Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi sebagian tugas


Mata Kuliah : Ilmu Jiwa Belajar
Dosen Pengampu : A. suyuti .MM

Disusun oleh:
1. M. Roifuddin
2. M. Maksum
3. Hasyim Azkal Fikri
4. Ibnu Ibsrika Kurniawan
5. Wahyu Muslimin
6. Liana Rohmawati
7. May Umayyah
8. Ikfina Dina Salsabila

KELAS 4-F
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM AN-NUR LAMPUNG

PAGE \* MERGEFORMAT 9
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................3
B. Perumusan Masalah ...................................................................................3
C. Tujuan .........................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan .......................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori...........................................................................................5
B. Macam-macam teori belajar.........................................................................6
C. Macam-macam teori behavioristik dan kognitif..........................................9
D. Perbedaan teori behavioristik dan teori kognitif........................................11
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................13
B. Saran..........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

PAGE \* MERGEFORMAT 9
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Teori-teori Belajar. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada
baginda Nabi Muhmmad SAW agar mendapat Syafaat-Nya. Makalah ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar.
Dalam makalah ini materi di ambil dari beberapa buku dan sumber
lainnya. Menjelaskan tentang macam-macam teori belajar. Sehingga bisa
dijadikan rujukan dalam belajar dan menambah ilmu para pembaca.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Semarang, 3 Oktober 2017

Penulis

PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum
didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional,
lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan
atau membuat perubahan pengetahuan , keterampilan, nilai dan pandangan
dunia (Illeris, 2000; Ormorod, 1995).
Proses belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat.
Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar
tidak dapat disaksiakan. Kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari
adanya gejala-gelaja perubahan perilaku yang tampak. Berdasarkan
adanya perubahan perilaku yang ditimbulkan, maka telah terjadi proses
belajar.
Karena belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, maka
kita perlu memahami secara teoritis bagaimana terjadinya perubahan
perilaku. Bayak perilaku yang membahas tentang terjadinya perubahan
tingkah laku. Namun demikian, setiap teori itu berpangkal dari pandangan
tentang hakikat manusia.
Lalu pertanyaannya, apa itu teori? Bagaimana menjelaskan teori
belajar dalam bidang psikologi pendidikan?. Maka makalah ini hendak
membahas tentang pengertian teori dan macam-macam teori serta
perbedaan dalam teori belajar.

B. Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori?
2. Apa saja macam-macam teori belajar?
3. Apa saja macam-macam teori behavioristik dan kognitif?
4. Apa perbedaan antara teori behavioristik dan teori kognitif?

PAGE \* MERGEFORMAT 9
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahu apa itu teori.
2. Untuk mengetahui macam-macam teori belajar.
3. Untuk mengetahui macam-macam teori behavioristik dan kognitif.
4. Untuk mengetahui perbedaan teori behavioristik dan teori kognitif.

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui pengertian teori.
2. Dapat mengetahui macam-macam teori belajar.
3. Dapat mengetahui macam-macam teori behavioristik dan kognitif.
4. Dapat mengetahui perbedaan teori behavioristik dan teori kognitif.

PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Belajar
Teori adalah pernyataan adanya hubungan sebab akibat dua
variabel atau lebih atas terjadinya suatu peristiwa baru. Contohnya, apabila
air dalam panci dipanaskan secara terus menerus, lama-kelamaan air
tersebut akan habis berubah menjadi uap air; jika uap air di udara
mengalami penurunan suhu, uap air tersebut akan berubah menjadi embun.
Dalam kajian ilmu pengetahuan, teori mempunyai dua macam
aspek, yaitu aspek formal dan aspek empiris. Aspek formal berkaitan
dengan bentuk kata-kata atau simbol-simbolnya. Sedangkan aspek
empiris, terdiri dari peristiwa-peristiwa fisik sehingga menerangkan
sesuatu hal.
Menurut RBS. Fudyartanto (2002), teori dikatakan bersifat ilmiah
jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suatu teori harus menyintesiskan (menjadi paduan / mencampurkan)
sejumlah observasi.
2. Teori dikatakan baik jika bersifat heuristik (menyelidiki sendiri) dan
mengarahkan pada dorongan kepada penelitian baru.
3. Teori harus menjelaskan hipotesis yang dapat diuji secara empiris.
Jika hipotesis itu terbukti, teori menjadi kuat. Begitu pula sebaliknya,
jika hipotesis tidak terbukti maka teori menjadi lemah.
4. Suatu teori dipakai sebagai alat dan bisa benar atau salah, dapat
berguna atau tidak berguna.
5. Teori dipilih dengan prinsip parsimoni, yaitu dipilih teori yang
sederhana.
6. Teori itu penuh abstraksi (metode untuk mendapatkan kepastian
hukum), baik dari rumusan kata-kata maupun simbol-simbol sebagai
penyusun teori secara akhir.
7. Teori mempunyai aspek formal, yaitu harus dihubungkan dengan
realitas yang menjurus kepada aspek empiris teori.

PAGE \* MERGEFORMAT 9
8. Semua teori ingin menjelaskan peristiwa alam dan sosial. Oleh karena
itu, teori berawal dan berakhir pada observasi empiris.1
B. Macam-macam Teori Belajar
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat
dari pengalaman dan latihan. Hilgard mengungkapkan: “Learning is the
process by wich an activity originates or changed through training
procedurs (wether in the laboratory or in the natural environment) as
distinguished from changes by factors not atributable to training”. Bagi
Hilgard, belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau
prosedur latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam
lingkungan alamiah.2
Ilmu pendidikan Indonesia belum berkembang atau lebih tepat
belum mempunyai bentuk. Sebagai akibat keadaan ini, praktik pendidikan
dan upaya pemecahan masalah pendidikan masih menggunakan teori-teori
yang berasal dari luar dan bersifat universal. Di samping itu, digunakannya
gagasan-gagasan tradisional yang berkembang pada masa lalu yang tidak
sempat muncul sebagai teori yang tersurat. Penggunaan gagasan tersebut
pada umumnya tidak intensional melainkan diterapkan melalui upaya
pribadi para pendidik.
Teori-teori tentang pendidikan yang datang dari luar dan banyak
digunakan baik secara langsung atau tidak langsung antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Teori pendidikan naturalistik yang dikembangkan oleh J.J. Rousseau.
Teori klasik yang bersemboyan “kembali ke alam” ini banyak dianut
oleh pendidik-pendidik di masa perjuangan perjuangan melawan
kebijaksanaan pendidikan kolonial Belanda. Relevansi teori
pendidikan Rousseau dengan upaya pendidikan perjuangan itu
terutama dalam hal tujuan pendidikan yang dikumandangkan oleh

1
Atmaja Prawira, Purwa. 2016. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media. Hlm. 245-246, 248-249.
2
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, hlm. 112

