Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TEORI BELAJAR BERMAKNA “MENURUT TEORI DAVID PAUL AUSUBEL”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan

Dosen Pengampu : Ulfa Rahma A. Fikria, M.Pd

Disusun Oleh:

Isma karima 2201032010

Intan safella 2201032009

Eka ardi Nugroho 2201030023

PRODI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG

i
T.A 2022/2023

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia nikmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “
Teori Belajar Bermakna Menurut Teori David Paul Ausuble” disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah.Dalam penyusunannya penulis melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan yang diberikan untuk
menyelesaikan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal oleh penulis, akan tetapi penulis sebagai manusia
biasa sangat menyadari bahwa makalah ini sangat banyak kekurangannya dan masih jauh dari
kata sempurna. Karenanya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga para pembaca dapat mengambil
manfaat dan pelajaran dari makalah ini.

Metro,25 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Belajar Menurut Davil Paul Ausable.....................................................


B. Belajar Bermakna Menurut David Paul Ausable.....................................................
C. Prisip Belajar Bermakna..........................................................................................
D. Proses Belajar Bermakna David Paul Ausable........................................................
E. Penerpan Belajar Bermakna David Paul Ausable...................................................
F. Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Bermakna David Paul Ausable............

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
David Paul Ausubel lahir pada 25 Oktober 1918 dan tumbuh di Brooklyn, New
York Amerika serikat. Beliau seorang ahli psikologi dari Amerika Serikat yang
mempunyai istri bernama Pearl dan dua orang anak yaitu Fred dan Laura Ausubel. David
Paul Ausubel berjasa dalam mengembangkan bidang psikologi pendidikan dan
pendidikan sains. Beliau menyelesaikan pendidikan jurusan Pre-Medical Course di
Universitas Pennsylvania dan Psikologi dengan predikat pujian (cumlaude) pada tahun
1939. Setelah sarjana Psikologi diraih, Ausubel meneruskan sekolah kedokteran di
Universitas Middlesex dan lulus tahun 1943. Beliau telah menyelesaikan magang di
Rumah Sakit Gouverneur yang terletak di Manhattan, New York dan berdinas militer di
bagian Layanan Kesehatan Masyarakat AS. David Paul Ausubel berhasil meraih gelar
MA dan Ph.D. dari Universitas Columbia dalam psikologi perkembangan pada tahun
1950.
Gelar Profesor Psikologi diraih David P. Ausubel dari Universitas Illionis,
Universitas Toronto, Universitas Eropa di Berne, Universitas Salesian di Roma, dan
Universitas Pelatihan Pegawai di Munich. Salah satu penelitian Ausubel yaitu melakukan
studi banding tentang motivasi kerja orang Maoris dengan orang Eropa pada tahun 1957-
1958 yang didanai oleh lembaga Fulbright. David P. Ausubel pensiun dari kehidupan
akademis untuk fokus bekerja sebagai Psikiater. Adapun karya ilmiah Ausubel yaitu
beberapa judul buku dan artikel tentang psikiatri selama beliau menjadi psikiater. David
P. Ausubel tertarik pada bidang psikiater khususnya psikopatologi umum, perkembangan
ego, ketergantungan obat-obatan, psikiater forensik. David P. Ausubel sering menulis
buku tentang psikologi perkembangan dan pendidikan, ketergantungan obat-obatan,
psikopatologi dan perkembangan ego. Artikel beliau yang telah dimuat di jurnal-jurnal
psikologi dan psikiater lebih dari 150 artikel.
Ausubel dianugerahi penghargaan Thorndike untuk "Kontribusi Psikologi
terhadap Pendidikan Distinguished" dari persatuan psikolog Amerika pada tahun 1996
dan pada usianya yang ke 75 tahun yiatu pada tahun 1994, Ausubel benar-benar pensiun
dari kehidupan profesionalnya dan menghabiskan semua waktunya untuk menulis dan
menghasilkan empat buku yakni, The Psychology of Meaningful Verbal Learning,
Reading in the Psychology of Cognition, Learning Theory and Classroom Practice, dan
Educational Psychology: A Cognitive View.

