Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME

(Ivan Pavlov dan B.F. Skinner)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan dan Teori Belajar

Dosen Pengampu: Amalia Fitriana, M.Pd.

Disusun Oleh:

Elly Anjar Sari 200102110095

Noviafni Syakinah 200102110096

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi kami nikmat sehat dan
pengetahuan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Teori
Behaviorisme (Ivan Pavlov dan B.F. Skinner)” mata kuliah psikologi perkembangan dan teori
belajar sesuai waktu yang telah ditentukan.
Sholawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada nabi besar Muhammad SAW
yang telah membimbing kita dari gelapnya kebodohan menuju terangnya iman dan
pengetahuan.
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Perkembangan dan Teori Belajar, Ibu Amalia Fitriana, M.Pd. yang telah memberikan tugas
ini dan membimbing kami dalam penyelesaiannya. Tak lupa kami ucapkan trimakasih kepada
pihak-pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan idenya yang kemudian dituangkan
dalam makalah ini sehingga makalah dapat disusun.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan menjadi sumber ilmu bagi pembaca,
meskipun masih banyak kekurangan dan kesalahan didalamnya. Kami memahami makalah
yang kami susun jauh dari kata sempurna, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan
saran agar makalah selanjutnya dapat diselesaikan dengan baik dan benar.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 9 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATAPENGANTAR........................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Belajar Behaviorisme......................................................................... 3


B. Teori Belajar Behaviorisme Ivan Pavlov................................................................... 3
C. Teori Belajar Behaviorisme B.F. Skinner.................................................................. 8
D. Perbedaan teori Ivan Pavlov dan B.F Skinner...........................................................13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................ 14
B. Saran.......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kata belajar merupakan kata yang tidak asing lagi ditelinga kita. Belajar akan
membawa suatu perubahan bagi individu-individu yang belajar. Perubahan
tersebut tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak,
penyesuaian diri. Khususnya bagi para mahasiswa dan mahasiswi jurusan
pendidikan. Belajar merupakan hal yang tidak pernah bisa lepas dari kehidupan
manusia.
Dalam perkembangan manusia belajar merupakan salah satu hal yang
berpengaruh dalam proses kehidupan manusia, yang kemudian memunculkan
beberapa teori-teori belajar yang berlandaskan pada fitrah manusia di bumi ini.
Dengan demikian teori-teori tersebut berlaku pula dalam kajian ilmu pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari teori belajar behaviorisme?
2. Bagaimana teori belajar behaviorisme Ivan Pavlov?
3. Bagaimana teori belajar behaviorisme B.F. Skinner?
4. Bagaimana perbedaan teori Ivan Pavlov dan B.F Skinner?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui dari teori belajar behaviorisme.
2. Untuk mengetahui teori belajar behaviorisme Ivan Pavlov.
3. Untuk mengetahui teori belajar behaviorisme B.F. Skinner.
4. Untuk mengetahui perbedaan teori Ivan Pavlov dan B.F. Skinner.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Teori Belajar Behaviorisme

Teori Behaviorisme adalah teori yang mempelajari perilaku manusia.


Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah
laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik. Asumsi
dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku sepenuhnya
ditentukan oleh aturan, bisa diramalkan, dan bisa ditentukan. Menurut teori ini,
seseorang terlibat dalam tingkah laku tertentu karena mereka telah mempelajarinya,
melalui pengalaman-pengalaman terdahulu, menghubungkan tingkah laku tersebut
dengan hadiah. Seseorang menghentikan suatu tingkah laku, mungkin karena tingkah
laku tersebut belum diberi hadiah atau telah mendapat hukuman. Karena semua
tingkah laku yang baik bermanfaat ataupun yang merusak, merupakan tingkah laku
yang dipelajari (Fahyuni, 2016),

Pendekatan psikologi ini mengutamakan pengamatan tingkah laku dalam


mempelajari individu dan bukan mengamati bagian dalam tubuh atau mencermati
penilaian orang tentang penasarannya. Behaviorisme menginginkan psikologi sebagai
pengetahuan yang ilmiah, yang dapat diamati secara obyektif. Data yang didapat dari
observasi diri dan intropeksi diri dianggap tidak obyektif. Jika ingin menelaah
kejiwaan manusia, amatilah perilaku yang muncul, maka akan memperoleh data yang
dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya (Desmita, 2011). Jadi, behaviorisme
sebenarnya adalah sebuah kelompok teori yang memiliki kesamaan dalam
mencermati dan menelaah perilaku manusia yang menyebar di berbagai wilayah,
selain Amerika teori ini berkembang di daratan Inggris, Perancis, dan Rusia. Dua
tokoh dari teori ini adalah Ivan Pavlov dan B.F. Skinner.

