Anda di halaman 1dari 11

TATA NILAI ETIKA ISLAM

Dosen Pengampu: Dr. Tasmuji, M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 8:

Haena Mawardah Emha (07020222030)

M Iqbal Dhiya Ulhaq (07020222035)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

STUDI AGAMA-AGAMA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. Atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Tata Nilai Etika Islam" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Islam. Selain itu, makalah
ini bertujuan menambah wawasan tentang Nilai-nilai etika Islam bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Tasmuji M,Ag selaku Dosen
Mata kuliah Etika Islam. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang diharapkan untuk membangun kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 02 Mei 2023

Pembuat
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Arus rasionalisasi demikian cepat melanda dunia Islam abad modern telah membawa
pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan ilmu-ilmu keislaman. Sejalan dengan
berkembangnya kajian-kajian rasional keislaman, kajian tentang pemikiran etika pun
terangkat ke permukaan. Bahkan menjadi topik kajian menarik dalam konteks kekinian dan
kemodernan, karena etika merupakan salah satu persoalan esensial dalam kajian keagamaan.
Begitupun sebagian para ilmuan pada masa lalu berpandangan bahwa keberadaan agama
secara perlahan akan ditelan olehperkembangan zaman.

Pandangan tersebut bertolak dari pemikiran bahwa perkembangan modernisasi dan


sekularisasi menuntut sebuah peradaban yang mendasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah dan
rasional, sedangkan perkembangan agama lebih mendasarkan pada keyakinan yang bersifat
spekulatif dan tidak ilmiah.Tetapi dalam kenyataan hingga saat ini pandangan tersebut tidak
terbukti, paling kurang hingga abad 21 ini. Tidak ada tanda-tanda yang meyakinkan bahwa
agama akan ditinggalkan oleh para penganutnya. Hingga sekarang, sebagaimana yang kita
saksikan, agama tetap berkembang di berbagai negara dan justru berperan penting dalam
kehidupan sosial maupun politik.

Berdasarkan deskripsi diatas, penulis merumuskan mengenai tata nilai etika khusunya
dalam agama Islam yang menjelsakan nilai-nilai etika Islam dalam kehidupuan sosial, bisnis
dan Pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tata nilai etika Islam dalam berkomunikasi?

2. Bagaimana tata nilai etika Islam dalam perdagangan?

3. Bagaimana tata nilai etika Islam dalam Pendidikan?

C. TUJUAN

1. Mengetahui nilai-nilai etika Islam dalam berkomunikasi.

2. Mengetahui nilai-nilai etika Islam dalam perdagangan.


3. Mengetahui nilai-nilai etika Islam dalam Pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Nilai- nilai Etika Islam dalam Berkomunikasi

Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan


menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Maka komunikasi Islam menekankan
pada unsur pesan, yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara, dalam hal ini tentang gaya
bicara dan penggunaan bahasa. Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi
Islam meliputi seluruh ajaran Islam,meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak
(ihsan). Pesan-pesan keislaman keislaman yang disampaikan tersebut disebut sebagai
dakwah. Dakwah adalah penyampaian atau ucapan untuk mempengaruhi manusia memahami
tentang Islam.

Dalam etika-etika komunikasi Islam ada 6 jenis gaya bicara atau komunikasi yaitu:

1. Qaulan Sadidan (Perkataan benar, lurus, jujur) dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 9.

2. Qaulan Balighah (Perkataan yang membekas dalam hati atau mudah dimengerti) dalam Al-
Quran surat An-Nisa ayat 63.

3. Qaulan Masyura (Perkataan yang pantas atau ucapan yang menyenangkan) dalam Al-
Quran surat Al-Isra’ ayat 28.

4. Qaulan Layyina (Perkataan yang lemah lembut) dalam Al-Quran surat At-Thaha ayat 44.

5. Qaulan Karima (Perkataan yang mulia) dalam Al-Quran surat Al-Isra’ ayat 23.

6. Qaulan Ma’rufa (Perkataan yang baik) dalam Al-Quran surat Al-Ahzab ayat 32.

Adapun larangan-larangan atau tidak sesuai cara berkomunikasi dalam etika Islam
yang bisa menjadi bencana atau bahaya yang dapat merusak hubungan sosial, yaitu:

1. Berkata tidak berguna, Rasulullah SAW bersabda “Sebagian dari keindahan Islam
seseorang, ialah meninggalkan yang tidak berguna baginya”.[1]

2. Berbicara berlebihan, Rasulullah SAW bersabda “Berbahagialah seseorang yang menahan


kelebihan dari lisannya, dan membelanjakan apa-apa yang kelebihan dari hartanya”.[2]
3. Membicarakan kebatilan, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dan Thabari disebutkan
“Sebesar-besar kesalahan seseorang pada hari kiamat yang terbanyak omong kosongnya
berkenaan kebatilan”.