(a) (b) (c)

Gambar Buku Karya David Paul Ausubel

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan,maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Klasifikasi Belajar Menurut Davil Paul Ausable?
2. Bagaimana Belajar Bermakna Menurut David Paul Ausable?
3. Apa Prisip Belajar Bermakna?
4. Bagaimana Proses Belajar Bermakna David Paul Ausable?
5. Bagimana Penerpan Belajar Bermakna David Paul Ausable?
6. Apa Kelebihan Dan Kekurangan Teori Belajar Bermakna David Paul
Ausable?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas,maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagiamana Klasifikasi Belajar Menurut
David Paul Ausable
2. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Bagaimana Belajar Bermakna
Menurut David Paul Ausable
3. Mahasiswa Dapat Mengetahui Apa Prisip Belajar Bermakna
4. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagaimana Proses Belajar Bermakna David
Paul Ausable
5. Mahasiswa Dapat Mengetahui Bagimana Penerpan Belajar Bermakna
David Paul Ausable
6. Mahasiswa Dapat Mengetahui Apa Kelebihan Dan Kekurangan Teori
Belajar Bermakna David Paul Ausable
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Belajar Menurut David P. Ausubel


David P. Ausubel mengklasifikasikan cara belajar menjadi sebagai berikut:
a. Klasifikasi belajar dalam dimensi
a. Dimensi – 1 tentang cara penyajian informasi atau materi kepada siswa.
Dimensi ini meliputi belajar penerimaan yang menyajikan informasi itu dalam bentuk final dan
belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh
materi yang diajarkan.
b. Dimensi – 2 tentang cara siswa mengkaitkan materi yang diberikan dengan struktur
kognitif yang telah dimilikinya.
Dimensi ini meliputi jika siswa dapat menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada
pengetahuan yang telah dimilikinya maka dikatakan terjadi belajar bermakna. Tetapi jika siswa
menghafalkan informasi baru tanpa menghubungkan pada konsep yang telah ada dalam struktur
kognitifnya maka dikatakan terjadi belajar hafalan.

b. Klasifikasi belajar berdasarkan cara siswa menerima pelajaran


a. Belajar bermakna (meaningfull learning)1
Belajar dapat dikatakan bermakna apabila siswa dapat mengaitkan informasi baru dengan
struktur kognitifnya, hal ini dapat terjadi apabila informasi yang diperoleh siswa disusun seuai
dengan struktur kognitifnya . Sehingga ingatan siswa terkait materi yang diajarkan menjadi kuat
dan tujuan belajarnya mudah dicapai. Struktur kognitif tersebut berupa fakta-fakta, konsep-
konsep ataupun generalisasi yang telah diperoleh atau bahkan dipahami sebelumnya oleh siswa.
b. Belajar menghafal (rote learning)
Belajar menghafal terjadi bila struktur kognitif yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada
maka informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal diperlukan
apabila siswa memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan apa yang diketahui sebelumnya.

1
Rahmah, Nur. 2013. Belajar Bermakna Ausubel. Al-Khawarizmi, Vol.I : 43-48.
Skema Klasifikasi Belajar berdasarkan cara siswa menerima pelajaran

a. Klasifikasi belajar berdasarkan cara menyajikan materi


a. Penerimaan
1) Belajar menerima yang bermakna
Belajar menerima yang bermakna terjadi jika informasi yang telah tersusun secara logis di
sajikan kepada siswa dalam bentuk final/ akhir, siswa kemudian menghubungkan pengetahuan
yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Misalnya, siswa akan mempelajari akar-
akar persamaan kuadrat. Guru mempersiapkan bahan ajar yang akan diberikan yang susunannya
diatur sedemikian rupa sehingga materi persamaan kuadrat tersebut dengan mudah tertanam
kedalam konsep persamaan yang sudah dimiliki oleh siswa. Karena pengertian persamaan lebih
inklusif dari pada persamaan kuadrat, materi persamaan tersebut dapat dipelajari siswa secara
bermakna.
Prasyarat agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:
1. Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi
belajar bermakna.
2. Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus disesuaikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki siswa.
3. Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual
siswa.
2) Belajar menerima yang tidak bermakna
Belajar menerima yang tidak bermakna maksudnya adalah siswa hanya menghafalkan bahan ajar
yang disajikan kepada siswa. Bahan ajar yang disajikan ini tanpa memperhatikan pengetahuan
yang dimiliki siswa.
b. Penemuan
1) Belajar dengan penemuan yang bermakna
Belajar dengan penemuan yang bermakna ini terjadi jika informasi yang dipelajari, ditentukan
secara bebas oleh siswa, kemudian siswa menghubungkan pngetahuan yang baru itu dengan
struktur kognitif yang dimilikinya. Misalnya, siswa diminta menemukan sifat-sifat suatu bujur
sangkar. Dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimilikinya, seperti sifat-sifat persegi
panjang, siswa dapat menemukan sendiri sifat- sifat bujur sangkar tersebut.
2) Belajar dengan penemuan tidak bermakna
Belajar dengan penemuan tidak bermakna ini terjadi jika informasi yang dipelajari, ditentukan
secara bebas oleh peserta didik, kemudian siswa menghafalnya. Misalnya, siswa menemukan
sifat- sifat bujur sangkar tanpa bekal pengetahuan sifat-sifat geometri yang berkaitan dengan
segiempat dengan sifat-sifatnya, yaitu dengan penggaris dan jangka. Dengan alat-alat ini
ditemukan sifat-sifat bujur sangkar dan kemudian dihafalkan.

