Anda di halaman 1dari 15

HUKUM DAN PEMBAGIAN HUKUM DALAM ILMU KALAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah Ilmu kalam


Dosen Pengampu : Mujib Hidayat ,M.Pd.I

Oleh Kelompok 2

1.Siti Nur Hidayah (2121121)

2.Nilatul Muzkiyah (2121130)

3.Nurun Niswah (2121125)

KELAS : D

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN

1
2021/2022

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas pertolongan-Nya kami bisa menyelesaikan

tugas makalah ini guna memenuhi tugas Ilmu Kalam yang berjudul “Hukum dan

Pembagian Hukum Dalam Ilmu Kalam” kami ucapkan terima kasih kepada dosen

pengampu ilmu kalam bapak M. Mujib Hidayat , M.Pd.I karena sudah memberikan

tugas ini sehingga kita bisa belajar tentang hukum ilmu kalam, dan terimakasih kepada

teman-teman yang sudah membantu menyusun tugas makalah ini Kami mohon maaf

bila terdapat kesalahan dalam tata bahasa maupun kata dalam penyusunan makalah

ini ,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran untuk membangun

kesempurnaan makalah ini ,semoga makalah ini memberikan manfaat bagi semua.

Pekalongan, 19 September 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar……………………………………………………………………2

Daftar isi …………………………………………………………………………..3

BAB I………………………………………………………………………………4

PENDAHULUAN…………………………………………………………………4

A.latar belakang masalah ………………………………………………………..4

B,rumusan masalah………………………………………………………………6

C.tujuan penulisan………………………………………………………………..6

BAB II……………………………………………………………………………..7

PEMBAHASAN…………………………………………………………………..7

A.pengertian ilmu kalam …………………………………………………………..7

B.hukum ilmu kalam dan pembagiannya………………………………………….7

BAB III……………………………………………………………………………13

PENUTUP………………………………………………………………………...13

SIMPULAN……………………………………………………………………….13

SARAN……………………………………………………………………………14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu rumpun ilmu-ilmu keislaman (Islamic studies) yang jarang sekali
mendapatkan perhatian adalah ilmu kalam (Islamic theology). Padahal ilmu ini
termasuk sentral dan pokok dalam ilmu ushuluddin. Kebanyakan pengkaji ilmu-
ilmu keislaman lebih banyak bicara perihal sumber pokok, yakni al-Qur‟an dan
sunnah. Meskipun terkadang juga bicara hukum islam. Sayangnya persoalan
teologi yang sebenarnya menjadi bagian penting dari akidah/keyakinan kian
luput dari perhatian. Kenyataan ini memicu kemandekan ilmu kalam,
terutama terhadap kajian-kajian dalam ilmu modern (social science).
Upayamelahirkan kembali
ilmu kalan seringkali tidak tuntas. Padahal ilmu kalam
memberikanperspektif sejarah teologis tentang teori-teori ketuhanan. Mungkin
ilmu kalam menjadi tidak menarik karena ranah kajiannya tidak pernah
berkembang atau sengaja dibiarkan. Kajian ilmu kalam masih saja bicara dalam
perspektif historis-konfliktual, bisa saja banyak kalangan yang bosan
mendengar ulasan kalam yang kaku dan tidak pernah baru. Baru di sini
dimaksudkan kalam tidak melahirkan produk keilmuan yang menyangkut
persoalan-persoalan kekinian.
Pada era global, manusia kian dipertemukan dengan keragaman
pengetahuan, budaya, adat istiadat, dan teknologi. Mengenai semua itu manusia
senantiasa berhadapan dengan realitas yang baru pula. Semua ranah dan prinsip
kehidupan bicara persoalan yang sama.
Dalam perspektif agama, science, budaya, ekonomi dan sebagainya. Tidak
luput perspektif teologis juga turut menyertainya. Hanya saja prinsip teologis
semacam apa yang turut menyertai kehidupan manusia? Apakah prinsip
ketuhanannya berlatar konflik atau toleransi? Bagaimana teologi menjadi bagian
dari kehidupan dunia modern? Lantas bagaimana teologi/ilmu kalam
mengcounter kenyataan baru globaliasasi yang terus bergerak? Pertanyaan

4
tersebut selalu menyertai kajian seputar ilmu-ilmu modern. Demikian pula
dalam ilmu-ilmu keislaman (Islamic studies) baik praksis maupun teoritis. Lebih
jauh permasalahan ini melebar dalam beragam tinjauan. Baik epistemologis
maupun ontologis.
Perbicangan yang sering muncul, bagaimana ilmu-ilmu keislaman turut menjadi
solusi.

