Anda di halaman 1dari 15

HUKUM MENGGUNAKAN PARFUM BERALKOHOL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih Kontemporer


Dosen Pengampu : Hud Leo Perkasa Maki, M.H.I

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Hani Ro'ida 2002010011

PRODI AHWAL AS-SYAKHSIYYAH KELAS A

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG

HUKUM KELUARGA ISLAM

T.A 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt karena rahmat dan hidayah-nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul "Menjamak Shalat Karena Hajat".
.
Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi
kesempurnaan karya kami. Semoga makalah ini dapat membawa pemahaman dan
pengetahuan bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Metro,09 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3

A. Konsep Dasar Parfum dan Alkohol ............................................................. 3


B. Pendapat Ulama dan Dalil Hukum Menggunakan Parfum Alkohol ............ 8

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 11

A. Kesimpulan................................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakanng
Parfum atau minyak wangi merupakan salah satu jenis kosmetika yang
digandrungi oleh manusia. Khususnya kaum wanita. Apalagi dalam perkembangan yang
semakin maju dan modern saat ini, parfum baik itu yang beralkohol atau non alkohol
sangatlah diperlukan untuk menunjang penampilan dalam bergaul agar tampak lebih
sempurna. Disamping itu, memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang
dianjurkan Rasulullah SAW, terutama dalam melaksanakan ibadah.1

‫المرسلين سنن من أربع‬:‫ءالحن‬,‫والتعطر‬,‫والسواك‬,‫والنكاح‬


Artinya: Empat perkara yang merupakan sunnah para rasul : (1) Memakai hinna’, (2)
memakai parfum, (3) bersiwak dan (4) menikah.

‫دنياكم من إلي حبب‬:‫اوالطيب لنساء‬,‫الصالة في عيني قرة وجعلت‬


Artinya: Telah dijadikan aku menyukai bagian dari dunia, yaitu menyukai wanita dan
parfum. Dan dijadikan sebagai qurroatu a’yun di dalam shalat.
Sekarang ini banyak sekali jenis-jenis dari parfum itu sendiri. Sepertii yang sering
kita dengar adanya parfum alkohol dan parfum non alkohol. Berbicara mengenai alkohol
tidak terlepas dari istilah khamr. Para ulama pakar fiqih berselisih pendapat dalam
menentukan definisi khamr secara istilah. Pendapat yang lebih tepat yang mengatakan
bahwa khamr itu meliputi segala sesuatu yang memabukkan sedikit ataupun banyak, baik
berasal dari anggur, kurma, gandum, atau yang lainnya. Pendapat ini dipilih oleh para
ulama Madinah, ulama-ulama Hijaz, para pakar hadits, ulama Hambali, dan sebagian
ulama Syafi’iyyah.
ُّ‫َح َرا ٌم ُم ْس ِك ٍر َو ُكلُّ خَ ْم ٌر ُم ْس ِك ٍر ُكل‬
Artinya: Setiap yang memabukkan adalah haram dan setiap yang memabukkan adalah
khamr.
Selain kata alkohol sesuatu yang memabukkan itu ada yang cair sesuai dengan
asalnya, seperti khamr dan nabidz, dan ada pula yang padat. Seperti candu dan ganja.

1
Siti Rifaah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis
Atas Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan Di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad
Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi Muamalah, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisogo,
Semarang, 2012, h. 1.

1
Terlepas candu dan ganja dalam pembahasan kali ini agar tidak melebar, penulis hanya
memfokuskan masalah alkohol dalam campuran yang digunakan pada parfum.2
Dalam menggunakan parfum beralkohol, banyak orang masih bimbang tentang
hukum menggunakannya. Oleh karena itu, ada sebagian orang yang takut menggunakan
parfum beralkohol di dalam shalat. Mereka takut apabila menggunakan parfum beralkohol
di dalam shalat akan menyebabkan shalatnya tidak sah, sehingga mereka lebih memilih
menggunakan parfum non alkohol ketika hendak shalat.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis dalam pembahasan ini akan lebih
menfokuskan untuk berbicara seputar problematika dalam hukum menggunakan parfum
beralkohol.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,maka
disusunlah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep Dasar Parfum dan Alkohol ?
2. Bagaimana Pendapat Ulama dan Dalil Hukum Menggunakan Parfum
Beralkohol ?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Konsep Dasar Parfum dan Alkohol
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Pendapat Ulama dan Dalil Hukum
Menggunakan Parfum Beralkohol

BAB II
2
Siti Rifaah, op.cit, h. 19.