PAGE \* MERGEFORMAT 9
Rousseau, yaitu “membentuk manusia bebas, merdekan tanpa tekanan
dan ikatan”.
2. Teori-teori pendidikan yang dikembangkan oleh Pestalozzi,
Montessori, Declory dan Frobel. Teori ini sangat dominan dalam
pengembangan upaya pendidikan dasar, terutama pendidikan di Taman
kanak-kanak. Teori-teori ini digunakan langsung dalam upaya
pendidikan tanpa penyesuaian yang intensional terhadap suasana
sosio-kultural Indonesia. Pengaruh teori-teori ini masih tampak secara
nyata dalam pratik pendidikan di taman kanak-kanak.
3. Gagasan-gagasan Rabindranath Tagore. Gagasan Tagore banyak
digunakan dalam praktik pendidikan di masa perjuangan, gagasan-
gagasan yang digunakan itu sehubungan dengan garis pendidikannya
yang nasionalistik, menentang penjajah (Inggris), dasar-dasar
keaktifan, kebebasan, kebudayaan sendiri, ketuhanan, kemasyarakatan,
dan pendidikan yang harmonis. Gagasan ini dalam sistem pendidikan
Perguruan Taman Siswa yang dirintis oleh Ki Hajar Dewantara.
4. Teori pendidikan fenomenologis yang dikembangkan oleh M.J.
Langeveld. Teori ini digunakan dalam menganalisis dan
mengembangkan upaya pendidikan sejak lahir masa penjajahan
Belanda. Pengaruh besar banyak dipelajari oleh para pendidik pada
masa itu yang kemudian menjadi tokoh-tokoh pendidikan di masa
kemerdekaan. Teori ini bertolak dari analisis tentang situasi
pendidikan. Dengan analisis ditemukan unsur-unsur pendidikan yang
perlu diperhatikan unuk mencapai tujuan pendidikan. Langeveld
mendapatkan tujuan pendidikan sebagai kedewasaan individu dalam
aspek individualistis, sosialitas, moralitas dan personalitas.
Keseluruhan situasi pendidikan termasuk diantarannya tujuan
pendidikan yang pada akhirnya bermuara pada konteks sosio-kultural
“di sini dan sekarang”.
5. Teori pendidikan yang bersifat pragmatis-instrumentalistik yang
dipelopori oleh John Dewey dari Amerika Serikat. Teori ini termasuk
dalam dunia pendidikan indonesia terutama karena sentuhan budaya

PAGE \* MERGEFORMAT 9
Amerika Serikat melalui tokoh-tokoh pendidikan Indonesia yang dapat
kesempatan belajar di Amerika Serikat yang dimulai pada awal tahun
1950an. Teori ini mensenyawakan pendidikan dengan kehidupan
menusia. Bagi Dewey, pendidikan merupakan proses perkembangan,
pemeliharaan dan pengarahan. Setiap orang merupakan sebagian dari
kelompok sosial dilahirkan sebagai manusia tidak dewasa, lemah, tidak
punya bahasa, tanpa kepercayaan ataupun ide. Setiap individu yang
memberi sumbangan kepada kelompok bergantian menghilang, tetapi
kehidupan kelompok itu tetap lestari. Dewey meyakini bahwa
pendidikan itu tidak pernah berhenti, karena kehidupan adalah
perkembangan dan perkembangan adalah kehidupan. Apabila gagasan
itu diterjemahkan ke dalam bahasa pendidikan, maka berarti bahwa (1)
proses pendidikan itu tidak mempunyai akhir diluar pendidikan itu
sendiri; dan (2) proses pendidikan merupakan proses terorganisasi,
rekonstruksi, dan transformasi yang berkesinambungan.
Selanjutnya Dewey menekankan bahwa pendidikan itu merupakan
suatu proses pertumbuhan (growth). Pertumbuhan merupakan ciri khas
dari kehidupan. Oleh karena itu pendidikan menjadi satu dengan
pertumbuhan, tanpa akhir. Tolak ukur pendidikan (di sekolah) adalah
sampai dimana sekolah itu mampu menciptakan suasana untuk
pertumbuhan itu terlaksana dengan baik. (Dewey, 1958)
Pengaruh yang menonjol dari gagasan Dewey dalam pendidikan di
Indonesia adalah dasar demokrasi dalam pendidikan dan konsep
pendidikan sepanjang hayat.
6. Teori pendidikan behavioristik. Teori ini beranggapan bahwa
pendidikan merupakan proses pembentukan dan pengubahan perilaku
yang diinginkan dan pengurangan atau pelenyapan perilaku yang tidak
diinginkan. Pendidikan merupakan proses belajar melalui interaksi
individu dengan lingkungan. Proses tersebut diarahkan kepada
pencapaian tujuan pendidakan yang sangat khusus, melalui proses
penguatan perilaku (reinforcement). Tujuan pendidikan (atau lebih
tepat disebut tujuan pengajaran, karena proses pendidikan tidak lan

