Anda di halaman 1dari 4

NAMA : TOHA HILPAN HAMIM

NPM : 1715031003

MATA KULIAH : ETIKA DAN KEARIFAN LOKAL

FALSAFAH HIDUP SUKU SEMENDE

Seganti Setungguan adalah falsafah hidup lembaga adat LAMPIK EMPAT


MERDIKE DUE JURAI Pasemah dan Semende, tata nilai seganti setungguan
berisikan kesetiaan terhadap nilai-nilai hidup bersama falsafah dan prasetia
kehidupan yang mencakup sikap dan prilaku larangan dan nilai-nilai pribadi
didalam hidup bermasyarakat. Adapun nilai didalam konsep adat ini dapat di
uraikan sebagai berikut :

A. Dalam sikap dan prilaku kehidupan bermasyarakat

1. Sikap pertama: Sikap Lughus Tali Belandar Papan Niat Iluk Tertib Lughus Rusak
Adak Binase Dekde. Artinya: lurus tali beralas papan niat baik tertib lurus tidak
rusak dan tidak binasa. Maksud dari sikap ini adalah: berbuat harus lurus niat
harus baik,menyukai ketertiban,dan menjunjung tinggi peraturan.Jika sikap itu di
miliki niscaya akan terhindar dari bahaya kebinasaan dan akan membawa kepada
kebahagiaan.

2. Sikap Kedua: Janji Nunggu Katik Belaruh. Artinya: janji di tunggu kata-kata
mempunyai akibat. Maksud dari sikap ini adalah setiap janji harus di tepati waktu
harus di hargai,dan harus setia pada ucapannya,( janji ). menurut falsafah ini setiap
kata yang telah terucap akan membawa dampak baik positif maupun negative
sehingga pertimbangan sebelum berbicara merupakan keharusan bagi masyarakat
semende.

3. Sikap Ketiga: Utang Mbayar Piutang ditagih Nde ughang Nde ughang Nde dighi
Nde dighi. Artinya: Setiap hutang haruslah dibayar dan piuatang hruslah ditagih
kepunyaan orang milik orang kepunyaan sendiri milik sendiri. Maksud dari sikap
ini adalah: jika punya hutang harus di bayar jika punya piutang harus di
tagih,Masyarakat semende harus mampu misahkan antara milik sendiri dan milik
orang lain,sehingga secara jelas mengetahui batas-batasnya lurus,jujur serta tidak
sekehendak hati pada orang lain merupakan sikap hidup yang perlu di junjung
tinggi.

4. Sikap Keempat: Pacak Ulak di Ulak i pacak ngindar di hindari Takut janagn
Belaghi Melawan Jangan Njagal Artinya: Dapat sabar di sabarkan dapat
menghindar di hindarkan. Maksud dari Filsafat ini adalah segala bentuk persoalan
harus di hadapi dengan penuh kesabaran,dalam berfikir dan berbuat bersikap arif
bijak sana dan tidak bertindak terburu buru.

5. Sikap kelima: Berangkekelah Pedang siangilah jalan kayik, Artinya: Simpanlah


Senjata bersihkan lah jalan kesungai. Maksud dari Filsafat ini: Hentikanlah segala
macam bentuk perselisihan dan jika mampu selesaikan lah perselisihan itu secara
adil dan bijaksana agar tidak merugikan pihak manapun juga. Disamping itu
terdapat lima (5 Nilai) yang di kembangkan menurut adat "SEGANTI
SETUNGGUAN" dalam hidup bermasyarakat yaitu:

1. Prinsip pertama dalam masyarakat semende adalah se ati serupuk'an,sepincang


seperjalanan. Artinya: Bersatu hati bersatu pemikiran berjalan bersama
sama,dalam kehidupan bermasyarakat ada kebersatuan perasaan dan kesatuan
pemikiran,berjalan seiring untuk menggapai cita cita bersama dan menegakkan
prinsip musyawarah dan mufakat.

2. Perinsip kedua Sesaran Sekundang seghase sepenanggungan Artinya: Semufakat


saling bahu membahu dan bertanggung jawab bersama sama dalam masyarakat
Semendo segala hal perlu di musyawarahkan agar tercapai kemufakatan setelah
itu bersama sama bahu membahu mempertanggung jawabkan hasil keputusan
musyawarah yang telah di sepakati.

