Nama Kelompok :
2022
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Penggunaan Alkohol dalam Parfum Menurut Majelis Ulama Indonesia
(MUI) dan Majlis Tarjih Muhammadiyah adalah hasil penelitian kepustakaan, untuk menjawab
pertanyaan tentang bagaimana penggunaan alkohol dalam parfum dan bagaimana analisis Majelis
Ulama Indonesia (MUI) dan Majlis Tarjih Muhammadiyah terhadap penggunaan alkohol dalam
parfum.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan komparatif, dimana
penelitian ini berusaha menuturkan pemecahan masalah berdasarkan membandingkan suatu objek
lain. Data yang dihimpun melalui data-data serta fakta-fakta yang sudah beredar dari dua objek
yang berbeda dan telaah pustaka, dan selanjutnya dianalisisdengan teknik deskriptif analisis.
Hasil menyimpulkan bahwa, Menurut MUI dan Majelis Tarjih Muhammadiyah sama sama
membolehkannya pemakaian alkohol dalam parfum untuk kegunaan sehari-hari. Karena pada
dasarnya khamr dan alkohol dalam konteks ini adalah dua hal yang berbeda. Sejalan dengan
kesimpulan di atas bahwa penggunaan alkohol dalam parfum dibolehkan. Saran dari kami bahwa
penggunaannya tidak berlebihan, dipakai di luar tubuh, dan tidak mengandung bahan yang
diharamkan.
2
DAFTAR ISI
ABSTRAK.........................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................................4
B. Identifikasi Masalah..............................................................................................................5
C. Batasan Masalah....................................................................................................................6
D. Rumusan Masalah.................................................................................................................6
E. Tujuan Penelitian...................................................................................................................6
F. Kegunaan Penelitian.............................................................................................................7
G. Kajian Pustaka...................................................................................................................7
H. Definisi Operasional.........................................................................................................10
I. Metodologi Penelitian..........................................................................................................10
J. Sistematika Pembahasan.....................................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................13
1. Pengertian Alkohol..............................................................................................................13
2. Penggunaan Alkohol............................................................................................................15
3. Jenis-Jenis Alkohol..............................................................................................................15
4. Kriteria Alkohol...................................................................................................................17
5. Pandangan Ulama tentang Alkohol...................................................................................18
BAB III PANDANGAN MUI DAN MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH TENTANG
PENGGUNAAN ALKOHOL DALAM PARFUM......................................................................23
A. Majelis Ulama Indonesia.....................................................................................................23
B. Majelis Tarjih Muhammadiyah.........................................................................................29
BAB IV ANALISIS KOMPARATIF PENGGUNAAN ALKOHOL DALAM WEWANGIAN
MENURUT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) DAN MAJLIS TARJIH
(MUHAMMADIYAH)...................................................................................................................41
A. Analisis Penggunaan Alkohol Dalam Wewangian menurut Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) dan Majlis Tarjih (MUHAMMADIYAH)...................................................41
B. Analisis Komparatif Penggunaan Alkohol Dalam Parfum Menurut Majelis Ulama
Indonesia (Mui) Dan Majlis Tarjih (Muhammadiyah)...........................................................48
BAB V PENUTUP..........................................................................................................................51
A. Kesimpulan...........................................................................................................................51
B. Saran.....................................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................52
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini Alkohol menjadi perbincangan yang hangat. Kandungan Alkohol dalam
Khamr diketahui Haram karena memabukkan. Hal tersebut cukup beralasan sebagaimana
dalam Haditspun disebutkan untuk pengharaman Khamr1. Khamar sendiri adalah seluruh
jenis minuman yang dapat menghalangi atau menutupi atau mempengaruhi pikiran (sehat)
seseorang (memabukkan)2. Namun bagaimana jika Alkohol digunakan untuk barang gunaan?
Dalam ilmu kimia, Alkohol adalah istilah yang umum bagi senyawa organic apapun yang
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada Atom Karbon, yang ia sendiri terikat pada
atom hydrogen atau atom karbon lain. Dilihat dari gugus fungsinya, Alkohol memiliki banyak
golongan. Golongan yang paling sederhana adalah methanol dan etanol3. Alkohol merupakan
di antara bahan aditif dan penstabil yang banyak digunakan dalam penghasilan produk
gunaan sama ada produk yang digunapakai secara dalaman (orally) atau luaran (non
consumable)4. Hal tersebut memancing isu tentang bagaimana hukum antara Alkohol dalam
makanan/minuman dan Alkohol dalam brang-barang gunaan. Dalam hal ini para ulama
berselisih pendapat mengenai najis tidaknya Alkohol berdasarkan sumbernya. Jika sumbernya
interaksi akan terganggu apabila tubuh beraroma kurang sedap Aroma tubuh yang kurang
banyak orang yang masih bimbang tentang hukum menggunakannya. Oleh karena itu, ada
1
D A N Kosmetika, “Alkohol Dalam Obat Dan Kosmetika,” no. i (2002).
2
N I M :14360030 AHMAD MAHYUDDIN ALFADLOL, “Kandungan Alkohol Dalam Minuman Studi Komparatif
Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dan Fatwa Majelis Tarjih Dan Tajdid Muhammadiyah,” 2019, 112,
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/37819/.
3
Hani Umi, “Pemakaian Alkohol Pada Obat Batuk Sirup Berdasarkan 4 Mazhab,” in Al-Ulum Ilmu Sosial Dan
Humaniora, vol. 6, 2020, 60–74.
4
Mohammad Aizat Jamaludin, Mohd Anuar Ramli, and Dzulkifly Mat, “Isu Penggunaan Alkohol Dalam
Penghasilan Produk Gunaan Semasa : Analisis Dari Perspektif Hukum Islam,” Islamic Law in Contemporary
Community Conference, no. January (2011).
4
sebagian orang yang takut menggunakan parfum beralkohol dalam beribadah seperti sholat.
Mereka takut apabila menggunakan parfum beralkohol di dalam sholat akan menyebabkan
sholatnya tidak sah, sehingga mereka lebih menggunakan parfum yang non alkohol ketika
beribadah/sholat.
kesehatan, obat-obatan dan lain-lain5. Alkohol dalam wewangian berfungsi sebagai pennguat
wangi itu sendiri, agar tahan lama, lebih segar, dan lain lain. Maka kurang afdol jika membeli
wewangian tanpa Alkohol. Maka dalam hal ini para ulama bersepakat bahwa akibat hukum
dari Alkohol dalam wewangian adalah Mubah. Baik digunakan dalam sehari-hari maupun
Selain kata alkohol sesuatu yang memabukkan itu ada yang cair sesuai dengan
asalnya, seperti khamr dan nabidz, dan ada pula yang padat. 6 Seperti candu dan ganja.
Terlepas candu dan ganja dalam pembahasan kali ini agar tidak melebar, penulis hanya
Dalam hal ini, kami memilih Majelis Ulama Indonesia dan Majelis Tarjih
Muhammadiyah karena kedua lembaga fatwa ini banyak berkembang dimasyarakat modern
B. Identifikasi Masalah
1. Banyaknya orang yang menggunakan parfum beralkohol karena berpegang pada
2. Sebagian orang bimbang masalah sah atau tidak sholat nya karena memakai parfum
yang beralkohol.
5
Muhamad Ikhwan Lukmanudin, “Legitimasi Hadis Pelarangan Penggunaan Alkohol Dalam Pengobatan” 4, no.
1 (2015): 79–101.
6
Siti Rifaah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis atas Pendapat Kh Abdul
Wahab Khafidz dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad Kauman Kab. Rembang), Semarang,
2012.
5
3. Parfum yang beralkohol diakui masyarakat memiliki manfaat agar tahan lama/awet
C. Batasan Masalah
1. Penggunaan alkohol dalam wewangian/parfum
3. Analisis komparatif pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Majlis Tarjih
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum Penggunaan alkohol dalam wewangian/parfum menurut
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan hukum Penggunaan alkohol dalam
6
alkohol dalam parfum menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Majlis Tarjih
(Muhammadiyah)
F. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan dan
2. Kegunaan Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan atau rujukan
G. Kajian Pustaka
Tedapat beberapa penelitian terdahulu berkaitan dengan pengguanan alkohol
1. Artikel Jurnal yang ditulis oleh Muhammad Kahfi Aulia berjudul, Kajian
Islam yaitu Mubah, tidak apa-apa baik dipakai dalam kehidupan sehari-
hari maupun dipakai dalam hal beribadah sholat, baik banyak maupun
2. Artikel yang ditulis Hadi Mulyono dengan judul, Pandangan Ulama Soal
7
Alkohol yang dimaksudkan dalam QS. Al-maidah : 90. Mayoritas ulama
Sailul Jarar bahwa makna “rijsun” memiliki arti haram (keji) bukan najis.
