Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Teori-Teori Belajar

(Connecting)

DI SUSUN OLEH:

LILIS PUSPITASARI (20641024)

BKPI 3B

DOSEN PENGNGAMPU

RINI PUSPITAS, MA

BIMBINGAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2021
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Akhlak,Moral,dan Etika
” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas bapak Rahadian Kurniawan. M,Pd.I pada mata kuliah Akhlak , makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Akhlak Moral Etika bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rahadian Kurniawan selaku dosen
Akhlak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Curup 9 November 2021


DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................................

Kata pengantar.....................................................................................................................

Daftar isi..............................................................................................................................

BAB I (PENDAHULUAN)................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................

BAB II (PEMBAHASAN).................................................................................................

A. Teori belajar dalam Pendidikan................................................................................


B. Aspek-aspek dalam belajar.......................................................................................
C. Faktor yang mempengaruhi dalam belajar................................................................

BAB III (PENUTUP).........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Daftar Pustaka..........................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para ahli psikologi telah banyak melakukan penelitian tentang teori-teori
belajar Berbagai teori belajar telah tercipta sebagai hasil kerja keras dari penelitian
Kritikan terhadap teori-teori belajar yang sudah ada dan dirasakan mempunyai
kelemahan selalu dilakukan oleh para ahli. Teori-teori belajar yang baru pun hadir
dibelantika kehidupan, mengisi lembaran sejarah dalam dunia pendidikan.
Memasuki abad ke-19 para ahli psikologi mengadakan penelitian
eksperimental tentang teori belajar, walaupun pada waktu itu para ahli menggunakan
binatang sebagai objek penelitian. Penggunaan binatang sebagai objek penelitian
didasarkan pada pemikiran bahwa apabila binatang yang kecerdasannya dianggap
rendah dapat melakukan eksperimen teori belajar, maka sudah dapat dipastikan bahwa
eksperimen itu pun dapat berlaku bahkan dapat lebih berhasil pada manusia, karena
manusia lebih cerdas daripada binatang. Di antara ahli psikologi yang menggunakan
binatang sebagai objek penelitiannya Thorndike (1874-1949) yang terkenal dengan
teori belajar classical adalah conditioning yang menggunakan anjing sebagai binatang
uji coba. Skinner (1904) yang terkenal dengan teori belajar operant conditioning,
menggunakan tikus dan burung merpati sebagai binatang uji coba.
Namun, perlu disadari bahwa setiap teori selalu tersimpan kelemahan di balik
kelebihannya. Bagi pemakai teori-teori belajar diharapkan memahami kelemahan dan
kelebihan teori-teori belajar yang ada agar dapat mengusahakan apa yang seharusnya
dilakukan dalam perbuatan belajar.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian teori belajar dalam Pendidikan
b. Bagimana Aspek-aspek dalam belajar
c. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar

C. Tujuan masalah
a. Mengetahui teori belajar dalam Pendidikan
b. Mengetahui aspek-aspek dalam belajar
c. Mengetahui faktor-faktor yg mempengarui dlm belajar
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori-teori belajar dalam Pendidikan


Untuk mengetahui teori-teori belajar yang dikemukan oleh para ahli syaiful
bahridjamarah menjelaskan sebagai berikut.
1. Connectionism (koneksionisme)
Adalah teori yang ditemukan dan dikembangakan oleh Edward L. Thorndike
berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Thorndike menggunakan
eksperimen hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar. Seekor
kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang
dilengkapi dengan peralatan, seperti pengungkit, gerandel, dan tali yang
menghubungkan pengungkit dengan gerandel tersebut. Peralatan itu ditata sedemikian
rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di
depan sangkar tadi.
Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya kucing itu kenyang, sudah
tentu tak akan berusaha keras untuk keluar. Bahkan ia akan tertidur saja dalam puggle
box. Dengan kata lain, kucing tidak akan menampakkan gejala belajar untuk ke luar.
Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puggle box. Makanan ini merupakan efek
positif atau memuaskan yang dicapai oleh respons dan kemudian menjadi dasar
timbulnya hukum belajar yang disebut law of effect. Artinya, jika respons
menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respons akan
semakin kuat. Sebaliknya hubungan yan tidak memuaskan akan mencapai respons yang
lemah dari stimulus tersebut. Di samping low of effect, Thorndike mengemukakan ada
dua hukum yang disebut oleh low of readiness (hukum kesiapsiagaan) dan lan of
exercise Teori (hukum latihan.

2. Classical Conditioning (pembiasaan Klaksik)


Teori yang berkembang dari hasi eksperimen yang dilakukan oleh Ivan
Pavlov. Seorang ilmuan dari Rusia yang berhasil menggondol Nobel pada tahun 1909.
Toeri ini adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan mendatangkan
stimulus sebelum tarjadinya refleks tersebut. Parlov dalam eksperimenya menggunakan
anjing untuk menegetahui hubungan-hubungan antara conditioned stimulus
unconditioned stimulus (UCS), conditioned (CS), response (CR), unconditioned
response (UCR). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan response yang
dipelajari, sedangkan respons yang dipelajari itu sendiri disebut CR. UCS berarti
rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari, dan respons yang tidak
dipelajari itu disebut UCR.
Kesimpulan yang dapat ditarik hasil eksperimen Pavlov ialah apabila stimulus
yang didakan (CS) selalu disetarai dengan penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat dan
atau lambat akhirnya akan menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki
yang dalam hal ini CR. Selanjutnya Skinner berpendapat bahwa proses belajar yang
berlangsung dalam eksperimen Pavlov itu tunduk terhadap dua hukum yang berbeda.
3. Operant Conditioning (Pembiasaan Perilaku Respons)
ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat
berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya bernama
Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang penganut behaviorisme yang
dianggap kontrovesial.
Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang
sama terhadap lingkungan yang dekat (reber, 1988). Tidak seperti respondent
conditioning (yang responya didatangkan oleh stimulus tertentu), respons dalam
operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang
ditimbulkan oleh reinforcer. Reinfoner itu sendiri sesugguhnya adalah stimulus yang
meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namuni tidak sengaja
diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical respondent
conditioning.

4. Contiguo Conditioning (Pembiasaan Asosiasi Dekat)


Sebuah teori belajar yang mengasumsikan terjadinya peristiwa belajar
berdasarkan kedekatan hubungan antara stimulus dengan respons yang relevan. Atau
disebut sebagai teori belajar istimewa dalam arti paling sederhana dan efisien, karena
didalamnya hanya terdapat satu prinsip, yaitu kontiguitas (contiguity) yang berarti
kedekatan asosiasi antara stimulus-respons.
Teori ini sesungguhnya mempelajari apa yang dipelajari orang misalnya
seorang siswi, adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan
atau stimulus. Artinya, setiap peristiwa belajar hanya mungkin terjadi sekali saja untuk
selamanya atau sama sekali tak terjadi. Dalam pandangan penemu Edwin R. Guthrie),
peningkatan berangsur-angsur kinerja hasil belajar yang lazim dicapai seorang siswa
bukanlah hasil dari berbagai respons kompleks terhadap stimulus-stimulus sebagaimana
yang diyakini para behavioris lainnya. Melainkan karena dekatnya asosiasi antara
stimulus dengan respons yang diperlukan.1

B. Aspek-aspek Belajar
Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi
aspek-aspek belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, aspek-aspek belajar
yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif,
belajar menghafal, belajar teoritis, belajar kaedah, belajar konsep/pengertian, belajar
keterampilan motoric.
1. Belajar arti kata-kata
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang
terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal,
tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah mengetahui kata
"kucing" atau "anjing", tetapi dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang yang
disebutkan dengan kata itu. Namun lama kelamaan dia mengetahui juga apa arti kata

1
Muhibbin Syah. Psikologi Belajar 2012. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hlm 92
"kucing" atau "anjing",. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat dan
dapat berlari.
2. Belajar Kognitif
Belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang
diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang
yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil
perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya.
Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam. perjalanan, dia tidak
dapat menghadirkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di
hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk
kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu
dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang
mendengarkan ceritanya.
3. Belajar Menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu maten verbal dalam
ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai
dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila
diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.
Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu
mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal
dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut.
4. Belajar Teontis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
(pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat dipahami dan
digunakan untuk memecahkan problem, seperti terjadi dalam bidang-bidang studi
ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi di antara konsep-konsep dan
struktur-struktur hubungan.
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan
abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam
golongan tertentu. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus
didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek
dalam lingkungan fisik.
6. Belajar Kaidah
Belajar kaidah termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual intellectual
skill, yang dikemukakan oleh Gagne sebagai benkur: Belajar kaidah adalah bila dua
konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang
mereprensikan suatu keteraturan.
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus
dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.
masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan
kaidah serta metode-metode bekerja tertentu.
C. Faktor-faktor mempengaruhi belajar
Menurut uraian H.C. Witherington dan Lee J. Cronbach Bapemsi, Faktor-
faktor serta kondisi-kondisi yang mendorong perbuatan belajar bisa diringkas sebagai
berkut.2
1. Situasi belajar (kesehatan jasmani, keadaan psikis).
 Kesehatan jasmani
Kekurangan gizi biasanya mempunyai pengaruh terhadap keadaan jasmani,
mudah mengantuk, lekas lelah, lesu, dan sejenisnya terutama bagi anak-anak yang
usianya masih muda, pengaruh ini sangat menonjol.3
 Kognitif
Pengamatan
Secara umum manusia mengenal dunia nyata melalui pengamatan yaitu
dengan melihat, mendengar, membau, mengecap dan meraba. Maka tidak
mengherankan bila kelompok aliran jiwa Gestalt menyatakan bahwa panca indra adalah
pintu gerbang ilmu pengetahuan, yang penting dan mutlak mempunyai pengaruh
terhadap belajar.
 Tangapan dan fantasi
Pentingnya tangapan dalam belajar bis akita lihat Kembali pandangan Herbert, ia
mengangap jiwa manusia terdiri elemen kecil berupa tangapan, sedangkan fantasi
kitapun bisa membuktikan pentingnya, dengan fantasi memungkinkan orang
menepatkan diri dalam hidup keperibadian orang lain.
 Ingatan
ingatan yang terbanyak diutarakan ahli jiwa adalah mencamkan kesan-kesan,
menyimpan dan meproduksikan. Perencanaan tersebut akan sangat dibantu antar lain
oleh pembagian waktu yang tepat, metode yang cocok, pemakaian, bagan, iktisar dan
tabel tabel.
 Berfikir
Berfikir adalah aktivitas jiwa dengan arah yang ditentukan oleh masalah yang dihadapi.
Prosesnya adalah diawali dengan pembentukan pengertian, diteruskan pembentukan
pendapat dan diakhiri oleh penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan.