B. Belajar Bermakna Menurut David P. Ausubel

David P. Ausubel merupakan seorang ahli psikologi pendidikan yang terkenal dengan belajar
bermakna (meaningful learning). Menurutnya, seseorang dapat memperoleh pengetahuan
terutama melalui penerimaan bukan melalui penemuan. Ratna Willis (2006: 100)2 menjelaskan
dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology: A Cognitive View Ausubel

2
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori – teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
mengatakan:”The most important single factor influencing learning is what the learner already
knows. Ascertain this and teach him accordingly.” yang artinya yaitu: “faktor tunggal terpenting
yang mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia
demikian.” Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti dari teori belajarnya. Jadi, supaya
belajar bermakna, maka konsep baru atau informasi baru haruslah dikaitkan dengan konsep –
konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Teori belajar Ausubel ini menitikberatkan
pada bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuannya. Menurutnya terdapat dua jenis
belajar, yaitu belajar hafalan dan belajar bermakna.

Menurut Ausubel, belajar bermakna yaitu sebuah proses mengaitkan informasi baru pada konsep
yang relevan yang terdapaat dalam struktur kognitif seseorang. Pembelajaran bermakna disebut
juga dengan pengolahan informasi baru ke dalam pikiran yang terkait dengan pengetahuan yang
telah di pelajari sebelumnya (Robert E. Slavin, 2011:249). 3 Selain itu Ausubel juga menuturkan
bahwa belajar dengan hafalan jelas berbeda dengan belajar bermakna. Belajar hafalan atau
bermakna bisa berupa belajar menerima dan menemukan, hal tersebut tergantung pada situasi
terjadinya belajar. Belajar hapalan sendiri merupakan poses mengingat kata demi kata yang telah
di ketahui sebelumnya, sedangkan belajar bermakna yaitu proses belajar yang memberikan hasil
yang bermakna.

Belajar bisa di katakan bermakna apabila informasi yang dipelajari oleh siswa disusun sesuai
dengan struktur kognitif siswa. Sehingga dapat mengaitkan pengetahuan baru tersebut dengan
struktur kognitifnya. Pembleajaran teori bermakna ini juga menurut Ausubel berarti suatu proses
pembelajaran yang mendatangkan hasil atau bermakna. Dua hal penting dalam konsep berlajar
bermakna yaitu struktur kognitif dan materi pengetahuan baru. Struktur kognitif merupakan
segala pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar yang lalu. Dalam
belajar bermakna, pengetahuan baru harus mempunyai hubungan atau dihubungkan dengan
struktur kognitifnya. Hubungan tersebut akan terjadi karena adanya kesamaan isi
(substantiviness) dan secara beraturan (non-arbiriter), kedua sifat hubungan tersebut
menunjukkan adanya kebermaknaan logis materi yang akan dipelajari.

3
Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Pembelajaran bermakna akan terjadi apabila siswa dapat menghubungkan penomena baru
kedalam struktur pengetahuan mereka. Oleh karena itu, materi tersebut harus dikaitkn dengan
konsep yang dimiliki oleh siswa, sehingga konsep baru tersebut bisa di serap dengan baik oleh
siswa. Hal ini berarti bahwa materi tersebut haruslah sesuai dengan keterampilan yang dimiliki
siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki oleh siswa.