Begitu pula Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu' Syarh Al- Muhadzzab
pendapat yang mengatakan alkohol itu suci lebih sejalan dengan prinsip
itu khamar pun tidak sepakat dalam soal najis atau tidak. Atas dasar itu,
maka baju atau badan dan lainnya yang terkena parfum beralkohol tidak
Ramadhan".
9
Nashih Nashrullah, Bolehkan Memakai PArfum Beralkohol Untuk Sholat atau ibadah? Di akses
pada tanggal 09 Maret 2020 di https://www.republika.co.id/berita/q6x7bz320/bolehkah-memakai-parfum-
berakohol- untuk-shalat-atau-ibadah
8
Parfum, Amankah?.10 Menurut Auditor Lembaga Pengkajian Pangan
Chilwan Pandji Apt MSc, alkohol atau etanol yang digunakan untuk
memabukan. Etanol bisa dihasilkan dari fermentasi khamar, tapi juga bisa
alkohol dalam parfum, namun, berbeda dengan penelitian ini yang membahas
Indonesia (MUI) dan Majlis Tarjih. Berdasarkan penelitian di atas belum ada
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Majlis Tarjih. Maka penelitian ini penting
dilakukan.
H. Definisi Operasional
Terdapat beberapa kalimat yang perlu peneliti definisikan secara operasional yaitu:
10
Damanhuri Zuhri, Alkohol dalm Parfum, Amankah ? diakses pada tanggal 26 Oktober tahun 2013 di
https://www.republika.co.id/berita/dunia- islam/fatwa/13/10/26/mv9msz-alkohol-dalam-parfum-amankah
9
dalam parfum dan untuk menyebarkan wewangian parfum ke udara.
MUI merupakan salah satu Lembaga Fatwa Indonesia yang mewadai para
I. Metodologi Penelitian
Tarjih
Majlis Tarjih
2) Sumber Data
(https://suaramuhammadiyah.id/2015/12/03/hukum-parfum-
beralkohol/)
11
SK PP Nomer 74 dalam https://publikasiilmiah.ums.ac.id/
10
penggunaan alkohol dalam parfum.
Tarjih.
J. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan penelitian ini mengikuti sebagaimna berikut :
Bab kedua merupakan kerangka teori yang membahas tentang hukum penggunaan
Bab ketiga merupakan hasil penelitian yaitu membahas tentang ptofil MUI dan Majlis
Tarjih, sejarah MUI dan Majlis Tarjih, Visi Misi MUI dan Majlis Tarjih dan
wewangian/parfum.
Bab keempat membahas tentang studi komparatif tentang pandangan MUI (Majelis
11
Bab kelima membahas tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Alkohol
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) alkohol merupakan zat cair
yang tidak berwarna, mudah menguap dan terbakar, dipakai dalam bidang industri, dan
pengobatan, merupakan unsur ramuan yang memabukkan, minuman keras, dan senyawa
karbon. Alkohol adalah senyawa organik yang keberadaannya dalam tubuh manusia
melarutkan lipida yang terdapat di membran sel memungkinkannya dengan cepat masuk
ke dalam sel-sel dan menghancurkan struktur sel tersebut. Menurut Syekh Zainuddin Ibn
Abd Aziz al-Malibary, segala minuman yang bias memabukkan dalam jumlah banyak
atau sedikit baik itu berupa khamar atau bukan, adalah diharamkan.12 Kata alkohol
Carbonium, yaitu zat arang, H artinya Hidroginium, yaitu zat cair. Dengan demikian ,
C2 H5 0H artinya persenyawaan antara atom 2 atom zat arang dengan 5 atom zat cair.
Alkohol semacam ini disebut “alcohol absolutus” yaitu alcohol 99%, sedangkan 1% nya
adalah air.13
sesuatu yang mudah menguap, sari pati, atau intisari). Alkohol diartikan sebagai cairan
tidak berwarna yang mudah menguap dan mudah terbakar. Umumnya dipakai di industri
dan pengobatan, serta merupakan unsur ramuan yang memabukkan dalam kebanyakan
minuman keras. Alkohol dibuat melalui fermentasi berbagai zat yang mengandung
hidrat arang (seperti melase, gula tebu, dan sari buah).14Fermentasi adalah konversi
12
(Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al- Malibary , Fat al-Mu’in Bi Sar Quran al Uyum,(Maktabah wa Matbaah,
semarang: Toha Putrea ), hlm . 131)
13
(Ahmad Dimyai Badruzzaman, Umat Bertanya Ulama Menjawab, (Bandung : Sinar Baru,1973), hlm . 215)
14
(Abdul Aziz, Dahlan dkk (Ed.). Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 4, Jakarta: Ikhtiar Baru van Hoeve, 1997, hlm.
1182.)
13
senyawa organik secara enzimatik anaerobik, terutama karbohidrat menjadi senyawa
yang lebih sederhana, khususnya menjadi etil alkohol.15 Dari sini dapat disimpulkan
bahwa untuk memunculkan kandungan alkohol dalam suatu bentuk minuman atau
dikonsumsi yaitu bahan yang dapat menghasilkan etil alkohol melalui fermentasi,
namun selama belum terfermentasi maka belum memiliki kadar alkohol, sehingga
Menurut Kamus Kimia, alkohol ialah senyawa organik diantara karbon, hidrogen,
dan oksigen, molekulnya dapat mengandung satu atau lebih radikal hidroksil (OH -)
yang telah terikat pada atom karbon banyak digunakan, terutama etanol; rumus alkohol
Cn H2n+1OH dan nama sitematikanya berakhiran –ol; bergantung pada jumlah gugus –
OH dalam molekulnya, maka suatu alkohol dapat derajat satu, dua atau tiga.16
Alkohol ialah istilah yang umum bagi senyawa organik apapun yang memiliki
gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang terikat pada atom hidrogen
dan atau atom karbon lain. Berdasarkan dari gugus fungsi, alkohol memiliki banyak
golongan. Golongan yang paling sederhana adalah metanol dan etanol. Sementara John
Wiely dan Soon dalam bukunya Introdution to Organic Chemistry menjelaskan bahwa :
“Alkohol adalah senyawa organik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang
terikat pada atom karbon yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan atau
atom karbon lain. Dengan mensubstansikan –OH ke H dari CH4, maka didapat
CH3OH yang dikenal dengan metanol. Rumus fungsional dari alkohol adalah OH
dengan formula umum untuk alkohol ROH, dimana R adalah alkil atau substitusi
kelompok alkil”.17
Pengertian alkohol sangat luas, Gliserin sebagai dasar obat peledak Nitrogliserin
15
(May, R Yuang. Kamus kedokteran. Binar Publisher.)
16
(A. Amirudin. et al, Kamus Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud. 1993. hlm.8).
17
(John Wiely dan Soon , Introdution to Organic Chemistry, ttp: t.p, 2011, hlm. 487)
14
juga termasuk alkohol. Spiritus bakar juga alkohol, tetapi ia sudah dicampur dengan
racun yang disebut metanol supaya jangan diminum orang; ternyata metanol itu sendiri
juga alkohol.18
Alkohol belum diketahui orang pada masa dahulu, maka dari status hukumnya
pun tidak terdapat dalam kitab-kitab Fiqih dahulu, baik dalam mazhab Syafii, Hanafi,
Maliki, Hambali, Dawud Zhahiri maupun lainnya. Akan tetapi, masalah najis atau
sucinya alkohol hanya dapat diketahui dalam pembahasan-pembahasan para ulama masa
sekarang.