5
B.RUMUSAN MASALAH

1.ada berapa pembagian hukum dalam ilmu kalam ?


2.apa itu hukum syariat adat dan akal?
3.apa saja pembagian hukum syariat ?

C.TUJUAN PENULISAN
1.untuk mengetahui pembagian hukum ilmu kalam .
2.untuk mengetahui lebih mendalam tentang hukum syariat hukum adat atau
kebiasaan dan hukum akli.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Ilmu Kalam


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata ‘kalam’ artinya perkataan. Sedangkan
menurut perspektif tauhid yaitu ilmu yang membahas tentang masalah ketauhidan.

B.Hukum Dalam Ilmu Kalam dan Pembagiannya


Hukum adalah sekumpulan peraturan yang telah ditetapkan dan harus dilaksanaan
sesuai aturan yang berlaku,termasuk juga dalam ilmu kalam.Didalam ilmu kalam
terdapat hukum-hukum yang dibicaraka,diantaranya adalah :
1.Hukum Syar’i ( Syari’at)
Hukum syar’i atau sayari’at yaitu hukum yang berisi perintah dan larangan Allah SWT
kepada manusia,bagi setiap muslim mukallaf atau yang sudah akil balig serta berakal
sehat dan wajib baginya untuk mengetahui hukum tersebut.Hukum syar’i bersumber
dan ditentukan oleh agama maka dari itu konsepnya lebih luas dan lengkap.Hukum
syar’i dibagi menjadi 5 bagian yaitu :
a) Wajib
Wajib merupakan suatu hal yang harus dilaksanaan bagi setiap muslim mukallaf
dan berakal sehat serta tidak boleh ditinggalkan bagi laki-laki maupun
perempuan.Wajib adalah suatu hukum yang apabila dikerjakanakan mendapat
pahala tetapi bila ditinggalkan akan mendapat dosa dari Allah SWT.Hukum
wajib dibagi menjadi 2 yaitu:
 Fardhu Ain :
Fardhu ain adalah hukum yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim yang

mukallaf dan berakal sehat.Fardhu ain tidak boleh ditinggalkan kecuali ada udzur yang

memang tidak bisa melaksanakannya.Contoh fardhu ain yaitu sholat frdhu lima waktu

dalam sehari semalam,puasa bulan ramadhan, jika ditinggalkan harus mengantinya dan

jika tidak bisa melaksanakannya maka harus membayar fidyah seperti halnya orang

sakit parah membayar zakat serta ibadah haji bila mampu dan lain sebagainya.

7
 Fardhu Kifayah :
Fardhu kifayah adalah hukum yang wajib dikerjakan bagi muslim mukallaf
tetapi jika ada salah satu yang mengetahuinya maka gugur
kewajibannya.Contohnya yaitu sholat jenazah.

b). Haram
Haram adalah aktivitas yang berstatus hukum haram atau makanan yang
dianggap haram dan dilarang secara keras untuk dilakukan.contohnya yaitu
berjudi ,khalwat (seks bebas),pelecehan seksual,mencuri,dll

c). Sunnah
Sunnah adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasul,baik berupa
perkataan,perbuatan,penetapan,sifat fisik.Sunnah dalam islam apabila dkerjkan
maka akan mendapat pahala tetapi jika tidak dikerjakan tidak mendapat
dosa.Contoh sunnah ialah sholat dhuha,sholat tahajud,puasa syawal,dll

d). Mubah
Mubah adalah sebuah hukum yang boleh dilakukan dan lebih condong
dianjurkanTetapi tidak ada janji berupa pahala terhadapnya.contohnya yaitu
berdoa tidak menggunakan bahasa arab,menggunakan media dakwah melalui
televisi,radio,internet,dll.
e).Makruh
Makruh adalah perkara yang apabila dilakukan tidak mendapatkan dosa dan jika
ditinggalkan mendapat pahala.Contohnya yaitu makan atau minum sambil
berdiri,merokok,berwudhu di kamar mandi

