Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TEORI-TEORI BELAJAR

Ikwan Arif, M.Pd

Disusu oleh:

Asroful Maghfur

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

STKIP PGRI SUMENEP

2022
KATAK PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehingga


makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang..............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
D. Manfaat bagi penulis.....................................................................................1
E. Manfaat bagi pembaca..................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Teori Belajar Behaviorisme..........................................................................2
B. Pengertian Dari Teori Belajar Kognitivisme................................................6
C. Teori belajar konstruktivisme.......................................................................8
D. Teori humanisme...........................................................................................9
E. Teori sibernitik............................................................................................10
BAB Ⅲ...................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. KESIMPULAN...........................................................................................11
B. Saran............................................................................................................12
C. Kesan...........................................................................................................12
D. Pesan...........................................................................................................12
E. Evaluasi.......................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu


untuk suatu  perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan sesuatu. 
Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang
disampaikan.  Namun bagaimana melibatkan individu secara aktif  membuat atau
pun merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang
bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistim yang
membantu individu belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar dan
lingkungan. 

Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian


tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari
satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat
diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya
memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan
diuji kebenarannya.  Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat
tata cara pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di
luar kelas.

B. Rumusan Masalah

1)  Apa Yang di maksud dengan Teori Behaviorisme?


2)  Apa Yang di Maksud Dengan Teori Kognitivisme?
3) Apa Yang di maksud dengan Teori Konstruktivisme?
4) Apa Yang di maksud dengan Teori Humanisme?

4
5) Apa Yang di maksud dengan Teori Sibernrtik?

C. Tujuan

1) Agar dapat memahami teori dalam pembelajaran


2) Agar dapat mengetahui macam-macam teori pembelajaran

D. Manfaat bagi penulis

1) Dapat menambah pengetahuan tentang teori-teori belajar

E. Manfaat bagi pembaca

1) Agar dapat mampu menerapkan teori pembelajaran


2) Agar mendapatkan pengetahuan baru

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Behaviorisme

Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada


perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan
respon. Tokoh pelopor dari teori behavioristik adalah Thorndike,
Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie dan Skinner.
Koneksionisme (connectionism), merupaakan rumpun yang paling awal dari
teori beavioristik. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu
hubungan stimulus-respons. Siapa yang menguasai stimulus-respons sebanyak-
banyaknya ialah orang yang pandai dan berhasil dalam belajar. Pembentukan
hubungan stimulus-respons dilakukan melalui ulangan-ulangan.
Tokoh yang terkenal mengembangkan teori ini adalah Thorndike (1874-1949),
dengan eksperimentnya belajar pada binatang yang juga berlaku bagi manusia
yang disebut Thorndike dengan trial and error. Thorndike menghasilkan
belajar Connectionism karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-
koneksi atara stimulus dan respons Stimulus yaitu apa saja yang dapat
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain
yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang
dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan atua gerakan/tindakan. Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau
hukum dalam belajar, yaitu:
1) Law of readines, belajar akan berhasil apabila peserta didik memiliki
kesiapan untuk melakukan kegiatan tersebut karena individu yang siap
untuk merespon serta merespon akan menghasilkan respon yang
memuaskan.
2)  Law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan serta selalu
mengulang apa yang telah didapat.