2. Penggunaan Alkohol
Dewasa ini, seiring dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), penggunaan alkohol tidak hanya sebatas pada minuman atau makanan tetapi
alkohol banyak digunakan dalam hal-hal lainya. Alkohol juga sering dijadikan bahan
pelarut adalah jenis metanol, etanol dan isopropanol. Metanol digunakan sebagai pelarut
dalam cat, bahan anti beku dan senyawa kimia lainya. Sedangkan etanol banyak
digunakan sebagai pelarut, antiseptik, campuran obat batuk, anggur obat, bahan
3. Jenis-Jenis Alkohol
Alkohol memiliki beberapa jenis, dan setiap jenisnya memiliki potensi untuk
merusak tubuh atau yang memiliki tingkat racun yang berbeda-beda pula. Jenis-jenis
Etanol adalah bahan cairan yang telah lama digunakan sebagai obat dan merupakan
bentuk alkohol yang terdapat pada minuman keras seperti bir, anggur, wiski maupun
minuman lainnya. Etanol merupakan cairan yang jernih, tidak berwarna, terasa
membakar pada mulut dan tenggorokan apabila ditelan. Etanol sangat mudah sekali
18
(Musthafa K.S., Alkohol Dalam Pandangan Islam dan Ahli-ahli Kesehatan, Bandung: PT Al-Ma'arif, hlm. 21.)
19
(Koes Irianto, Pencegahan dan Penaggulangan Keracunan Bahan Kimia Berbahaya, Bandung: Yrama Widya,
2013, hlm.98.)
15
larut dalam air dan sangat potensial dalam menghambat sistem saraf pusat dalam
aktifitas sistem retikuler 53. Aktifitas etanol sangat kuat dan setara dengan
bahan anestetik umum. Tetapi toksisitas etanol lebih rendah daripada dua jenis
Alkohol jenis ini mempunyai struktur paling sederhana, tetapi paling toksik pada
manusia dibanding dengan jenis alkohol lainnya. Metanol secara luas digunakan
pada industri, rumah tangga, pelarut cat, anti beku dan sebagai bahan bakar.
Terjadinya keracunan pada orang biasanya karena sengaja diminum atau beberapa
Keracunan metanol telah terjadi secara luas dan menyebabkan banyak kematian dan
angka kesakitan (mortalitas dan morbiditas). Banyak kasus terjadi pada waktu terjadi
etanol, baik dalam penampilannya, bau, maupun harganya yang murah. Di samping
itu orang awam tidak begitu mengetahui bahwa metanol lebih berbahaya daripada
etanol.
kebutuhan rumah tangga seperti kosmetik, obatobatan, peralatan kamar mandi dan
bahas hanya minuman yang mengandung etanol (C2H5OH) saja yang diperbolehkan
16
beralkohol yang mengandung etanol dan mengesampingkan minuman beralkohol
4. Kriteria Alkohol
Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroksil (-OH) dengan 2
atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah CH3CH2OH yang
disebut metil alkohol (metanol), C2H5OH yang diberi nama eti lalkohol (etanol), dan
C3H7OH yang disebut isopropil alkohol (IPA) atau propanol-2. Dalam dunia
perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau etil alkohol atau metil karbinol
Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH
dengan titik didihnya 78,4° C. Etanol memiliki sifat tidak berwarna, volatil dan dapat
bercampur dengan air . Ada dua jenis etanol , etanol sintetik sering disebut metanol atau
metil alkohol atau alkohol kayu, terbuat dari etilen, salah satu derivat minyak bumi atau
batu bara. Bahan ini diperoleh dari sintesis kimia yang disebut hidrasi, sedangkan
bioetanol direkayasa dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan
yang hamper murni kadar dihitung sebagai c2H5OH sebesar 99,8% dan air 02%, kedua
etanol (ethyl alcohol) adalah alcohol kadar 95 sampai 96,8% v/v , ketiga methanol
(methyl alcohol) adalah alcohol yang mempunyai struktur paling sederhana, keempat
22
(e-journal.uajy.ac.id, artikel diakses pada 4 maret 2014)
17
atom karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah CH3CH2OH yang
disebut metil alkohol (metanol), C2H5OH yang diberi nama etilalkohol (etanol), dan
C3H7OH yang disebut isopropil alkohol (IPA) atau propanol-2. Dalam dunia
perdagangan yang disebut alkohol adalah etanol atau etil alkohol atau metil karbinol
Menurut Muhammad bin Ali Asy-Syaukani dan Muhammad Rasyid Rida bahwa
meminum minuman yang mengandung unsur alkohol, walaupun kadarnya sedikit dan
tidak dimabukkan, sebaiknya dihindarkan untuk tidak diminum. Mereka berpegang pada
jumlah yang lebih sudah pasti memabukkan. Karenanya, hal ini lebih banyak membawa
Dalam hal pemanfaatan alkohol untuk keperluan sandang dan papan (seperti
pembersih alat-alat tertentu di rumah tangga, rumah sakit, kegiatan industri, dan
mengatakan tidak najis.Imam Mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali)
Ulama yang menghukumkan khamer sebagai najis beralasan pada surah al-
Ma'idah (5) ayat 90.Dalam ayat itu disebutkan bahwa khamar termasuk rijs yang
diartikan najis, dan najis adalah kotor berdasarkan firman Allah SWT dalam surah al-A
'raf (7) ayat 157, karenanya harus dijauhi. Atas dasar ini; mereka menetapkan bahwa
pakaian itu tidak boleh dipakai untuk shalat. Jika tetap dipakai, maka shalatnya tidak sah
atau batal.24 Pendapat di atas beralasan pada hadis Nabi SAW yang diriwayatkan dari
Sa'labah al- Khasyani. Dalam hadits tersebut ia bertanya kepada Rasulullah SAW: "Ya
Rasululah, kami berada di kampung orang-orang ahlul kitab, apakah kami boleh makan
memakai alat-alat (misalnya piring yang telah) mereka (pakai)?" Rasulullah SAW
menjawab: "Jika kamu bias mendapatkan yang lain, selain dari alat yang mereka pakai
itu, maka jangan kamu makan di situ. Tetapi, jika tidak ada yang lain lagi, maka
riwayat lain dikatakan pula: "Kami berkunjung kepada orang-orang "ahlulkitab, mereka
memasak daging babi dalam periuk mereka dan minumkhamar dengan alat-alat (gelas)
mereka. Rasulullah SAW menjawab: "Jika kamu bisa mendapatkan yang lain, pakailah
yang lain, tapi jika tidak ada yang lain, maka basuhlah dengan air, lalu makan dan
Sebaliknya Imam Rabi'ah ar-Ra'yi (guru Imam Malik), al-Lais bin Sa'ad, Abi
Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264 H/878 M; ulama Mazhab Syafi'i), sebagian
ulama Baghdad kontemporer, dan Mazhab az-Zahiri mengatakan bahwa khamar adalah
suci. Pendapat ini beralasan pada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa para sahabat
keharamannya. Seandainya khamar itu najis, tentu sahabat tidak melakukannya karena
Nabi SAW akan melarangnya, akan tetapi ternyata Nabi SAW tidak melarangnya.
Mereka menegaskan, kata rijsun dalam surah al-Ma'idah (5) ayat 90, kalau diartikan
najis, maka yang dimaksud adalah najis hukmy (najis secara hukum), bukan najis 'aini
(najis secara materi). Menurut mereka, hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam
24
(TM.Hasbi Ash Shiddieqy, Koleksi Hadis-Hadis Hukum, jilid 9, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2001,
hlm. 181-192. Haliman, Hukum Pidana Syari'at Islam Menurut Ajaran Ahlus Sunnah, Jakarta: Bulan Bintang,
1971, hlm. 445-458)
19
surah at-Taubah (9) ayat 28, yang artinya: “sesungguhnya orang-orang musyrik itu
adalah najis..."Di samping itu kata-kata rijsuntersebut juga menjadi sifat bagi almaisyir
(judi), al-ansab (berkurban untuk berhala), dan al-azlam (mengundi nasib dengan panah).
Namun, tak seorang ulama pun yang menyatakan benda-benda tersebut adalah najis 'aini.
Di antara ulama yang berpendirian bahwa khamar itu suci adalah Muhammad
bin Ali asy-Syaukani dan Muhammad Rasyid Rida dalam kitab Tafsir al-Manar,
menyatakan ketidak najisan alkohol dan khamar serta berbagai parfum yang
mengandung alkohol atas dasar tidak adanya dalil sarih (tegas) tentang kenajisannya.
dalam minyak wangi hukumnya tidak haram, sebaliknya memakai minyak wangi malah
disunahkan.25
Atiah Saqr (ahli fikih Mesir) dalam bukunya Al-Islam Wa Masyakil AlHajah
(Islam dan Masalah Kebutuhan) mengemukakan bahwa mengingat alkohol kini sudah
karena pendapat ini sesuai dengan prinsip alyusr (kemudahan) dan adam al-haraj
tetap berpedoman pada hukum khamar. Imam mazhab yang empat pada dasarnya
memabukkan untuk pengobatan hukumnya adalah haram. Pendapat ini beralasan pada
hadis riwayat Ibnu Mas'ud yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak menjadikan obat (untuk) kamu dari sesuatu yang
25
Azyumardi Azra (penyunting), Islam dan Masalah-Masalah Kemasyarakatan,Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983, h.