2. HUKUM ‘ADI (HUKUM ADAT ATAU KEBIASAAN)

Hukum Adi adalah menetapkan sesuatu bagi sesuatu yang lain ,atau menolak
sesuatu karena sesuatu itu sudah ada karena kejadian yang berulang – ulang .Misalnya
api itu panas dan dapat membakar kertas . jika orang berpegang teguh pada kebiasaan

8
yang telah diketahui secara brulang – ulang itu ‘ maka di tetapkan suatu hukum bahwa
setiap api itu panas dan pasti dapat membakar segala macam kertas.Dan apabila
dikatakan sebaliknya maka adalah muhal,Kejadian diatas merupakan kepastian dari
kebiasaaan yang telah terbukti kepastiannya dengan berulang kali . Adapun menurut
pendapat akal, kejadian itu masih harus disebut hal yang mungkin saja terjadi , dan
mungkin sja tidak terjadi.maka dari itu ,jelas bahwa hukum adat / kebiasaan tidak sama
dengan hukum akal .
Menurut akal ,masih perlu diselidiki apakah yang menyebabkan adanya adat atau
kebiasaan itu? Dan apakah yang menyebabkan air mengalir ke tempat yang rendah?
Dan apa yang menyebabkan tiap tiap zat mempunyai sifat dan tabiat yamg berlainan?
Demikian seterusnya.

3. HUKUM AKLI (AKAL)

Secara bahasa akal merupakan kata yang diambil dari bahasa arab, yaitu aqala
yang artinya mengikat dan menahan. Maka tali pengikat sorban, yang dipakai di arab
Saudi mempunyai warna beragam yakni hitam dan terkadang emas, yang disebut iqal;
dan arti yang kedua adalah menahan orang dipenjara disebut I’taqala dan tempat
tahanan mu’taqal.
Dalam komunikasi orang arab, al aqlu artinya menahan dan al aql adalah orang
yang menahan diri dan mengekang hawa nafsu.
Arti asli kata aqala adalah mengikat atau menahan dan orang aqil pada zaman
jahiliyah dikenal dengan hamiyah/ darah panas, maksudnya adalah orang yang dapat
menahan amarahnya.
Arti hukum Akal adalah menetapkan sesuatu keadaan untuk adanya sesuatu.
Atau mentiadakan sesuatu karena ketidakadaanya sesuatu itu.
Misalnya, tidak mungkin ada sebuah rumah jika tidak ada tukang pembuat
rumah tersebut. Maka jatuhlah hukum mustahil adanya. Karena tidak mungkin rumah
itu bisa membentuk dirinya sendiri. Jadi harus ada yang membentuk rumah itu. Rumah
merupakan bukti nyata akan keberadaanya tukang pembuat rumah. Demikian pula kayu
tidak mungkin akan bisa menjadi kursi dengan sendirinya jika tidak ada tukang kayu
yang memotong kayu lalu membuatnya menjadi kursi. Jadi kursi merupakan bukti nyata
akan keberadaannya tukang kayu. Demikianlah suatu contoh pengambilan hukum akal.
Dan kita bisa mengkiyaskan dengan contoh contoh yang lainya sehingga selanjutnya
menjadi berkembang pengertiannya yang kemudian menjadi suatu cabang ilmu yang
sangat penting bagi masyarakat.
Dari contoh contoh diatas kita bisa menggambil bukti akan keberadaan Allah.
Allah itu ada karena adanya ciptaan yang diciptakan-Nya. Adanya langit, bumi dan seisi
isinya merupakan bukti kuat akan keberadaan Allah. Tidak mungkin langit, bumi dan
seisi isinya jadi dengan sedirinya. Sudah pasti ada yang menciptakannya yaitu Allah.