B. Teori Belajar Behaviorisme Ivan Pavlov


Ivan Pavlov adalah seorang fisiologi, psikologi, dan dokter rusia. Ia dilahirkan 14
september 1849 di Rjasan sebuah desa kecil di Rusia Tengah. Keluarganya
mengharapkannya menjadi pendeta, sehingga ia bersekolah di Seminari Teologi.
Setelah membaca Charles Darwin, ia menyadari bahwa ia lebih banyak peduli untuk

3
pencarian ilmiah sehingga ia meninggalkan Seminari ke Universitas St. Peterseburg.
Disana ia belajar kimia dan fisiologi, dan menerima gelar doktor pada 1879. Ia
melanjutkan studinya dan memulai risetnya sendiri dengan topik yang menariknya:
sistem pencernaan dan peredaran darah. Karyanya pun terkenal, dan diangkat sebagai
profesor fisiologi di Akademi Kedokteran Kekaisaran Rusia.
Pavlov dijunjung tinggi di negaranya sendiri, baik sebagai Kekaisaran Rusia
maupun sebagai Uni Soviet, dan di seluruh dunia. Pada tahun 1904 ia dianugerahi
Penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran untuk studinya tentang
pencernaan. Dia adalah orang yang blak-blakan, dan meskipun dia sering menentang
pemerintah Soviet dalam hidupnya, dia tidak pernah dianiaya karena reputasinya dan
kebanggaan rekan senegaranya.
Pavlov adalah seorang ilmuwan yang mengabdikan diri untuk mempelajari. Ia
melihat sains sebagai sarana belajar tentang berbagai masalah dunia dan manusia.
Menurutnya, peran ilmuwanadalah mengungkap misteri alam sehingga hukum alam
dapat dipahami. Selain itu, para ilmuwan harus mencoba memahami bagaimana orang
belajar, daripada bertanya bagaimana mereka harus belajar.

a. Pengertian Teori Belajar Clasical Conditioning


Dikutip dari uraian Hendry C. Ellis, tentang eksperimennya Pavlov di
laboratorium pada seekor anjing. Beliau melakukan operasi kecil pada pipi anjing
itu sehingga bagian dari kelenjar liur dapat dilihat dari kulit luarnya. Sebuah
saluran kecil di pasang pada pipinya untuk mengukur aliran air liurnya. Kondisi
anjing itu terpisah dari penglihatan dan suara luar, atau diletakkan pada panel
gelas. Rita L. Atkinson, et.al mengungkapkan; lampu dinyalakan. Anjing dapat
bergerak sedikit, tetapi tidak mengeluarkan liur. Setelah beberapa detik, bubuk
daging diberikan; anjing tersenut lapar dan memakannya. Alat perekam mencatat
pengeluaran air liur yang banyak. Prosedur ini beberapa kali. Kemudian lampu
dinyalakan tetapi bubuk daging tidak diberikan, namun anjing tetap mengeluarkan
air liur. Binatang itu telah belajar mengasosiasikan dinyalakan lampu dengan
makanan.