426
20
Tariq bin Suwaid meriwayatkan pula bahwa dia'' bertanya kepada Rasulullah
SAW tentang khamar.Rasulullah SAW melarang atau membenci pembuatan khamar itu.
Ibnu Suwaid berkata: "Aku membuatnya hanya sematamata untuk obat". Rasulullah
menjawab: "Sesungguhnya (khamar) itu bukannya obat, tetapi malah penyakit" (HR.
Abu Dawud). Hadis lain dari Abu Darda yang mengatakan bahwa Nabi SAW bersabda:
maka berobatlah kamu sekalian, dan janganlah kamu berobat dengan yang haram"
(HR. Abu Dawud). Akan tetapi, ulama yang datang belakangan memberikan
kelonggaran
berobat dengan sesuatu yang diharamkan (termasuk khamar, nabiz, dan alkohol),
dengan syarat diketahui secara yakin bahwa pada benda tersebut benar-benar terdapat
obat (sesuatu yang dapat menyembuhkan), dan tidak ada obat lain selain itu.
berobat jika hanya dengan khamar atau alkohol murni, tanpa dicampur dengan bahan
lain, di samping memang tidak ada bahan lain selain bahan campuran alkohol tersebut.
Alkohol itu harus berdasarkan petunjuk atau informasi., dari dokter muslim yang
ahli di bidang itu. Demikian pula penggunaannya hanya sekedar kebutuhan saja dan
sejauh adanya situasi atau kondisi keterpaksaan atau darurat.Mereka beralasan pada
ayat-ayat Al-Qur'an, hadits-hadits Nabi SAW, dan kaidah fikih. Dalil-dalil dari Al-
Qur'an yang dikemukakan antara lain, surah al- Baqarah (2) ayat 185: "Allah
menghendaki bagimu suatu kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran bagimu" dan
al-Hajj (22) ayat 78: "dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
21
suatu kesempitan"Kebolehan menggunakan alkohol itu juga dikiaskan kepada
memaksa tanpa sengaja untuk berbuat dosa (QS.2:173, 5:3, 6:145, dan 16:115).
Dalil-dalil berdasarkan hadis yang digunakan antara lain, hadis dari Ibnu Abbas
agama itu mudah, lapang dan luas, dan Dia tidak menjadikannya suatu kesempitan" (HR.
at-Tabrani). Sedangkan kaidah fikih yang menopangnya antara lain, "Kesulitan itu dapat
diharamkan".26
26
Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqh, Jakarta: Kalam Mulia, 1992, hlm. 29-30.
22
BAB III
PANDANGAN MUI DAN MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH TENTANG
PENGGUNAAN ALKOHOL DALAM PARFUM
Majelis Ulama Indonesia atau sering dikenal dengan istilahMUI terdiri dari
tiga suku kata, Majelis yakni wadah atau perkumpulan, Ulama memiliki makna
umat. Selain itu MUI juga sebagai wadah silaturahim yang menggalang ukhuwah
islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyah, demi untuk mencapai dan
problem itu sedini mungkin dapat diatasi, untuk tidak menimbulkan dampak yang
aceh pada tahun lima puluhan, ketika sebagian ulama Aeceh terlibat dalam gerakan
protes kepada pemerintahan pusat, maka sebagian ulama Aceh lainnya menyadari
27
Luis Ma,luf, AlMunjid fi Luhah wal adab wal Ulum, beirut, Al Maktabah Al-Katulikiyah. H. 527
28
Tim Penulis MUI pusat. Mengenal dan Mewaspadai penyimpangan syi'ah di Indonesia. Jakarta : FORMAS, Hal. 15
23
Ulama (MPU) Daerah Istimewa Aceh.29
Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 H, atau pada
tanggal 26 Juli 1975 di Jakarta, sebagai hasil dari pertemuan atau musyawarah para
ulama, cendekiawan dan zu’ama yang datang dari berbagai penjuru tanah air.30
Antara lain meliputi dua puluh enam orang ulama yang mewakili 26
ulama dari Dinas Rohani Islam, AD, AU, AL dan POLRI serta 13 orang tokoh
menyesuaikan diri. Disadari atau tidak, peran dan eksistensi Ulama Aceh juga
pergeseran peran dan independensi ulama Aceh berjalan seiring dengan hegemoni
mulai pada tahun 1997 ditandai dengan lengsernya Soeharto 21 Mei 1998 dari kursi
kepresidenan RI serta memasuki Era Reformasi, peran dan dan independensi Ulama
Aceh di gugat dan dipertanyakan. Ulama terkesan “diam” atau sengaja “diabaikan”,
29
Sri Suyanta, Dinamika Peran Ulama Aceh, (Banda Aceh, A-Raniry Press: 2008), hal.10.
30
Budi Handrianto, 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia, (Jakarta, Hujjah Press: 2007)
24
Aceh.31
baik, memperoleh ridha dan ampunan Allah swt (baldatun thoyyibatun wa robbun
Islam dan kaum muslimin (izzul Islam wal-muslimin) dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai manifestasi dari rahmat bagi seluruh alam ( ) لعالمين رحمة.32
mengarahkan dan membina umat Islam dalam menanamkan dan memupuk aqidah
persatuan dan kesatuan umat Islam dalam wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.33
25
praktisi dan regulator.
Dalam sebuah lembaga pastilah memiliki kewenangan, dalam hal ini MUI memiliki
kewenangan dan wilayah, yaitu :35
umum, terutama masalah hukum (fiqh) dan masalah aqidah yang menyangkut kebenaran
tersebut pada nomor 1 yang menyangkut umat Islam Indonesia secara nasional atau
c. Terdapat masalah yang telah ada Fatwa MUI, Majelis Ulama Indonesia Daerah hanya
berhak melaksanakannya.
d. Jika karena faktor-faktor tertentu fatwa MUI sebagaimana dimaksud nomor 3 tidak
dapat dilaksanakan, MUI Daerah boleh menetapkan fatwa yang berbeda setelah
e. Hal belum ada Fatwa MUI, MUI Daerah berwenang menetapkan fatwa.
34
Ibid. Hal. 73
35
Ma’ruf Amin, dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, Erlangga, Jakarta, 2011, hlm. 7-8.
26
e. Hukum Parfum Beralkohol Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Dalam kimia, alkohol adalah istilah yang lebih umum untuk senyawa organik apa
pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang alkohol
LP POM MUI, alkohol yang dimaksudkan dalam parfum adalah etanol. Menurut fatwa MUI,
etanol yang merupakan senyawa murni bukan berasal dari industri minuman
khamer sifatnya tidak najis. Hal ini berbeda dengan khamer yang bersifat najis.
Oleh karena itu, etanol tersebut dijual sebagai pelarut parfum, yang notabene memang
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja.
Etanol merupakan sejenis yang mudah menguap (volatile), mudah terbakar (flammable),
tak berwarna (colorless), memiliki wangi yang khas dan merupakan alkohol yang paling
disinilah sering kurang difahami dan ini menjadi titik masalah oleh sebagian orang yang
Khamer itu mau diminum cuma setetes atau mau ditengak seember, sama-sama
haram. Alkohol tidak sama atau tidak identik dengan khamer. Karena orang tak akan
sanggup meminum alkohol dalam bentuk murni, karena akan menyebabkan kematian.
Alkohol (etanol) dan minuman beralkohol adalah dua hal yang berbeda.
(etanol) belum tentu demikian. Alkohol (etanol) adalah sebagaimana hukum zat pada
36
Riswiyanto, Kimia Organik, Jakarta; Erlangga, 1995, hlm 146
37
Donald C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood, Ilmu Kimia Untuk Universitas, diterjemahkan oleh Aloysius,
Hadyana Pudjaatmaka Jakarta; Erlangga, 1992, hlm 402
27
asalnya yaitu halal. Etanol bisa menjadi haram jika memang menimbulkan dampak
negatif.
sehingga hukumnya sunnah. Karena Rasulullah Saw sendiri secara pribadi memang
“ Telah dijadikan aku menyukai bagian dari dunia yaitu, menyukai wanita dan.