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut David P. Ausubel adalah
struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu
dan pada waktu tertentu. Pembelajaran bermakna tersebut dapat terjadi apabila seseorang belajar
dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Dalam proses
belajar seseorang mengkonstruksi apa yang telah ia pelajari dan mengasosiasikan pengalaman,
fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Jika struktur kognitifnya
stabil dan diatur dengan baik, maka informasi yang jelas dan tidak meragukan akan bertahan
lama didalam struktur kognitif siswa tersebut atau tersimpan didalam long-term memory siswa
tersebut.

Dengan demikian, definisi belajar bermakna adalah suatu proses yang mengaitkan informasi baru
dengan konsep-konsep yang relevan dalam struktur kognitif siswa yang memungkinkan siswa
untuk belajar terhadap hal-hal yang lebih realistis yang ditandai dengan pembelajaran yang lebih
aktif, konstruktif, disengaja, otentik, dan kooperatif.

C. Prinsip Belajar Bermakna


David P. Ausubel sebagai pelopor aliran kognitif mengemukakan teori belajar bermakna.
Pembelajaran tersebut dapat menimbulkan belajar bermakna apabila memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Materi yang akan dipelajari melaksanakan belajar bermakna secara potensial
2. Anak yang belajar bertujuan melaksanakan belajar bermakna.

Berdasarkan pandangannya, Ausubel mengajukan beberapa pandangan belajar bermakna,


diantaranya :
1. Pengaturan awal (advance Organizer)
Pengaturan awal ini dapat diunakan oleh guru untuk membantu mengaikan konsep lama dengan
konsep baru yang maknanya lebih tinggi. Dalam pengatura awal ini para siswa diarahkan ke
materi yan akan dipelajari dan di ingatkan pada materi sebelumnya yang bisa membantu siswa
dalam menanamkan pengetahuan baru. Pengetahuan awal ini dapat diangap sebagai suatu
pertolongan mental dan sajikian sebelum materi baru.
Pengaturan awal yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap berbagai macam
materi, terutama pada materi yang strukturnya teratur. Alasan menggunakan organizer karena
didasarkan terutama pada:
 Pentingnya memiliki ide-ide mapan yang relevan dan sesuai
Sudah tersedia dalam struktur kognitif untuk membuat ide-ide baru yang bermakna secara logis
ide-ide baru yang berpotensi bermakna sebenarnya bermakna (yaitu, menghasilkan makna baru),
serta memberi mereka stabil pelabuhan.
 Keuntungan menggunakan ide-ide disiplin ilmu yang lebih umum dan inklusif struktur
kognitif sebagai penahan gagasan atau pelanggan. dimodifikasi sesuai untuk ke khususan
relevansi mereka yang lebih besar untuk materi pengajaran. Karena kesesuaian dan
kekhususan relevansi mereka yang lebih besar, mereka juga menikmati stabilitas bawaan
yang lebih besar, kekuatan penjelas, dan kapasitas integratif.
 Fakta bahwa penyelenggara sendiri berupaya untuk mengidentifikasi sudah ada-ing
konten yang relevan dalam struktur kognitif (dan secara eksplisit terkait dengannya) dan
untuk menunjukkan secara eksplisit relevansi konten yang ada dan konten
merekarelevansi sendiri untuk materi pembelajaran baru
2. Diferensiasi Progresif
Dalam pembelajaran bermakna diperlukan adanya pengembangan dan kolaborasi antar konsep.
Dilakukan dengan cara memperkenalkan unsur yang paling umum dan inklusif dilanjutkan
dengan yang lebih mendetail seperti contoh – contoh konsep, yang mana pembelajaran dilakukan
dari yang umum ke khusus. Berdasarkan dengan ini dikatakan diferensiasi progresif adalah cara
mengembangkan pokok bahasan melalui penguraian bahan secara hierarkis maka pada setiap
bagian dapat dipelajari secara terpisah dari satu kesatuan yang besar (Dadang Sulaiman,
1998:203).
3. Belajar Superordinat.
Belajar superordinat yang merupakan sebuah proses struktur kognitif yang mengalami
pertumbuhan kearah diferensisai, proses terjadi sejak perolehan informasi dan diasosiasikan
dengan konsep dalam struktur kognitif. Proses dapat terjadi jika konsep yang sebelumnya telah
dipelajari dikenal sebagai unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Berlangsung proses ini
hingga dapat ditemukan hal – hal baru.
4. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Dalam mengajar selain memperhatikan urutan menurut diferensiasi progresif juga harus
memperlihatkan bagaimana konsep – konsep itu dapat dihubungkan dengan konsep – konsep
yang superordinat. Pada suatu saat siswa mungkin akan menghadapi kesulitan terhadap dua atau
lebih nama konsep yang digunakan untuk menyatakan konsep yang sama atau sebaliknya. Untuk
mengatasi hal ini, Ausubel mengajukan konsep penyesuaian integratif dengan cara menyusun
materi pembelajaran sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hierarki – hierarki
konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan. Menurutnya, siswa tidak selalu
mengetahui apa yang penting untuk dirinya sehingga mereka memerlukan motivasi dari luar
dirinya untuk melakukan kerja kognitif dalam mempelajari apa yang telah diajarkan.

