Anda di halaman 1dari 17

BELAJAR PENGKONDISIAN KLASIK

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Psikologi Umum

Dosen Pengampu : Drs. M. Hasbullah, MA

Disusun Oleh:
Kelompok 1

1. Dessy Daryanti Putri


2. Syahraniza

Semester : II – PAI A

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Belajar Kondisian Classic” tanpa suatu halangan
apapun. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Drs. M. Hasbullah, MA
selaku Dosen mata kuliah Psikologi Umum, yang telah memberikan
pengangarahan dan bimbingan nya sehingga tugas ini dapat di selesaikan. Dan tak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu
terselesainya tugas ini. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun dan bagi pembaca umumnya.
Sekalipun demikian tak ada gading yang tak retak, begitu pula makalah ini
jauh dari kesempurnaan dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karna itu, kritik dan saran yang membngun dari pembaca senantiasa penyusun
harapkan. Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dpat
di jadikan sebagai salah satu referensi dalam pembelajaran, dan semoga Allah
selalu meridhoi setiap langkah kita. Amin…

Tanjung Pura, 14 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2


A. Tinjauan Umum Tentang Teori Pengkondisian Klasik .................. 2
B. Hukum-hukum Teori Pengkondisian Klasik .................................. 4
C. Penerapan Teori Pengkondisian Klasik dalam Pembelajaran ......... 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13


A. Kesimpulan..................................................................................... 13
B. Saran ............................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu kegiatan yang menjadi kebutuhan bagi setiap
manusia. Setiap orang akan selalu berusaha menghubungkan sebuah pengalaman
dalam hal belajar. Dengan teknologi yang semakin berkembang seperti sekarang
ini, maka setiap orang selalu berupaya untuk mengembangkan suatu media yang
sekiranya dapat mendukung seseorang dalam belajar.
Teori belajar Pengkondisian Klasik memberikan arti yang sangat penting
untuk mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan
dan perlakuan stimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan respon.
Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih mengutamakan faktor
lingkungan (eksternal) daripada motivasi internal (dari dalam diri sendiri).
Pentingnya studi yang dilakukan Pavlov merupakam metode yang
digunakan dengan hasil yang sesuai dengan harapan sesuai dengan metode yang
dilakukan. Alat-alat yang digunakan dalam berbagai eksperimen
memperlihatkan bagaimana Ia dapat mengamati secara teliti dan mengukur
respon-respons subjek-subjek dalam eksperimen-eksperimen itu.
Penekanan yang diberikan Pavlov pada observasi dan pengukuran yang
teliti dengan cara yang sistematis tentang berbagai aspek belajar, menolong
kemajuan studi ilmiah tentang belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa tinjauan secara umum mengenai Teori Pengkondisian Klasik?
2. Apa huku-hukum dari teori Pengkondisian Klasik?
3. Bagaimana penerapan teori Pengkondisian Klasik pada pembelajaran?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui tinjauan umum mengenai Teori Pengkondisian Klasik.
2. Untuk mengetahui huku-hukum dari teori Pengkondisian Klasik;
3. Untuk mengetahui penerapan teori Pengkondisian Klasik pada pembelajaran.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tinjauan Umum Tentang Teori Pengkondisian Klasik