فمن جاء منكم إلى الجمعة, قال رسول هلال ملسوهيلعهالىلص إن هذا يوم عيد جعله هلال للمسلمين:بن عباس رضي هلال عنهما قال
“ dari ibni Abbas ra berakata Rasulullah SAW bersabda, hari ini adalah hari besar yang
dijadikan Alloh untuk muslimin. Siapa di antara kamu yang datang shalat jumat hendaklah
mandi dan bila punya parfum hendaklah dipakainya. Dan hendaklah kalian bersiwak”.
وطيب النساء ما خفي ريحه وظهر لونه رواه,عن أبي هريرة رضي هلال عنه طيب الرجال ما ظهر ريحه وخفي لونه
Dari Abi Hurairah ra, "Parfum laki-laki adalah yang aromanya kuat tapi warnanya
tersembunyi. Parfum wanita adalah yang aromanya lembut tapi warnanya kelihatan jelas.”
28
Majelis Tarjih dan Tajdid memiliki rencana strategis untuk Menghidupkan tarjih,
tajdid dan pemikiran Islam dalam Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan yang
kritisdinamis dalam kehidupan masyarakat dan proaktif dalam menjalankan problem dan
tantangan perkembangan sosial budaya dan kehidupan pada umumnya sehingga Islam
selalu menjadi sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial di tengah kehidupan
“kembali pada al Qur’an dan Sunnah” oleh karena itu para ulama’nya dituntut untuk
memilih yang paling arjah atau yang paling kuat dari beberapa pendapat yang
berbeda. Baik dari segi dalildalilnya maupun manhaj yang dipakainya, sehingga para
anggota persyarikatan tidak terombang-ambing oleh ikhtilaf, dan untuk itu, maka
dibentuklah “majelis tarjih. Mejelis Tarjih adalah suatu lembaga dibawah naungan
bidang fiqih. Mejelis ini dibentuk dan disahkan pada Kongres Muhammadiyah XVII
Tahun 1928 di Pekalongan dengan KH. Mas Mansur sebagai ketua yang pertama.
waktu itu dianggap rawan oleh Muhammadiyah. Berdasarkan garis besar program,
pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat yang multikultural dan kompleks.
tajdid, tarjih dan pemikiran Islam untuk selalu proaktif dalam menjawab masalah riil
29
masyarakat yang sedang berkembang. Mensosialisasikan produk-produk tajdid, tarjih dan
mengembangkan pusat penelitian, kajian, dan informasi bidang tajdid pemikiran Islam yang
terpadu dengan bidang lain. Pada tahap-tahap awal, tugas Majelis Tarjih, sesuai dengan
namanya, hanyalah sekedar memilih-milih antar beberapa pendapat yang ada dalam Khazanah
Pemikiran Islam, yang dipandang lebih kuat. Tetapi, di kemudian hari, karena perkembangan
masyarakat dan jumlah persoalan yang dihadapinya semakin banyak dan kompleks, dan tentunya
jawabannya tidak selalu di temukan dalam Khazanah Pemikiran Islam Klasik, maka konsep tarjih
menjadi usaha-usaha mencari ketentuan hukum bagi masalah-masalah baru yang sebelumnya
tidak atau belum pernah ada diriwayatkan pendapat ulama mengenainya. Usaha-usaha tersebut
dalam kalangan ulama ushul Fiqh lebih dikenal dengan nama Ijtihad.
tugas untuk memberikan bimbingan keagamaan dan pemikiran di kalangan umat Islam
Sehingga, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa Majlis Tarjih ini merupakan Think
yang bertugas mengolah data yang masuk sebelum dikeluarkan lagi pada monitor.
Majlis Tarjih 1961 dan diperbaharuhi lewat keputusan Pimpinan Pusat Muhammdiyah
30
membimbing umat, khususnya anggota dan keluarga Muhammadiyah.
Yogyakarta, dipimpin langsung oleh KH. A. Dahlan sendiri sebagai ketuanya. Majlis tarjih
keagamaan, khususnya hukum bidang fiqih. Majlis ini dibentuk dan disahkan pada kongres
Muhammadiyah XVII tahun 1928 di Yogyakarta, dengan K.H. Mas Mansur sebagai
Majlis ini didirikan pertama kali untuk menyelesaikan persoalanpersoalan khilafiyat, yang
pada waktu itu dianggap rawan oleh Muhammadiyah. Kemudian Majlis Tarjih itulah yang
menetapkan pendapat mana yang yang dianggap paling kuat, untuk diamalkan oleh warga
Sehubungan semakin banyak tugas yang harus dilaksanakan oleh Majlis Tarjih, maka
Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada tahun 1971 telah menetapkan Qaidah Lajnah Tarjih.
Dalam pasal 2 Qaidah tersebut disebutkan, bahwa tugas Lajnah Tarjih adalah sebagai
berikut:
3. Memberi fatwa dan nasihat, baik atas permintaan maupun tarjih sendiri memandang
31
perlu.
maslahat.
6. Hal-hal lain dalam bidang keagamaan yang diserahkan oleh pimpinan persyarikatan.
Berdasarkan tugas pokok dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Majlis Tarjih, agaknya
tidak berlebihan jika dikatakan, bahwa Majlis ini merupakan lembaga ijtihad
kontemporer, ditinjau dari segi fiqih. Tentu yang dimaksud ijtihad di sini adalah ijtihad
jama’i. Memang dalam perkembangan awal, ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah lebih
banyak bersifat ijtihad intiqa’i atau ijtihad tarjihi. Namun dalam perkembangannya yang
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam
ini dapat berupa majelis dan lembaga ataupun organisasi otonom40Salah satu majelis
yang terdapat di Muhammadiyah yakni Majelis Tarjih dan Tajdid. Fungsi dari majelis
ini adalah mengeluarkan fatwa atau memastikan hukum tentang perkara-perkara tertentu
Majelis Tarjih dan Tajdid ini lahir dari kebutuhan Muhammadiyah dalam
40
Adaby,Ahmad, Darban dan Mustafa Kemal Pasha.Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam(dalam perspektif
Historis dan Ideologis) Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2000.
32
menentukan haluan gerak Muhammadiyah di bidang-bidang atau masalah-masalah
Muhammadiyah, sehingga tugas pengkajian agama dan penerbitan fatwa yang dulunya
dipegang langsung oleh pimpinan organisasi dirasa tidak efektif lagi. Diperlukan adanya
pembidangan penanganan tugas dan pekerjaan dalam rangka menjaga kontrol pimpinan
diputuskanlah pembentukan Majelis Tarjih atas usulan dari KH. Mas Mansur, untuk
keagamaan. Nama majelis ini sendiri dari waktu ke waktu mengalami perubahan kecil
untuk memberikan penekanan pada tugas yang diembannya dalam kurun waktu tertentu.
Pada periode tahun 1995-2005, lembaga ini bernama Majelis Tarjih dan Pengembangan
Pemikiran Islam. Setelah itu, semenjak 2005 namanya diubah menjadi Majelis Tarjih
dan Tajdid, dan bertahan sampai sekarang. Dalam sehari-hari majelis ini secara singkat
disebut Majelis Tarjih. Kata tarjih sendiri diambil dari Bahasa Arab yakni kata tarjīḥ
yang berasal dari rajjaḥa, artinya memberi pertimbangan lebih dari pada yang lain.41
tanggal 18-22 Syawal 1436 H bertepatan dengan 3-7 Agustus 2015 M di Kota Makassar
ditetapkan visi dan program pengembangan Majelis Tarjih dan Tajdid periode 2015-
41
A bdurrahman, Asjmuni. 2010. Manhaj Tarjih Muhammadiyah (Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
33
2020 ialah sebagai berikut pengembangan Majelis Tarjih dan Tajdid periode 2015-2020
a. Visi Pengembangan:
dinamis dan proaktif dalam menjawab problem dan tantangan aktual sehingga
Islam menjadi sumber pemikiran, moral, dan praksis sosial kehidupan umat,
b. Program Pengembangan:
pemikiran dunia.
34
4) Sumber Daya Mengembangkan kompetensi kelembagaan dan kader
ulama bidang tarjih, tajdid dan pemikiran Islam, secara khusus di bidang
kajian ketarjihan dan pemikiran Islam serta merespon isu-isu aktual dan
permasalahan yang diperselisihkan oleh ulama. Hal ini bersumber dari perselisihan ulama
mengenai najis tidaknya alkohol. Saat ini alkohol banyak digunakan sebagai bahan baku,
bahan tambahan, ataupun bahan penolong dalam pembuatan makanan, minuman, obat-
obatan, dan kosmetika, serta kepentingan lainnya. Maka di sinilah diperlukan fatwa tentang
alkohol.