PAGE \* MERGEFORMAT 9
dari proses belajar) dirumuskan demikian khusus dan bersifat perilaku
sehingga dapat diamati dan diukur pencapaiannya. Unsur latihan
memegang peranan penting dalam proses pengubahan dan
pembentukan serta penghilangan perilaku tersebut. Pengaruh teori ini
sangat terasa dalam upaya penyusunan program pegajaran dalam
rangka pengembangan kurikulum.
7. Teori pendidikan holistic-humanistik. Teori ini sangat menghargai
martabat individu peserta didik sebagai manusia keseluruhan. Akhir
pendidikan adalah kemampuan individu untuk mewujudkan dirinya
secara memadai. Setiap manusia dipandang sebagai suatu keseluruhan
yang memiliki kebutuhan dan tujuan hidupnya masing-masing.
Pendidikan hanya akan berhasil dalam arti bahwa individu dapat
mewujudkan diri, mewujudkan segala kemampuan potensialnya
menjadi nyata apabila individu mendapat kesematan untuk
berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses
pendidikan yang merupakan dialog antara pendidik dan peserta didik.
Fungsi pendidik adalah memberikan kemudahan atau fasilitas untuk
terjadinya perkembangan peserta didik.
Teori ini sangat berpengaruh dalam pengembangan strategi dan
metode belajar mengajar di sekolah. Dari teori ini berkembang strategi
belajar mengajar yang disebut “cara belajar siswa aktif”, yang lebih
menekankan pengembangan efektif dari pada kognitif.3
C. Macam-macam Teori Behavioristik dan Kognitif
1. Beberapa teori belajar Behavioristik
a. Teori belajar koneksionisme
Dikembangkan oleh Thorndike sekitar tahun 1913. Dasar
terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang
ditangkap pancaindra dengan kecenderungan untuk bertindak atau
hubungan antara stimulus dan respon (S-R). Misalnya ketika
seseorang melirik setangkai bunga melati yang indah dan harum di

3
Engkoswara. Komariah, Aan. 2010. Administrasi pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hlm, 22-24

PAGE \* MERGEFORMAT 9
taman, dapat menjadi sebuah stimulus yang dapat mengakibatkan
munculnya respons untuk memetiknya.4
b. Teori Belajar Classical Conditioning
Peletak dasar aliran ini adalah Ivan Petrovitch Pavlov, seorang
spesialis dalam bidang fisiologi. Ia sangat mashur karena
penelitiannya yang kemudian terkenal dengan istilah refleks
bersyarat (conditioned reflex). Misalnya seorang ibu yang
menginginkan anaknya rajin belajar dan berprestasi, ia
mengatakan: “Nak, kalau kamu nanti naik kelas, ibu berjanji akan
membelikan kamu sepeda baru”. Maka, karena janji ibunya itu si
anak menjadi rajin belajar.
c. Teori Operant Conditioning
Teori ini dirintis oleh skinner. Ia membuat perincian lebih dalam
dan lebih jauh daripada Pavlov.
1) respondent response/ refleksive response, ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu, perangsang tersebut pada
umumnya mendahului response. Sedangkan response timbul
secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan air
liur.
2) Operant responsive/ instrumental response, timbul dan
berkembang diikuti oleh perangsang tertentu, perangsang
umumnya lebih kemudian/ setelah timbulnya response, ia
bersifat memperkuat; misalnya anak melakukan perbuatan
belajar menyanyi setelah selesai lalu diberi hadiah, maka saat-
saat berikutnya ia akan lebih giat menyanyi.
2. Teori-teori belajar Kognitif
a. Teori Gestalt
Dikembangkan oleh Koffka, Kohler, dan Wertheimer. Menurut
teori ini belajar adalah proses mengembangkan insight. Insight
adalah pemahaman terhadap hubungan antar bagian didalam satu

4
Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

PAGE \* MERGEFORMAT 9
situasi permasalahan. Teori ini menangkap bahwa insight inti dari
pembentukan tingkah laku.
b. Teori Medan
Dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori medan menganggap bahwa
belajar adalah proses pemecahan masalah. Beberapa hasil
penelitian adalah meliputi hasil belajar hukuman dan hadiah,
berhasil dan gagal, energi cadangan.5
c. Teori konstruktivistik
Dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget
berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah
memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri. Mengkonstruksi pengetahuan menurut Piaget dilakukan
melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang
sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui
proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan
skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses
perubahan skema.6
D. Perbedaan teori behavioristik dan kognitif
Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Kognitif
Mementingkan pengaruh Mementingkan apa yang ada pada
lingkungan diri
Mementingkan bagian-bagian Mementingkan keseluruhan
Mengutamakan peranan reaksi Mengutamakan fungsi kognitif
Hasil belajar terbentuk secara Terjadi keseimbangan dalam diri
mekanis
Dipengaruhi oleh pengalaman Tergsntung pada kondisi saat ini
masalalu
Mementingkan pembentukan Mementingkan terbentuknya
kebiasaan struktur kognitif

5
Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, CV. Rajawali, Yogyakarta, 1971, hal. 307.
6
Mustaqim. 2001. Psokologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 48-59.

PAGE \* MERGEFORMAT 9
Memecahkan masalah dilakukan Memecahkan masalah didasarkan
dengan cara trial and error kepada insight
Menurut aliran behavioristik, belajar pada hakikatnya adalah
pembentukan asosiasi antara kesan yang ditangkap pancaindra dengan
kecenderungan untuk bertindak atau hubungan antara Stimulus dan
Respons (S-R). Oleh karena itu juga dinamakan teori Stimulus-Respon.
Belajar adalah upaya untuk membentuk hubungan stimulus dan respon
sebanyak-banyaknya. 7

7
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, hlm. 114

PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
 Teori adalah pernyataan adanya hubungan sebab akibat dua variabel
atau lebih atas terjadinya suatu peristiwa baru.
 Teori klasik dianut oleh pendidik-pendidik di masa perjuangan melawan
kebijaksanaan pendidikan kolonial Belanda. Tujuan pendidikan
menggunakan teori klasik ini yaitu, “membentuk manusia bebas,
merdeka tanpa tekanan dan ikatan”.
 Teori behavioristik menganggap bahwa pendidikan merupakan proses
pembentukan dan pengubahan perilaku yang diinginkan dan
pengurangan atau pelenyapan perilaku yang tidak diinginkan. Proses
tersebut diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidakan yang sangat
khusus, melalui proses penguatan perilaku (reinforcement).
 Teori belajar behavioristik lebih mementingkan pengaruh lingkungan,
sedangkan teori kognitif lebih mementingkan apa yang ada dalam diri
sendiri.
 Macam-macam teori behavioristik yaitu: koneksionisme, classical
conditioning, Operant Conditioning.
 Macam-macam teori kognitif yaitu: Teori Gestalt, Teori Medan, Teori
konstruktivistik
B. Saran
Ada begitu banyak macam-macam teori, kita bisa memilih mana
teori yang sederhana dan ilmu bisa diterima dengan mudah. Siswa terutama
mendapat pengetahuan dari penerimaan bukan dari penemuan. Dikarenakan
penguasaan materi pelajaran yang baru tidak terlepas dengan penguasaan
materi sebelumnya.
Semoga makalah ini dimanfaatkan sebagai mana mestinya.

PAGE \* MERGEFORMAT 9
DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Engkoswara. Komariah, Aan. 2010. Administrasi pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Sumadi Suryabrata, Psikologi pendidikan, CV. Rajawali, Yogyakarta
Mustaqim. 2001. Psokologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Islamuddin, Haryu. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Atmaja Prawira, Purwa. 2016. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif
Baru. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Mulyadi, Seto., Basuki, Heru,. Rahardjo, Wahyu. 2017. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Teori-teori Baru dalam Psikologi Depok:
RajaGrafindo Persada.

PAGE \* MERGEFORMAT 9

Anda mungkin juga menyukai