2
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PARFUM DAN ALKOHOL


a) Definisi Parfum
Parfum menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah minyak wangi,
bau wangi-wangian yang berupa cairan, zat pewangi.3 Sedangkan parfum
menurut kamus Ilmiah Populer adalah zat pewangi tubuh, wewangian.4
b) Hukum Menggunakan Parfum
Dalam sebuah hadis riwayat At-Tairmidzi dan An-Nasa’i, dari Abu
Hurairah, dia berkata: “Rasulullah Shallalahu Alaihi Wasallam bersabda,
‘Wewangian orang laki-laki adalah yang tercium baunyadan tidak tampak
warnanya. Sedangkan wewangian wanita adalah yang tampak warnanya dan
tidak tercium baunya.”5
Hadis yang ditakhrij Ashhabus-sunan dari Abu Musa, “Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: ‘Setiap mata adalah pezina, dan
sesungguhnya apabila wanita itu mengenakan wewangian kemudian dia
berlalu melewati majlis, maka dia adalah pezina.”6
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa perbuatan-perbuatan
tersebut bisa menjerumus ke dosa besar. sebab mengenakan wewangian agar
baunya bisa dicium oleh kaum laki-laki, sama dengan menampakkan dirinya
dihadapan mereka dan membangkitkan birahi mereka. Maka tidak heran jika
wanita semacam ini sebagai wanita pezina.7
Parfum atau minyak wangi merupakan salah satu jenis kosmetika yang
digandrungi oleh manusia. Manusia, khususnya kaum wanita, memakai parfum
agar tercipta kenyamanan dalam bergaul dengan manusia lainnya. Disamping

3
Kam. Kamus besar Bahasa Indonesia/tim penyusun kamus pusat pembinaan dan
pengembangan bahasa-ed., sebagaimana dikutip Siti Rifaah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan
Di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi
Muamalah, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisogo, Semarang, 2012, h. 18.
4
M. Dahlan Al Barry, sebagaimana dikutip Siti Rifaah “Tinjauan Hukum Islam Terhadap
Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan
Di Pondok Pesantren Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi
Muamalah, Fakultas Syari’ah, IAIN Walisogo, Semarang, 2012, h. 19.
5
Haya Binti Mubarok Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, (Bekasi: PT Darul Falah,
2010), h. 155-156.
6
Ibid.
7
Ibid.

3
itu, memakai parfum merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dianjurkan
Rasulullah SAW, terutama dalam melaksanakan ibadah.8
‫المرسلين سنن من أربع‬:‫ءالحن‬,‫والتعطر‬,‫والسواك‬,‫والنكاح‬
Artinya: Empat perkara yang merupakan sunnah para rasul : (1) Memakai
hinna’, (2) memakai parfum, (3) bersiwak dan (4) menikah.

‫دنياكم من إلي حبب‬:‫اوالطيب لنساء‬,‫الصالة في عيني قرة وجعلت‬


Artinya: Telah dijadikan aku menyukai bagian dari dunia, yaitu menyukai
wanita dan parfum. Dan dijadikan sebagai qurroatu a’yun di dalam shalat.
Disunnahkan bagi sorang wanita yang hendak berihram untuk memakai
minyak wangi dan menyisir rambut. Diriwayatkan dalam dalam sebuah hadis
dari Aisyah ra., ia berkata: “kami pergi bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam ke Mekah, lalu kami mengolesi dahi-dahi kami dengan minyak
kasturi ketika hendak ihram. Ketika salah seorang dari kami berkeringat,
minyak itu terlihat mengalir dari wajah kami dan Rasulullah melihatnya,
namun tidak melarangnya.” Hadis tersebut dijadikan salah satu dalil sunnahnya
memakai minyak wangi ketika akan berihram. Aroma wangi dan warnanya
tidak mudarat, karena yang diharamkan adalah ketika memakainya setelah
ihram.9
c) Definisi Alkohol
Alkohol (al-kuhl atau al-kuhul dalam bahasa Arab dan alkohol dalam
bahasa Inggris pengertiannya adalah sesuatu yang menguap, saripati atau
intisari). Alkohol diartikan sebagai cairan tidak berwarna yang mudah menguap
dan mudah terbakar. Umumnya dipakai dalam industri dan pengobatan serta
merupakan unsur ramuan yang memabukkan dalam kebanyakan minuman
keras. Alkohol dibuat melalui proses fermentasi berbagai zat yang mengandung
hidrat arang ( seperti melase, gula tebu, dan sari buah).10
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, alkohol berarti zat cair yang
memabukkan (sebagai yang dicampurkan di minuman keras dan sebagainya).11
8
Jajang Nurjaman, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol”, Skripsi
pada Program Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2010,
h. ii.
9
Su’ad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita, (Jakarta: Amzah, 2011), h. 454-455.
10
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual: Jawaban tuntas Masalah Kontemporer, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2003), h. 203.
11
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka,
Cet. 5) 1976, hlm. 32.