3. Perinsip ketiga Luk uwi pengarang rakit timbul tenggelam same same ye kecik
nurut ye besak peralah yemude ngikut ye tue Ngipat. Artinya: Seperti rotan
pengikat rakit timbul tenggelam bersama sama,mereka yang kecil menurut yang
besar toleransi,yang muda mengikuti dan yang tua menyusun,maksud nya dalam
kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga ada yang kecil dan ada yang besar ada
yang muda ada yang tua,kesemua nya harus menunjukan peran yang sesuai
dengan kedudukan nya. Bertidaklah sesuai dengan kodrat nya jadilah anak seperti
anak,jadilah kakak seperti kakak,jadilah pemuda seperti pemuda dan jadilah orang
tua seperti orang tua.

4. Perinsip keempat Kecik besak bugae betine iluk buruk same meghase Artinya:
Kecil besar laki perempuan baik buruk sama di rasakan,masyarakat semende kecil
besar tua muda merupakan satu kesatuan,maka hendak nya yang baik sama-sama
di rasakan,yang buruk sama-sama di pikul dan yang kurang sama-sama di cukupi.

5. Perinsip kelima Seghepat luk Sukat Sekachung luk Tabung artinya: Rata seperti
pengukur Runcing seperti runcingan,apa bila melihat sesuatu harus sesuai dengan
kenyataannya.

B. Dalam hal nilai pribadi

Sebagai salah satu aset sumber daya manusia maka orang semende harus memiliki
nilai pribadi yang harus di kembangkan menurut falsafah SEGANTI
SETUNGGUAN meliputi lima 5 dasar sebagai acuan masyarakat semende dalam
meraih masa depan yang lebih baik. Nilai pribadi tersebut haruslah meliputi, orang
semende harus pintar,setia,berani,penuh perhitungan dan teliti.

1. (Ndaklah Calak) harus pintar,artinya masyarakat semende haruslah memiliki


ilmu pengetahuan baik di dunia maupun di akhirat.

2. (Ndaklah Beganti) harus setia,artinya rasa bertanggung jawab,solidaritas dan


kesetiaan merupakan unsur penopang jiwa tolong menolong dan rela berkorban
dalam suatu masyarakat demi terwujud nya persatuan dan kesatuan.

3. (Ndaklah Melawan) herus berani artinya masyarakat semende dalam menghadapi


masalah harus memiliki keberanian yang penuh serta keyakinan (optimisme).
Kunci pokok dari keberanian adalah kepercayaan terhadap diri sendiri dan
menghindari sikap nerimo atau pasrah.

4. (Ndaklah Bekencean) artinya dalam menghadapi suatu persoalan sebetapapun


rumitnya masyarakat semende harus memiliki kemampuan untuk melakukan
analisa situasi dan penuh perhitungan.
5. (Ndaklah Sepade Bepenampe) harus teliti dan waspada Artinya Masyarakat
semende perlu memiliki ketelitian tidak ceroboh serta selalu waspada baik dalam
berfikir bersikap maupun bertindak.

KESIMPULAN

Dari semua uraian yang telah disebutkan diatas dapat kita simpulkan bahwa setiap
suku yang ada di Indonesia memiiki falsafah hidup atau prinsip dalam menjalankan
kehidupannya. Maka dari itu kita tidak dapat dipungkiri bahwa kita harus selalu
menghargai dan menghormati setiap prisnsip destiap suku yang ada di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Soerojo Wignyodipoero, Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat, Haji Masagung,


Jakarta, 1990.
Wiryono, Prodjodikoro, Hukum Perdata Indonesia, Rajawali, 1988.
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Indonesia, Perundang-undangan Hukum
Adat, Hindu, dan Islam, Cipta Aditya Bakti, Bandung.
Ahmad bastari, Ek Pascal dan Yudi Herpansi, Lampik Mpat Mardike Duwe,
Penerbit: Pesake (Pecinta Sejarah dan Kebudayaan) dan Pemerintah Kota
Pagaralam, 2008.

Anda mungkin juga menyukai