Telah kita ketahui bahwa seorang ahli yang berpendapat tentang teori
Pengkondisian Klasik ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, seorang ahli psikologi
dari Rusia. Istilah lain teori tersebut ialah Pavlovianisme, yang diambil dari
nama pavlov sebagai peletak dasar teori itu.
Prosedur Conditioning Pavlov disebut klasik karena merupakan penemuan
bersejarah dalam bidang psikologi. Secara kebetulan Conditioning refleks
(psychic refleks) ditemukan oleh Pavlov pada waktu ia sedang mempelajari fungsi
perut dan mengukur cairan yang dikeluarkan dari perut ketika anjing (sebagai
binatang percobaannya) sedang makan. Ia mengamati bahwa air liur keluar tidak
hanya pada waktu anjing sedang makan, tetapi juga ketika melihat makanan.
Jadi melihat makanan saja sudah cukup untuk menimbulkan air liur. Gejala
semacam ini oleh Pavlov disebut “Psychic” refleks.1
Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan
organisme memberikan respon terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak
menimbulkan respon itu, atau suatu proses untuk mengintroduksi berbagai reflek
menjadi sebuah tingkah laku. Jadi, Pengkondisian Klasik sebagai pembentuk
tingkah laku melalui proses persyaratan (conditioning process). Pendapat Pavlov
menganggap bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan
dan manipulasi lingkungan.
Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan
eksperimen tentang berfungsinya kelenjar ludah pada anjing sebagai binatang
ujicobanya. Sebelum membicarakan langkah-langkah eksperimen Pavlov, ada
baiknya kita membicarakan sedikit mengenai latar belakang kehidupannya.
Keahlian dan pengalamannya mendorong Pavlov melakukan eksperimen-
eksperimen sampai akhirnya menemukan konsepkonsep yang kemudian dikenal
sebagai teori belajar.
Pavlov dilahirkan di Ryazan Rusia desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich
1
Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran. (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media Group, 2008), h. 110

2
Pavlov menjadi seorang pendeta pada 18 September tahun 1849 dan meninggal
di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia dididik di sekolah gereja dan
melanjutkan ke Seminari Teologi. Ayahnya seorang pendeta, dan awalnya Pavlov
sendiri berencana menjadi pendeta, namun dia berubah pikiran dan memutuskan
untuk menekuni fisiologis. Dia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak
mau disebut sebagai ahli psikologi, karena dia adalah seorang sarjana ilmu faal
yang fanatik. Tahun 1870, ia memasuki Universitas Petersburg untuk mempelajari
sejarah alam di Fakultas Fisika dan Matematika.2
Pada tahun ketiga, ia mengikuti kursus di Akademi Medica Chiraginal.
Namun, ia tidak ingin menjadi dokter, melainkan seorang ahli fisiolog berkualitas.
Pavlov meminta setiap orang yang bekerja di laboratoriumnya menggunakan
hanya istilah-istilah fisiologis saja. Jika asisitennya ketahuan menggunakan
bahasa psikologi-contohnya menunjuk kepada perasaan atau pengetahuan si
anjing-maka dia akan mendenda mereka. Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal
dibidang fisiologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam
hidupnya Pavlov dipengaruhi oleh buku-buku abad ke-16, terutama yang ditulis
Pisarev. Dia sangat konsekwen dengan pekerjaannya sehingga banyak
memperoleh tambahan pengetahuan tentang fisiologi. Perjalanan Pavlov ke luar
negeri memberikan arti penting dalam mendukung dirinya menjadi seorang
fisiolog. Keahliannya dibidang fisiologi sangat mempengaruhi eksperimen-
eksperimennya.
Dalam eksperimennya dia melihat bahwa subjek penelitiannya (seekor
anjing) akan mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Dia
kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi
perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori
Pengkondisian Klasik. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut
sebagai the unconditioned or unlearned stimulus -stimulus yang tidak
dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi
bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned stimulus -stimulus yang
dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang
sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan. Hasil karyanya ini bahkan
2
Hergenhahn, B.R. & Olson, M.H. An Introduction to Theories of Learning. Fifth
Edition. (USA: Prentice-Hall, Inc.1997), h. 246

3
menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel.
Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi
behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses
belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Pavlov telah melakukan
penyelidikan terhadap kelenjar ludah secara intensif sejak tahun 1902 dengan
menggunakan anjing. Hanya beberapa saat sebelum tahun itu, ketika Pavlov
menginjak usia 50 tahun dia memulai karyanya yang terkenal tentang refleks-
refleks yang terkondisikan (condition refleks). Karya tulisnya adalah Work of
Digestive Glands (1902) dan Conditioned Reflexes. Di Tahun 1904 dia
memperoleh hadiah Nobel dibidang Physiology or Medicine untuk karya tersebut.
Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik
di Amerika (The Official Web Site of the Nobel Foundation, 2007).3
Pengaruh pavlov kepada para ahli fisiologi malah tidak begitu besar,
pengaruhnya yang besar justru dalam lapangan psikologi. Pada dewasa ini
psikologi di Uni Soviet boleh dikata adalah seluruhnya Pavlovian. Pendapat-
pendapat Pavlov dijadikan landasan bagi psikologi di Uni Soviet, karena hal
tersebut serasi dengan filsafat doktrin historis-materialisme.
Salah seorang ahli yang berjasa dalam menyebarkan pengaruh Pavlov itu
dalam lapangan psikologi adalah von Bechterev. Kecuali di Uni Soviet sendiri, di
Amerika serikatpun pengaruh aliran psikologi ini besar sekali. Ketika J.B. Watson
membaca karya pavlov itu, dia merasa mendapatkan model yang cocok dengan
pendiriannya, untuk menjelaskan masalah tingkah laku manusia. Jadi
Pavlovianisme ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
Behaviorisme di Amerika Serikat.

B. Hukum-hukum Teori Pengkondisian Klasik


Dalam istilah Paplov, pemberian makanan merupakan stimulus yang tidak
dikondisikan Paradigma Pengondisian Klasik. Di dalam sebuah eksperimen yang
khas behavioris, seekor anjing ditaruh beberapa saat di sebuah kurungan di ruang
gelap kemudian sebuah lampu kecil dinyalakan di atasnya. Setelah 30 detik,
sejumlah makanan diletakkan di mulut si anjing, membangkitkan refleks air liur.
Prosedur ini diulang beberapa kali, setiap kali makanannya diberikan bersama-

4
sama dengan cahaya lampu.
Setelah beberapa saat, cahaya lampu yang awalnya tidak berkaitan dengan
air liur, dapat membuat air liur anjing keluar saat melihat lampu dinyalakan. Si
anjing bisa dikatakan telah dikondisikan untuk merespons cahaya.
Dalam istilah Pavlov, pemberian makanan merupakan stimulus yang tidak
dikondisikan (unconditioned stimulus, US)-Pavlov tidak perlu mengondisikan si
hewan untuk mengeluarkan air liur jika melihat makanan. Sebaliknya, cahaya
lampu merupakan stimulus yang dikondisikan (conditioned stimulus, CS) efeknya
perlu dikondisikan terlebih dahulu. Air liur terhadap makanan disebut refleks yang
tidak dikondisikan (unconditioned reflex, UR), sedangkan air liur terhadap cahaya
disebut refleks yang dikondisikan (conditioned reflex, CR). Proses seperti ini
disebut pengondisian klasik (Pengkondisian Klasik).
Kita bisa melihat kalau di dalam eksperimen ini CS muncul sebelum US;
Pavlov mematikan lampu, membiarkan ruangan gelap, sebelum memberikan si
anjing makanan. Salah satu pertanyaan yang dilontarkannya, apakah ini
merupakan cara terbaik untuk membuat pengondisian. Dia dan murid-muridnya
akhirnya menemukan bahwa memang cara itulah yang terbaik. Sangat sulit untuk
memperoleh pengondisian jika stimulus yang dikondisikan (CS) dilakukan
sebelum stimulus yang tidak dikondisikan (US). Dan dari studi-studi lain, kita
sekarang tahu kalau pengondisian sering kali berlangsung sangat cepat apabila
stimulus yang dikondisikan disajikan setengah detik sebelum stimulus yang tidak
dikondisikan.3
Namun demikian, dari hasil eksperimen dengan menggunakan anjing
tersebut, Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum pengkondisian, antara
lain:
1. Kepunahan/Penghapusan/Pemadaman (extinction).
Penghapusan berlaku apabila rangsangan terlazim tidak diikuti dengan
rangsangan tak terlazim, lama-kelamaan individu/organisme itu tidak akan
bertindak balas. Setelah respons itu terbentuk, maka respons itu akan tetap ada
selama masih diberikan rangsangan bersyaratnya dan dipasangkan dengan
rangsangan tak bersyarat. Kalau rangsangan bersyarat diberikan untuk
3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), h.
93