4. Berbantah dan betengkar, Rasulullah SAW bersabda “Janganlah engkau berbantahan


dengan saudaramu, janganlah kau berjanji dengannya tentang sesuatu kemudian kai ingkari
dia”. (H.R At Turmudzi)

5. Berkata kotor dan memaki-maki, Rasulullah SAW bersabda “Jauhilah semua kata-kata
kotor, sebab Allah Ta’ala tidak menyukai kata kotor yang menyebabkan timbul pula kata-kata
kotor dari orang lain.” (H.R Nasai, Hakim dan Ibnu Hibban)

B. Nilai-nilai Etika Islam dalam Perdagangan

Dalam melaksanakan pekerjaan, aspek etika adalah hal yang mendasar yang harus di
perhatikan, seperti bekerja dengan baik yang di dasari dengan iman dan taqwa, jujur dan
amanah, tidak menipu tidak semena-mena, ahli dan profesional, serta tidak melakukan
pekerjan yang bertentangan dengan syariat Islam. Berikut adalah etika yang harus di miliki
dalam sebuah perdagangan:

1. Shidiq (Jujur)

Shiddiq adalah sifat nabi Muhammad SAW yang artinya benar dan jujur. Seorang
pedagang wajib berlaku jujur dalam melakukan usaha jual beli, Jujur dalam arti luas tidak
berbohong, tidak menipu, tidak mengadangada, fakta, tidak berkhianat, serta tidak pernah
ingkar janji dan lain sebagainya. Mengapa harus jujur karena berbagai tindakan tidak jujur
selain merupakan perbuatan yang jelas-jelas berdosa, jika biasa di lakukan dalam berdagang
juga akan mewarnai dan berpengaruh negatif kepada kehidupan pribadi dan keluarga
pedagang itu sendiri. Bahkan lebih jauh lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan
mewarnai dan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

2. Amanah (Tanggung Jawab)

Amanah artinya adalah tidak mengurangi apa-apa yang tidak boleh di kurangi dan
sebaliknya tidak boleh di tambahkan, maka seorang yang di beri amanah harus benar-benar
menjaga amanah tersebut. Sikap Amanah harus dimiliki oleh seorang pebisnis muslim sikap
itu bisa di miliki jika dia selalu menyadari bahwa apapun aktivitas yang dilakukan termasuk
pada saat ia bekerja selalu di ketahui oleh Allah SWT, Oleh sebab itu seorang muslim yang
menjadi pelaku dalam perdagangan hendaknya taat pada janji dan amanat, serta dilarang
berhianat kepada siapapun.

3. Tidak Menjual Barang Haram

Prinsip yang harus di pegang oleh seorang pebisnis atau pedagang muslim adalah
menjual barang/produk yang halal, kehadiran barang halal adalah wajib dalam kehidupan
setiap muslim.[5] Nabi melarang beberapa jenis perdagangan, baik karena hakekat
perdagangan itu memang dilarang maupun karena adanya unsur-unsur yang di haramkan di
dalamnya, barang yang di larang tersebut di antaranya seperti alkohol dan babi.

4. Tidak Menimbun Barang Dagangan

Jangan menimbun barang dagangan pada saat masyarakat sedang membutuhkannya


dengan tujuan memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Penimbunan barang adalah halangan
terbesar dalam pengaturan persaingan pasar Islam, hal tersebut di karenakan pengaruhnya
terhadap jumlah barang yang ditimbun, dimana pedagang memilih untuk menahan barang
dagangannya dan tidak menjualnya karena menunggu naiknya harga.

5. Murah Hati

Dalam suatu hadits, Rasulullah SAW menganjurkan agar para pedagang selalu
bermurah hati dalam melaksanakan jual beli. Murah hati dalam pengertian ramah tamah,
sopan santun, murah senyum, suka mengalah, namun tetap penuh tanggung jawab.

6. Tidak Melupakan Akhirat

Salah satu nilai dasar yang harus diperhatikan oleh pedagang adalah selalu ingat
kepada akhirat, karena pada dasarnya kehidupan di dunia adalah jembatan menuju akhirat.
Jika ini menjadi salah satu pegangan dalam melakukan perdagangan maka seorang pedagang
akan tetap menegakkan syariat agama, terutama shalat yang merupakan hubungan abadi
antara manusia dengan Tuhannya Jual beli adalah perdagangan dunia, sedangkan
melaksanakan kewajiban syariat Islam adalah perdagangan akhirat.