4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, alkohol yaitu cairan tidak
berwarna yang mudah menguap, mudah terbakar, di pakai dalam industri atau
pengobatan, merupakan unsur yang memabukkan, dll. Kebanyakan minuman
keras, C2H5OH, etanol, senyawa organik dengan gugus OH pada atom karbon
jenuh.

d) Hukum Alkohol
Berdasarkan firman Allah SWT.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya meminum
khamar, berjudi, berkorban untuk berhala dan mengundi nasib dengan panah
adalah perbuatan-perbuatan keji yang termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kehencian di antara kamu lantaran meminum khamer dun berjudi itu dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang. Maku berhentilah
kamu mengerjakan perbuatan itu. (Surat Al-Maidah ayat 90-91).12
Atas dasar ayat tersebut, manusia diwajibkan untuk menghentikan
perjudian, berkorban untuk pahala, dan bertenung (mengundi nasib), juga
khamr. Adapun salah satu hadis yang menjadi dasar bahwa khamr itu haram,
yaitu:
Hadis riwayat Jamaah kecuali Turmudzi dari Ibnu Umar bahwa
Rasulullah saw. bersabda: “Barang-siapa minum arak (khamer) di dunia
kemudian tidak bertaubat, maka ia cegah mendapatkannya di akherat.”
Mengonsumsi alkohol untuk kebutuhan sandang dan pangan akan
terkait dengan dua persoalan, yaitu berkaitan dengan kebutuhan pangan, serta
sandang, dan papan. Bagi para ulama yang mengkiaskan alkohol dengan khamr
menyatakan hukum menggunakan alkohol sebagai bahan pangan adalah mutlak
haram termasuk dosa besar, dan peminumnya wajib diberi hukuman had
(cambuk), tanpa memperhatikan kadarnya. Ini merupakan pendapat ulama
kawasan Hijaz, termasuk mazhab Maliki, mazhab Syafi’i, dan Hambali.13
Sedangkan bagi ulama yang mengkiaskan dengan nabidz maka
hukumnya boleh sampai batas kadar yang tidak memabukkan. Ini merupakan

12
QS. Al-Maidah [5] : 90-91.
13
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual..., h. 203.

5
pendapat Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf (ulama mazhab Hanafi).
Imam asy-Syafi’i berpendapat bahwa hukumnya dosa kecil dan tidak wajib
diberi hukuman had namun hak kesaksiannya tidak gugur.
Adapun para ulama kontemporer cenderung berpendapat bahwa
meminum minuman yang mengandung unsur alkohol walaupun kadarnya hanya
sedikit dan tidak memabukkan, sebaiknya dihindarkan untuk tidak diminum.
Dalam hal pemanfaatan alkohol untuk keperluan sandang dan papan (seperti
pembersih alat-alat tertentu di rumah tangga, rumah sakit, kegiatan industri, dan
laboratorium), sebagian ulama mengatakan hukumnya najis dan sebagian
lainnya mengatakan tidak najis.
Imam mazhab yang empat ( Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali) sepakat
mengatakan bahwa alkohol adalah najis, dengan mengkiaskannya kepada
khamr karena persamaan illat atau sebabnya, yaitu sama-sama memabukkan.
Ulama yang menghukumkan khamr sebagai najis beralasan pada surah Al-
Maidah:90. Dalam ayat itu disebutkan bahwa khamr termasuk rijs yang
diartikan sebagai najis, dan najis adalah kotor berdasarkan firman Allah swt.
dalam surah Al-A’raf:157, karenanya harus dijauhi.
Sebaliknya Imam Rabi’ah ar-Ra’yi (guru Imam Malik), al-Lais bin
Sa’ad, Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264H/878M; ulama
mazhab Syafi’i), sebagian ulama Baghdad kontemporer, dan mazhab az-Zahiri
mengatakan bahwa khamr adalah suci dan tidak najis.
Di antara ulama kontemporer yang berpendapat bahwa khamr itu
adalah suci meskipun haram, adalah Muhammad bin Ali asy-Syaukani.
Demikian pula Muhammad Rasyid Ridha dalam kitab tafsir al-Manar,
menyatakan ketidak najisan alkohol atas dasar tidak adanya dalil sharih (tegas)
tentang kenajisannya.14
Dari metode penalaran hukum dari sekian pendapat dengan
mempertimbangkan berbagai argumentasi dan diproyeksikan kepada
permasalahan dan tututan yang dihadapi, yang memungkinkan untuk diambil
(ditarjih), untuk kemudian ditetapkan adalah:
a Bahwa khamr, apalagi alkohol dan zat-zat kimia lainnya adalah suci,
tidak najis, sehingga dapat digunakan untuk obat-obatan antiseptic (obat
luar), kosmetika, pafum, dan sebagainya.
14
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual..., h. 204-205.