5
beberapa lama, maka respons bersyarat lalu tidak mempunyai pengut/reinforce
dan besar kemungkinan respons bersyarat itu akan menurun jumlah
pemunculannya dan akan semakin sering tak terlihat seperti penelitian
sebelumnya. Peristiwa itulah yang disebut dengan pemadaman (extinction).
Pavlov menemukan meski-pun dia bisa membuat cahaya sebagai
stimulus yang dikondisikan bagi keluarnya air liur, namun jika dia menyalakan
lampu itu saja beberapa kali tanpa memberi si anjing makanan, maka cahaya
akan kehilangan efeknya sebagai stimulus yang dikondisikan. Tetesan air liur
makin berkurang saja sampai akhirnya tidak keluar sama sekali. Di titik ini,
kepunahan terjadi. Pavlov sendiri menggunakan istilah kondisional dan non-
kondisional; kedua istilah ini diterjemahkan sebagai dikondisikan dan tidak-
dikondisikan oleh para psikolog, dan digunakan sampai sekarang kurang saja
sampai akhirnya tidak keluar sama sekali. Di titik ini, kepunahan terjadi.
2. Generalisasi Stimulus (stimulus generalization).
Rangsangan yang sama akan menghasilkan tindak balas yang sama.
Pavlov menggunakan bunyi loceng yang berlainan nada, tetapi anjing masih
mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahawa organisme telah terlazim,
dengan dikemukakan sesuatu rangsangan tak terlazim akan menghasilkan
gerak balas terlazim (air liur) walaupun rangsangan itu berlainan atau hampir
sama.
Contoh : anak kecil yang merasa takut pada anjing galak, tentu akan
memberikan respons rasa takut pada setiap anjing. Tapi melalui penguatan dan
pemadaman diferensial, rentang stimulus rasa takut menjadi menyempit hanya
pada anjing yang galak saja. Meskipun sebuah refleks sudah dikondisikan
hanya untuk satu stimulus, ternyata bukan hanya stimulus itu yang bisa
memunculkannya. Respons tampaknya bisa membangkitkan juga sejumlah
stimulus serupa tanpa pengondisian lebih jauh. Sebagai contoh, seekor anjing
yang telah dikondisikan untuk mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel
bernada tertentu akan mengeluarkan air liur juga jika mendengarkan bunyi bel
bernada lain. Kemampuan merangkai stimulis untuk menghasilkan respons
seperti ini beragam menurut derajat kemiripan dengan stimulus awal yang
dikondisikan (CS orisinil). Pavlov percaya bahwa kita bisa mengamati

6
generalisasi stimulus ini karena proses fisiologis yang dinamainya pemancaran
(irradiation).
Stimulus awal merangsang bagian tertentu otak yang kemudian
memancar atau menyebar ke-wilayah otak yang lain (Purwanto, Ngalim. 2007).
Bila suatu makhluk mengadakan generalisasi (menyamaratakan), maka ia juga
akan dapat melakukan diskriminasi atau pembedaan. Contoh: Guru yang
awalnya memulai pelajaran dengan senyum dan ramah serta mengawali
pelajaran dengan memberi apersepsi atau pun metafora sebelum memberikan
materi pelajaran atau latihan soal dirasa siswa itu merupakan stimulus yang
dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Stimulus
tersebut akan digeneralisasi oleh siswa bahwa guru tersebut orangnya baik,
mengerti kemauan siswa dan dapat diajak berdiskusi serta nantinya dalam
memberikan penilaian buat siswa tidak pelit dan akan memberikan nilai yang
bagus.
3. Pemilahan (discrimination).
Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui penguatan dan
pemadaman yang selektif. Diskriminasi berlaku apabila individu berkenaan
dapat membedakan atau mendiskriminasi antara rangsangan yang
dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas.
Contoh : Anak kecil yang takut pada anjing galak, maka akan memberi
respon rasa takut pada setiap anjing, tapi ketika anjing galak terikat dan
terkurung dalam kandang maka rasa takut anak itu menjadi berkurang.
Generalisasi awal stimulus ini secara bertahap membuka jalan bagi proses
pembedaan. Jika anjing terus dibiarkan mendengar suara bel yang berbeda-
beda nadanya (tanpa menyajikan makanan di hadapannya), maka si anjing
mulai merespons secara lebih selektif, membatasi responsnya hanya kepada
nada yang paling mirip dengan CS orisinil. Kita bisa juga secara aktif
menghasilkan pembedaan dengan menggandengkan satu nada dengan
makanan, sementara nada lain tanpa disertai makanan. Ini biasa disebut sebagai
eksperimen tentang pemilahan stimulus.
Contoh: Guru yang biasa memberikan pelajaran dengan latihan soal dan
usai memberikan pelajaran menyuruh siswa mengerjakan latihan soal yang ada