Dalam buku Ausebel4 “The Acquisition and Retention of Knowledge: A Cognitive View” bentuk
pembelajaran bermakna dilihat dalam Teori Asimilasi terbagi atas 4 sebagai berikut:
1. Subordinate Learning (Pembelajaran Subordina)
Yaitu proses penggabungan ide atau pengalaman terhadap pola-pola ide yang telah lalu yang
telah dimiliki. Ilmu yang dipelajari oleh pelajar dari berbagai bidang akan menjadi struktur
kognitif yang boleh diasimilasikan melalui proses subsumption. Pembelajaran bermakna boleh
dilakukan melalui subsumption. Dalam hal ini terdapat 2 macam subsumption yakni:
a. Derivative Subsumption (Subsumption Turunan)

4
Ausubel, David P. 2000. The Acquisition and Retention of Knowledge: A Cognitive View. New York: Springer
Science.
Dalam subsumption turunan, informasi baru seperti ini terkait dengan ide yang lebih tinggi A
dan mewakili kasus lain atau perluasan A. Atribut kriterial dari konsep A adalah "tidak diubah,
tetapi contoh-contoh baru diakui sebagai relevan. Menggambarkan situasi dengan adanya
informasi baru yang dipelajari siswa adalah contoh dari suatu konsep yang telah diketahuinya.
Misalkan siswa telah mengetahui konsep “pohon”, yaitu punya cabang, ranting, daunnya hijau,
dan ada yang mempunyai buah. Sekarang siswa belajar tentang jenis pohon yang tidak pernah ia
pelajari sebelumnya, contoh pohon maple. Pengetahuan baru tentang pohon maple melekat di
konsepnya tentang pohon tanpa mengubah konsep tentang pohon itu sendiri.
b. Correlative Subsumption (Subsumsi Korelatif)

Dalam subsumsi korelatif, informasi baru y terkait dengan ide X, tetapi merupakan perluasan,
modifikasi, atau kualifikasi X. Atribut kriterial dari subsuming konsep dapat diperpanjang atau
dimodifikasi dengan konsumsi korelatif baru. Misalnya siswa menemukan bahwa pohon baru
yang ia dapat, daunnya berwarna merah. Jadi sekarang siswa mengubah/memperluas konsep
tentang pohon, yaitu daunnya bisa berwarna merah.
2. Superordinate Learning (Pembelajaran Superordinate)
Dalam pembelajaran superordinat, Ide dan diakui sebagai lebih contoh
spesifik dari ide baru A dan dikaitkan dengan A. Gagasan superordinat A didefinisikan oleh
seperangkat atribut kriteria baru yang mencakup ide-ide bawahan. Pada proses ini siswa telah
tahu banyak contoh dari konsep, tetapi belum mengetahui konsep sebelum diajarkan ke siswa
tersebut. Misalnya siswa telah tahu bermacam pohon seperti pohon maple, pohon oak, tetapi ia
belum tahu bahwa ini adalah contoh pohon yang daunnya berubah warna.
3. Combinatorial Learning (Pembelajaran Kombinatorial)