َنصابُ َواَأْل ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون
َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواَأْل.
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
35
(5): 90]
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar[136] dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya
terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih
Dari Ibn Umar [diriwayatkan] bahwasanya Nabi saw bersabda Allah melaknat khamr,
penyimpannya, pembawanya, dan penerimanya. [H.R. Abu Dawud] Dari Ibn Umar
[diriwayatkan] ia berkata Rasulullah saw bersabda semua yang memabukkan adalah khamr
dan semua yang memabukkan adalah haram. [H.R. Muslim] Dari Jabir bin Abdillah
Dalam jawaban ini yang dimaksud dengan: Khamr adalah setiap minuman yang
memabukkan, baik dari anggur atau yang lainnya, baik dimasak ataupun tidak. Alkohol
adalah istilah yang umum untuk senyawa organic apapun yang memiliki gugus fungsional
yang disebut gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon. Minuman beralkohol
adalah : minuman yang mengandung etanol dan senyawa lain di antaranya metanol,
asetaldehida, dan etilasetat yang dibuat secara fermentasi dengan rekayasa dari berbagai
jenis bahan baku nabati yang mengandung karbohidrat, atau minuman yang mengandung
hukumnya haram. Khamr sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum adalah najis,
ada juga yang mengatakan najis maknawi. Alkohol/etanol sebagaimana dimaksud dalam
ketentuan umum yang diambil dari khamr adalah najis. Sedangkan alkohol/etanol yang
36
tidak berasal dari khamr adalah tidak najis.
Minuman beralkohol adalah najis jika alkohol/etanolnya berasal dari khamr, dan
minuman beralkohol adalah tidak najis jika alkohol/ethanolnya berasal dari bukan
hasil industri non khamr (baik merupakan hasil sintesis kimiawi [dari petrokimia]
ataupun hasil industri fermentasi non khamr) untuk proses produksi produk makanan,
minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya: mubah, apabila secara medis tidak
hasil sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr)
Khamr itu tidak identik dengan alkohol, walaupun dalam khamr itu sendiri
banyak kandungan alkoholnya dan memabukkan. Oleh karena itu apa saja yang
mempunyai potensi memabukkan maka dia adalah khamr, apapun nama dan sebutan
yang diberikan orang terhadapnya. Rasulullah saw pernah ditanya tentang minuman
yang dibuat dari madu, jagung atau gandum yang diperas hingga menjadi minuman
keras, maka beliau menjawab: Setiap yang memabukkan adalah khamr, dan setiap
khamr adalah haram (H.R. Muslim). Keharaman khamr itu tidak diukur dari sedikit atau
sedikitnyapun haram (H.R. Abu Dawud). … Ibnu Abbas berkata bahwa seorang laki-
laki menghadiahkan sebuah wadah berisi khamr kepada Rasulullah saw. Maka
37
untuk menjualnya. Maka Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Dzat Yang
Ibnu ‘Abbas ra. berkata: Maka lelaki itu membuka wadah khamr tersebut dan
menumpahkan isinya hingga habis. [H.R. Muslim]. Kejadian ini disaksikan oleh
Rasulullah saw dan beliau tidak memerintahkan kepadanya untuk mencuci wadah
tersebut.
Ini menunjukkan bahwa khamr tidaklah najis, dengan demikian surah al- Maidah
90 kenajisan khamr adalah maknawi bukan dzati. Tentu saja hukum khamr yang mutlak
keharamannya sedikit ataupun banyak, berbeda dengan alkohol, sebab semua benda
yang di dalamnya terdapat alkohol belum tentu dinamakan khamr. Kandungan alkohol
(suatu bahan kimia yang juga disebut etanol) terdapat pada beberapa buah-buahan atau
bahan pangan lainnya. Kehalalan atau keharaman dari alkohol/etanol ini dilihat dari
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Sebagai bahan sintesis (feedstock) untuk
asetat (sebagaimana yang terdapat dalam cuka). Sebagai bahan bakar alternatif.
Bahan bakar etanol telah banyak dikembangkan di negara Brasil sejak mereka
mengalami krisis energi. Brasil adalah negara yang memiliki industri etanol terbesar
deodorant(penghilang bau tidak enak atau bau busuk) Alkohol sebagai solvent (Pelarut)
pada parfum bukanlah khamr, mungkin ini yang sering dikira bahwa alkohol yang
terdapat dalam parfum adalah khamr. Dalam hal ini harus dibedakan antara alkohol dan
khamr: kata “alkohol” atau etanol digunakan untuk mengungkapkan salah satu dari tiga
hal berikut:
38
1) Alkohol untuk senyawa kimia
2) Alkohol biasa digunakan untuk menyebut etanol (C2H5OH), yang biasa kita temui
3) Alkohol untuk minuman keras. Minuman ini biasa disebut minuman beralkohol
Dari penjelasan di atas, etanol yang terdapat dalam parfum masuk dalam kategori yang
kedua. Alkohol yang jelas-jelas diharamkan adalah alkohol yang sifatnya memabukkan
yaitu alkohol kategori ketiga. Jadi illah (sebab) pengharaman khamr adalah karena
memabukkan. Oleh karenanya, tidak tepat jika dikatakan bahwa khamr itu diharamkan
karena alkohol yang terkandung di dalamnya. Dalam bentuk pemakaian luar, para
kebanyakan ulama khamr itu dihukumi najis berdasarkan firman Allah dalam Q.S. al-
Sementara sebagian ulama yang lain menyatakan bahwa khamr itu suci,
sedangkan yang dimaksud dengan ayat di atas (“perbuatan keji”) adalah pengertian
maknawi bukan pengertian najis sesungguhnya. Artinya setiap yang najis itu sudah tentu
diharamkan (untuk dikonsumsi) dan tidak semua yang diharamkan itu statusnya najis.
Misalnya emas dan sutra haram pemakaiannya bagi kaum laki-laki sedangkan statusnya
adalah suci karena dipakai oleh kaum wanita. Jadi pandangan ulama yang tidak
menajiskan khamr menganggap parfum yang mengandung alkohol tersebut tidak najis,
oleh karena itu menurut mereka tidak mengapa shalat dengan mempergunakan bahan
yang bercampur alkohol tersebut. Alkohol yang dimaksud dalam parfum adalah etanol,
etanol yang merupakan senyawa murni diproduk pada industri kimia – dan sifatnya
tidak najis,– bukan berasal dari industri minuman beralkohol (khamr) melalui teknik
fermentasi. Dengan demikian, parfum beralkohol bukan khamr, maka hukum asal
39
menggunakan parfum beralkohol adalah boleh. mengingat status alkohol (etanol) yang
suci yang bercampur dalam parfum, kecuali bila ada campuran zat najis lainnya dalam
parfum tersebut.42
42
Diakses di https://suaramuhammadiyah.id/2015/12/03/hukum-parfum-beralkohol/
40
BAB IV
ANALISIS KOMPARATIF PENGGUNAAN ALKOHOL DALAM WEWANGIAN
MENURUT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) DAN MAJLIS
TARJIH (MUHAMMADIYAH)
Indonesia (MUI)
Ajaran Islam bertujuan memelihara keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta. Untuk itu segala sesuatu yang memberi manfaat bagi tercapainya tujuan tersebut
diperintahkan, dianjurkan atau diizinkan untuk dilakukan, sedang yang merugikan bagi
tercapainya tujuan tersebut dilarang atau dianjurkan untuk dijauhi. Penggunaan alkohol
digunakan sebagai bahan baku, bahan tambahan atau bahan penolong dalam pembuatan
kosmetika(parfum) dan kepentingan lainnya, karena itu perlu adanya fatwa tentang
alkohol sebagai upaya memberikan kepastian hukum bagi para produsen dan konsumen
Dalam kosmetik khususnya produk minyak wangi, bahan alkohol tidaklah sama dengan
khamr, dan minyak wangi tidak hanya berbahan alkohol saja, tapi di dalamnya terdapat
alkohol dan juga beberapa bahan lainnya yang suci. Sehingga tidak ada alasan bagi
Alkohol jenis ini tidak dihukumi najis menurut pendapat yang benar.
43
MUI, Himpunan, 692.