9
 Hikmah Dan Atsar
Ada satu kisah menarik, Seorang Arab Badui (Arab dari pegunungan) ditanya
”Dari mana kamu mengetahui bahwa Allah itu ada” . kebetulan di muka orang Badui
tadi ada segunduk kotoran unta. Badui itu menjawab ”Kamu lihat kotoran unta ini!
Setiap ada kotoran unta pasti ada untanya”.
Jadi yang dinamakan Akal yang sempurna ialah suatu cahaya yang gemilang dan
terletak didalam hati seorang mukmin dan dengan Akal yang jernih itu kita akan bisa
mengetahui Hukum Akal. Syaikh Ibrahim al-Laqqani berkata: “setiap mukallaf secara
syari’at wajib mengetahui perkara yang wajib bagi Allah, jaiz, dan yang dilarang
(mustahil). Dan (wajib pula mengetahui perkara wajib, jaiz, dan mustahil) bagi para
rasul-Nya, maka hendaklah engkau dengarkan.”
Setiap laki-laki dan perempuan yang telah mukallaf, berumur 15 tahun,
sempurna akalnya, telah sampai syi’ar islam kepadanya, secara syari’at wajib
mengetahui dan meyakini hal-hal wajib, jaiz, dan mustahil bagi Allah swt. Maksudnya,
mengetahui sifat wajib, jaiz, dan mutahil bagi Allah menurut hukum aqli (akal). Dan
juga wajib mengetahui sifat wajib, jaiz, dan mustahil bagi para rasul Allah. Dari dua
bait ini kita dapat mengetahui bahwa batasan hukum ‘aqli (akal) ada tiga. Sebagaimana
perkataan Imam as-Sanusi dalam kitab Umm al-Barahin: “ Ketahuilah, hukum ‘aqli
diringkas dan dibagi menjadi tiga bagian, tidak lebih yakni:
1. Wajib
2. Mustahil
3. Jaiz

1. WAJIB
Wajib yaitu sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal akan ketidakberadaanya.
Seperti wujudnya Allah. Akal tidak dapat menerima jika dikatakan bahwa Allah tidak
ada sebab akal telah membuktikan bahwa Allah itu adanya jauh sebelum adanya alam
ini. Alam adalah suatu yang baru dan setiap yang baru pasti ada yang menjadikan dan
menurut syara’ adalah Allah swt. Wajib di sini terbagi atas dua bagian:
a. Wajib Dharuri yaitu sesuatu yang bisa dimengerti tanpa bukti, atau sesuatu yang
tidak bisa diterima oleh akal akan ketidakberadaanya tanpa memerlukan dalil
atau keterangan secara rinci. Contohnya setiap dzat yang hidup itu wajib ada
nyawanya, jika tidak bernyawa maka sudah pasti ia tidak akan bisa hidup alias
mati.
b. Wajib Nadhari yaitu sesuatu yang bisa dimengerti setelah menggunakan bukti,
atau sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan ketidakberadaanya dengan
bersandarkan kepada dalil atau keterangan. Misalnya Allah itu wajib ada. Hal ini
memerlukan dalil dan keterangan yang kuat.

10
2. MUSTAHIL
Mustahil merupakan kebalikan dari wajib yaitu sesuatu yang tidak bisa diterima akal
akan keberadaanya. Seperti ta’adud nya Allah( Allah berbilang) aqal tidak mau
menerima jika dikatakan bahwa Allah ta’adud sebab seumpama Allah ada dua misalnya
niscaya akan terjadi sepakat/ pertentangan dalam memutuskan suatu perkara jikalau
terjadi sepakat maka timbul atsar dari muatsar, hal ini jelas muhal. Jika terjadi
perselisihan maka alam ini tidak mungkin terjadi padahal alam ini nyata adanya.
Mustahil juga dibagai menjadi dua bagian:
a. Mustahil Dharuri yaitu sesuatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan
keberadaanya tanpa memerlukan dalil atau keterangan. Misalnya mustahil
seorang anak melahirkan Ibunya. Mustahil keberadaan sang ibu berasal dari
anaknya. Bukankah ini sesuatu yang mustahil? Sudah pasti ini merupakan hal
yang mustahil terjadi tanpa menggunakan dalil atau keterangan.

b. Mustahil Nadhari yaitu suatu yang tidak bisa diterima oleh akal akan
keberadanya dengan memerlukan dalil atau keterangan. Misalnya Allah itu
mustahil mempunyai anak. Ini memerlukan dalil dan keterangan yang kuat.