Dalam pembelajaran kombinatorial, ide baru A dilihat terkait dengan ide yang ada B, C, dan D
tetapi tidak lebih inklusif atau lebih spesifik daripada ide B, C, dan D. Dalam hal ini, ide baru A
terlihat memiliki beberapa atribut kriteria kesamaan dengan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.
Ini adalah proses bahwa konsep baru muncul dari konsep lain yang sudah ia dapat sebelumnya,
tetapi tidak dengan urutan sebelum atau sesudah pengetahuan sebelumnya. Tetapi pada level
yang sama. Siswa dapat belajar dengan analogi. Misalnya sekarang siswa sedang mempelajari
bagaimana telur ikan dibuahi. Siswa akan menghubungkan dengan pengetahuan sebelumnya
tentang penyerbukan tanaman. Kedua konsep ini berbeda, tetapi semua berhubungan dengan
proses perkembangbiakan.
4. Assimilation Theory (Teori Asimilasi)
Informasi baru terkait dengan aspek struktur kognitif yang relevan dan sudah ada sebelumnya
dan baik informasi yang baru diperoleh maupun struktur yang sudah ada dimodifikasi dalam
proses. Semua bentuk pembelajaran di atas adalah contoh asimilasi. Pembelajaranan yang paling
bermakna pada dasarnya adalah asimilasi informasi baru.

D. Proses Pembelajaran Bermakna Ausubel


Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar menggunakan
dua fase, yaittu fase perencanaan dan fase pelaksanaan.
Fase Perencanaan
a. Menetapkan tujuan pembelajaran
Model Ausubel ini dapat digunakan untuk mengajarkan hubungan antara konsep-konsep dan
generalisasi-generalisasi. Menurut Sulaiman (1988: 199), bahwa model Ausubel tidak dirancang
untuk mengajarkan konsep atau generalisasi, melainkan untuk mengajarkan “Organized bodies
of content” yang memuat bermacam konsep dan generalisasi.
b. Mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa
Model Ausubel dirancang untuk mengajarkan hubungan antar konsep-konsep dan generalisasi-
generalisasi dan tidak untuk mengajarkan bentuk materi pengajaran itu sendiri. Namun, cukup
fleksibel untuk dipakai mengajarkan konsep dan generalisasi, dengan syarat guru harus
menyadari latar belakang pengetahuan siswa. Efektivitas penggunaan model ini akan sangat
tergantung pada sensitivitas guru terhadap latar belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa
dan struktur pengetahuan siswa. Latar belakang pengetahuan siswa dapat diketahui melalui
pretes, diskusi atau pertanyaan.
c. Membuat struktur materi
Salah satu pendukung untuk melakukan rekonsiliasi integratif dari teori Ausubel yaitu dengan
membuat struktur materi secara hierarkis.
d. Memformulasikan Advance Organizer,
Menurut Eggen (Kemendikbud, 2006) Advance organizer dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1) Mengkaitkan atau menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan siswa.
2) Mengorganisasikan materi yang dipelajari siswa.

Terdapat tiga macam organizer yaitu:


Definisi konsep dapat merupakan organizer materi yang bermakna, bila materi tersebut
merupakan bahan pengajaran baru atau tidak dikenal oleh siswa. Untuk kemudahan siswa, guru
sebaiknya mengusahakan agar definisi dibuat dalam terminalogi yang dikenal siswa.
1) Generalisasi berguna untuk meringkas sejumlah informasi
2) Analogi merupakan advance organizer yang paling efektif karena seringkali sesuai
dengan latar belakang siswa. Nilai analogi sebagai advance organizer tergantung pada
dua faktor yaitu:
a. Penguasaan atau pengetahuan siswa terhadap analogi itu
b. Tingkat saling menunjang antara gagasan yang diajarkan dengan analogi yang
digunakan. Dengan analogi, motif dan minat siswa lebih baik dibandingkan
dengan generalisasi dan definisi konsep.
3) Fase pelaksanaan setelah fase perencanaan, guru dapat menyiapkan pelaksanaan
berdasarkan model Ausubel. Guru harus dapat mempertahankan adanya interaksi dengan
siswa melalui tanya jawab, memberi contoh perbandingan dan sebaginya berkaitan
dengan ide yang disampaikan saat itu untuk menjaga agar siswa tidak pasif. Sebagai
pedoman untuk mengembangkan bahan pengajaran, guru hendaknya mulai dengan
advance organizer dan menggunakannya hingga akhir pelajaran. Langkah berikutnya
adalah menguraikan pokok-pokok bahan menjadi lebih terperinci melalui diferensiasi
progresif. Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang disajikan maka
ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu:
a. Menghubungkan atau membandingkan konsep-konsep itu melalui rekonsiliasi
integrative
b. Melanjutkan dengan difernsiasi progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih
luas.

