Anda di halaman 1dari 17

TEORI BELAJAR : OPERANT CONDISIONING

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Efri Manda Sari Hasibuan, M.Psi

Disusun Oleh :

1. Hasnaun Nasika Harahap


2. Laila Sabrina Pohan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUL ARAFAH

DELI SERDANG-SUMATERA UTARA

TA.2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam sejahterah bagi kita semua, alhamdulillah hirobbil alamin puji syukur
atas kehadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat-Nya hingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “TEORI BELAJAR : OPERANT
CONDISIONING” dengan tepat waktu. Tidak lupa juga salam dan sholawat kita
jujung kepada Nabi besar Muhammad saw. Beserta keluarga dan seluruh umatNya
yang senantiasa Istiqomah hingga akhir zaman.

Akhirul kalam, mohon maaf bila ada kesalahan dalam makalah kami
sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah swt. Karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik konstruktif demi perbaikan makalah ini. Harapan
kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Aamiin ya Rabbal’alamin.

Wasallamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Lau Bekeri,

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian Teori belajar: Operan Kondisioning...................................3


B. Karakteristik Operant Conditioning.....................................................4
C. Prinsip-prinsip Teori Operant Conditioning.........................................5
D. Contoh Teori Belajar Operan Kondisioning.........................................11
E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Operant Conditioning.....................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................13

A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui belajar. Dengan belajar
manusia dapat berkembang lebih jauh dari pada makhluk ciptaan tuhan
lainnya. Tinggi rendahnya kualitas manusia pada umumnya dari hasil
belajar, hasil belajar ini yang menentukan masa depan peradaban manusia
itu sendiri. Pemahaman guru akan pengertian dan makna belajar akan
mempengaruhi tindakannya dalam membimbing siswa untuk belajar.
Guru yang memahami belajar saja hanya agar murid bisa
menghafal, tentu beda cara mengajarnya dengan guru yang memahami
belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku. Untuk itu guru penting
memahami pengertian belajar dan teori-teori belajar. Belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan
lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Menurut W.H Burton mendefenisikan belajar: "Learning is a
chage in the individual due to instruction of that individual his
environtment, which feels a need and makes him more capable of dealing
a dequately with his environment"( Hergenhahn, 2010)
Berdasarkan defenisi belajar tersebut diatas ada kata "chage"
maksudnya bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku baik dalam kebiasaan (habit),
kecakapan- kecakapan (skill) atau dalam tiga aspek yaitu pengetahuan
(kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).
Teori belajar adalah prinsip umum atau kumpulan prinsip yang
saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan
penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Pembelajaran

1
merupakan upaya yang dilakukan agar pembelajar dapat memperoleh
perubahan dengan menggunakan berbagai sumber daya yang ada.
A. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pengertian Teori belajar: Operan Kondisioning?
2. Apa saja Karakteristik Operant Conditioning?
3. Apa saja Prinsip-prinsip Teori Operant Conditioning?
4. Apa saja Contoh Teori Belajar Operan Kondisioning?
5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan Teori Operant Conditioning?

A. Tujuan Penulisan
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas,
tujuan dalam penyusunan makalah ini ialah :
1. Untuk Mengetahui Pengertian Teori belajar: Operan Kondisioning.
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Karakteristik Operant Conditioning.
3. Untuk Mengetahui Prinsip-prinsip Teori Operant Conditioning.
4. Untuk Mengetahui Contoh Teori Belajar Operan Kondisioning.
5. Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Teori Operant
Conditioning.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori belajar: Operan Kondisioning


