Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Teori belajar classical conditioning dan dan operant conditioning

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran

KELOMPOK 2

1. Dhiva Munaya Alhasy (0301201032)

2. Muhammad Ikhsan (0301202049)

3. Nurul Huda (0301202035)

4. Putri Pitasari (0301203178)

5. Tasyriansyah Hutauruk (0301201004)

Kelas : PAI-1/Semester 3

Dosen Pengampu :

Nurhayani, M.Si

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGERUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN

T.A.2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan banyak sekali nikmat
diantara nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kelompok II telah menyelesaikan tugas
dengan baik. Shalawat berangkai salam Allah tidak lupa telah menjunjung Nabi Muhammad
Saw., yang telah memberikan syafa’at kepada para umatnya hingga yaumil kelak.

Yang kami hormati Ibu dosen Nurhayani, M.Si. yang telah memberikan tugas kepada kelompok
II sehingga kelompok I dapat menyelesaikan nya dengan baik dan benar, kami dari kelompok II
berterimah kasih kepada dosen yang telah memberikan telah memberikan amanah kepada
kelompok II sehingga kami dapat menyelesaikan dengan baik dan benar walaupun hanya
semampunya saja.

Terimah kasih kepada teman-teman dari kelas PAI-1 yang sudah membaca dan menanggapi
makalah kami apabila makalah kami ini masih banyak kesalahan dalam penulisan atau perkataan
yang tidak paham kepada teman-teman. Kami mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam
makalah kami, kami meminta maaf karena makalah kami pun masih banyak kesalahan.

“Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh”

Medan, 23 September 2021

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….1

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….2

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….……………. 3

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………...………….. 4

1. Kajian Teori …………………………………..……………………...……..………….5

a. Defenisi Teori belajar classical conditioning dan operant conditioning..………...…6

b. Prinsip dalam teori belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning …… 12

c. Aplikasi teori belajar classical conditioning dan operant conditioning ……………..14

2. Analisa Film…………………………………..……………………...……..…………. 16

BAB III PENUTUPAN…………………………………………………………………….20

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..20

B. Saran…………………………………………………………………………………20

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………21
BAB I

PENDAHULUAN

A, Latar Belakang

Di dalam menerapkan metode yang baik untuk suatu proses pembelajaran, maka harus
diperlukan teori yang cocok untuk sebuah model pembelajaran yang mampu diserap dan
diterapkan dalam proses pengajaran disekolah, akan tetapi kita harus melihat metode mana yang
lebih cocok diterapkan di dalam kelas, karena tidak semua teori pembelajaran cocok untuk
diterapkan. Sebelum kita menggunakan suatu metode pembelajaran kita harus melihat situasi dan
kondisi lingkungan sekitar dan meneliti teori apa yang harus digunakan.

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada
awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap
para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya
dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal
dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah
laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F
Skinner dan Gestalt.

Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku
yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penguatan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang
diikuti contoh, baik yang dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.

Proses yang menunjukkan hubungan secara terus-menerus antara respon yang muncul serta
rangsangan yang diberikan dinamakan suatu proses belajar. Dalam teori yang dikemukakan oleh
Skinner, dia berpendapat bahwa operant conditioning ini merupakan suatu situasi belajar, dimana
suatu respon dibuat lebih kuat, akibat dari pemberian reinforcement secara langsung. Dan dalam
pembentukan prilaku ini, Skinner memiliki prosedur-prosedur tertentu. Dan reinforcement yang
diberikan terbagi menjadi 2 macam, yaitu reinforcement positif dan negatif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari Teori belajar classical conditioning dan operant conditioning?

2. Bagaimana Prinsip dalam teori belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning?

3. Bagaiamana Aplikasi teori belajar classical conditioning dan operant conditioning ?

4. Bagaimana Analisa Film yang dikaitkan dengan Teori belajar classical conditioning dan
operant conditioning?

C. Tujuan Penulisan

Untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan dan juga agar mahasiswa/i dapat memahami
pengertian dari Teori belajar classical conditioning dan operant conditioning, Prinsip dalam teori
belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning, dan Aplikasi teori belajar classical
conditioning dan operant conditioning dalam pembelajaran yang mana itu akan menjadi bekal
dan harus kita ketahui sebagai calon guru.
BAB III

PEMBAHASAN

1. Kajian Teori

a. Defenisi Teori Belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning


Belajar merupakan kegiatan yang mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan. Tercapai
atau tidaknya tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar yang telah ditempuh siswa
dalam berbagai jenjang pendidikan. Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.1

Menurut Sardiman belajar dalam pengertian luas dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan
psikofisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar
dimaksudkan sebagai usaha penguasaan meteri ilmu pengetahuan yang merupakan bagian
kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.2

Menurut Skinner dalam buku Educational Psychology (1985) mengemukakan bahwa “The
Teaching Process”. Belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
berlangsung secara progresif.3

W. S. Wrinkel dalam bukunya Psikologi Pengajaran merumuskan bahwa belajar adalah suatu
aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan pengetahuan,
pemahaman, ketrampilan dan nilai-nilai sikap. Belajar adalah mencari informasi atau
pengetahuan baru dari sesuatu yang sudah ada di alam. Belajar akan membawa suatu perubahan
pada individu-individu yang belajar. Perubahan ini bukan hanya berkaitan dengan penambahan
ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak dan penyesuaian diri.4 Dari pengertian terkait belajar dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja dari individu. Dimana kegiatan tersebut
merupakan interaksi yang dilakukan individu.

