Anda di halaman 1dari 12

JUAL BELI MUKHADDIRAT,MUFATTIYAT

DAN MUSHAF DALAM FIQIH MUAMALAH

DOSEN PENGAMPU : Drs. Arsa, M.HI


KELOMPOK 2 :

1.Abdul Manaf 503220138


2.Zola Frandika 503220127
3.Ega Novalia Hudiyanti 503220128
4.M. Hery Juan S. 503220133

MATA KULIAH FIQIH MUAMALAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

PRODI AKUNTANSI SYARI`AH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya bias menyelesaikan makalah ini,Kami selaku penulis menyadari masih banyak
kekurangan yang ada pada makalah kami ini.
Oleh karena itu,kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya
pada dosen bidang studi ini .Demi kesempurnaan dalam membuat makalah (karya tulis) pada
waktu mendatang. Untuk itu kami selaku penulis mengucapkan terima kasih dan semoga
makalh ini bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

2 April 2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. Hukum Jual Beli Mukhaddirat..........................................................................................6
B. Hukum Jual Beli Mufattiyat (Rokok)...............................................................................7
C. Hukum Jual Beli Mushaf...................................................................................................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................................10
A. Kesimpulan......................................................................................................................10
B. Saran................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mukhaddirat berasal dari kata al-khadr yang di antara arti harfiahnya adalah lemah
(al-dha'f), malas (al-kasal), dan istirahat (al-futur). Sedangkan yang dimaksud benda
mukhaddirat adalah penggunaan atau konsumsi benda yang memicu lahirnya sikap malas dan
lemahnya fisik penggunanya. Dalam al-Mausu'ah al-Fiqhyyah al-kuwaitiyah dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan al-mukhaddirat adalah benda yang mampu melakukan
penipuan terhadap akal (kesadaran) manusia sehingga terlihat tidak gelisah
(tenang/gembira/riang), seperti opium, ganja, morfin, heroin, dan kokain.

Mufattirat adalah barang atau benda yang apabila dikonsumsi bisa memicu lahirnya
sikap malas dan lemahnya fisik terhadap pemakainya (penggunanya), juga bisa menimbulkan
ketagihan ketika mengonsumsinya. Rokok merupakan jenis barang yang termasuk ke dalam
mufattirat, karena rokok mengandung bahan dan zat seperti Nikotin,Tar,Karbon Monoksida
Hidrogen, Sianida,Benzena, Formladehida Arsenik,Amonia dan Kadmium.

Sedagkan kata mushaf terbentuk dari kata shahifah yang merupakan bentuk jamaknya
adalah shaha’if atau shuhuf. Shuhuf/shahifah adalah kulit yang berwarna keputihan atau
lembaran atau lempengan tipis yang biasa ditulisi sebuah tulisanshahifah adalah kitab.
Penyebutan dengan mushaf ini karena di dalamnya dikumpulkan sejumlah lembaran-
lembaran yang diapit oleh dua jilid. Jadi, mushaf memiliki pengertian ma ushhifa, maksudnya
sesuatu yang terkumpul di dalamnya lembaran-lembaran berisi tulisan yang diapit di antara
dua jilid. Sementara secara istilah, mushaf adalah sebutan untuk kitab yang terhimpun di
antara dua jilid dari awal sampai akhir dengan surah-surah dan ayat-ayat yang berurutan
sebagaimana yang dikumpulkan di masa Utsman ibn Affan Ra.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hukum Jual-Beli Mukhaddirat ?

2. Bagaimana Hukum Jual-Beli Mufatiyat(Rokok)?

3. Bagaimana Hukum Jual-Beli Mushaf ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Hukum Jual Beli Mukhaddirat.

2. Untuk Mengetahui Hukum Jual Beli Mufatiyat.

3. Untuk Mengetahui Hukum Jual Beli Mushaf.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Jual Beli Mukhaddirat

Al-Qur'anul Karim dan Hadits Syarif menyebutkan pengharaman khamar, tetapi


tidak menyebutkan keharaman bermacam-macam benda padat yang memabukkan, seperti
ganja dan heroin. Maka bagaimanakah hukum syara' terhadap penggunaan benda-benda
tersebut, hal ini telah disepakati oleh para ulama dengan berlandaskan perkataan nabi
muhammad dan para sahabat bahwasannya ganja, heroin, serta bentuk lainnya baik padat
maupun cair yang terkenal dengan sebutan mukhaddirat (narkotik) adalah termasuk benda-
benda yang diharamkan syara' tanpa diperselisihkan lagi di antara ulama. Pendapat fuqaha
mengenai sah-tidaknya jual-beli benda mukhaddirat, antara lain:1

1). Ulama Hanafi sebagaimana dijelaskan dalam kitab Hasyiyah Ibnu Abidin (10/41-48)
mengatakan bahwa tidak halal jual beli, memperdagangkan dan mengkonsumsi barang-
barang mukhaddirat, haram, karena menyangkut maksiat (Perbuatan melanggar hukum )
terhadap Tuhan, merugikan jiwa dan raga pengguna dan menyebabkan pengguna lalai berdoa
kepada Tuhan. Buku Al-Kassan Bada'i al-Shanai (5/144-145) menjelaskan pendapat Abu
Hanifah tentang halalnya jual beli minuman yang diharamkan, kecuali khamr.