7
dalam buku teks dipapan tulis. Bila penyelesaian soal tersebut benar maka
guru akan tersenyum dan mengatakan “bagus”. Stimulus ini akan ditangkap
oleh siswa dan dianalogikan bahwa perkataan “bagus” berarti jawaban siswa
tersebut “benar”. Ini akan berbeda jika siswa mengerjakan soal dipapan dan
guru cuma tersenyum tanpa mengatakan bagus, karena siswa akan
menganalogikan jawaban yang dibuatnya belum.
4. Tingkat Pengondisian Yang Lebih Tinggi.
Pavlov menunjukkan bahwa sekali kita dapat mengondisikan seekor
anjing secara solid kepada CS tertentu, maka dia kemudian bisa menggunakan
CS itu untuk menciptakan hubungan dengan stimulus lain yang masih netral.
Di dalam sebuah eksperimen murid-murid Pavlov melatih seekor anjing untuk
mengeluarkan air liur terhadap bunyi bel yang disertai makanan, kemudian
memasangkan bunyi bel itu saja dengan sebuah papan hitam. Setelah beberapa
percobaan, dengan melihat papan hitam itu saja anjing bisa mengeluarkan air
liurnya. Ini disebut pengondisian tingkat-kedua. Pavlov menemukan bahwa
dalam beberapa kasus dia bisa menciptakan pengondisian sampai tingkat-tiga,
namun untuk tingkat selanjutnya, pengondisian tidak bisa dilakukannya.
Contoh: Stimulus yang telah membangkitkan minat dan motivasi siswa
untuk belajar pada mata pelajaran tertentu (misalnya sains) yang dirasa sulit,
akan melekat pada diri siswa minat dan motivasi tersebut. Dan bila siswa
dihadapkan pada mata pelajaran lain (misalnya matematika) yang juga dirasa
sulit, maka minat dan motivasi untuk mempelajari mata pelajaran tersebut akan
sama besarnya dengan minat dan motivasi belajar pelajaran terdahulu.

C. Penerapan Teori Pengkondisian Klasik dalam Pembelajaran


Seperti yang telah kita ketahui, apa yang telah dilakukan Paplov bukanlah
untuk mengembangkan teori belajar. Setelah banyak orang mengakui teori Paplov
bermanfaat di dunia psiokologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan
teorinya untuk mengembangkan atau memberikan kontribusi pada psikologi
pendidikan pada umumnya dan teori belajar khususnya.
Menyadari latar belakang di atas, kita sebagai pendidik harus
menempatkan teori Paplov secara tepat. Sebaiknya, kita menggunakan teori

8
conditioning sebagai referensi belajar secara fleksibel karena eksperimen Paplov
adalah perilaku binatang. Padahal, subyek belajar adalah manusia. Ada perbedaan
hakiki pikiran dan perasaan yang tertentu berbeda dengan binatang.
Oleh karena itu, teori responden hanya digunakan untuk menjelaskan
proses belajar secara umum, yaitu pengaruh kondisi tertentu terhadap sikap,
perasaan dan pikiran subjek didik dalam belajar. Namun, kita tetap
memperhitungkan pengecualian-pengecualian, sebagaimana dalam menggunakan
generalitas, tidak menegasi partikularitas dengan sendirinya. Demikianlah
menurut teori conditioning belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan rekasi
(respon). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan
syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning
ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah
belajar yang terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah
hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-
syarat tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.
Eksperimen-eksperimen Paplov awalnya tidak bertujuan menemukan teori
belajar, meskipun sangat dipengaruhi oleh psikologi behaviorisme. Sesuai dengan
kedudukannya sebagai ahli fisiologi, eksperimen paplov lebih bertujuan
memahami fungsi otak. Hasil-hasil eksperimen Paplov ternyata sangat berguna
bagi pengembangan teori belajar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila banyak
ahli pendidikan mengadopsi hasil eksperimen paplov untuk mengembangkan teori
belajar. Namun demikian, apa yang diperoleh Paplov bukan suatu yang final
sehingga kita sebaiknya fleksibel menggunakannya.4
Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran di mana
satu stimulus diganti/ digantikan untuk yang lain. Satu contoh yang penting
tentang proses ini adalah pelajaran atraksi emosional dan ketakutan. Bahwa
bentakkan seorang guru seringkali membuat takut murid-muridnya, hal yang sama
seorang polisi mempermainkan penjahat dengan ancungan tangannya, atau
seorang perawat hendak memberi suntikan kepada pasiennya. Semua perilaku ini
menciptakan tanggapan perhatian dan ketakutan di hati orang-orang tersebut

4
Carole Wade dan Carol Tavris. Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 101

9
dibawah kesadaran mereka. Situasi ini memberikan pengaruh ketakutan bila
stimulus tidak netral.
Tetapi tanggapan positif dapat dibangun secara sederhana untuk
mengkondisikan stimulus. Jika seorang guru memuji seorang siswa maka akan
menimbulkan hal positif baginya, bahkan ketika dia tidak lagi dipuji. Pada
akhirnya, proses ini dapat membangun hubungan baik di kelas. Hal yang sama
untuk polisi, perawat, atau orang yang bekerja dengan orang-orang: stimuli yang
dapat dipercaya menimbulkan hal positif tanggapan tersebut dapat dikondisikan
untuk lain. Penggantian stimulus dapat membantu bahkan pada pelajaran tertentu
yang tidak berisi unsur perasaan. Pengaruh tersebut tidak memerlukan refleks
sebagai titik awal.
Beberapa Psikolog menyebutnya belajar berlanjut atau asiosatif learning,
hanya memerlukan dua stimuli yang tidak bertalian terjadi bersama-sama pada
suatu tanggapan atau keduanya dari stimulus yang ada. Jika seorang anak telah
mempelajari bagaimana cara menggunakan unit balok kecil, kemudian stimuli ini
dapat dipasangkan dengan hal yang lebih abstrak, mereka akan dapat menulis
padanan menulis padanan yang menghasilkan apa yang diinginkan dengan baik.
Dalam praktek pendidikan mungkin bisa kita temukan seperti lonceng
berbunyi mengisyaratkan belajar dimulai dan atau pelajaran berakhir. Pertanyaan
guru diikuti oleh angkatan tangan siswa, suatu pertanda siswa dapat
menjawabnya. Kondisi-kondisi tersebut diciptakan untuk memanggil suatu respon
atau tanggapan ahli pendidikan lain juga menyarankan bahwa panduan belajar
dengan mengkombinasikan gambar dan kata-kata dalam mempelajari bahasa,
akan sangat berguna dalam mengajar perbendaharaan kata-kata. Memasangkan
kata-kata dalam bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa lainnya akan membantu
para siswa dalam membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing.
Dalam pengertian yang lebih luas lagi misalnya memasangkaan maakna
suatu konsep dengan pengalaman siswa sehari-harinya akan membantu siswa
dalam memahami konsep-konsep lainnya. Walaupun Pengkondisian Klasik terus
menjadi bidang yang aktif dalam psikologi saat ini, sebagian para ahli telah mulai
meninggalkan teori psikologi ini.
Berikut ini beberapa tips yang ditaawarkan oleh Woolfolk dalam