E. Penerapan Teori Belajar Bermakna


Penerapan teori belajar Ausubel (Kemendikbud, 2006) pada pembelajaran pokok bahasan
pertidaksamaan linear satu variabel
a. Fase Perencanaan
1. Menetapkan tujuan pembelajaran: siswa memahami dan menenyelesaiakan
pertidaksamaan linear satu variabel.
2. Indikator: menentukan pertidaksamaan linear satu variabel.
3. Mendiagnosis latar belakang pengetahuan siswa dalam memahami pokok bahasan
pertidaksamaan linear, yakni:
 Persamaan linear satu variabel
 Penyelesaian persamaan linear satu variabel
 Mengekuivalenan persamaan linear satu variabel
4. Membuat struktur materi tentang pertidaksamaan linear satu variabel sebagai
berikut:
 Mengenal persamaan linear satu variabel
 Pengertian pertidaksamaan linear satu variabel
 Menyelesaian pertidaksanaan linear satu variabel
5. Memformulasikan pengaturan awal, untuk mengajarkan pokok bahasan
pertidaksamaan linear sebagai berikut:
 Persamaan linear satu variabel adalah kalimat terbuka yang ruas kiri dan
kanan dihubungkan dengan tanda “=”
 Ketidaksamaan yaitu pernyataan yang ruas kiri dan kanan dihubungkan
dengan tanda
 Pertidaksamaan yaitu kalimat terbuka yang ruas kiri dan kanan
dihubungkan dengan tanda
 Pertidaksamaan dalam bentuk

dengan dan disebut


pertidaksamaan linear satu variabel. Pangkat dari variabelnya adalah satu.

Sifat-sifat yang digunakan dalam menyelesaikan persamaan linear satu variabel adalah:
(1) Jika kedua ruas dari pertidaksamaan ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang
sama, maka penyelesaiannya tidak berubah
(2) Jika kedua ruas dari pertidaksamaan dikalikan dengan bilangan positif yang sama, maka
penyelesaiannya tidak berubah
(3) Jika kedua ruas dari pertidaksamaan dikalikan dengan bilangan negatif yang sama, maka
penyelesaiannya tidak berubah asalkan arah dari tanda pertidaksamaan dibalik

b. Fase Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaannya sebagai berikut:

Uraian Kegiatan Prinsip yang digunakan


Guru mengingatkan siswa tentang perbedaan Advance organizer
antara ketidaksamaan dan pertidaksamaan
Guru mengingatkan siswa pada persamaan linear Advance organizer
satu variabel dan tiga sifat yang digunakan dalam
menyelesaikan persamaan linear satu variable
Guru memberikan masalah tentang penyelesaian Advance organizer
dari persamaan linear satu variabel

Guru menjelaskan materi pertidaksamaan linear Diferensiasi progresif


satu variabel.
Bentuk umum pertidaksamaan yaitu

dengan dan
Guru memberikan beberapa contoh Diferensiasi progresif
pertidaksamaan linear satu variabel, misalnya
tentukan penyelesaian pertidaksamaan linear 3

Siswa menyelesaikan pertidaksamaan linear dan Rekonsiliasi integratif


menggambarkan penyelesaian pertidaksamaan
pada garis bilangan. Siswa menyimpulkan cara
yang digunakan untuk menentukan penyelesaian
pada garis bilangan

Secara umum aplikasi teori Ausubel dalam praktek proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional.


2. Mengukur kesiapan siswa (minat, kemampuan, struktur kognitif) baik melalui tes
awal, interview, review, pertanyaan dan lain-lain.
3. Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian
konsepkonsep kunci.
4. Mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dikuasai siswa dari materi tersebut.
5. Menyajikan suatu pandangan secara menyeluruh tentang apa yang harus
dipelajari.
6. Membuat dan menggunakan “advance organizer”, paling tidak dengan cara
membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan
uraian singkat yang menunjukkan relevansi materi yang sudah diberikan itu
dengan materi baru yang akan diberikan.
7. Mengajar siswa memahami konsep-konsep dan prinsip yang sudah ditentukan,
dengan memberi fokus.

F. Kelebihan dan Kelemahan Belajar Bermakna


Menurut Ausubel dan Novak (Burhanuddin, 2010 : 115) terdapat tiga kelebihan
dari belajar bermakna, yaitu :
a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
b. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan
sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya
sehingga memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi
pelajaran yang mirip.
c. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya
masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar
mengajar untuk materi pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.