2. Penguasaan alat-alat intelektual.


Pola dasar kecakapan-kecakapan intelektual sebenarya berfungsi sejak awal
kehidupan, tetapi mengenai kapan alat-alat intelektual mulai dipergunakan oleh
individu, nampaknya ada peraturan tertentu.
3. Latihan-latihan yang terpencar.

Belajar akan lebih efektif apabila periode latihan disusun terpencar, belajar 6
jam shari akan lebih baik dipendekkan menjadi 3 hari, tiap hari 2 jam. Hal ini sesuai
dengan hasil eksperimen Ebbinghaus di sekitar tahun 1890-an dan periode berikutnya
dipraktekkan oleh banyak sekolah dengan hasil yang mendukung kebenaran prinsip ini.
2
Syaiful Bahri Djammarah. Psikologi Belajar. 2011. PT Rineka Cipta. Jakarta. Hlm 36
3
Prikoly Pendidikan. 2012. Fakultas Tarbiyah 1AIN Walisongo. Semarang. Hilm 70
4. Pengunaan unit-unit yang berarti
Dalam belajar dikehendaki adanya pola sambutan, pol aini harus mengandung
arti dan dapat pula berarti dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang mempunyai
kapasitas piskis yang tinggi mempunyai daerah intlektual yang luas, mereka sangup
menangap seluruh pola keseluruhan.
5. Latihan yang aktif
Seorang tidak dapat belajar berenang, menulis berbicara Bahasa asing, menari
dan sejenisnya, hanya melihat orang lainmelakukan hal-hal tersebut. Perinsip ini adalah
individu dapat melakukan hal ini dengan mengerjakan nya sendiri.
6. Kebaikan bentuk dan system.4
Setiap indivudu sangat merasakan enaknya mempelajari suatu buku yang
disusun secara sistematik, termasuk dalam kelompok cara memegang pena, cara
membaca, cara memegang raket, posisi kepala.
7. Efek penghargaan (Reward) dan hukuman."
Dalam sub terdahulu telah diuraikan bahwa motif mumi hanya muncul bila
individu sadar akan suatu aktivitas atau setidak-tidaknya kebutuhan akan efek-efek
yang ditimbulkan olch aktivitas itu. Namun ada kalanya hadiah, penghargaan atau
hukuman perlu dipilih oleh pendidik meskipun hanya merupak motif yang kurang
murni.5

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

4
Ibid. hlm 80
5
Ibid. hlm
Sebagian besar teori-teori pskologis menjadikan masalah belajar sebagai hal
yang serta walapun kedang-kadang tidak dinyatakan secara ekspesit, tapi kenyatanya
untuk mempelajari teori belajar mempunyai pandangan dan karakteristik yang berbeda-
beda pula, sehingga kadang ditemui pertengahan ditemui pertengahan antara teori yang
satu dengan teori yang lainya.
Dalam menilai atau menyimpulkan pendapat-pendapat dari teori belajar
hendaknya jangan memandang sebagai suatu yang saling bertentangan dan mengangap
yang satu itulah yang bener dan yang lain salah. Perbedaan- perbedaan yang terdapat
antara karater berbagai teori belajar itu disebapkan, karena di sebapkan karena
perbedaan jenis

Anda mungkin juga menyukai