3. JAIZ (MUNGKIN)
Jaiz yaitu sesuatu yang mungkin saja ada atau mungkin tidak adanya. Contohnya
seperti kaya dan miskin nya zaid, sebab kaya dan miskin adalah dua kemungkinan yang
dapat terjadi pada setiap orang, maka jikalau dikatakan zaid kaya, akal dapat menerima.
Begitu juga jika dikatakan zaid miskin akal juga menerimadan percaya. Jaiz ini pula
dibagi dua:
a. Jaiz Dharuri yaitu jaiz yang tidak memerlukan dalil atau keterangan, contohnya,
ada seorang ibu melahirkan anak kembar sebanyak empat. Kejadian seperti ini
mungkin saja bisa terjadi atau mungkin saja tidak terjadi tanpa menggunakan
dalil atau keterangan lebih dahulu.

b. Jaiz Nadhari: yaitu Jaiz yang memerlukan dalil atau keterangan yang kuat.
Contohnya sebuah batu mungkin bisa berubah menjadi emas. Hal ini
memerlukan dalil dan keterangan yang kuat. Contoh lainya sebuah tongkat
mungkin bisa berubah mejadi ular. Kemungkinan ini memerlukan dalil dan
keterangan yang kuat. Tentu semua ini terjadi dengan seizin Allah tapi harus
menggunakan dalil dan keterangan yang kuat.

Yang tertera diatas adalah pengambilan contoh pada Hukum Akal. Dan kita bisa
mengembangkannya jauh lebih luas lagi, sehingga benar-benar bisa menjadi pelajaran
yang mendalam tentang ilmu kalam.

11
 Hikmah Dan Atsar
Jika ada orang mengatakan wajib atas tiap tiap Mukallaf (akil dan baligh)
maksudnya adalah wajib menurut hukum syara’. Dan jika orang mengatakan wajib bagi
Allah dan Rasul-Nya maksudnya adalah wajib menurut hukum akal. Dan jika orang
mengatakan wajib bagi makhluk Nya, maksudnya adalah wajib menurut hukum ‘adi
atau hukum adat/kebiasaan, dan seterusnya.

12
BAB III

PENUTUP

A.simpulan

Hukum adalah sekumpulan peraturan yang telah ditetapkan dan harus dilaksanaan
sesuai aturan yang berlaku,termasuk juga dalam ilmu kalam.hukum dalam ilmu kalam
terbagi menjadi 3yaitu ;hukum syar’i (syariat atau fiqih ) , hukum adi atau adat
kebiasaan , hukum akali .Hukum syar’i atau sayari’at yaitu hukum yang berisi perintah
dan larangan Allah SWT kepada manusia,bagi setiap muslim mukallaf atau yang sudah
akil balig serta berakal sehat dan wajib baginya untuk mengetahui hukum
tersebut.Hukum syar’i bersumber dan ditentukan oleh agama. Hukum Adi adalah
menetapkan sesuatu bagi sesuatu yang lain ,atau menolak sesuatu karena sesuatu itu
sudah ada karena kejadian yang berulang – ulang .
Misalnya api itu panas dan dapat membakar kertas . jika orang berpegang teguh pada
kebiasaan yang telah diketahui secara brulang – ulang itu ‘ maka di tetapkan suatu
hukum bahwa setiap api itu panas dan pasti dapat membakar segala macam kertas.Dan
apabila dikatakan sebaliknya maka adalah muhal,sedangkan Secara bahasa akal
merupakan kata yang diambil dari bahasa arab, yaitu aqala yang artinya mengikat dan
menahan. Maka tali pengikat sorban, yang dipakai di arab Saudi mempunyai warna
beragam yakni hitam dan terkadang emas, yang disebut iqal; dan arti yang kedua adalah
menahan orang dipenjara disebut I’taqala dan tempat tahanan mu’taqal

13
B.SARAN
Semoga makalh ini bermanfat bagi kami dan para pembaca serta semoga dapat
menambah wawasan serta wawasan pagi bara pembaca . mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan kata ,ejaan dalam kalimat yang sulit difahami .untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran pembaca agara kami dapat memperbaiki dan lebih
baik lagi.sekian dari kami semoga makalah ini dapat di terima ,kami ucapkan
terimakasih .

14
DAFTAR PUSTAKA

Kitab Ad- Durusul Fiqhiyyah oleh Habib Abdurrahman bin Saggaf Assagaf

http://repository.radenintan.ac.id

kitab terjemah tauhid sabilul abid

15

Anda mungkin juga menyukai