Adapun kelemahan dari belajar bermakna yaitu :


a. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
b. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa
mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya,
maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai
hafalan dan tidak akan bermakna sama sekali baginya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
David P. Ausubel mengklasifikasikan cara belajar menjadi sebagai berikut:
a. Klasifikasi belajar dalam dimensi
b. Klasifikasi belajar berdasarkan cara siswa menerima pelajaran
Ratna Willis (2006: 100) menjelaskan dalam bukunya yang berjudul Educational
Psychology: A Cognitive View Ausubel mengatakan:”The most important single factor
influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him
accordingly.” yang artinya yaitu: “faktor tunggal terpenting yang mempengaruhi
pembelajaran adalah apa yang diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian.”
Pernyataan Ausubel inilah yang menjadi inti dari teori belajarnya. Jadi, supaya belajar
bermakna, maka konsep baru atau informasi baru haruslah dikaitkan dengan konsep –
konsep yang telah ada dalam struktur kognitif siswa. Teori belajar Ausubel ini
menitikberatkan pada bagaimana seseorang dapat memperoleh pengetahuannya.
Menurutnya terdapat dua jenis belajar, yaitu belajar hafalan dan belajar bermakna.
Berdasarkan pandangannya, Ausubel mengajukan beberapa pandangan belajar
bermakna, diantaranya :
1. Pengaturan awal (advance Organizer)
2. Diferensiasi Progresif
3. Belajar Superordinat.
4. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
Untuk menerapkan teori belajar Ausubel, Dadang Sulaiman menyarankan agar
menggunakan dua fase, yaittu fase perencanaan dan fase pelaksanaan.
Menurut Ausubel dan Novak (Burhanuddin, 2010 : 115) terdapat tiga kelebihan
dari belajar bermakna, yaitu :
a. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat.
b. Informasi baru yang telah dikaitkan dengan konsep-konsep relevan
sebelumnya dapat meningkatkan konsep yang telah dikuasai sebelumnya sehingga
memudahkan proses belajar mengajar berikutnya untuk memberi pelajaran yang mirip.
c. Informasi yang pernah dilupakan setelah pernah dikuasai sebelumnya
masih meninggalkan bekas sehingga memudahkan proses belajar mengajar untuk materi
pelajaran yang mirip walaupun telah lupa.
Adapun kelemahan dari belajar bermakna yaitu :
a. Informasi yang dipelajari secara hafalan tidak lama diingat.
b. Jika peserta didik berkeinginan untuk mempelajari sesuatu tanpa
mengaitkan hal yang satu dengan hal yang lain yang sudah diketahuinya, maka baik
proses maupun hasil pembelajarannya dapat dinyatakan sebagai hafalan dan tidak akan
bermakna sama sekali baginya

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi pemakalah
dan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Maka
dari itu makalah mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun agar dalam
pembuatan makalah berikutnya dapat menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Ausubel, David P. 2000. The Acquisition and Retention of Knowledge: A Cognitive View. New
York: Springer Science.

Burhanuddin; Nur Wahyuni, Esa. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Penerbit
Ar-Ruzz Media.

Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori – teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Gazali, Rahma Yuliana. 2016. Pembelajaran Matematika yang Bermakna. Math Didactic: Jurnal
Pendidikan Matematika, 2(3). 181-190.

Harefa, Amin Otoni. 2013. Penerapan Pembelajaran Ausubel Dalam Pembelajaran. Warta
Darmawangsa, April, XXXVI. Medan.

Kemendikbud. 2006. Guru Pembelajar Modul Matematika SMP Kelompok Kompetensi B


Pedagogik Teori Belajar Matematika. Jakarta : PPPPTK.

Rahmah, Nur. 2013. Belajar Bermakna Ausubel. Al-Khawarizmi, Vol.I : 43-48.

Ratnawati, E. (2016). Karakteristik Teori-Teori Belajar dalam Proses Pendidikan (Perkembangan


Psikologis dan Aplikasi). Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 4(2).

Slavin, Robert E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Jakarta: PT.
Sulaiman, Dadang. 1998. Teknologi/Metodologi Pembelajaran. Jakarta: P2LPTK.

Anda mungkin juga menyukai