2). Ulama Malikiyah termasuk al-Hathab menyatakan dalam Mawahih al-Jalil fi Syarh
Mukhtashar Khalil bahwa boleh jual beli barang mukhaddirat sepanjang penggunaannya
tidak bertentangan dengan syariat. Jika penjualan untuk tujuan ilegal, penjualan tersebut
ilegal.

3). Ulama Syafi'iah sebagaimana dijelaskan dalam kitab al-Nawawi al-Majmu Syarh al-
Muhadzdzah (9/3; 9/36) memberlakukan larangan jual beli barang mukhaddirat karena
dianggap sama ( qiyas ) dianggap sebagai khamr.

4). Hanabil ulama sebagaimana dijelaskan dalam kitab Ibnu Taimiah Majmu' al-Fatawa
(28/339), kitab Ibnu Qudamah al-Mughni (7/114) dan Kasyafal-Qina' (9/3091). al-Bahuti
menyatakan bahwa jual beli barang mukhaddirat adalah haram sebagaimana haram jual beli
khamr.

1
Abd al-Nashir ibn Hadhar Milad, al Buyu` al-muharramah wa al manhiy`anha : Dirasah Fiqhiyyah
Muqarramah (Mesir:Dar al-Hady al-Nabawi.t.th.) hlm 388-392.
Adapun dalil yang menyatakan larangan akan minuman keras (khamr) dan sejenisnya
terdapat dalam QS Al Maidah:90 :

َ‫صابُ َوااْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّشي ْٰط ِن فَاجْ تَنِبُوْ هُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬
َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ْالخَ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َوااْل َ ْن‬

" Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban
untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.”

B. Hukum Jual Beli Mufattiyat (Rokok)

Mufatirat pada prinsipnya sama dengan mukhaddarat. Perbedaannya terletak pada


tingkat/derajat adiksinya (sifat ketagihan atau ketergantungannya) yaitu benda yang
membahayakan akal/jiwa manusia karena mengakibatkan lemahnya anggota badan dan
lunglainya jasad fisik penggunanya sehingga tidak mudah untuk ditinggalkan, seperti
kecanduan rokok (al-dukhan). Konsumsi benda mukhaddirat memicu mabuk (sakay),
sedangkan konsumsi mufatirat memicu lahirnya pendahuluan mabuk/ngigau (muqaddimat al-
sakar)2. Pendapat fuqaha mengenai sah tidaknya jual-beli benda mufattirat anatara lain:3

1). Ulama Hanafi sebagaimana dijelaskan dalam Hasyiyah Hon Abidin oleh Ibnu Abidin
(10/49-50), menyatakan larangan jual beli mufatirat karena menimbulkan kecanduan dan
akhirnya delirium.

2). Ulama Maliki menjelaskan sebagaimana dijelaskan dalam Fath al-Ali al-Malik fi al-
Fatwa' ala Madzhab al-Imam Malik (2/181) oleh Syekh 'Ilisy bahwa boleh membeli produk
mufatirat dan menjualnya karena mengandung kesucian benda (bukan Najija) dan bermanfaat
menurut Syariah (untuk Shisyah antara lain).

3). Ulama Syafi'iah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Hasyiyah al-Syanvani' ala Tuhfat al-
Muhtaj karya al-Syeikh Abd al-Hamid al-Syarwani (4/236-237), berbeda pendapat tentang
hukum jual beli hal-hal dengan kesepakatan bersama. Beberapa ulama Syaffiah berpendapat
bahwa jual beli barang-barang umum halal karena barang-barang itu suci dan bermanfaat
bagi orang banyak. Sementara itu, ulama Syafi'i lainnya menyatakan bahwa jual beli barang
mutatirat adalah haram karena tidak bermanfaat dan berpotensi menimbulkan dharar yang
2
Abd al Nashir ibn Hadhar Milad, al Buyu`al-muharramah wa al –Manhiy`anha:Dirasah Fiqhiyyah Muqarramah
(Mesir: Dar al-Hady al-Nabawi,t.th.) hlm 383
3
Abd al Nashir ibn Hadhar Milad, al Buyu`al-muharramah wa al –Manhiy`anha:Dirasah Fiqhiyyah
Muqarramah(Mesir: Dar al-Hady al-Nabawi,t.th.) hlm 398-401
berat bagi umat. Namun pendapat ulama Syafi'iyah yang paling kuat adalah pendapat bahwa
jual beli itu makruh. hal yang umum.