41
Penggunaannya akan berubah menjadi haram jika kadar alkohol pada produk kosmetika
ini tinggi sehingga bisa memabukkan. Jika dihukumi haram, maka memproduksi dan
semua makanan atau minuman beralkohol hukumnya haram perlu diluruskan. Karena
temuan di lapangan memperlihatkan bahwa apel, nangka, tempe, tahu bahkan nasi juga
mengandung alkohol meskipun terjadi secara alamiah. Jika segala sesuatu yang
mengandung alkohol dihukumi haram secara mutlak, maka akan terjadi permasalahan
yang sangat sensitif di tengah-tengah masyarakat. Padahal, alkohol memiliki jenis yang
(dibolehkan) dengan syarat tidak melebihi kadar yang telah ditentukan oleh medis, serta
tetapi dalam penggunaan alkohol dalam campuran pembuatan makanan, minuman, obat-
(Muhammadiyah)
alkohol itu apakah termasuk najis maknawi atau najis lidzatihi. Dalam bentuk
pemakaian luaPenggunaan alkohol sudah jamak dalam kehidupan. Tidak sedikit, hal-hal
dalam hidup manusia modern mengandung alkohol, seperti pada parfum dan
42
handsanitizer.
menggunakannya, sementara jelas firman Allah terkait haramnya khamar dan ada pula
yang menganggap alkohol sebagai najis? Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT)
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah mengeluarkan fatwa terkait hal tersebut.
Berikut ini uraiannya. Hingga kini, ungkap Tim Fatwa MTT PP Muhammadiyah, ulama
masih berselisih paham terkait parfum yang beralkohol. Untuk jelasnya, perlu dibedakan
terlebih dahulu antara khamar dan alkohol. MTT PP Muhammadiyah berfatwa, khamar
adalah setiap minuman yang memabukkan, baik dari anggur atau yang lainnya, baik
dimasak ataupun tidak. Sementara itu, alkohol adalah istilah yang umum untuk senyawa
organik apapun yang memiliki gugus fungsional yang disebut gugus hidroksil (-OH)
yang terikat pada atom karbon. Perlu juga untuk dipahami, apa itu minuman beralkohol.
mengandung etanol dan senyawa lain di antaranya metanol, asetaldehida, dan etilasetat.
Senyawa-senyawa tersebut dibuat secara fermentasi dengan rekayasa dari berbagai jenis
bahan baku nabati yang mengandung karbohidrat.Selain itu, minuman beralkohol juga
adalah minuman yang mengandung etanol dan/atau metanol yang ditambahkan dengan
hukumnya haram. Demikian pula khamar yang hukumnya adalah najis, ada juga yang
Difatwakan juga, bahwa alkohol/etanol yang diambil dari khamar adalah najis.
Sedangkan alkohol/etanol yang tidak berasal dari khamar adalah tidak najis.Minuman
beralkohol adalah najis jika alkohol/etanolnya berasal dari khamar. Sementara itu,
minuman beralkohol difatwakan tidak najis jika alkohol/ethanolnya berasal dari bukan
43
makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan, MTT PP Muhammadiyah menegaskan
merupakan hasil sintesis kimiawi (dari petrokimia) ataupun hasil industri fermentasi
nonkhamar) untuk proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika, dan obat-
obatan, hukumnya mubah, apabila hal tersebut secara medis tidak membahayakan.
menjelaskan bahwa khamar itu tidak identik dengan alkohol. Meski demikian, tidak
dapat ditampik bahwa dalam khamar banyak kandungan alkoholnya dan memabukkan.
maka dia adalah khamar, apapun nama dan sebutan yang diberikan orang terhadapnya.
Hal ini bersumber pada hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
ditanya tentang minuman yang dibuat dari madu, jagung atau gandum yang diperas
hingga menjadi minuman keras, maka beliau menjawab: Setiap yang memabukkan
Dalam hadis lain, Rasulullah menegaskan, keharaman khamar itu tidak diukur dari
sallam menegaskan: Apa saja yang banyaknya memabukkan, maka sedikitnyapun haram
Meski demikian, perlu dipahami pula kegunaan alkohol, dalam hal ini ethanol,
1) Sebagai pelarut (solvent), misalnya pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan
obat-obatan.
2) Sebagai bahan sintesis (feedstock) untuk menghasilkan bahan kimia lain, contohnya
44
sebagai feedstock dalam pembuatan asam asetat (sebagaimana yang terdapat dalam
cuka).
3) Sebagai bahan bakar alternatif. Bahan bakar etanol telah banyak dikembangkan di
negara Brasil sejak mereka mengalami krisis energi. Brasil adalah negara yang
Selama ini, ada anggapan bahwa alkohol yang terdapat dalam parfum adalah
khamar. Sekali lagi ditegaskan, bahwa alkohol untuk senyawa kimia yang biasa
digunakan untuk menyebut etanol (C2H5OH), yang biasa kita temui dalam parfum,
antiseptik, pembersih mulut, deodoran, dan kosmetik, berbeda dengan alkohol untuk
minuman keras.
Alkohol dalam bahasa arab adalah al-kuhl atau al-kuhul, sedangkan dalam bahasa
Inggris adalah alcohol. Secara istilah alkohol adalah sesuatu yang menguap, saripati atau
intisari. Alkohol diartikan sebagai cairan tidak berwarna yang mudah menguap dan
mudah terbakar. Umumnya dipakai pada industri dan pengobatan serta merupakan unsur
ramuan yang memabukkan dalam kebanyakan minuman keras. Alkohol dapat dibuat
melalui proses fermentasi, destilasi, dan industri, yang mengandung berbagai zat hidrat
Adapun tentang khamr, kaum muslimin sepakat meminum khamr itu hukumnya
45
haram, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala:
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada
keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
ِإنَّ َما ي ُِري ُد. َصابُ َواَْأل ْزالَ ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَانِفَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون
َ يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواَْأل ْن
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi
itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah
Dalam ayat tersebut, yang digolongkan menjadi najis (rijsun) adalah khamr, yaitu
sejenis minuman yang dapat memabukkan peminumnya. Kenajisan dalam ayat tersebut
bukan karena zat khamr itu sendiri, tetapi perbuatan meminum khamr itulah yang
dikatakan sebagai najis (rijsun). Sedangkan alkohol itu berbeda dengan khamr karena
alkohol dalam hal ini bukan karena ia benda najis, tetapi karena efek dari meminum
‘alaihi wa sallam.:
Dari penjabaran di atas dapat diambil kesimpulan bahwa alkohol bukanlah benda
najis. Oleh sebab itu, ketika alkohol tersebut digunakan untuk hal yang bermanfaat
seperti untuk pengobatan, campuran parfum dan lain-lain, maka hal tersebut tidaklah
diharamkan karena tidak terjadinya ‘illat diharamkannya alkohol itu sendiri, yaitu
memabukkan. Jadi alkohol di sini adalah najis maknawi (abstrak) bukan najis lidzatihi
(zat/benda konkrit). Pada dasarnya zat dari alkohol itu tidaklah najis, meskipun alkohol
dapat menjadi haram ketika disalahgunakan menjadi minuman yang dapat memabukkan.
Namun keharaman ini disebabkan efek memabukkannya, bukan karena najisnya zat
alkohol tersebut. Hal ini karena tidak semua benda haram itu termasuk benda najis,
Artinya: “Setiap yang najis itu haram, tapi tidak semua yang haram itu najis.”
Alkohol tuk Pemakaian Luarr, misalnya parfum, para ulama juga berbeda
khamar itu dihukumi najis berdasarkan firman Allah dalam Q. S. al-Maidah (5): 90.
Dalam pandangan lain, sebagian ulama berpendapat bahwa khamar itu suci, sedangkan
yang dimaksud dengan ayat dalam Surah Al-Maidah terkait “perbuatan keji”, menurut
sesungguhnya. Menurut MTT PP Muhammadiyah, setiap yang najis itu sudah tentu
diharamkan (untuk dikonsumsi), tapi tidak semua yang diharamkan itu statusnya najis.
mengandung alkohol tersebut tidak najis. Oleh karena itu, menurut mereka, tidak
47
mengapa shalat dengan mempergunakan bahan yang bercampur alkohol tersebut.
Alkohol yang dimaksud dalam parfum adalah etanol yang merupakan senyawa murni
diproduk pada industri kimia, dan sifatnya tidak najis, bukan berasal dari industri
menggunakan parfum beralkohol adalah boleh. Mengingat status alkohol (etanol) yang
suci yang bercampur dalam parfum, kecuali bila ada campuran zat najis lainnya dalam
parfum tersebut.