Skinner memulai penemuan teori belajarnya dengan kepercayaan
bahwa prinsip-prinsip classical conditioning hanya sebagian kecil dari
perilaku yang dipelajari. Banyak perilaku manusia adalah operan, bukan
responden.
Pengkondisian klasik hanya menjelaskan bagaimana perilaku
operan baru, tetapi tidak menjelaskan bagaimana perilaku operan baru
dicapai. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang
terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya yang kemudian akan
menimbulkan perubahan tingkah laku. Pada dasarnya, Skinner
mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan perilaku (Gredler, 1986).
Perubahan perilaku yang dicapai sebagai hasil belajar tersebut
melalui proses penguatan perilaku baru yang muncul, yang biasanya
disebut dengan kondisioning operan (operant conditioning). Perilaku,
seperti respons dan tindakan, adalah sebuah kata secara sederhana
menunjukkan apa yang diperbuat seseorang untuk situasi tertentu.
(Baharuddin, dan Esa, 2015)
Secara konseptual, menurut Skinner, perilaku dapat dianalogikan
dengan sebuah sandwich, yang membawa dua pengaruh lingkungan
terhadap perilaku. Yang pertama, disebut dengan antiseden (peristiwa
yang mendahului perilaku), dan yang kedua, adalah konsekuen (peristiwa
yang mengikuti perilaku). (Baharuddin, dan Esa, 2015)
Hubungan ini dapat ditunjukkan secara sederhana sebagai
rangkaian anticendents-behavior-consequences, atau A-B-C. sebagai
sebuah rangkaian, perilaku adalah sebuah proses dari consequences yang
diberikan pada perilaku akan menjadi antecendents bagi munculnya
perilaku, dan seterusnya.

3
Teori operant conditioning Skinner ternyata terinspirasi dari
pandangan Thorndike pada tahun 1991 atau beberapa waktu sesudah
munculnya teoriclassical conditioning Pavlov. Pada waktu itu, Thorndike
mempelajari pemecahan masalah terhadap binatang yang diletakkan
disebuah "kotak teka-teki". Setelah beberapa kali percobaan, binatang itu
mampu meloloskan diri kian cepat dari percobaan-percobaan sebelumnya.
Thorndike lalu mengemukakan hipotesis "apabila suatu respon berakibat
menyenangkan, ada kemungkinan respons yang lain dalam keadaan yang
sama" yang dikenal dengan Law of Effect.( Anwar, 2017)
Berdasarkan percobaan Thorndike, Skinner mengemukakan
pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur penguatan terhadap
hukum akibat tersebut. Menurutnya, perilaku yang dapat menguatkan
cenderung diulangi kemunculannya. Sedangkan, perilaku yang tidak dapat
menguatkan cenderung untuk menghilangkan atau terhapus.
Apabila diaplikasikan dalam teori pembelajaran, maka
pengkondisian operan Skinner adalah proses belajar dengan
mengendalikan semua respons, kemudian disesuaikan dengan konsekuensi
(risiko). Dengan demikian, individu akan cenderung mengulang respons-
respons yang diikuti oleh penguatan. Maksudnya ialah proses belajar yang
baik terjadi jika guru atau pendidik mampu mengendalikan seluruh
respons yang muncul dari peserta didik, kemudian memberikan
penguatannya supaya mereka mampu mencapai sasaran belajar.

B. Karakteristik Operant Conditioning


Skinner membedakan dua jenis perilaku, yaitu:
1. Respondent Behavior (Perilaku Responden)
Yaitu perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali,
contohnyaadalah semua gerak reflek.
2. Operant Behavior (Perilaku Operan)
Yaitu perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus yang dikenal
tetapi dilakukan sendiri oleh organism. Karena perilaku ini pada

4
awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia
Nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul,berdiri lalu
berjalan. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.