4. Ulama Hanabilah sebagaimana dijelaskan dalam kitab Kasyafal-Qinz karya al-Bahut


(4/1385) menjelaskan tentang hukum jual beli barang mufatirat dan apakah barang tersebut
bermanfaat. Maksud jual beli barang-barang umum adalah jika memungkinkan untuk
digunakan (misalnya sebagai obat), maka diperbolehkan. Dilarang memperdagangkan benda-
benda umum jika tidak memungkinkan untuk digunakan.

C. Hukum Jual Beli Mushaf

Pada bagian ini akan dibahas dua topik: yaitu: 1) hukum jual-beli mushaf Al-Quran:
dan 2) hukum menjual Mushaf Al-Quran kepada orang kafir.

Mushhaf Al-Quran merupakan kitab suci yang eksistensinya sangat dijunjung tinggi
umat Islam. Firman Allah direkam, ditulis, dan disebarluaskan dalam bentuk cetakan
sebagaimana buku pada umumnya.

a. Pendapat fuqaha mengenai hukum jual-beli mushaf Al-Quran adalah sebagai berikut:4

1). Ulama Hanafiah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Bada`i al-Shana'i (1/34) karya al-
Kassani, berpendapat bahwa mushaf Al-Quran boleh diperjualbelikan.

2). Ulama Maliki sepakat dengan ulama Hanafah tentang kebolehan jual beli Al-Qur'an.
Kitab Mawahib al-Jalil dari Al-Hathab (4/423) menjelaskan bahwa mushaf Al-Quran dapat
disewa (akad ijarah) dan karenanya dijual; karena sebagian besar ulama Tabi'in
membolehkan jual beli Al-Quran.

Pendapat inilah yang merupakan pendapat yang paling kuat dan inilah pendapat yang dipilih
oleh Ibnu Utsaimin. Alasan yang menguatkan pendapat ini adalah hukum asal transaksi jual
beli adalah halal dan tidak dijumpai dalil sahih yang tegas mengharamkannya. Adapun
riwayat dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas di atas, maka itu adalah riwayat yang lemah,
sehingga tidak layak dijadikan sebagai dalil.

3). Ulama Syafi'i berbeda pendapat dengan ulama Hanafi'i dan Maliki sebagaimana
diriwayatkan oleh Sahnun Ibn Sa'id al-Tanuhi (11/408). Ulama Syaffiah menjelaskan bahwa
hukum jual beli mushaf Al-Quran adalah2 Makruh.

4
Al-Shadiq Abd al-Rahman al-Ghuryani, Ahkam al-Mu'amalat al-Maliyyah fi al-Fiqh al-Islami (Toroblus:
Universitas al-Maftuhah. 2002), hlm. 52-53; Abd al-Nashir Ibn Hadhar Milad, al-Buyu' al-Muharramah wa al-
Manhiy 'anha: Dirasah Fiqhiyyah Mugaranah (Mesir. Dar al-Hady al-Nabawi. t.th.), hlm. 455-457: dan lihat
Wanbah al- Zuhaili, al-Mu'malat al-Maliyyah al-Mu'ashirah (Damaskus: Dar al-Fikr. 2006), hlm. 134.
‫ كنا ال نرى بأسا أن يبيع المصحف ويشتري بثمنه‚ مصحفا هو أفضل‬: ‫ قال‬، ‫ عن ابن عباس رضي هللا عنهما‬، ‫عن مجاهد‬
‫ فرخص في شراء المصحف‬، ‫ وال بأس أن يبادل المصحف بالمصحف‬، ‫منه‬

Dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, beliau mengatakan, “Tidaklah mengapa menjual mushaf lalu
hasil penjualannya dipergunakan untuk membeli mushaf yang lebih baik. Tidak mengapa
membarter mushaf dengan mushaf.” Jadi, Ibnu Abbas memperbolehkan jual beli mushaf
Alquran. (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Khalq Af’alil ‘Ibad, no. 234; sanadnya dhaif
karena ada perawi yang bernama Laits bin Abi Salim Al-Laitsi).

4). Ulama Hanabli berpendapat bahwasannya jual beli mushaf Al Qur`an itu tidak
diperbolehkan. Bahkan,transaksinya tidak sah.