7. Tidak Bersumpah Palsu

Seorang pedagang muslim hendaknya jangan bersumpah palsu bahkan sedapat


mungkin harus menjauhi sumpah, meskipun itu benar. Penjual harus menjauhi sumpah yang
berlebihan dalam menjual suatu barang.
C. Nilai-nilai Etika Islam dalam Pendidikan

Etika Pendidikan Islam sebagai sebuah proses pendidikan yang berlangsung secara
etis dan terus menerus dalam kehidupan seseorang melalui pengajaran dan penekanan
terhadap etika itu sendiri sehingga kemampuan, bakat, kecakapan dan minatnya dapat
dikembangkan seimbang dengan tingkah laku yang baik dan benar dalam kehidupannya yang
sesuai nilai-nilai ajaran agama Islam. Adapun macam-macam etika Pendidikan Islam:

a. Etika bagi pelajar atau murid, menurut Imam Ghazali mengelompokkan tata
kesopanan orang yang belajar atau menuntut ilmu, sebagai berikut:

1) Mensucikan jiwa dari akhlak yang hina dan sifat-sifat tercela.

2) Tidak menyibukkan diri dengan urusan duniawi.

3) Tidak sombong karena ilmunya.

4) Menjaga diri dari mendengarkan pendapat manusia yang berbedabeda(khilafiyyah).

5) Mempelajari ilmu dengan urut (dari mudah ke sulit).

6) Totalitas pada mempelajari satu ilmu sebelum mempelajari ilmu lainnya.

b. Etika pelajar atau murid terhadap guru, menurut Imam Ghazli ada beberapa tata
krama dalam menuntu ilmu antara seorang murid dengan gurunya, yaitu:

1) Mendahuluinya dalam memberikan penghormatan dan salam.

2) Sedikit bicara dihadapannya.

3) Tidak membicarakan hal yang tidak ditanyakan.

4) Tidak bertanya sebelum minta izin.

5) Tidak mengkontradiksikan pendapatnya dengan orang lain.

6) Jangan sekali-kali su’udzon (beranggapan buruk) terhadap guru mengenai


tindakannya yang kelihatannya munkar atau tidak dirridhai Allah swt menurut pandangan
murid. Sebab guru lebih mengerti rahasia-rahasia yang terkandung dalam tindakan itu.
c. Etika guru terhadap pelajar atau murid, menurut Sayyid Mukhtar Abu Syadi dalam
bukunya mengemukakan di antara etika pengajar terhadap murid-muridnya ialah:

1) Memberikan nasihat kepada mereka.

2) Lemah lembut kepada mereka, bertutur kata dengan ramah.

3) Bersabar menghadapi mereka

4) Memerhatikan adab dan akhlak murid-muridnya.

5) Pengajar harus selalu mengawasi pergaulan murid-muridnya.

6) Membiasakan diri dengan kata-kata yang sesuai syari’at


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Etika dalam islam adalah sebagai perangkat nilai yang tidak terhingga dan agung yang bukan saja
berisikan sikap, prilaku secara normative, yaitu dalam bentuk hubungan manusia dengan tuhan
(iman), melainkan wujud dari hubungan manusia terhadap Tuhan, Manusia dan alam semesta dari
sudut pangan historisitas. Etika sebagai fitrah akan sangat tergantung pada pemahaman dan
pengalaman keberagamaan seseorang. Maka Islam menganjurkan kepada manusia untuk
menjungjung etika sebagai fitrah dengan menghadirkan kedamaian, kejujuran, dan keadilan.
Sehingga konsep tata nilai etika islam terbagi menjadi beberapa hal yakni etika dalam berkomunikasi,
perdagangan, Pendidikan, dll.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Alfan, Filsafat Etika Islam (Bandung: PustakaSetia, 2011)

Adab-adab Halaqah Al-Quran: Belajar dari Tradisi Ulama / Sayyid Mukhtar Abu Syadi;
Editor, Ahmad Ihsanuddin

http://repository.radenintan.ac.id/7771/1/SKRIPSI%20SEFTIKA.pdf (03-Mei-2023
09.32WIB)

https://www.academia.edu/11167050/
ETIKA_KOMUNIKASI_DALAM_PERSPEKTIF_ISLAM (03-Mei-2023 10.49WIB)

http://repository.uin-suska.ac.id/19769/8/8.%20BAB%20III%20%281%29.pdf (03-Mei-2023
11.02WIB)

Anda mungkin juga menyukai