C. Prinsip-prinsip Teori Operant Conditioning


Teori belajar Skinner termasuk teori yang berusia paling muda, namun
teori tersebut sangatlah berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar
saat ini. Ada dua prinsip umum dalam pengkondisian Tipe R :
(Hergenhahn, 2010)
1. Setiap respons yang dilakukan dengan stimulus yang menguatkan
cenderung akan diulang.
2. Stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar
rata-rata terjadinya respons operan
Pada pandangan di atas. Skinner memfokuskan teorinya pada
hubungan stimulus dan respons. Biarpun demikian, Skinner memiliki
perbedaan tentang perilaku. Pada kedua poin tersebut: Pertama, bahwa
setiap respons yang dilakukan dengan stimulus yang menguatkan
cenderung akan diulang, artinya perilaku yang ditimbulkan oleh suatu
stimulus yang dikenali. Contohnya ialah semua gerak refleks. Kedua,
stimulus yang menguatkan adalah segala sesuatu yang memperbesar
rata-rata terjadinya respons operan yang merupakan perilaku yang
tidak diakibatkan oleh stimulus yang dikenal, tetapi dilakukan sendiri
oleh individu. Kebanyakan dari aktivitas kita ialah perilaku operan,
Dari pembagian perilaku tersebut, Skinner mebedakan
pengkondisian dalam dua jenis, yaitu sebagai berikut: ( Anwar, 2017)
 Respondent conditioning (pengkondisian respon) atau biasa
disebut dengan pengkondisian tipe S. Pengkondisian ini
menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan
respons yang diinginkan. Pengkondisian tipe S identik
dengan pengkondisian klasik Pavlov. (Ghufron dan Rini,
2014)

5
 Operan conditioning (pengkondisian operan) atau biasa
disebut dengan pengkondisian tipe R. dalam hal ini,
penguatan ditunjukkan dengan tingkat respons.
Pengkondisian tipe R identik dengan pengkondisian
instrumental Thorndike. Sedangkan, riset Skinner hamper
semuanya berkaitan dengan pengkondisian tipe R.

Skinner memikirkan teorinya selama lebih dari 60 tahun,


termasuk cara seorang peserta didik berperilaku baru atau
mengubah perilaku yang sudah ada. Maka, ia menemukan
prinsip-prinsip mendasar dalam teorinya. Diantaranya ialah
reinforcement (penguatan kembali), punishment (hukuman),
shaping (pembentukan), extinction (penghapusan).
generalization (generalisasi) dan discrimination (pembedaan).
( Anwar, 2017)

1. Reinforcement
Reinforcement didefenisikan sebagai sebuah
konsekuen yang menguatkan tingkah laku (atau frekuensi
tingkah laku). Kefektifan sebuah reinforcement dalam
proses belajar perlu ditunjukkan. Karena kita tidak dapat
mengasumsikan sebuah konsekuen adalah reinforcer
sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat
menguatkan perilaku. Misalnya, permen pada umumnya
dapat menjadi reinforcer bagi perilaku anak kecil, tetapi
ketika merak beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu
yang menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga tidak
menyukai permen. Kadang ada seorang guru yang
mengatakan bahwa ia telah meng-inforce siswa dengan
member hadiah untuk perilaku seorang murid agar duduk
tenang selama pelajaran berlangsung, tetapi sang murid
tidak mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya. Dalam

6
hal ini, guru telah melakukan kesalahan dalam
menggunakan istilah reinforcer bagi perilaku yang
diinginkan. Oleh karena itu, agar sebuah hadiah
(reinforcement) yang diberikan kepada seseorang untuk
meningkatkan perilaku yang sesuai, maka perlu memahami
jenis-jenis reinforcemen yang disukai atau diperlukan oleh
orang yang akan diberi reinforcemen. Pengaruh proses
reinforcement dengan perilaku yang muncul tersebut dapat
digambarkan dalam diagram berikut : (Baharuddin, dan
Esa, 2015)
2. Punishment
Berbeda dengan reinforcement yang memperkuat
perilaku, punishment berperan memperlemah atau
mengurangi perilaku yang bisa terjadi pada masa
mendatang.
Punishment (hukuman) terjadi ketika suatu respons
menghilangkan sesuatu yang positif dari situasi atau
menambahkan sesuatu yang negative. Dalam bahasa sehari-
hari kita dapat mengatakan bahwa hukuman adalah
mencegah pemberian sesuatu yang diharapkan organisme,
atau member organisme sesuatu yang tidak diinginkannya.
( Hergenhahn, 2010)
Proses punishment dapat digambarkan sebagai
berikut: (Baharuddin, dan Esa, 2015)
Menurut Kazdin (Elliot, 2003), ada dua aspek dalam
punishment, yaitu:
1. Sesuatu yang tidak menyenangkan (aversive)
muncul setelah sebuah respons, atau yang disebut dengan
aversive stimulus. Misalkan seorang guru yang menjewer
siswa yang selalu ramai di kelas.