6
3) Law of effect, belajar akan menjadi bersemangat apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik.
Pengkondisian (conditioning), merupakan perkembangan lanjut dari
koneksionisme. Teori ini didasari percobaan Ivan Pavlov (1849-
1936)menggunakan obyek yaitu anjing. Secara singkat adalah sebagai berikut:
Seekor anjing yang telah dibedah sedemikian rupa, sehingga saluran kelenjar
ludahnya tersembul melalui pipinya, dimasukan kedalam kamar gelap. Dikamar
itu hanya ada sebuah lubang yang terletak di depan moncongnya, tempat
menyodorkan makanan atau menyorotkan cahaya pada waktu diadakan
percobaan. Pada moncongnya yang telah dibedah itu disambungkan sebuah pipa
yang dihubungkan dengan sebuah tabung diluar kamar. Dengan demikian dapat
diketahui keluar tidaknya air liur dari moncong anjing itu pada waktu diadakan
percobaan, alat-alat yang digunakan dalam percobaan itu antara lain makanan,
lampu senter, dan sebuah bunyi-bunyian.
Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov mendapat
kesimpulan bahwa gerakan-gerakan reflek itu dapat dipelajari, dapat berubah
karena mendapat latihan latihan, sehingga dari hasil ini ia membedakan 2 macam
refleks, yaitu refleks bawaan dan refleks hasil belajar. Sebenarnya hasil-hasil
percobaan Pavlov dalam hubungannya dengan belajar yang kita perlukan sekarang
ini adalah tidak begitu penting. Mungkin beberapa hal yang ada sangkut pautnya
dengan belajar yang perlu diperhatikan antara lain ialah bahwa dalam belajar perlu
adanya latihan-latihan dan kebiasaan-kebiasaan yang telah melekat pada diri dapat
mempengaruhi dan bahkan mengganggu proses belajar yang bersifat skill.
Penguatan (reinforcement), merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori
pengkondisian. Jika pada teori pengkondisian  (conditioning) yang diberi kondisi
adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan (reinforcement)
yang dikondisikan atau diperkuat adalah responsnya. Contohnya, soerang anak
yang belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam
ulangan atau ujian, maka guru memberikan penghargaan pada anak itu misal
dengan nilai yang tinggi, pujian, atau hadiah. Berkat pemberian penghargaan ini, 
maka anak itu akan belajar lebih rajin dan lebih bersemangat lagi untuk
mengulang agar mendapat penghargaan lagi.

7
Operant conditioning, Tokoh utamanya adalah Skinner. Skinner memandang
bahwa teori Pavlov tentang reflek berhasrat hanya tempat untuk menyatakan
tingkah laku respon . tingkah laku respon yang terjadi dari suatu
rangsangan. Seperti Pavlov, Thorndike, dan Watson, Skinner juga menyakini
adanya pola hubungan stimulus-respons. Tetapi berbeda dengan para
pendahulunya, teori skinner lebih menekankan pada perubahan prilaku yang dapat
diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berfikir
pada otak seseorang.
Menurut Skinner, hubungan stimulus dan respons yang terjadi melalui interksi
dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh tokoh-tokoh sebelumnya. Sebab,
pada dasarnya stimulus-stimulus yang diberikan kepada sesorang akan saling
berinteraksi dan interaksi antar stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk
respon yang diberikan.
Beberapa konsep yang berhubungan dengan operant conditioning:
1) Penguatan positiv (positeve reinforcement), ialah penguatan yang
menimbulkan kemungkinan untuk bertambah tingkah
laku.Contoh seorang siswa yang mencapai prestasi tinggi diberikan
hadiah maka dia akan mengulangi prestasi itu dengan harapan dapat
hadiah lagi.  Penguatan bisa berupa benda, penguatan sosial (pujian,
sanjungan) atau token (seperti nilai ujian).
2)  Penguatan negatif (negatif reinforcement), ialah penguatan yang
menimbulkan perasaan menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan
tidak menyenangkan atau tidak mengenakan perasaan sehingga dapat
mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa
akan meninggalkan kebiasaan terlambat mengumpulkan tugas/PR
karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
3) Hukuman (Punishment), respons yang diberi konsekuensi yang tidak
menyenangkan atau menyakitkan akan membuat seseorang
tertekan. Contoh seorang siswa yang tidak mengerjakan PR tidak
dibolehkan bermain bersama teman-temannya saat jam
istirahat sebagai bentuk hukuman.

8
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-
program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat
(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar
yang dikemukakan Skiner.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa
belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar
menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak
bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi
proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak
menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa
yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung
membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
Skinner lebih percaya kepada apa yang disebut sebagai penguat negatif.
Penguat negatif tidak sama dengan hukuman. Ketidaksamaannya terletak pada
bila hukuman harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon yang muncul
berbeda dengan respon yang sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
stimulus) harus dikurangi agar respon yang sama menjadi semakin kuat.
Misalnya, seorang pebelajar perlu dihukum karena melakukan kesalahan. Jika
pebelajar tersebut masih saja melakukan kesalahan, maka hukuman harus
ditambahkan. Tetapi jika sesuatu tidak mengenakkan pebelajar (sehingga ia
melakukan kesalahan) dikurangi (bukan malah ditambah) dan pengurangan ini
mendorong pebelajar untuk memperbaiki kesalahannya, maka inilah yang disebut
penguatan negatif. Lawan dari penguatan negatif adalah penguatan positif
(positive reinforcement). Keduanya bertujuan untuk memperkuat respon. Namun
bedanya adalah penguat positif menambah, sedangkan penguat negatif adalah
mengurangi agar memperkuat respons.

9
B. Pengertian Dari Teori Belajar Kognitivisme

Pada kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan


pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Teori pembelajaran, fokus diarahkan kepada
bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses belajar.
Pada teori belajar abad ke-20, dibagi menjadi dua macam, yaitu teori belajar
perilaku (behavioristik) dan teori belajar Gestalt-field. Teori belajar perilaku
(behavioristik), berlandaskan kepada stimulus-respons sedangkan teori belajar
Gestalt-field, berlandaskan pada segi kognitif. Dalam hal ini yang akan dibahas
adalah mengenai teori belajar kognitivisme.
Tidak seperti halnya belajar menurut perspektif behaviorisme dimana perilaku
manusia tunduk pada peneguhan dan hukuman. Pandangan behaviorisme yang
mengatakan bahwa seorang siswa dari segala umur akan giat belajar, kalau
diberikan suatu hadiah (rangsangan/stimulus), yang berwujud materi kepadanya
atau diterapkan suatu hukuman, harus dikatakan mempunyai pandangan yang
terlalu simplistis. Memang, harapan akan mendapat hadiah dapat mendorong
siswa untuk belajar tetapi belum tentu siswa itu akan bermotivasi tepat dalam
belajar, yaitu belajar demi perkembangan dirinya sendiri, bahkan ada
kemungkinan siswa itu akan mengurangi usaha belajarnya, kalau hadiah yang
berwujud materi itu sudah tidak berarti lagi baginya.
Demikian pula, siswa yang telah beberapa kali kena hukuman karena kurang
rajin, belum tentu akan meningkatkan usahanya, bahkan dapat terjadi yang
sebaliknya. Siswa itu mungkin belajar sesuatu yang tidak diharapkan, yaitu
membenci guru dan sekaligus materi pelajaran. Oleh sebab itu menggunakan
hadiah yang berwujud materi dan memberikan hukuman secara tepat, menuntut
pertimbangan tentang efek yang positif dan negatif.
Perspektif kognitif menguraikan pandangan kognitivisme yang menonjolkan
peranan dari keyakinan, tujuan, penafsiran, harapan, minat, kemampuan dan lain
sebagainya. Pandangan ini menggarisbawahi apa yang berlangsung dalam diri
subyek yang berhadapan dengan berbagai kejadian dan pengalaman. Orang tidak
bereaksi terhadap rangsangan secara otomatis seolah-olah mereka sebuah mesin,
tetapi bereaksi atas interpretasi mereka terhadap rangsangan itu. Di dalam

10
interpretasi itu terkandung unsur kognitif seperti penafsiran, keyakinan, penentuan
tujuan, perkiraan tentang kemungkinan mencapai sukses, serta penilaian tentang
kemampuan sendiri untuk mengejar suatu sasaran.
Misalnya seorang mahasiswa yang sedang berkonsentrasi penuh pada suatu
proyek studi tidak harus segera mencari makanan sebegitu mulai merasa lapar
tetapi dapat menunda saat makan sampai proyek itu selesai. Misalnya lagi,
seorang siswa SMA tidak harus memulai membaca suatu buku setelah diberi
tugas oleh guru, tetapi dia dapat mempelajarinya atas inisiatif sendiri, karena
beranggapan bahwa mata pelajaran tertentu patut diperdalam dan dia mampu
untuk itu.
Oleh sebab itu pada dasarnya isi interpretasi yang diberikan terhadap
rangsangan dari luar atau dari dalam itulah yang mengandung daya motivasional.
Sesuai dengan pandangan kognitivisme, orang terutama dilihat sebagai sumber
motivasinya sendiri berdasarkan kegiatan mental dalam alam pikirannya, sehingga
tergerak untuk memulai aktivitas tertentu, bertahan dalam aktivitas itu dan
mengarahkannya untuk mencapai suatu tujuan. Ternyata hal itu ditemui tiap
individu justru merencanakan respons perilakunya, menggunakan berbagai cara
yang bisa membantu dia mengingat serta mengelola pengetahuan secara unik dan
lebih berarti.
Teori belajar yang berasal dari aliran psikologi kognitif ini menelaah
bagaimana orang berpikir, mempelajari konsep dan menyelesaikan masalah. Hal
yang menjadi pembahasan sehubungan dengan teori belajar ini adalah tentang
jenis pengetahuan dan memori.
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme
adalah dasarnya rasional. Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan
pemikiran. Inilah yang disebut dengan filosofi Rasionalism. Menurut aliran ini,
kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa/
kejadian yang terjadi di dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha
menjelaskan dalam belajar bagaimana orang-orang berfikir. Aliran ini
menjelaskan bagaimana belajar terjadi dan menjelaskan secara alami kegiatan
mental internal dalam diri kita. Oleh karena itu, dalam aliran kognitivisme lebih

11
mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Karena menurut
teori ini bahwa belajar melibatkan proses berfikir kompleks.
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar
merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Sembilan tahapan
dalam peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi
mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar sebagai berikut.
1) Menarik perhatian.
2) Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3) Merangsang ingatan pada pra syarat belajar.
4) Menyajikan bahan perangsang.
5) Memberikan bimbingan belajar.
6) Mendorong untuk kerja.
7) Memberikan balikan informatif.
8) Menilai unjuk kerja.
9) Meningkatkan retensi dan ahli belajar.

C. Teori belajar konstruktivisme

Teori Konstruktifisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia


Edisi Ke-5 (KBBI-V) kalimat tersebut berasal dari kata dasar
"Konstruktif" yang memiliki makna Membina, membangun dan
memperbaiki. Menurut Giambatista Vico pada tahun 1710 menyatakan
bahwa Seseorang baru dapat mengetahui sesuatu jika dijelaskan unsur-
unsur yang membangun sesuatu tersebut. Nah, dari pendapat tersebut bisa
kita tarik kesimpulan bahwa dalam dunia pembelajaran peserta didik akan
mudah memahami sesuatu yang kita sampaikan, jika terlebih dahulu
mampu dijelaskan bagaimana unsur atau hal yang berkaitan hingga sesuatu
tersebut ada dan terbangun karena dalam teori konstruktifisme ini bersifat
membangun dan saling melengkapi.
Sedangkan beberapa tokoh yang lain berpendapat bahwa teori
konstruktifisme adalah model pendekatan yang menekankan terhadap
peserta didik untuk terus mengonstruksi pengetahuannya secara mandiri,
yang dalam hal ini sangat diprioritaskan hubungan timbal balik antara

12
Pendidik dan peserta didik bagaimana nantinya peserta didik benar-benar
aktif secara konsisten mengeksplorasi pengetahuannya dan tidak hanya
menjadi pendengar setia saja, sedangkan pendidik hanya sebatas
memberikan fasilitas serta arahan terkait pembelajaran yang sedang
diampunya.