4
sumber: https://images.app.goo.gl/ohyV3KusgJ8x6Ava9

Secara sederhana dari peristiwa ini, Pavlov melakukan eksperimen di


laboratorium pada seekor anjing. Beliau melakukan operasi kecil pada pipi anjing
itu sehingga bagian dari kelenjar liur dapat dilihat dari kulit luarnya. Sebuah
saluran kecil di pasang pada pipinya untuk mengukur aliran air liurnya. Kondisi
anjing itu terpisah dari penglihatan dan suara luar, atau diletakkan pada panel
gelas. Rita L. Atkinson, et.al mengungkapkan; lampu dinyalakan. Anjing dapat
bergerak sedikit, tetapitidak mengeluarkan liur. Setelah beberapa detik, bubuk
daging diberikan; anjing tersenut lapar dan memakannya. Alat perekam mencatat
pengeluaran air liur yang banyak. Prosedur ini beberapa kali. Kemudian lampu
dinyalakan tetapi bubuk daging tidak diberikan, namun anjing tetap mengeluarkan
air liur. Binatang itu telah belajar mengasosiasikan dinyalakan lampu dengan
makanan (Haslinda, 2019).
Pavlov kemudian mengeksplorasi fenomena eksperiment tersebut, dan
kemudian mengembangkan satu study perilaku (behavioral study) yang
dikondisikan. yang dikenal dengan teori Clasical Conditioning. Classical
conditioning adalah model pembelajaran yang menggunakan stimulus untuk
membangkitkan rangsangan secara alamiah melalui stimulus lain. Secara
sederhana pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan
dimana satu stimulus/ rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya
dalam mengembangkan suatu respon, bahwa prosedur ini disebut klasik karena
prioritas historisnya seperti dikembangkan oleh Pavlov.
5
Kata clasical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk
menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu dibidang conditioning
(upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori conditioning lainnya.
Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or
unlearned stimulus – stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari)
dipasangkan atau diikutsertakan dengan lampu (dinyalakan lampu disebut sebagai
the conditioned or learned stimulus-stimulus yang dikondisikan atau dipelajari),
maka dinyalakan lampu akan menghasilkan respons yang sama yaitu keluarnya air
liur dari anjing percobaan. Peristiwa ini menurut Pavlov merupakan refleks
bersyarat dari adanya masalah fungsi otak, sehingga masalaah yang ingin
dipecahkan oleh Pavlov dengan eksperimen itu ialah bagaimanakah refleks
bersyarat itu terbentuk. Pavlov melakukan eksperimen itu berulang-ulang dengan
berbagai variasi (Haslinda, 2019).
Dari eksperimen Pavlov, menurutnya respon dikontrol oleh pihak luar; pihak
inilah yang menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus,
sebagaimana dijelaskan Agus Suryanto tentang teori Pavlov tersebut, beliau
mengatakan semua harus berobjekkan kepada segala yang tampak oleh indera,
dari luar. Peranan orang yang belajar bersifat pasif karena untuk mengadakan
respon perlu adanya suatu stimulus tertentu. Sedangkan mengenai penguat
menurut Pavlov bahwa stimulus yang ridak terkontrol (unconditioned stimulus)
mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang
menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai penguat.
Setelah respon berkondisi tercapai, apakah yang akan terjadi bila stimulus
berkondisi diulang atau diberikan kembali tanpa diikuti oleh stimulus tidak
berkondisi. Dalam hal ini akan terjadi pelenyapan atau padam. Dengan kata lain
pelenyapan adalah tidak terjadinya respon atau menurunnya kekuatan respon pada
saat diberikan kembali stimulus berkondisi tanpa diikuti stimulus tak berkondisi
setelah terjadinya respon. Sedangkan penyembuhan spontan adalah tindakan atau
usaha nyata untuk menghalangi terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya ialah
melalui rekondisioning atau mengkondisikan kembali melalui pemberian kedua
stimulus berkondisi secara berpasangan (Suryabrata, 2004).

6
Dari peristiwa pengkondisian klasik ini , merupakan dasar bentuk belajar yang
sangat sederhana, sehingga banyak ahli kejiwaan menganggap Pavlov sebagai titik
permulaan tepat untuk penyelidikan belajar. Lalu peristiwa kondisioning juga
banyak terdapat pada diri manusia, misalnya anda dapat menjadi terkondisi
terhadap gambar makanan dalam berbagai iklan yang menampilkan makanan
malam dengan steak yang lezat, dapat memicu respon air liur meskipun anda
mungkin tidak lapar. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlov
maka terlihat bahwa pentingnya mengkondisi stimulus agar terjadi respon.
Dengan demikian pengontrolan stimulus jauh lebih penting daripada pengontrolan
respon. Konsep ini megisyaratkan bahwa proses belajar lebih mengutamakan
faktor lingkungan (eksternal) daripada motivasi (internal).

b. Hukum-Hukum Teori Belajar Clasical Conditioning


Dalam eksperimen Ivan menemukan dua macam hukum yang berbeda, yakni:
law of respondent conditioning dan law of respondent extinction. Secara harfiah,
law of respondent conditioning berarti hukum pembiasaan yang dituntut,
sedangkan law of respondent extinction adalah hukum pemusnahan yang dituntut.
Menurut Hintzman (1978), yang dimaksud dengan law of respondent conditioning
ialah jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya
berfungsi sebagai reinforcer) maka refleks ketiga yang terbentuk dari respons atas
penguatan refleks dan stimulus lainnya akan meningkat. Yang dimaksud dengan
dua stimulus tadi adalah CS dan UCS, sedangkan refleks ketiga adalah antara CS
dan CR. Sebaliknya, law of respondent conditioning ialah jika refleks yang sudah
diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforce, maka kekuatannya akan menurun.

Para peneliti sering kali memnbuat stimulus netral bersamaan dengan stimulus
bersyarat atau berbeda beberapa detik selisih waktu pemberiannya dan segera
menghentikan secara setempat. Prosedur ini biasanya disebut dengan
pengkondisian secara serempak (simultaneous conditioning). Kadang peneliti juga
menggunakan prosedur yang berbeda, yakni dengan menghentikan stimulus netral
terlebih dahulu sebelum stimulus tak bersyarat, walaupun prosedur ini jarang
digunakan dalam pengkondisian.

7
c. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Clasical Conditioning
Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning dapat diringkaskan
sebagai berikut:
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara
menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih
kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan
lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan
menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan
daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang
bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan. Dengan
adanya hubungan, maka CS akan mengaktifkan pusaat CS di otak dan
selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan akhirnya organisme membuat
respon terhadap CS yang tadinya secara wajar dihubungkan dengan US.
5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi.
Setiap peristiwa di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua hal
tersebut, yang pola tersebut oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic. Dan pola
ini akan mempengaruhi respons organisme terhadap lingkungan. Namun
demikian Pavlov juga menyadari bahwa tingkah laku manusia lebih
komplek dari binatang, karena manusia mempunyai bahasa dan hal ini
akan mempengaruhi tingkah laku manusia.

C. Teori Belajar Behaviorisme B.F. Skinner

Burrhus Frederic Skinner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama


Susquehanna, Pennsylvania (1904). Ia wafat pada tahun 1990 setelah terserang
penyakit leukimia. Skinner dibesarkan dalam keluarga sederhana, penuh disiplin.
Ayahnya adalah seorang jaksa dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Skinner
mendapat gelar bachelor di inggris. Semasa bersekolah ia sudah menulis untuk
sekolahnya. Setelah lulus dari sekolah tersebut, ia pindah ke Greenwich Village di
New York City. Pada tahun 1931, Skinner menyelasaikan sekolahnya dan
memperoleh gelar sarjana psikologi dari Harvard University. Setahun kemudian ia

8
juga memperoleh gelar doktor untuk bidang yang sama. Pada tahun 1945, ia menjadi
ketua fakultas psikologi di Indiana University dan tiga tahun kemudian ia pindah ke
Harvard dan mengajar di sana sepanjang karirnya.

a. Pengertian Teori Operant Conditioning

Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses


penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat
mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai
dengan keinginan. Skinner berpendapat setiap suatu tindakan yang telah dibuat
ada konsekuensinya, penghargaan untuk tindakan yang benar, hukuman untuk
yang salah (Azzahra, 2018).

Pengertian operant conditioning menurut skinner adalah pengkondisian


dimana manusia menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah ujaran atau
aktifitas – aktifitas yang beroperasi atas dasar lingkungan), operan tersebut
dipelajari melalui penguatan. Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai
kecenderungan respon dicapai melalui pembelajaran. Jika respon diikuti oleh
konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga penguatan, maka respon
tersebut menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatif atau
hukuman, maka respon tersebut akan melemah (Skinner, 1971).

Skinner menggunakan eksperimen untuk teori ini berupa tikus percobaan.


Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang disebut
“Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol,
alat memberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya,
dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus
berusaha keluar untuk mencari makanan. Selama tikus bergerak kesana-kemari
untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara
terjadwal diberikan makanan secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang
ditunjukkan si tikus, proses ini disebut shaping. Berdasarkan percobaan inilah
Skinner berpendapat bahwa pola tingkah laku (operant) tikus dapat berubah sesuai
dengan penguatannya.

9
sumber: https://images.app.goo.gl/eaAnRdkMX9mMTBin8

Melalui eksperimennya tersebut, Skinner menemukan bahwa perolehan


pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan kebiasaaan
semata atau hal yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan
secara terus-menerus dan bertubi-tubi. Skinner memandang hadiah (reward) atau
penguatan (reinforcement) sebagai unsur yang paling penting dalam proses
belajar. Skinner menganggap reward dan reinforcement sebagai faktor terpenting
dalam proses belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan Psikologi adalah
meramal dan mengontrol tingkah laku. Skinner sama seperti Thorndike
berkesimpulan bahwa pengaruh dari reinforcement dan hukuman tidak simetris.
Reinforcement dapat merubah kemungkinan munculnya respon, sedangkan
hukuman tidak. Kita cenderung untuk belajar suatu respon jika segera diikuti oleh
penguatan (reinforcement). Skinner lebih memilih istilah reinforcement daripada
reward, karena reward diinterpretasikan sebagai tingkah laku subjektif yang
dihubungkan dengan kesenangan, sedang reinforcement adalah istilah yang lebih
netral (Haslinda, 2019).

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan
penguatan negatif. Bentuk -bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau
penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku
tidak senang. Sebenarnya kedua penguat yang positif dan negatif adalah efektif,,

10
keduanya merubah kemungkinan terjadinya perubahan perilaku. Tingkat
keefektifannya sangat bergantung kepada kekonsistenan anda dalam mengikuti
aturan-aturan penting yaitu;

 Gunakanlah penguat negatif untuk menghentikan berlangsungnya perilaku


yang tidak dikehendaki.
 Gunakanlah penguat positif untuk meneruskan atau meningkatkan perilaku
yang dikehendaki.

b. Hukum Operant Conditioning

Adapun hukum-hukum teori belajar Operant Conditioning menurut B.F.Skinner


adalah sebagai berikut (Suyono & Haryanto, 2015):

 Law of Operant Conditioning, jika timbulnya perilaku diiringi dengan


stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
 Law of Operant Extinction, jika timbulnya perilaku operant yang telah
diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka
kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan akan hilang.

c. Prinsip Operant Conditioning

Skinner mengidentifikasi sejumlah prinsip mendasar dari operant


conditioning yang menjelaskan bagaimana seseorang belajar perilaku baru atau
mengubah perilaku yang telah ada. Prinsip-prinsip utamanya
adalah reinforcement (penguatan
kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction (penghapusan),
discrimination (pembedaan), dan generalization (generalisasi).

1) Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari
sebuah perilaku dengan memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip
penguatan dibagi menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
 Positive Reinforcement (Penguatan Positif)
Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang
diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang

11
baik sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus
yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang pada dasarnya
memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk
menceritakan sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah
anak tersebut membacakan cerita, guru memberikan pujian kepada anak
tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika hal tersebut
berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi
lebih berani untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat
pemalunya akan hilang. Beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan,
cinta, pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat
digunakan sebagai rangsangan penguatan positif
 Negative Reinforcement (Penguatan Negatif
Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku
positif karena hilangnya rangsangan yang merugikan (tidak
menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi anaknya
setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si
anak tersebut membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu
tidak memarahinya, pada akhirnya si anak akan semakin rajin
membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi
sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan
penguatan positif terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus
yang sama-sama bertujuan untuk meningkatkan suatu perilaku yangbaik.

Penguatan Positif + Stimulus => Perilaku baik * Penguatan Negatif –


Stimulus => Perilaku baik

2) Hukuman (Punishment)

Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau


menghilangkan kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Sebagai contoh,
seorang anak bermain-main pedangpedangan menggunakan pisau, kemudian kulit
jari tanganya terpotong ketika pisau tersebut salah diarahkan. Pada akhirnya anak
tersebut akan sedikit kemungkinannya bermain-main menggunakan pisau
(Eliyana, 2016).

12
Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman
positif (positive punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti
dengan rangsangan yang tidak menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak
mendapat nilai buruk di sekolah maka orangtuanya akan memarahinya hasilnya
anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari omelan orangtuanya (akan
kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek). Hukuman
negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah
rangsangan positif atau menyenagkan diambil. Sebagai contoh, seorang anak
mendapat nilai jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan temannya dan
malas belajar, kemudian anak tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk tidak
boleh bermain dengan teman-temannya selama sebulan, akhirnya anak tersebut
tidak akan terlalu sering bermain-main atau lebih mengutamakan pelajarannya.

D. Perbedaan teori Ivan Pavlol dan B.F Skinner

Pavlov Skinner
Percobaan pasa anjing sebagai dasar Percobaan Skinner dengan tikus sebagai
pembentukan dasar pembentukan teori dasar teori pengkondisian operan dan
pengkondisian klasik dan konsep- konsep-konsepnya.
konsepnya.
Tidak melibatkan godaan iming-ming. diberiming-iming hadiah.
subjek bersifat pasif. subjek aktif berpartisipasi dan melakukan
beberapa jenis tindakan agar mendapat
imbalan atau hukuman.
Melibatkan pembentukan asosiasi subjek harus terlebih dahulu menampilkan
dengan semacam peristiwa yang sudah perilaku yang kemudian dapat diberi
terjadi secara alami. imbalan atau hukuman.
untuk mendapatkan tingkah laku baru menjelaskan hubungan perilaku pada
melalui proses asosiasinya. imbalan dan konsekuensi tertentu.
pikiran mental internal dan mekanisme hanya membahas perilaku yang ekspresif
otak memainkan peran besar dalam dan bukan pemikiran mental internal dan
pembelajaran asosiatif. mekanisme otak.
bekerja dengan memasangkan respons Reinforcements dan Punishments setelah
spontan dengan stimulus. Respon tak perilaku dijalankan, menyebabkan tingkat
berkondisi menjadi respon yang perilaku meningkat/menurun.
terkondisi. menerapkan dua konsep
utama,

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori behaviorisme merupakan teori belajar yang sangat menekankan pada


perilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Menurut teori behaviorisme, belajar
merupakan perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon. Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon
dicapai melalui pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan
atau disebut juga penguatan, maka respon tersebut menguat dan jika respon menghasilkan
konsekuensi negatif atau hukuman, maka respon tersebut akan melemah. Dalam makalah
ini, yang dibahas ialah teori Pavlov dan Skinner,

Teori Pavlov adalah pengondisian klasik yang menggambarkan proses


pembelajaran melalui asosiasi stimulus dari lingkungan dan bersifat alamiah. Untuk
Menyusun teori ini, Ivan Pavlov menggunakan anjing sebagai bahan eksperimen. Dalam
eksperimennya, Pavlov menempatkan sinyal netral untuk mendapatkan refleks secara
alami.

Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai


melalui pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau
disebut juga penguatan, maka respon tersebut menguat dan jika respon menghasilkan
konsekuensi negatif atau hukuman, maka respon tersebut akan melemah.

3.2 Saran

Demikian yang dapat penulis sampaikan mengenai teori belajar behaviorisme


mulai dari pengertin teori behaviorisme, teori behaviorisme menurut Pavlov, dan teori
behaviorisme menurut Skinner. Kita sebagai calon pendidik hendaknya mampu
memahami tentang teori-teori tersebutara. Penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari pembaca agar dapat memperbaiki dan mencari referensi lain untuk
menunjang kemampuan dan pemahaman tentang belajar behaviorisme.

14
DAFTAR PUSTAKA

Azzahra, Sheila. 2018. Operant Conditioning. Jakarta: Universitas Persada Indonesia

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja Rosdakarya. 2011.


hlm:44- 45

Eliyana. 2016. ”Teori Belajar Operant Conditioning”


https://blog.unnes.ac.id/eliyana99/2016/12/12/teori-belajar-operant-conditioning/
Diakses pada 9 November 2021 pukul 17.03 WIB.

Fahyuni, Eni Fariyatul. 2016. Psikologi Belajar & Mengajar. Sidoarjo: Nizamia Learning
Center.

Haslinda, M. 2019. Classical Conditioning. Jurnal Network Media Vol: 2 No. 1.

Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Cet. X; Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015)

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Guseka, Arya Cyuta, Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavloc (Clasical
Conditioning ) Dalam Pendidikan. Jurnal Falasifa. Vol. 3, No. 1 Maret 2012

Watroh Mursyidi, KAJIAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DAN DESAIN


INSTRUKSIONAL. Al Marhalah | Jurnal Pendidikan Islam P-ISSN 0126-
043XVolume. 3, No. 1 Mei 2019 E-ISSN 27162-400

Anda mungkin juga menyukai