7
2. Sesuatu yang positif (menyenangkan) setelah
sebuah respons tidak muncul, misalnya seorang remaja
yang selalu mengganggu temannya yang mungkin akan
kehilangan kesempatan untuk menggunakan mobil pada
akhir pecan. Contoh tersebut menunjukkan bahwa sesuatu
yang tidak menyenangkan mengikuti perilaku yang tidak
diinginkan.
Dari segi bentuknya, punishment terdiri dari time
out dan respon cost.
1. Time out adalah sebuah bentuk hukuman di mana
seseorang akan kehilangan sesuatu yang disukai atau
disenangi sampai pada waktu tertentu.
2. Respon cost adalah sebuah bentuk hukuman di
mana seseorang akan kehilangan sebuah reinforcemen
positif jika melakukan perilaku yang tidak diinginkan.
Misalnya, seorang siswa tidak diberikan kesempatan
mengakses internet di ruang computer sekolah jika ia tidak
mengerjakan tugas yang diberikan.
3. Shaping
Berdasarkan pengondisian operan, Skinner
kemudian mengembangkan teknik “pembentukan respon”
atau disebut dengan shaping untuk melatih hewan
menguasai tingkah laku yang kompleks yang juga relevan
dengan tingkah laku manusia. Teknik pembentukan respons
ini dilakukan dengan cara menguatkan organisme pada
setiap kali ia bertindak ke arah yang diinginkan, sehingga ia
menguasai atau belajar merespons sampai suatu saat tidak
perlu lagi menguatkan respons tersebut.( Anwar, 2017)
Pembentukan respons terdiri atas dua komponen,
yaitu differentials reinforcement (penguatan diferensial)
yang berarti sebagai respons diperkuat dan sebagian lainnya

8
tidak. Dan, successive apporoximation (kedekatan
suksesif), yaitu fakta bahwa respons-respons yang semakin
sama dengan yang diinginkan oleh eksperimental yang
akan diperkuat. Contohnya, ketika tikus masuk ke kotak,
Skinner akan member penguatan secara bertahap sampai
tikus bisa menekan tuas. ( Anwar, 2017)
Teknik Skinner ini juga bisa diaplikasikan dalam
proses belajar. Selama ini, banyak pakar psikologi yang
menggunakan teknik shaping ini untuk mengajarkan
kemampuan berbicara pada anak-anak yang dimiliki
keterbelakangan mental parah dengan memberikan hadiah
pada suara yang mereka keluarkan. Kemudian, secarah
berkala menuntut suara yang kian menyerupai kata-kata
dari pendidiknya.
4. Extiction
Extiction adalah mengurangi atau menurunkan
tingkah laku dengan menarik reinforcement yang
menyebabkan perilaku tersebut terjadi. Extiction ini terjadi
melalui proses perlahan-lahan. Biasanya ketika
reinforcement ditarik atau dihentikan perilaku individu
sering meningkat seketika. Misalkan, seseorang yang akan
membuka pintu, ternyata terkunci. Pertama kali dia
berusaha membuka pintu dengan pelan-pelan sampai
akhirnya orang tersebut berusaha membuka dan menggedor
pintu dengan keras untuk beberapa lama, sampai dia merasa
frustasi dan marah. Tetapi ketika beberapa lama dia
menyadari bahwa pintu tetap terkunci, maka ia kemudian
pergi meninggalkan pintu tersebut. Extiction merupakan
kunci untuk mengatur tingkah laku siswa. Perilaku yang
tidak sesuai (mishebavior) dapat di-extiction jika reinforcer

