Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI BELAJAR ASOSIANISTIK


DAN APLIKASI PADA PROSES BELAJAR

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah


Pisikologi Belajar

Dosen pengampu:
Ulfa Masfufah, M.A.

Disusun oleh:

1. Dina Kamila (202501006)


2. Aniqotul Farida (202501009)
3. Dimas Supramito (202501109)
4. Moch.Anwar Ma’ruf Al Faruq (202501002)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA TUBAN
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami limpahan rahmat dan hidayah Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurahkan pada junjungan kita nabi Muhammad SAW yang telah menuntun
kita dari zaman gelap gulita ke zaman yang terang benerang.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pisikologi
Belajar yang membahas tentang “Teori Belajar Asosianistik Dan Aplikasi Dalam Belajar”.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan.

Tuban, 27 Februari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar belakang.........................................................................................................................4
B. Rumusan masalah....................................................................................................................5
C. Tujuan makalah.......................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. Teori Belajar Asosianistik.......................................................................................................5
1. Teori belajar asosianistik menurut Ivan Petrovich Pavlov.....................................................5
2. Teori belajar menurut Edwin Ray Guthire.............................................................................7
3. Teori belajar menurut William Kaye Estes............................................................................8
B. Aplikasi teori asosianistik.......................................................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................................................................10
B. Saran.......................................................................................................................................12
Datar Pustaka....................................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dalam KBBI, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih,
berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut para ahli,
mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
berlangsung secara progresif. Jadi, yang dimaksud dengan belajar adalah sebuah usaha untuk
memperoleh ilmu dan merubah tingkah laku untuk menjadi lebih baik lagi, baik itu di peroleh
lewat berlatih, membaca, ataupun pengalaman.

Di dalam belajar ada 3 ruang linkup, yaitu : belajar, proses belajar, dan situasi belajar.
Ketiga elemen ini sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Ciri-ciri belajar antara
lain yaitu :

1.) fungsional,

2.) positif dan aktif,

3.) terarah dan permanen,

4.) tidak hanya dalam satu tingkah laku saja,

5.) pembelajaran.

Perintah belajar ini terdapat di dalam Al-Qur’an surat al-mujadalah :11 yang berbunyi :

ْ ُ‫يَرْ فَ ُع هللاُ الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذ ْينَ أُوْ ت‬........


ٍ ‫واال ِع ْل َم د ََر َجا‬
.......‫ت‬

Artinya :”……..Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang
beriman dan berilmu……”

Selain itu juga terdapat di dalam kitab bukhari muslim yang berbunyi :

َ ‫طَلَبُ ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬


)‫ضةٌ َعلَى ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َو ُم ْسلِ َم ٍة (رواه البخاري و مسلم‬

Artinya : “Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim laki-laki dan muslim
perempuan(HR. Bukhari dan muslim).”

Sedangkan psikologi belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang

4
melibatkan proses kognitif. Psikologi belajar ini, membahas tentang metode-metode belajar
yang sering digunakan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran psikologi ini terdapat
beberapa teori, antara lain : 1.) teori belajar behaviorisme 2.) teori belajar kognitivisme 3.)
teori belajar humanisme 4.) teori belajar gesalt. Diharapkan dengan adanya mata kuliah
psikologi belajar ini, dapat membantu mahasiswa untuk dapat memahami arti dan hakikat
belajar yang seutuhnya, lewat mempelajari beberapa teori yang telah di sebutkan diatas.

B. Rumusan masalah
1. Apa teori belajar asosianistik menurut Ivan Petrovich Pavlov?
2. Apa teori belajar asosianistik menurut Edwin Ray Guthire ?
3. Apa teori belajar asosianistik menurut William Kaye Estes?
4. Bagaimana aplikasi teori asosianistik dalam kegiatan pembelajaran?

C. Tujuan makalah
1. Mengetahui teori belajar asosianistik menurut Ivan Petrovich Pavlov
2. Mengetahui teori belajar asosianistik menurut Edwin Ray Guthire
3. Mengetahui teori belajar asosianistik menurut William Kaye Estes
4. Mengetahui aplikasi teori asosianistik dalam kegiatan pembelajaran

BAB II

PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Asosianistik
1. Teori belajar asosianistik menurut Ivan Petrovich Pavlov
a. Sejarah Teori belajar Ivan Petrovich Pavlov
Dalam pemikirannya Pavlov yang dikutip dalam bul Muhibbin berasumsi bahwa
dengan menggunakan rangsanga rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang diinginkan. Classic conditioning (pengkondis atau persyaratan
klasik) adalah proses yang ditemukan Pzviov melalui percobaannya terhadap anjing,
di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga penolakan reaksi yang diinginkan (Syah, 2006).

5
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang
diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan
manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, manusia yang berbeda
dengan binatang. la mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi Lher
pada seekor anjing. Sehingga terlihat terlihat air liurnya dari Inar. Apabila
diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah tuan liur anjing tersebut. Ini
sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah terlebih dahulu,
terlebih dahulu makanan tersebut. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula.
Apabila perbuatan yang suatu ketika dengan hanya sinar merah saja tanpa makanan
maka air liurpun akan keluar pula. demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan.
Ternyata perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini
akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut.
Peristiwa ini disebut: Refleks Bersyarat atau Comditioned Response.

Pavlov yang dikutip (dalam Syah: 2006) berpendapat, bahwa hal-hal-nya yang
lain pun dapat meningkatkan. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip
tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat
yang timbul tidak disadari manusia (Syah, 2006). Dari eksperimen Pavlov, setelah
pengkondisian atau pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus
alami dapat diatur oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika
lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respons yang dikondisikan.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-
hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari
penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin
suara itu asing, tetapi setelah si penjual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut
bisa menerbitkan air apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada
lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respons yang diinginkan.

6
sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal
dari luar dirinya.

2. Teori belajar menurut Edwin Ray Guthire


a. Sejarah teori belajar Edwin Ray Guthire
Guthrie dilahirkan pada 1886 dan meninggal pada 1959. Dia adalah profesor
psikologi di University of Washington dari 1914 sampai pensiun pada 1956.
Karya dasarnya adalah The Psychology of Learning, yang dipublikasikan pada
1935 dan direvisi pada 1952. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari
gagasannya dan dalam hal ini mirip dengan thorndike dan skinner. .(Khairani,
2013).
Guthrie berpendapat, bahwa contiguity antara S-R (stimulus-respon) ada
dalam proses belajar. Reinforcemen merubah konisi stimulus sehingga
memunculkan respon tertentu yang diharapkan dan mencegah respon lain yang
tidak.(Khairani, 2013). diharapkan
b. Teori belajar Edwin Ray Guthrie
Menurut Guthrie (dalam Khairani, 2013) mengatakan bahwa dalam proses
belajar, yang diasosialisasikan adalah suatu stimulus dengan respon R, tepatnya
adalah stimulus yang mengenai organ tubuh dan syarafnya (sebagai sensasi) dan
kemudian menimbulkan respon tersebut.
Eksperimen yang diadakan oleh Guthrie di Horton (1946) dalam kucing dalam
sangkar. Guthrie mengajukan prinsip-prinsip belajar, yakni :
1) Yang terpenting adalah prinsip persyaratan (conditioning).
2) Prinsip pengendalian persyaratan yakni respon akan dikendalikan jika
respon lain timbul dengan adanya S-R asli.
3) Adanya persyaratan yang ditunda.
4) Hukum asosiasi (The Law Assiciation).
5) Pengembangan (perbaikan) performance atau tindakan merupakan
hasil praktek.

Proses conditioning akan terjadi setelah percobaan pertama. Penguatan


hubungan S-R adalah hasil ulangan (praktek) dan bukan karena peningkatan
Stimulus. Teori belajar condisioning ini kemudian dikembangkan oleh Guthrie

7
(1935-1942). Guthrie berpendapat bahwa tingkah laku manusia dapat diubah,
seperti tinkah laku jelek dapat diubah menjadi baik.(Khairani, 2013).

Dalam situasi tertentu, banyak stimulus yang berasosiasi dengan banyak


respon. Asosiasi tersebut, dapat benar dan dapat juga salah. Ada tiga metode
pengubahan tingkah laku menurut teori ini, yaitu :

a) Metode respon tandingan. Misalnya saja, jika ada anak yang jijik terhadap
boneka, cobalah meletakkan permainan anak yang disukai didekat boneka,
maka lambat laut anak tersebut tidak akan jijik lagi pada boneka.
b) Metode membosankan/meletihkan. Misalnya saja, jika ada anak yang sejak
kecil biasa menghisap rokok, Maka suruhlah ia merokok terus sampai bosan.
Maka setelah ia bosan, ia akan berhenti dengan merokok dengan sendirinya.
c) Metode mengubah lingkungan. Misalnya saja, jika ada anak yang bosan
belajar, cobalah mengubah lingkungan belajarnya seperti di taman atau
tempat yang membuatnya nyaman. Maka ia akan merasa nyaman dan
memungkinkan untuk betah belajar.(Khairani, 2013).

3. Teori belajar menurut William Kaye Estes


A. Sejarah Teori Belajar Estes
Estes, lahir pada 1919, mengawali karier profesionalnya di di Uiversity of
Indiana. Dia pindah ke Stanford University dan kemudian ke Rockefeller
University, dan mengakhiri kariernya di Harvard dimana dia mendapat gelar
profesor amertus. Pada 1997 Estes dianugerahi Medal of Science, yang yang
diberikan oleh National Science Foundation. (Hergenhahn dan Olson, 2008).
B. Teori Belajar William Kaye Estes
Menurut B.R. Hergenhahn dan Mattew H. (2008) Estes mengatakan di
salah satu asumsinya bahwa situasi belajar terdiri dari banyak elemen stimulus
dalam jumlah tertentu. Elemen-elemen ini terdiri dari banyak hal yang dapat
dialami pembelajar pada awal percobaan belajar. Stimuli-stimuli itu bisa
mencakup kejadian eksperimental seperti cahaya, suara berisik, materi verbal
yang disajikan dalam drum memori, palang dalam kotak Skinner, jalur T. Stimuli
itu juga bisa stimuli yang dapat diubah atau stimuli sementara seperti perilaku
eksperimenter, suhu, suara tambahan di dalam dan di luar ruang, dan kondisi di
dalam diri subjek eksperimen seperti keletihan atau sakit kepala.

8
Semua respons yang diberikan dalam situasi eksperimental dapat
digolongkan menjadi dua kategori. Jika responsnya adalah yang dicari oleh
eksperimenter, ia akan dinamakan respon A₁ Jika responsnya adalah bukan yang
dicari oleh eksperimenter, ia adalah respons yang keliru dan diberi label A2. Jadi,
Estes membagi semua respons yang mungkin muncul dalam eksperimen belajar
menjadi dua kelompok: (A1), respons yang dicari eksperimenter respons yang
“benar”atau (A2), yakni semua respons lainnya. Tidak ada gradasi di antara
keduanya: Hewan memberi respons yang dikondisikan atau tidak membuat
respons yang dikondisikan; siswa bisa melafalkan suku kata yang tak bermakna
dengan benar atau salah. (Hergenhahn dan Olson, 2008).

B. Aplikasi teori asosianistik


1) Kerja sama (cooperation).
Suatu usaha bersama antara orang perorangan ataukelompok manusia
untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama dan harus ada
kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari memepunyai manfaat
bagi semua juga harus ada iklim yang menyanangkan dalam pembagian
kerja serta balas jasa yang akan diterima. Dalam perkembangan
selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu diperlikan bagi remaja yang
bekerja sama supaya rencana kerja samanya dapat terlaksana dengan baik.
Kerja sama timbul karena orientasi orang peroranganterhadap
kelompoknya (yaitu in-grupnya) dan kelompok lainnya (yang merupakan
out-grup) kerja sama akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang
menyinggung anggota/perorangan lainnya. Bentuk kerjasamanya :
a) Kerukunan yang mencangkup gotong royong dan tolong menolong
b) Bargaining, yaitu pelaksana perjanjian mengenai pertukaran barang-
barang dan jasa- jasa antara 2 organisasi atau lebih
c) Kooptasi (cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politiik dalam satu organisasi
yang bersangkutan.
d) Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara 2 organisasi atau lebih yang
mempunyai tujuan-tjuan yang sama. Koalisi dapat menghasilkan
setabil untuk sementara waktu karena 2 organisasi atau lebih tersebut
kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama antara satu dengan

9
lainnya. aAkan tetapi, karena maksud utam adalah untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan bersama, maka sifatnya adalah koorperatif.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
a) Teori belajar asosianistik menurut Ivan Petrovich Pavlov
Dalam pemikirannya Pavlov yang dikutip dalam bul Muhibbin berasumsi bahwa
dengan menggunakan rangsanga rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah
sesuai dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan
menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan
dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, manusia yang
berbeda dengan binatang. Dari eksperimen Pavlov, setelah pengkondisian atau
pembiasaan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami dapat diatur

10
oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan. Ketika lonceng dibunyikan
ternyata air liur anjing keluar sebagai respons yang dikondisikan.
b) Teori belajar Edwin Ray Guthrie
Menurut Guthrie (dalam Khairani, 2013) mengatakan bahwa dalam proses belajar,
yang diasosialisasikan adalah suatu stimulus dengan respon R, tepatnya adalah stimulus
yang mengenai organ tubuh dan syarafnya (sebagai sensasi) dan kemudian
menimbulkan respon tersebut. Eksperimen yang diadakan oleh Guthrie di Horton
(1946) dalam kucing dalam sangkar. Guthrie mengajukan prinsip-prinsip belajar,
yakni :
1. Yang terpenting adalah prinsip persyaratan (conditioning).
2. Prinsip pengendalian persyaratan yakni respon akan dikendalikan jika respon lain
timbul dengan adanya S-R asli.
3. Adanya persyaratan yang ditunda.
4. Hukum asosiasi (The Law Assiciation).
5. Pengembangan (perbaikan) performance atau tindakan merupakan hasil
praktek.Dalam situasi tertentu, banyak stimulus yang berasosiasi dengan banyak
respon. Asosiasi tersebut, dapat benar dan dapat juga salah. Ada tiga metode
pengubahan tingkah laku menurut teori ini, yaitu :
a. Metode respon tandingan.
b. Metode membosankan/meletihkan.
c. Metode mengubah lingkungan (Khairani, 2013).
c) Teori Belajar William Kaye Estes
Menurut B.R. Hergenhahn dan Mattew H. (2008) Estes mengatakan di salah
satu asumsinya bahwa situasi belajar terdiri dari banyak elemen stimulus dalam
jumlah tertentu. . Jadi, Estes membagi semua respons yang mungkin muncul
dalam eksperimen belajar menjadi dua kelompok: (A1), respons yang dicari
eksperimenter respons yang “benar”atau (A2), yakni semua respons lainnya.

d) Aplikasi teori asosianistik


1) Kerja sama (cooperation).
Kerja sama timbul karena orientasi orang peroranganterhadap kelompoknya
(yaitu in-grupnya) dan kelompok lainnya (yang merupakan out-grup) kerja sama
akan bertambah kuat jika ada hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan
lainnya.

11
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah wawasan dan kepustakaan
para pembaca. Dan dengan adanya makalah ini keritik dan saran yang bersifat
membangun sangat di harapkan oleh penulis agar menambah manfaat dalam penyusunan
makalah yang selanjutnya.

Datar Pustaka
B.R Hergenhahn dan Mattew H. Olson. (2008). Theories of Learning. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja presindo.


Syah Muhibbin, 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grapindo Persada. Daradjat.

12

Anda mungkin juga menyukai