, atau pun memberi suatu informasi yang sesuai kenyataan. Lempu

lawan kata Belle-Pabbelleng atau bohong yang artinya berkata atau

memberi informasi yang tidak sesuai dengan kebenaran.

Oleh karena itu, Lempu merupakan sikap seseorang ketika

berhadapan dengan sesuatu atau pun fenomena tertentu dan menceritakan

kejadian tersebut tanpa ada perubahan dan modifikasi sedikit pun atau

benar-benar sesuai dengan realita yang terjadi.

Lempu, bersikap jujur, taat asas; Acca: pintar, cerdik, cendikia, dan

kreatif; yang didukung oleh Reso, yakni usaha, ikhtiar dalam mencapai

suatu tujuan. Sikap Lempu merupakan apa yang keluar dari dalam hati

nurani setiap manusia dan bukan merupakan apa yang keluar dari hasil

pemikiran yang melibatkan otak dan hawa nafsu belaka melainkan hasil

proses ininnawa (renungan hati yang dalam).

6
Adapun butir-butir yang dikandung dalam Lempu, yaitu :

a. Lempu, sifat jujur yang penerapannya ada pada niat seorang manusia.

b. Lempu, sifat jujur yang penerapannya ada pada perkataan yang

diucapkan oleh manusia.

c. Lempu, sifat jujur yang penerapannya ada pada aktivitas dan perbuatan

manusia.

d. Lempu, sifat jujur yang penerapannya ada pada janji yang diucapkan

oleh manusia.

e. Lembu, sifat jujur yang penerapannya ada pada kenyataan yang terjadi

dalam hidup manusia.

3. Ada Tongeng

Ada tongeng, berhubungan dengan ucapan yaitu mengatakan yang

benar, tidak bohong, tidak ada ucapan rekayasa. Seseorang tidak mungkin

berprilaku jujur tanpa disertai ada tongeng. Demikian pula tidak mungkin

bersifat tegas dan konsokuen (getteng) tanpa dibangun dengan Lempu dan

ada tongeng.

Adapun butir-butir yang dikandung dalam ada tongeng, yaitu :

a. Ada tongeng berawal dari niat;

b. Ada tongeng bermula dari sadda’ (kata yang belum terucap);

c. Ada tongeng hasil renungan kalbu;

d. Ada tongeng ungkapan kata hati yang benar;

e. Ada tongeng bukan kata andai-andai;

f. Ada tongeng jaminan harga diri;

g. Ada tongeng jaminan untuk dipercayai;

7
h. Ada tongeng melambangkan kata dan; perbuatan;

i. Ada tongeng perwujudan manusia yang sesungguhnya.

BAB III
PENUTUP

Kita wajib bersyukur, untuk saling mengenal antara satu dengan

yang lainnya, Tuhan menciptakan berbagai rupa, suku dan ras. Oleh

karena itu dari petuah bugis kita dapat menarik kesimpulan yaitu kita

mempunyai peran penting untuk mengembangkan diri dimana dalam

petuah mengajarkan banyaknya makna hidup yang dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari meskipun seiring dengan berkembangnya zaman.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.google.co.id/amp/s/www.kompasiana.com/amp/ahmadin/
falsafah-hidup-orang-bugis-antara-nostalgia-sejarah-dan-realitas-
sekarang_55000266a33311fe6f50f98b

2. https://www.simpulrakyat.co.id/2020/01/makna-mendalam-di-balik-petuah-
bugis-asera-temmallaiseng.html?amp=1

3. https://id.scribd.com/document/424125698/PETUAH-BUGIS

4. https://bone.go.id/2020/12/27/butir-butir-dalam-falsafah-bugis-getteng-lempu-
ada-tongeng/

9
MAKALAH

MENGANALISIS ARTI DAN MAKNA PETUAH


BUGIS DAN KETERKAITANNYA DENGAN
KENYATAAN SEKARANG

Disusun oleh:

KELOMPOK 2
Nama :1. Nur Rahmadani
2. Nur Ramadani Magfira Adil Putri
3. Syaipul

Kelas : X MIA 1

SMA NEGERI 5 PALOPO


10
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah Swt, karena atas berkat
rahmat-Nya makalah yang berjudul “Menganalisis Arti Dan Makna Petuah
Bugis Dan Keterkaitannya Dengan Kenyataan Sekarang” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya meskipun masih banyak kekurangan dalam
peyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Adapun maksud dan tujuan penyusunan makalah ini yaitu dalam rangkah
menyelesaikan mata pelajaran mulok. Kami sangat berharap semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada bapak ”Muhammad
Taslim Taswin,S.Pd” selaku guru mata pelajaran mulok serta teman-teman yang
telah memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palopo, Februari 2022

Penyusun

11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan............................................................................ 1
D. Manfaat Penulisan.......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Pengertian Dan Makna Petuah Bugis Dengan Kenyataan
Sekarang ........................................................................................ 3
B. Makna Dari Petuah Asera Temallaseng ........................................ 3
C. Pandangan Hidup Dalam Petuah Bugis ......................................... 4

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 8


DAFTAR PUSTAKA

12

Anda mungkin juga menyukai