9
(penguat) yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut
dapat diketahui dan dapat diubah (Slavin, 1994).
5. Generalization and Descrimination
Generalisasi merupakan penyamarataan perilaku
atau respons dari stimulus yang sama untuk diaplikasikan
dalam bentuk yang lain. Dengan kata lain, individu
cenderung melakukan generalisasi terhadap sesuatu yang
dipelajarinya. Contohnya, anak kecil yang mendapatkan
penguatan kasih saying dari orangtuanya lantaran
menimang dan menyayangi anjing keluarga. Maka, ia akan
segera menggeneralisasikan respons menimang anjing
tersebut dengan anjing yang lain.( Anwar, 2017)
Biarpun demikian, generalisasi dapat
dikekang dengan latihan diskriminasi. Diskriminasi
merupakan respon individu terhadap suatu penguatan,
tetapi tidak terhadap jenis penguatan yang lain. Latihan
diskriminasi ini akan efektif jika terdapat stimulus
diskriminatif yang jelas dalam membedakan kasus. Lalu,
respons harus dilakukan secara khusus dan mesti meperoleh
penekanan.
Generalisasi dan diskriminasi yang terjadi pada
operant conditioning Skinner mirip dengan yang terjadi
pada Classical conditioning Pavlov. Dalam generalisasi,
sebuah perilaku yang telah dipelajari pada situasi tertentu
akan digunakan lagi di kesempatan yang lain, namun
situasinya sama. Contohnya, seseorang yang diberi
penguatan dengan tertawa atas ceritanya yang lucu, di suatu
tempat akan mengulang cerita yang sama di restoran, pesta
atau resepsi pernikahan.( Anwar, 2017)
Diskriminasi merupakan proses belajar bahwa suatu
perilaku akan diperkuat dalam suatu situasi, namun tidak

10
dalam situasi lain. Seseorang akan belajar bahwa
menceritakan leluconnya di tempat ibadah atau dalam
situasi bisnis yang memerlukan keseriusan, niscaya tidak
akan menyebabkan orang tertawa. Maka, orang tersebut
akan belajar menceritakan leluconnya hanya seketika ia
berada pada situasi yang riuh dan banyak orang (stimulus
diskriminatif). Belajar tentang penguatan perilaku
merupakan bagian penting dari operant conditioning.

D. Contoh Teori Belajar Operan Kondisioning


Pada hewan, perilaku yang dipengaruhi oleh hadiah dan hukuman juga
dapat dikaitkan dengan operant conditioning.
Contohnya, jika seekor tikus diberi makanan setelah menekan
sebuah tuas, kemungkinan besar tikus tersebut akan terus menekan tuas
untuk mendapatkan makanan.
Dalam contoh tersebut, hadiah (makanan) berperan sebagai penguatan
positif yang memperkuat perilaku menekan tuas.
Selanjutnya dalam Pendidikan, Seorang anak selalu mendapatkan
nilai yang jelek dalam ulangan matematika. Melihat anaknya selalu
mendapatkan nilai yang jelek dalam ulangan matematika, ayahnya
membuat janji kepada anaknya jika anak tersebut mendapatkan nilai yang
bagus dalam ulangan matematika selanjutnya maka ia akan mendapatkan
tas baru. Ketika akan menghadapi ulangan matematika anaknya belajar
dengan tekun dan pada saat nilai ulangan dibagikan anak tersebut berhasil
mendapatkan nilai yang bagus sehingga anak tersebut mendapat tas baru
dari ayahnya. (Soemanto, Wasty, 1998)

E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Operant Conditioning


Tidak ada teori yang sempuma. Tentunya, setiap teori masing-
masing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga
dengan teori dalam pembahasan ini (operant conditioning) Skinner.