1. Persamaan Penggunaan Alkohol Dalam Parfum Menurut Majelis Ulama Indonesia (Mui)
Dalam penelitian tersebut dapat diuraikan bahwa baik Majelis Ulama Indonesia
(MUI) ataupun Majlis Tarjih Muhammadiyah sepakat bahwasanya alkohol (etanol) dapat
digunakan dalam parfum. Karena yang disebutkan oleh kedua lembaga tersebut terfokus
(etanol) dalam parfum boleh saja, alkohol (etanol) yang digunakan bersifat murni dan tidak
memabukkan. Alkohol (etanol) yang disebutkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)
memiliki sifat yang belum tentu memabukkan, dan sifat lain yang dimiliki etanol ini juga
yaitu, dapat menguap, mudah sekali terbakar, tidak memiliki warna, dan memiliki wangi
yang khas sehingga dapat digunakan dalam kebutuhan sehari-hari. Penegasan lain yang
dipaparkan oleh para ulama Majelis Ulama Indonesia yaitu bahwa alkohol (etanol)
tergolong tidak najis, hal ini merujuk pada asal muasal alkohol (etanol) itu sendiri yang
48
tidak sama dengan khamr dan tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi (masuk ke dalam
Dari sudut pandang Majlis Tarjih Muhammadiyah pun menyebutkan bahwa boleh
saja menggunakan alkohol (etanol) alam parfum, yang disebutkan disini bahwa alkohol
(etanol) tersebut merupakan senyawa murni dari hasil produk kimia dan berbeda dengan
khamr (minuman beralkohol) yang berasal dari teknik fermentasi. Hal ini juga diperkuat
oleh para ulama Majlis Tarjih Muhammadiyah menyatakan bahwa alkohol (etanol) ini
tidaklah najis dan dapat pergunakan ketika hendak shalat. Alkohol (etanol) dalam parfum
yang membahayakan.
2. Perbedaan Penggunaan Alkohol Dalam Parfum Menurut Majelis Ulama Indonesia (Mui)
Dari uraian penelitian serta analisi diatas, tidak menunjukkan secara signifikan
perbedaan dari keduanya, baik secara makna hukum dan kepastian hukum mengenai
penggunaan alkohol (etanol) ini dalam parfum. Namun yang perlu kita sadari bahwa terjadi
perbedaan pada bagian sumber yang digunakan untuk dasar hukum atas dibolehkannya
alkohol (etanol)
Dalam pendapat Majelis Ulama Indonesia, para ulama ini menggunakan kehujjahan
hadis Rasulullah Saw yang secara signifikan menyebutkan penggunaan parfum dan anjuran
penggunaan parfum. Dalam hadis riwayat At-Tirmizi dan Nasa'i, disebutkan bahwa
Rasulullah sangat menyukai wewangian atau parfum, dan dalam hadis lainnya dijelaskan
bahwa saat hari-hari besar ataupun saat melaksanakan shalat Jumat, dianjurkan untuk
bebersih diri (mandi) serta bila memiliki parfum hendaklah dipakai. Selain itu, dijelaskan
juga bahwa dalam hadis tersebut mengenai perfum apa yang disukai oleh wanita dan pria.
49
Sebaliknya, dari pendapat Majlis Tarjih Muhammadiyah, para ulama ini
yang digunakan oleh ulama Majlis Tarjih Muhammadiyah tertelak di Al-Qur'an surat al-
Maidah (5) : 90 dan al-Baqarah (2) : 219. Dalam ayat tersebut menjelaskan tentang
penggunaan perbuatan yang dilarang oleh Allah dan penjelasan mengenai khamr dan judi.
Disisi lain hadis yang digunakan sebagai bahan pertimbangan, hadis riwayat Muslim
Dijelaskan juga dalam hadis riwayat Abu Dawud mengenai bahwa segala sesuatu yang
Dari kedua analisis diatas nampak jelas bahwa terjadi perbedaan antara pendapat
ulama Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta ulama Majlis Tarjih Muhammadiyah, namun
keduanya pula tidak menjelaskan secara pasti mengenai penggunaan alkohol dalam parfum
itu sendiri. Melainkan keduanya berfokus pada penggunaan ataupun tujuan dari
50
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
alkohol
(etanol)yangsuciyangbercampurdalamparfum,kecualibilaadacampuranzatnajislainn
yadalamparfumtersebut
3. Dari Kedua pendapat tersebut tidak ada perbedaan signifikan yang dimasalahkan.
B. Saran
1. Dalam hal ini berari penggunan alkohol dalam parfum yang digunakan dalam
51
kadar.
saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz, Dahlan dkk (Ed.). Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 4, Jakarta: Ikhtiar Baru van
Hoeve, 1997.
Ahmad Dimyai Badruzzaman, Umat Bertanya Ulama Menjawab, Bandung : Sinar Baru,1973.
Darmono. Toksikologi Narkoba dan Alkohol Pengaruh Neurotoksisitasnya pada Saraf Pusat.
Darmono. Toksikologi Narkoba dan Alkohol Pengaruh Neurotoksisitasnya pada Saraf Pusat.
John Wiely dan Soon , Introdution to Organic Chemistry, ttp: t.p, 2011.
Koes Irianto, Pencegahan dan Penaggulangan Keracunan Bahan Kimia Berbahaya, Bandung:
Musthafa K.S., Alkohol Dalam Pandangan Islam dan Ahli-ahli Kesehatan, Bandung: PT Al-
Ma'arif.
Syekh Zainuddin Ibn Abd Aziz al- Malibary , Fat al-Mu’in Bi Sar Quran al Uyum, Maktabah wa
Putra, 2001, Haliman, Hukum Pidana Syari'at Islam Menurut Ajaran Ahlus Sunnah, Jakarta:
Panjimas, 1983.
Budi Handrianto, 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia, Jakarta, Hujjah Press: 2007).
Diakses di https://suaramuhammadiyah.id/2015/12/03/hukum-parfum-beralkohol/
Donald C. Kleinfelter dan Jesse H. Wood, Ilmu Kimia Untuk Universitas, diterjemahkan
Huda, dkk. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana Perdana Media Group:2007.
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka: 1983.
Luis Ma,luf, AlMunjid fi Luhah wal adab wal Ulum, beirut, Al Maktabah Al-Katulikiyah.
Ma’ruf Amin, dkk, Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975, Erlangga, Jakarta,
2011.
Sri Suyanta, Dinamika Peran Ulama Aceh, Banda Aceh, A-Raniry Press: 2008.
Terjemahan Shahih Bukhari Juz VII, oleh; Achmad Sunarto dkk, Semarang; CV. Asy Syifa’.
Tim Penulis MUI pusat. Mengenal dan Mewaspadai penyimpangan syi'ah di Indonesia. Jakarta :
FORMAS.
53
AHMAD MAHYUDDIN ALFADLOL, N I M :14360030. 2019. “Kandungan Alkohol Dalam
Damanhuri Zuhri, Alkohol dalm PArfum, Amankah ? diakses pada tanggal 26 Oktober tahun
parfum-amankah Dan, Kualitas, Makna Hadis, Penggunaan Parfum, and Siti Sadiah. 2021.
“Kualitas Dan Makna HAdis Penggunaan Parfum.” Jurnal Studi Hadis Nusantara 3 (1).
Hadi Mulyono, Pandangan Ulama Soal Alkoholdalam Parfum diakses pada tanggal 21 Maret
Jamaludin, Mohammad Aizat, Mohd Anuar Ramli, and Dzulkifly Mat. 2011. “Isu
Himpunan Studi Komparatif Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dan Fatwa Majelis
Muhammad Kahfi Aulia, Kajian Hukum Islam Tentang Hukum Pemakaian Parfum yang
Mengandung Alkohol di Kota Pontianak, E Journal Fatwa Hukum Faculty Of Law Universitas
Nashih Nashrullah, Bolehkan Memakai PArfum Beralkohol Untuk Sholat atau Ibadah? Diakses
Perspektif Hukum Islam.” Islamic Law in Contemporary Community Conference, no. January.
54
Siti Rifaah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol Analisis atas
Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan di Pondok Pesantren Putri Al-Irsyad
Umi, Hani. 2020. “Pemakaian Alkohol Pada Obat Batuk Sirup Berdasarkan 4 Mazhab.” In
55
Lampiran – Lampiran
56
57
58