10
menggunakan prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas:5
1. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
belajar, misalnya:
a. Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok daripada
individu, banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara
negatif terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan
digeneraalissikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain;
b. Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakaan
ruang membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan
lain sebagainya.
2. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menekan, misalnya:
a. Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkaan siswa lain cara
memahami materi pelajaran;
b. Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang,
misalnya dengaan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat
menyimpaan apa yang dipelajari dengan baik;
c. Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk
membacakan sebuah laaporan di depan kelompok kecil sambil duduk di
tempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa,
kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depaan seluruh murid di
kelas.
3. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-
situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara
tepat. Misalnya, dengan:
a. Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah
sekolah yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes
tersebut sama dengan tes-tes prestasi akademik lain yang pernah mereka
lakukan;
b. Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari
orang yang tidak dikenal, atau menghindar tetapi aman daan dapat
5
Laura A. King, Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif, (Jakarta: Salemba
Humanika, 2010), h. 69

11
menerima penghargaan dari orang dewasa ketika orangtua ada.
4. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas
belajar, Contoh: Menekankan pada kerja sama dan kompetisi antar kelompok
daripada individu, banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara
negatif terhadap kompetisi secara individual, yang mungkin akan
digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran yang lain, contoh lainnya adalah
membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakan
ruang membaca yang nyaman dan enak serta menarik.
5. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menekan, Contoh: Mendorong siswa yang pemalu untuk
mengajarkan siswa lain cara memahami materi pelajaran, misalnya dengan
memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpan apa yang
dipelajari dengan baik. Jika siswa takut berbicara di depan kelas mintalah
siswa untuk membacakan sebuah laporan di depan kelompok kecil sambil
duduk ditempat, kemudian berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa,
kemudian mintalah ia untuk membaca laporan di depan seluruh murid di
kelas.
6. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-
situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasi secara
tepat. Contoh : Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk
sebuah perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama dengan tes-tes prestasi
akademik lain yang pernah mereka lakukan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkondisian Klasik sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses
persyaratan (conditioning process). Pendapat Pavlov menganggap bahwa tingkah
laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi lingkungan.
Hukum teori ini diterapkan pada pemberian makan anjing, seperti Dalam
istilah Paplov, pemberian makanan merupakan stimulus yang tidak dikondisikan
Paradigma Pengondisian Klasik. Di dalam sebuah eksperimen yang khas
behavioris, seekor anjing ditaruh beberapa saat di sebuah kurungan di ruang gelap
kemudian sebuah lampu kecil dinyalakan di atasnya. Setelah 30 detik, sejumlah
makanan diletakkan di mulut si anjing, membangkitkan refleks air liur. Prosedur
ini diulang beberapa kali, setiap kali makanannya diberikan bersama-sama dengan
cahaya lampu. Setelah beberapa saat, cahaya lampu yang awalnya tidak berkaitan
dengan air liur, dapat membuat air liur anjing keluar saat melihat lampu
dinyalakan. Si anjing bisa dikatakan telah dikondisikan untuk merespons cahaya.
Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-
syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah
adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini ialah
belajar yang terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain adalah
hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-
syarat tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya.

B. Saran
Kami menyadari masih banyak kesalahan pada pembuatan makalah kami
ini. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritikan dan masukan untuk
membangun guna agar membuat kami dapat menampilkan makalah yang lebih
baik lagi di waktu yang akan datang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Hergenhahn, B.R. & Olson, M.H. 1997. An Introduction to Theories of Learning.


Fifth Edition. USA: Prentice-Hall, Inc.

King, Laura A., 2010. Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif, Jakarta:
Salemba Humanika.

Purwanto, Ngalim, 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda


Karya.

Wade, Carole dan Carol Tavris. 2007. Psikologi, Jakarta: Erlangga.

14

Anda mungkin juga menyukai