11
Teori operant conditioning memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut
ialah kelebihan dan kekurangan dari teori tersebut:
1. Kelebihan Teori Operant Conditioning
Pada teori Skinner ini, pendidik diarahkan untuk menghargai peserta
didik oleh sebab itu, teori Skinner menghendaki agar system hukuman
dihilangkan saja. Hal ini didukung dengan adanya pembentukan
lingkungan yang baik, sehingga dimungkinkan akan meminimalkan
terjadinya kesalahan. Dengan adanya penguatan, menjadikan motivasi
bagi individu untuk berperilaku yang benar sesuai keinginan.( Anwar,
2017)
2. Kekurangan Teori Operant Conditioning
Dalam teori Skinner, proses belajar dapat diamati secara langsung,
Padanai, belajar adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat
disaksikan dari luar, kecuali sebagai gejalanya. Lalu, proses belajar
bersifat otomatis-mekanis. Alhasil, proses belajar terkesan seperti
gerakan mesin dan robot.( Anwar, 2017)
Sementara itu. sesungguhnya, setiap individu memiliki self-
direction (kemampuan mengarahkan diri) dan self-control
(pengendalian diri) yang bersifat kognitif. Dengan kemampuan ini, ia
dapat menolak jika tidak menghendaki sesuatu. Atau, sebaliknya, akan
menerima bila menginginkan suatu hal.( Anwar, 2017)
Pada akhirnya, proses belajar manusia yang dapat dianalogikan
dengan perilaku hewan menjadi sulit diterima. Sebab, terdapat
perbedaan karakter fisik maupun psikis yang sangat kentara antara
manusia dan hewan. Karena itu, manusia dan hewan benar-benar
berbeda dalam proses belajarnya.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada dasarnya teori operant conditioning Skinner akan terjadibila
respons terhadapsebuah stimulus diperkuat. Teori operant conditioning
Skinner merupakan sistemumpan balik sederhana: bila reward atau
penguatan mengikuti respons terhadap sebuahstimulus, maka respon
itu akan lebih sering atau mungkin muncul lagi dimasa yangakan
datang. Karena hadiah atau hukuman merupakan bagian penting
dalampembahasan teori belajar ini.
2. Prinsip-prinsip teori belajar perilaku menurut Skinner ada tiga, yaitu
prinsipkonsekuensi yang terdiri dari reinforser dan hukuman,
prinsipkesegeraan konsekuensi,dan prinsip pembentukan atau shaping.
3. Aplikasi teori operat conditioning Skinner dalam pendidikan dapat
disimpulkan denganlangkah-langka diantaranya penentuan tujuan,
menentukan batas kemampuan siswa, mengadakan penilaian,
memberikan reinforcement, memberikan remidi pada siswa yang
dinilai membutuhkannya, dan guru konsisten sebagai arsitek
pembentuk perilakusiswa.
B. Saran
Setelah mengetahui tentang teori operan kondisioning diharapkan
pembaca memahami betul tentang isi makalah ini dan menerapkan teori
tersebut dengan baik. Apabila dalam penyusunan makalah ada kata-kata
yang belum sempurna kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya.
Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu
memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun

13
sangat kami hargai agar kedepannya penulisan makalah kami menjadi
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

B. R. Hergenhahn, Theories of Learning, Terj. Triwibowo BS (Eds. 7; Cet. III;


Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010), h. 81
Baharuddin, dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2015), h. 103
B. R. Hergenhahn, Theories of Learning, Terj. Triwibowo BS (Eds. 7; Cet. III;
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010), h. 84-85
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati, Gaya Belajar Kajian Teoritik, (Cet. II;
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 18
Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik hingga Kontemporer, (Cet. I,
Yogyakarta: IRCiSoD, 2017), h. 54

14

Anda mungkin juga menyukai