‫عن بن عمر قال وددت أني قد رأيت األيدي تقطع في بيع المصاحف‬

Dari Ibnu Umar, beliau mengatakan, “Aku berharap aku bisa menyaksikan tangan-tangan
yang dipotong karena memperjualbelikan mushaf Alquran.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi
Syaibah, no. 20209; sanadnya lemah karena adanya perawi yang bernama Laits bin Salim).
Angan-angan Ibnu Umar di atas menunjukkan bahwa menurut beliau, jual beli mushaf
Alquran itu haram.

b. Hukum Penjualan Mushaf Kepada Orang Kafir:5

Pendapat Fuqaha tentang apakah mushaf Al-Quran bisa dijual atau tidak Kepada orang-
orang kafir adalah ini:

1). Para ulama Maliki, sebagaimana dijelaskan dalam kitab al-Hathabi Mawahib al-Jalil
(4/253), mengatakan bahwa hukum mushaf al-Qur'an berlaku bagi orang-orang kafir. Orang
kafir memiliki Al-Qur'an karena dia membelinya dari pihak lain atau karena alasan lain, dia
mungkin terpaksa menjualnya.

2). Ulama Syafi'iah sebagaimana dijelaskan dalam al-Majmu Syarhal-Muhadzdzab (9/434)


dari al-Nawawi, berbeda pendapat dalam hukum Menjual Mushaf Al-Qur'an kepada orang
kafir. Seorang ilmuwan yang melarang dan ada yang mengizinkan. Lebih banyak
pendapatKuat adalah pendapat pertama yang melarang penjualan Mushaf Al Quran untuk
orang kafir.

3). Ulama Hanabilah, sebagaimana dijelaskan dalam kitab al-Mughni karya Ibnu Qudamah
(13/4), sependapat dengan ulama Malikiah bahwa penjualan Mushat al-Quran kepada orang
kafir dilarang.

4). Bukti atau alasan mengapa ulama mengklaim bahwa orang kafir begitu terkunci dalam
hukum sehingga mereka menjadi pembeli dan Mushaf Bolch ditukar. maka jual beli mushaf
darinya adalah halal. Adapun gagasan bahwa orang kafir harus dipaksa menyerahkan
5
Abd al-Nashir Ibn Hadhar Milad, al-Buyu' al-Muharramah wa al-Manhiy 'anha: Dirasah Fiqhiyyah Muqaranah
(Mesir: Dar al-Hady al-Nabawi. t.th.), hlm. 458-460; dan lihat Wahbah al-Zuhaili, al-Mu'malat al-Maliyyah al-
Mu'achirah (Damaskus: Dar al-Fikr. 2006), hlm. 134; Abd al- Aziz Ibn Muhammad Ibn Abdullah al-Hajilan, al-
Ahkam al- Fiqhiyyah al-Khashshah bi al-Quran al-Karim (Riyadh: Universitas Islam Ibn Sa ud. 1408 H), hlm.
722-724.
hartanya, itu hanya untuk menjaga kehormatan Al-Qur'an. seperti yang dia perintahkan.
Mengenai klaim atau dalil yang digunakan ular untuk mengingkarinya adalah hadis yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari (3/1090) dan Imam Muslim (3/1490), Rasulullah. Melarang
(para sahabat) membawa mushaf Al-Qur'an ketika bepergian ke negeri musuh.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum jual-beli benda yang dilarang karena dianggap sebagai media atau wasilah (al-
dzari'ah) menyimpangnya manusia dari ajaran Allah yang terdiri atas dua bahasan pokok:

1). Jual-Beli Mukhaddirat. (Narkotika dan Miras)

2). Jual Beli Mufattirat. (Khamr)

Namun ada satu bahasan pokok lagi yaitu mengenai Jual Beli Mushaf yang mana
sebagian besar ulama menetapkan Jual beli Mushaf diperbolehkan selama tidak disalah
gunakan dan dengan tujuan beribadah kepada Allah SWT.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca dari berbagai kalangan
pada umumnya, dan bagi masyarakat ilmiah serta Mahasiswa khususnya. Penulis menyadari
bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak sangat di harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

ash-Shiddiqieqy, H. (1974). Pengantar Fiqh Muamalah. Jakarta: Bulan Bintang.


Karim, A. (2008). Bank Islam : analisis fiqih dan keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Milad, A. a. (1954). al Buyu` al-Muharramah wa al-Manhiy`anha: Dirasah Fiqhiyyah
Muqarramah. Mesir: Dar al-Hady al-Nabawi.
Milad, A. a. (1954). al Buyu`al-muharramah wa al –Manhiy`anha:Dirasah Fiqhiyyah
Muqarramah. Mesir: Dar al--Hady al-Nabawi.
Milad, A. a.-N. (1954). al Buyu` al-muharramah wa al-Manhiy`anha :Dirasah Fiqhiyyah
Muqarramah. Mesir: Dar al-Hady al-Nabawi.
Network, Y. (2014, October 27). Hukum Bisnis Mushaf Al Qur`an. Diambil kembali dari
https://pengusahamuslim.com/.
Qardhawi, D. Y. (t.thn.). Fatwa-fatwa Kontemporer. (G. I. Press, Penyunt.) HUKUM
MUKHADDIRAT (NARKOTIK) , 206-207.
Rahmat, S. (2006). Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai