Disusun Oleh:
PRODI PGMI
FAKULTAS TARBIYAH
i
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia nikmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “
Teori Belajar Bermakna Menurut Teori David Paul Ausuble” disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah.Dalam penyusunannya penulis melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk
menyelesaikan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai manusia
biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari
kata sempurna. Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
David Paul Ausubel lahir pada 25 Oktober 1918 dan tumbuh di Brooklyn, New
York Amerika serikat. Beliau seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat yang
mempunyai istri bernama Pearl dan dua orang anak yaitu Fred dan Laura Ausubel. David
Paul Ausubel berjasa dalam mengembangkan bidang psikologi pendidikan dan
pendidikan sains. Beliau menyelesaikan pendidikan jurusan Pre-Medical Course di
Universitas Pennsylvania dan Psikologi dengan predikat pujian (cumlaude) pada tahun
1939. Setelah sarjana Psikologi diraih, Ausubel meneruskan sekolah kedokteran di
Universitas Middlesex dan lulus tahun 1943. Beliau telah menyelesaikan magang di
Rumah Sakit Gouverneur yang terletak di Manhattan, New York dan berdinas militer di
bagian Layanan Kesehatan Masyarakat AS. David Paul Ausubel berhasil meraih gelar
MA dan Ph.D. dari Universitas Columbia dalam psikologi perkembangan pada tahun
1950.
Gelar Profesor Psikologi diraih David P. Ausubel dari Universitas Illionis,
Universitas Toronto, Universitas Eropa di Berne, Universitas Salesian di Roma, dan
Universitas Pelatihan Pegawai di Munich. Salah satu penelitian Ausubel yaitu melakukan
studi banding tentang motivasi kerja orang Maoris dengan orang Eropa pada tahun 1957-
1958 yang didanai oleh lembaga Fulbright. David P. Ausubel pensiun dari kehidupan
akademis untuk fokus bekerja sebagai Psikiater. Adapun karya ilmiah Ausubel yaitu
beberapa judul buku dan artikel tentang psikiatri selama beliau menjadi psikiater. David
P. Ausubel tertarik pada bidang psikiater khususnya psikopatologi umum, perkembangan
ego, ketergantungan obat-obatan, psikiater forensik. David P. Ausubel sering menulis
buku tentang psikologi perkembangan dan pendidikan, ketergantungan obat-obatan,
psikopatologi dan perkembangan ego. Artikel beliau yang telah dimuat di jurnal-jurnal
psikologi dan psikiater lebih dari 150 artikel.
Ausubel dianugerahi penghargaan Thorndike untuk "Kontribusi Psikologi
terhadap Pendidikan Distinguished" dari persatuan psikolog Amerika pada tahun 1996
dan pada usianya yang ke 75 tahun yiatu pada tahun 1994, Ausubel benar-benar pensiun
dari kehidupan profesionalnya dan menghabiskan semua waktunya untuk menulis dan
menghasilkan empat buku yakni, The Psychology of Meaningful Verbal Learning,
Reading in the Psychology of Cognition, Learning Theory and Classroom Practice, dan
Educational Psychology: A Cognitive View.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Klasifikasi Belajar Menurut Davil Paul Ausable?
2. Bagaimana Belajar Bermakna Menurut David Paul Ausable?
3. Apa Prisip Belajar Bermakna?
4. Bagaimana Proses Belajar Bermakna David Paul Ausable?
5. Bagimana Penerpan Belajar Bermakna David Paul Ausable?
6. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Bermakna David Paul
Ausable?
C. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagiamana Klasifikasi Belajar Menurut
David Paul Ausable
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Bagaimana Belajar Bermakna
Menurut David Paul Ausable
3. Mahasiswa Dapat Mengetahui Apa Prisip Belajar Bermakna
4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Proses Belajar Bermakna David
Paul Ausable
5. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagimana Penerpan Belajar Bermakna
David Paul Ausable
6. Mahasiswa Dapat Mengetahui Apa Kelebihan Dan Kekurangan Teori
Belajar Bermakna David Paul Ausable
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rahmah, Nur. 2013. Belajar Bermakna Ausubel. Al-Khawarizmi, Vol.I : 43-48.
Skema Klasifikasi Belajar berdasarkan cara siswa menerima pelajaran
David P. Ausubel merupakan seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan belajar
bermakna (meaningful learning). Menurutnya, seseorang dapat memperoleh pengetahuan
terutama melalui penerimaan bukan melalui penemuan. Ratna Willis (2006: 100)2 menjelaskan
dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: A Cognitive View Ausubel
2
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori – teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
mengatakan:”The most important single factor influencing learning is what the learner already
knows. Ascertain this and teach him accordingly.” yang artinya yaitu: “faktor tunggal terpenting
yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia
demikian.” Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti dari teori belajarnya. Jadi, supaya
belajar bermakna, maka konsep baru atau informasi baru haruslah dikaitkan dengan konsep –
konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Teori belajar Ausubel ini menitikberatkan
pada bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuannya. Menurutnya terdapat dua jenis
belajar, yaitu belajar hafalan dan belajar bermakna.
Menurut Ausubel, belajar bermakna yaitu sebuah proses mengaitkan informasi baru pada konsep
yang relevan yang terdapaat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna disebut
juga dengan pengolahan informasi baru ke dalam pikiran yang terkait dengan pengetahuan yang
telah di pelajari sebelumnya (Robert E. Slavin, 2011:249). 3 Selain itu Ausubel juga menuturkan
bahwa belajar dengan hafalan jelas berbeda dengan belajar bermakna. Belajar hafalan atau
bermakna bisa berupa belajar menerima dan menemukan, hal tersebut tergantung pada situasi
terjadinya belajar. Belajar hapalan sendiri merupakan poses mengingat kata demi kata yang telah
di ketahui sebelumnya, sedangkan belajar bermakna yaitu proses belajar yang memberikan hasil
yang bermakna.
Belajar bisa di katakan bermakna apabila informasi yang dipelajari oleh siswa disusun sesuai
dengan struktur kognitif siswa. Sehingga dapat mengaitkan pengetahuan baru tersebut dengan
struktur kognitifnya. Pembleajaran teori bermakna ini juga menurut Ausubel berarti suatu proses
pembelajaran yang mendatangkan hasil atau bermakna. Dua hal penting dalam konsep berlajar
bermakna yaitu struktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Struktur kognitif merupakan
segala pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar yang lalu. Dalam
belajar bermakna, pengetahuan baru harus mempunyai hubungan atau dihubungkan dengan
struktur kognitifnya. Hubungan tersebut akan terjadi karena adanya kesamaan isi
(substantiviness) dan secara beraturan (non-arbiriter), kedua sifat hubungan tersebut
menunjukkan adanya kebermaknaan logis materi yang akan dipelajari.
3
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Pembelajaran bermakna akan terjadi apabila siswa dapat menghubungkan penomena baru
kedalam struktur pengetahuan mereka. Oleh karena itu, materi tersebut harus dikaitkn dengan
konsep yang dimiliki oleh siswa, sehingga konsep baru tersebut bisa di serap dengan baik oleh
siswa. Hal ini berarti bahwa materi tersebut haruslah sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut David P. Ausubel adalah
struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu
dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna tersebut dapat terjadi apabila seseorang belajar
dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Dalam proses
belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah ia pelajari dan mengasosiasikan pengalaman,
fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Jika struktur kognitifnya
stabil dan diatur dengan baik, maka informasi yang jelas dan tidak meragukan akan bertahan
lama didalam struktur kognitif siswa tersebut atau tersimpan didalam long-term memory siswa
tersebut.
Dengan demikian, definisi belajar bermakna adalah suatu proses yang mengaitkan informasi baru
dengan konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitif siswa yang memungkinkan siswa
untuk belajar terhadap hal-hal yang lebih realistis yang ditandai dengan pembelajaran yang lebih
aktif, konstruktif, disengaja, otentik, dan kooperatif.
Dalam buku Ausebel4 “The Acquisition and Retention of Knowledge: A Cognitive View” bentuk
pembelajaran bermakna dilihat dalam Teori Asimilasi terbagi atas 4 sebagai berikut:
1. Subordinate Learning (Pembelajaran Subordina)
Yaitu proses penggabungan ide atau pengalaman terhadap pola-pola ide yang telah lalu yang
telah dimiliki. Ilmu yang dipelajari oleh pelajar dari berbagai bidang akan menjadi struktur
kognitif yang boleh diasimilasikan melalui proses subsumption. Pembelajaran bermakna boleh
dilakukan melalui subsumption. Dalam hal ini terdapat 2 macam subsumption yakni:
a. Derivative Subsumption (Subsumption Turunan)
4
Ausubel, David P. 2000. The Acquisition and Retention of Knowledge: A Cognitive View. New York: Springer
Science.
Dalam subsumption turunan, informasi baru seperti ini terkait dengan ide yang lebih tinggi A
dan mewakili kasus lain atau perluasan A. Atribut kriterial dari konsep A adalah "tidak diubah,
tetapi contoh-contoh baru diakui sebagai relevan. Menggambarkan situasi dengan adanya
informasi baru yang dipelajari siswa adalah contoh dari suatu konsep yang telah diketahuinya.
Misalkan siswa telah mengetahui konsep “pohon”, yaitu punya cabang, ranting, daunnya hijau,
dan ada yang mempunyai buah. Sekarang siswa belajar tentang jenis pohon yang tidak pernah ia
pelajari sebelumnya, contoh pohon maple. Pengetahuan baru tentang pohon maple melekat di
konsepnya tentang pohon tanpa mengubah konsep tentang pohon itu sendiri.
b. Correlative Subsumption (Subsumsi Korelatif)
Dalam subsumsi korelatif, informasi baru y terkait dengan ide X, tetapi merupakan perluasan,
modifikasi, atau kualifikasi X. Atribut kriterial dari subsuming konsep dapat diperpanjang atau
dimodifikasi dengan konsumsi korelatif baru. Misalnya siswa menemukan bahwa pohon baru
yang ia dapat, daunnya berwarna merah. Jadi sekarang siswa mengubah/memperluas konsep
tentang pohon, yaitu daunnya bisa berwarna merah.
2. Superordinate Learning (Pembelajaran Superordinate)
Dalam pembelajaran superordinat, Ide dan diakui sebagai lebih contoh
spesifik dari ide baru A dan dikaitkan dengan A. Gagasan superordinat A didefinisikan oleh
seperangkat atribut kriteria baru yang mencakup ide-ide bawahan. Pada proses ini siswa telah
tahu banyak contoh dari konsep, tetapi belum mengetahui konsep sebelum diajarkan ke siswa
tersebut. Misalnya siswa telah tahu bermacam pohon seperti pohon maple, pohon oak, tetapi ia
belum tahu bahwa ini adalah contoh pohon yang daunnya berubah warna.
3. Combinatorial Learning (Pembelajaran Kombinatorial)
Dalam pembelajaran kombinatorial, ide baru A dilihat terkait dengan ide yang ada B, C, dan D
tetapi tidak lebih inklusif atau lebih spesifik daripada ide B, C, dan D. Dalam hal ini, ide baru A
terlihat memiliki beberapa atribut kriteria kesamaan dengan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.
Ini adalah proses bahwa konsep baru muncul dari konsep lain yang sudah ia dapat sebelumnya,
tetapi tidak dengan urutan sebelum atau sesudah pengetahuan sebelumnya. Tetapi pada level
yang sama. Siswa dapat belajar dengan analogi. Misalnya sekarang siswa sedang mempelajari
bagaimana telur ikan dibuahi. Siswa akan menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya
tentang penyerbukan tanaman. Kedua konsep ini berbeda, tetapi semua berhubungan dengan
proses perkembangbiakan.
4. Assimilation Theory (Teori Asimilasi)
Informasi baru terkait dengan aspek struktur kognitif yang relevan dan sudah ada sebelumnya
dan baik informasi yang baru diperoleh maupun struktur yang sudah ada dimodifikasi dalam
proses. Semua bentuk pembelajaran di atas adalah contoh asimilasi. Pembelajaranan yang paling
bermakna pada dasarnya adalah asimilasi informasi baru.
Sifat-sifat yang digunakan dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel adalah:
(1) Jika kedua ruas dari pertidaksamaan ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang
sama, maka penyelesaiannya tidak berubah
(2) Jika kedua ruas dari pertidaksamaan dikalikan dengan bilangan positif yang sama, maka
penyelesaiannya tidak berubah
(3) Jika kedua ruas dari pertidaksamaan dikalikan dengan bilangan negatif yang sama, maka
penyelesaiannya tidak berubah asalkan arah dari tanda pertidaksamaan dibalik
b. Fase Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaannya sebagai berikut:
dengan dan
Guru memberikan beberapa contoh Diferensiasi progresif
pertidaksamaan linear satu variabel, misalnya
tentukan penyelesaian pertidaksamaan linear 3
Secara umum aplikasi teori Ausubel dalam praktek proses pembelajaran sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
David P. Ausubel mengklasifikasikan cara belajar menjadi sebagai berikut:
a. Klasifikasi belajar dalam dimensi
b. Klasifikasi belajar berdasarkan cara siswa menerima pelajaran
Ratna Willis (2006: 100) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Educational
Psychology: A Cognitive View Ausubel mengatakan:”The most important single factor
influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him
accordingly.” yang artinya yaitu: “faktor tunggal terpenting yang mempengaruhi
pembelajaran adalah apa yang diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian.”
Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti dari teori belajarnya. Jadi, supaya belajar
bermakna, maka konsep baru atau informasi baru haruslah dikaitkan dengan konsep –
konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Teori belajar Ausubel ini
menitikberatkan pada bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuannya.
Menurutnya terdapat dua jenis belajar, yaitu belajar hafalan dan belajar bermakna.
Berdasarkan pandangannya, Ausubel mengajukan beberapa pandangan belajar
bermakna, diantaranya :
1. Pengaturan awal (advance Organizer)
2. Diferensiasi Progresif
3. Belajar Superordinat.
4. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar
menggunakan dua fase, yaittu fase perencanaan dan fase pelaksanaan.
Menurut Ausubel dan Novak (Burhanuddin, 2010 : 115) terdapat tiga kelebihan
dari belajar bermakna, yaitu :
a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
b. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan
sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga
memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
c. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya
masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi
pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Adapun kelemahan dari belajar bermakna yaitu :
a. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
b. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa
mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya, maka baik
proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan
bermakna sama sekali baginya
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi pemakalah
dan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka
dari itu makalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar dalam
pembuatan makalah berikutnya dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ausubel, David P. 2000. The Acquisition and Retention of Knowledge: A Cognitive View. New
York: Springer Science.
Burhanuddin; Nur Wahyuni, Esa. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Penerbit
Ar-Ruzz Media.
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori – teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Gazali, Rahma Yuliana. 2016. Pembelajaran Matematika yang Bermakna. Math Didactic: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(3). 181-190.
Harefa, Amin Otoni. 2013. Penerapan Pembelajaran Ausubel Dalam Pembelajaran. Warta
Darmawangsa, April, XXXVI. Medan.
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Sulaiman, Dadang. 1998. Teknologi/Metodologi Pembelajaran. Jakarta: P2LPTK.