6
b Bahwa alkohol adalah zat-zat kimia bukanlah khamr dan juga tidak
diqiyaskan kepada khamr, sehingga keharamannya bukan bersifat
dzatiyah (‘ainy) tetapi pada efek atau kadar yang memabukkan. Namun
demikian, karena alkohol dan zat-zat kimia itu bersifat adiktif, maka
penggunaannya tidaklah bebas, tetapi harus terkontrol. Karena itu,
penggunaan alkohol untuk keni’ matan semata, sebagai bahan makanan
dan minuman misalnya, hukumnya haram karena cenderung mengarah
pada kerusakan. Penggunaannya hanya dibolehkan untuk kepentingan
pengobatan dibawah kontrol dan kendali dokter atau ahli pengobatan.15
Alkohol sebagaimana dimaksud dalam ketentuan umum yang berasal dari
khamr adalah najis. Sedangkan alkohol yang tidak berasal dari khamr adalah tidak
najis. Penggunaan alkohol/etanol hasil industri khamr untuk produk makanan,
minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya haram.
Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr) untuk
proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika, dan obat-obatan, hukumnya:
mubah, apabila secara medis tidak membahayakan.
Penggunaan alkohol/etanol hasil industri non khamr (baik merupakan hasil
sintesis kimiawi [dari petrokimia] ataupun hasil industri fermentasi non khamr) untuk
proses produksi produk makanan, minuman, kosmetika dan obat-obatan, hukumnya:
haram, apabila secara medis membahayakan.16

e) Macam-Macam Parfum
1) Eau Fraiche adalah jenis parfum yang paling ringan di antara semuanya,
mengandung 1% hingga 3% perfume oil. Biasanya wangi bertahan kurang dari
satu jam. Namun, kita bisa akali dengan trik untuk jaga wanginya tahan lama.
2) Eau de Cologne meski biasa diidentikkan dengan aroma laki-laki, jenis ini
pada dasarnya bersifat universal dengan aroma yang ringan, segar, dan fruity.
Kandungan perfume oil sebanyak 2% hingga 4% dan bertahan selama 2 jam.

15
Dadang Syaripudin, Kedudukan Hukum Alkohol, dalam Majalah Islam Asy-Syari’ah Vol
VIII, No. 39, Januari-Juni 2004, h. 185-186.
16
Ma’ruf Amin et. Al., Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 736-
737.

7
3) Eau de Toilette mengandung 5% sampai 15% perfume oil, eau de toilette
adalah jenis yang memiliki kekuatan dan ketahanan aroma yang sedang.
Wanginya bertahan hingga 3 jam.
4) Eau de Parfum konsentrasi perfume oil-nya sebanyak 15% hingga 20%,
membuat wanginya tahan hingga 8 jam.
5) Perfume jenis ini memiliki wangi yang paling tahan lama, sekaligus harga
yang paling mahal. Teksturnya lebih oil dibanding jenis parfum lainnya. Tidak
lain karena kandungan parfum murninya hingga 20% - 30%. Tidak heran bila
wanginya bertahan hingga 24 jam.

B. PENDAPAT ULAMA DAN DALIL HUKUM MENGGUNAKAN PARFUM


BERALKOHOL
Minyak biasanya dilarutkan dengan menggunakan solvent (pelarut), solvent
yang digunakan untuk minyak wangi adalah etanol atau campuran antara etanol dan
air. Minyak wangi juga bisa dilarutkan dalam minyak yang sifatnya netral seperti
dalam fraksi minyak kelapa, atau dalam larutan lak (lilin) seperti dalam minyak jojoba
(salah satu jenis tanaman, pen).
LP POM MUI, alkohol yang dimaksudkan dalam parfum adalah etanol.
Menurut fatwa MUI, etanol yang merupakan senyawa murni bukan berasal dari
industri minuman khamer sifatnya tidak najis. Hal ini berbeda dengan khamer yang
bersifat najis. Oleh karena itu, etanol tersebut dijual sebagai pelarut parfum, yang
notabene memang dipakai diluar (tidak dimaksudkan ke dalam tubuh).
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol
saja. Etanol merupakan sejenis yang mudah menguap (volatile), mudah terbakar
(flammable), tak berwarna (colorless), memiliki wangi yang khas dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol dibuat kebanyakan dengan dua metode; pertama, peragian dari molase
(tetes) dari tebu. Kedua, adisi air kepada etilena dengan hadirnya suatu katalis asam.
Maka dari itu, etanol adalah zat yang suci, ada tiga point yang dibuat pertimbangan
dari kesimpulan diatas;
a. Hukum asal etanol jika ia berdiri sendiri dan tidak bercampur dengan zat lain
adalah halal.
b. Etanol bisa berubah statusnya jadi haram, jika ia menyatu dengan minuman
yang haram seperti miras.
8
c. Etanol ketika berada dalam miras yang dihukumi adalah campuran mirasnya
dan bukan etanolnya lagi.
Jika melihat etanol (alkohol) yang ada dalam parfum, maka penulis dapat
katakan bahwa yang jadi solvent (pelarut) dalam parfum tersebut adalah etanol yang
suci, bukanlah khamer.17
Athiah Saqr (ahli fiqh Mesir) dalam bukunya Islam wa Masyakil al-Hajah
(Islam dan masalah kebutuhan) mengemukakan bahwa mengingat alkohol kini sudah
banyak digunakan dalam berbagai keperluan (seperti medis, obat-obatan, parfum, dan
sebagainya), maka ia cenderung mengambil pendapat yang mengatakan kesuciannya,
karena pendapat ini sesuai dengan prinsip al-yusr ‘kemudahan’ dan ‘adam al-haraj
‘menghindarkan kesulitan’ dalam hukum Islam. Bahkan menurut Lembaga Fatwa
Negara Kuwait dalam kumpulan fatwanya (Majmu’ah Fatawa Syar’iyah: II/267)
bahwa diperbolehkan untuk parfum dan eau de cologne yang mengandung alkohol
dan juga diperbolehkan untuk menjualbelikannya.
Mengenai kesimpulan najis tidaknya alkohol, Syeikh Muhammad Rasyid
Ridha dalam tafsir al-Manar, mengatakan bahwa menghukumi najisnya alkohol yng
kini sudah banyak digunakan untuk tujuan-tujuan positif (medis, obat, kosmetika, dan
sebagainya) tentu akan menimbulkan kesusahan (haraj) pada manusia dan ini
bertentangan dengan ajaran Al-Qur’an yang menyatakan kesulitan itu harus
dihilangkan (al-Maa’idah:6 dan al-Hajj:78).18
Memakai parfum hendak ibadah sangat dianjurkan dalam Islam. Bagaimana
jika memakai parfum yang bercampur dengan alkohol? Boleh, karena terdapat
kemaslahatan dan diisyaratkan campuran alkoholnya sesuai kadar. Menurut sebagian
ulama bahwa menggunakan parfum tersebut dihukumi suci, walaupun alkohol
melebihi kadar kebutuhan dalam perbaikan minyak wangi (ishlah).19

Adapun hukum memakai parfum yang beralkohol, maka Syaikh Ibnu Utsaimin
menjelaskan bahwa yang lebih baik adalah kita bersikap berhati-hati yaitu dengan
tidak memakainya.Karena sesungguhnya Allah SWT berfirman tentang khamr Q.S al-
Maidah [5] : 90:

17
Siti Rifaah, op.cit, h. 23-25.
18
Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual..., h. 205-206.
19
Ahmad Idris Marzuki dan Maimun Zubair, Ngaji Fiqih: Untuk Bekal Dunia-Akherat (Buku
Satu), (Kediri: Santri Salaf Press, 2014), h. 77.