D. Teori humanisme

teori Humanisme, kata humanisme sendiri berasal dari kata dasar


bahasa Inggris "Human" yang bermakna "Manusia" dalam konteks bahasa
Indonesia Humanisme memiliki makna "Sifat Kemanusiaan" dalam teori
Humanisme tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia, teori ini
menganggap bahwa belajar dikatakan berhasil apa bile peserta didik
mampu memahami dan beradaptasi dengan lingkungannya. Artinya teori
ini memiliki sudut pandang terhadap subjeknya, bukan orang yang
menilainya.

Menurut para ahli disebutkan bahwa dari sekian teori yang


dikembangkan dalam ilmu psikologi pendidikan, teori humanisme adalah
teori yang sangat urgen untuk diterapkan oleh segenap pendidik. Sebab
dalam teori ini keberhasilan peserta didik bukan hanya bertolok ukur pada
kemampuan kognitif semata, melainkan yang lebih penting adalah
kemampuan afektif. Hal ini selaras dengan karakter bangsa Indonesia yang
tertuang dalam pancasila sila kedua yakni "Kemanusiaan yang adil dan
beradab" maka tidak ada pentingnya bangsa ini menjadi bangsa yang
cerdas namun di sisi lain ia lupa dengan karakter kepribadiannya sebagai
bangsa Indonesia, oleh sebab itulah teori humanisme ini mengajak
bagaimana nantinya peserta didik mampu benar-benar bersikap adaftif
terhadap lingkungan sekitarnya.

E. Teori sibernitik

Teori sibernitik merupakan teori belajar yang cukup baru


dikalangan para pendidik. Teori ini menekankan pembelajaran dapat
terjadi dimana dan kapanpun tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.

13
Pendidik dan peserta didik dapat melaksanakan proses pembelajaran
dengan memamfaatkan teknologi dalam jarak yang jauh.
Pada situasi pandemic covid-19 seperti saat ini, teori belajar
sibernitik menjadi pilihan utama dalam melaksanakan proses pembelajaran
jarak jauh (PJJ).

14
BAB Ⅲ

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Manusia adalah mahluk rasional, demikian pandangan dasar para penganut


teori kognitif ini. Berdasarkan rasionya manusia bebas memilih dan menentukan
apa yang akan diperbuat, entah baik atau buruk. Tingkahlaku manusia semata-
mata ditentukan oleh kemampuan berfikirnya.

Menurut Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan


pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah laku.

Menurut Teori Belajar Kognitivisme tingkah laku tidak digerakkan oleh apa
yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Setiap perbuatan yang akan
dilakukannya sudah dipikirkan alasan-alasannya. Oleh karena itu setiap orang
sungguh-sungguh bertanggung jawab atas segala perbuatannya.Di dalam teori ini
juga diletakkan pentingnya fungsi kehendak, bahkan fungsi kehendak disejajarkan
dengan fungsi berfikir dan fungsi perasaan, sejauh fungsi berfikir dapat
dipertanggung jawabkan.Teori belajar Humanisme adalah Suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta
peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.

B. Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam


penyusunan makalah diatas masih banyak kesalahan serta jauh dari kata
sempurna.

C. Kesan

15
Semoga dapat memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat.

D. Pesan

Semoga antar dosen tetap terjaga dan solid

E. Evaluasi

Dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan maka


penulis berharap jika terdapat kesalahan di dalamnya untuk di perbaiki
bersama.

16
DAFTAR PUSTAKA

 Budinungsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka


Cipta.
 http://aguswedi.blogspot.com
 http://rhazhie.blogspot.com
 Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
 Yulaelawati, Ella. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi, Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.
 Uno, Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Bumi Aksara
 Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta
 Dahar, R. Wilis, Teori-Teori Belajar & Pembelajaran, Penerbit Erlangga,
Jakarta 2011.
 Suparman, Atwi. 2009. Desain Intruksional. Jakarta: Universitas Terbuka
 Dimyati,dkk.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta
 Suparman, A. 2004.Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka.
 http://purwaji.blogspot.com/2012/11/kajian-teori-belajar-kognitivisme da
n.html?zx=f73b4408eab09541
 http://rosdianablog.blogspot.com/2009/06/analisis-teori-belajar-
dengan.html

17

Anda mungkin juga menyukai