9
ْ َ‫ش ْي ٰط ِن ف‬
ُ‫اجتَنِبُ ْوه‬ ٌ ‫اب َوااْل َ ْزاَل ُم ِر ْج‬
َّ ‫س ِّمنْ َع َم ِل ال‬ ُ ‫ص‬ ِ ‫ٰيٓاَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِنَّ َما ا ْل َخ ْم ُر َوا ْل َم ْي‬
َ ‫س ُر َوااْل َ ْن‬
َ‫لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْون‬
Artinya: “...Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”
Allah memerintahkan untuk menjauhi hal tersebut. Di mana perintah ini
mutlak, bukan hanya sekedar meminum atau memakainya (bukan untuk diminum).
Oleh karena itulah yang lebih hati-hati adalah seseorang menghindari penggunaan
minyak wangi yang mengandung alkohol. Akan tetapi, Beliau juga menegaskan
bahwa beliau tidak menggunakan minyak wangi yang mengandung alkohol namun
beliau juga tidak melarang orang lain untuk menggunakannya
Memakai parfum yang mengandung alkohol boleh hukumnya. Alkohol
menjadi haram jika digunakan untuk mabuk-mabukkan. Jika dipakai untuk tujuan
yang baik, misalnya untuk bahan bakar hukumnya tidak haram. Alkohol tidak najis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

10
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa parfum
beralkohol merupakan parfum yang mengandung etanol sebagai solvent (zat pelarut).
Untuk mengeluarkan aroma yang dibutuhkan dalam parfum tersebut dibutuhkan bahan
khusus, biasanya bahan tersebut berupa alkohol atau lemak yang fungsinya untuk
melarutkannya menjadi cairan parfum. Parfum jenis spray lebih banyak menggunakan
alkohol dan gas, karena jika alkoholya tidak banyak maka parfum tidak dapat
disemprotkan.
Oleh karena itu, etanol suci bahan dasarnya, sepanjang bahan dasar tersebut
merupakan bahan yang suci dan dari bahan nabati. Ketika etanol digunakan sebagai
bahan produksi parfum sebagi pelarut, maka parfum tersebut masih bersifat suci
(halal), mengingat yag menyebabkan alkohol diharamkan dalam Islam adalah karena
efek yang ditimbulkannya, bukan karena najis bahan dasarnya. Selama kadar alkohol
dalam parfum tersebut tidak memabukkan si pemakai atau orang yang ada didekatnya
Sebagai konsumen hendaknya hati-hati dengan tidak hanya
mempertimbangkan efek wangi dari parfum tersebut tanpa memperhatikan kandungan
alkoholnya, bila perlu sebelum membelinya menanyakan terlebih dahulu kepada para
ahli agar lebih terjaga dari mafsadat.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi
pemakalah dan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Maka dari itu makalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat
membangun agar dalam pembuatan makalah berikutnya dapat menjadi lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Idris Marzuki dan Maimun Zubair, Ngaji Fiqih: Untuk Bekal Dunia-Akherat (Buku
Satu), Kediri: Santri Salaf Press, 2014.

Dadang Syaripudin, Kedudukan Hukum Alkohol, dalam Majalah Islam Asy-Syari’ah Vol
VIII, No. 39, Januari-Juni 2004

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Semarang: CV.Toha Putra, 1989.

Jajang Nurjaman, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Parfum Beralkohol”, Skripsi
pada Program Studi Muamalat, Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, 2010.

Haya Binti Mubarok Al-Barik, Ensiklopedi Wanita Muslimah, Bekasi: PT Darul Falah, 2010.

Ma’ruf Amin et. Al., Himpunan Fatwa MUI Sejak 1975, Jakarta: Erlangga, 2009.

Muhammad Abduh Tuasikal, Seputar Hukum alkohol, Yogyakarta.

Setiawan Budi Utomo, Fiqih Aktual: Jawaban tuntas Masalah Kontemporer, Jakarta: Gema
Insani Press, 2003.

Siti Rifaah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemakaian Parfum Beralkohol (Analisis Atas
Pendapat Kh Abdul Wahab Khafidz Dan Ustadz Sulkhan Di Pondok Pesantren
Putri Al Irsyad Kauman Kab. Rembang)”, Skripsi pada Program Studi Muamalah,
Fakultas Syari’ah, IAIN Walisogo, Semarang, 2012.

Su’ad Ibrahim Shalih, Fiqh Ibadah Wanita, Jakarta: Amzah, 2011.

W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : PN Balai Pustaka, Cet. 5,
1976.

12

Anda mungkin juga menyukai