1Indah Komsiyah, Belajar Dan Pembelajaran (Yokyakarta: Teras, 2012), Hal.2


2 Baharuddin, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Yogjakarta: Arruz Media, 2010), Hal.13
3 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003), Hal.88
4 Ibid, Hal.90
Dalam proses belajar ada yang namanya teori belajar. Teori belajar dapat membantu guru atau
pendidik untuk mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid atau peserta didik.
Namun, ada beberapa guru yang lebih suka mengajar berdasarkan pengalaman saat belajar.
Maksudnya, dalam beberapa kasus, guru sudah menemukan cara jitu untuk mendidik dan
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya tanpa harus mengetahui teori belajar.

Pada dasarnya teori belajar sangatlah banyak, tetapi teori belajar yang sering digunakan oleh
beberapa guru atau pendidik ada empat, yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif,
teori belajar konstruktivistik, dan teori belajar humanistik. Dan dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai teori belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning yang
merupakan bagian dari teori belajar behavioristik.

Classical conditioning adalah proses dimana suatu stimulus/rangsangan yang awalnya tidak


memunculkan respon tertentu, diasosiasikan dengan stimulus kedua yang dapat memunculkan.
Hasilnya, stimulus pertama pun dapat memunculkan respon (Powell, Symbaluk, dan Honey,
2009).5

Tokoh Classical Conditioning adalah Ivan Petrovich Pavlov, seorang ahli psikologi dari Rusia.
Istilah lain teori tersebut ialah Pavlovianisme, yang diambil dari nama pavlov sebagai peletak
dasar teori itu. Teori pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan
hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849- 1936) , seorang ilmuan besar Rusia
yang berhasil memenangkan hadiah Nobel pada tahun 1909. Pada dasarnya classical
conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan
stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973).

Kata classical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk menghargai karya
Pavlov yang dianggap paling dahulu di bidang conditioning (upaya pembiasaan) dan untuk
membedakannya dari teori conditioning lainnya (Gleitman, 1986). Selanjutnya, mungkin karena
fungsinya, teori Pavlov ini juga dapat disebut respondent conditioning (pembiasaan yang
dituntut). Pengkodisian klasik adalah tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk
mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti
melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan
5 Powell, Symbaluk, dan Honey (2009). Introduction to learning and behavior (3rd ed.). Boston, MA: Cengage
Learning.
6
menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan kapasitas yang sama. Prosedur Conditioning
Pavlov disebut Classic karena merupakan penemuan bersejarah dalam bidang psikologi. Secara
kebetulan Conditioning refleks (psychic refleks) ditemukan oleh Pavlov pada waktu ia sedang
mempelajari fungsi perut dan mengukur cairan yang dikeluarkan dari perut ketika anjing
(sebagai binatang percobaannya) sedang makan. Ia mengamati bahwa air liur keluar tidak hanya
pada waktu anjing sedang makan, tetapi juga ketika melihat makanan. Jadi melihat makanan saja
sudah cukup untuk menimbulkan air liur. Gejala semacam ini oleh Pavlov disebut “Psychic”
refleks.7

Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon
terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respon itu, atau suatu proses untuk
mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah tingkah laku. Jadi classical conditioning sebagai
pembentuk tingkah laku melalui proses persyaratan (conditioning process). Dan Pavlov
beranggapan bahwa tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi
lingkungan. Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan eksperimen tentang
berfungsinya kelenjar ludah pada anjing sebagai binatang ujicobanya.

Classical conditioning adalah model pembelajaran yang menggunakan stimulus untuk


membangkitkan rangsangan secara alamiah melalui stimulus lain. Secara sederhana
pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan dimana satu stimulus/
rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan suatu respon,
bahwa prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya seperti dikembangkan oleh Pavlov.
Pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini termasuk pada Teori Behaviorisme,
Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui
pengalaman yang harus diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris,
perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan dapat dilihat secara langsung.8
Sedikitnya ada 5 konsep belajar menurut aliran Behaviorisme.

6 Muhbbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2007), hal.95


7 Titin Nurhidayati, IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV (CLASSICAL CONDITIONING)DALAM
PENDIDIKAN, JURNAL FALASIFAT.Vol. 3, No. 1. Hal.24
8 John W.Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), Hal.267
1. Perilaku orang sebagian besar merupakan hasil dari pengalaman mereka dengan stimulus
stimulus lingkungan.

Banyak tokoh behavioris yang menganut faham empirisme percaya, seseorang lahir bagaikan
“kertas kosong” (atau dalam bahasa latin tabula rasa) tanpa memiliki bakat atau potensi bawaan
untuk berperilaku dengan cara tertentu. Setelah sekian lama lingkungan akan menulis dan
membentuk pada kertas kosong ini secara perlahan dan masing-masing individu akan memiliki
karakteristik yang unik yang berbeda satu dengan yang lain tergantung pada lingkungan tempat
ia tinggal. Karakteristik inilah yang akan membentuk dan memberikan coretan terhadap kertas
putih atau anak yang baru lahir tersebut.9

seseorang yang baru lahir dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang
memberikan warna Pendidikan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS An Nahl; 16: 78.

ٰ ‫ا ۙ َّو َج َع َل لَـ ُك ُم السَّمۡ َع َوااۡل َ ۡب‬Xgًٔ‫َوهّٰللا ُ اَ ۡخ َر َج ُكمۡ ِّم ۢۡن بُطُ ۡو ِن اُ َّم ٰهتِ ُكمۡ اَل ت َۡعلَ ُم ۡونَ َش ۡيــٔـ‬
َ‫ َد ‌ةَ ۙ لَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكر ُۡون‬XYِٕ‫ص َر َوااۡل َ ۡفٕـ‬

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. 10

Perilaku, karakteristik dan watak seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai lingkungan seperti
lingkungan orang-orang terdekat, teman sebaya serta orang tua. Namun yang paling banyak
mempengaruhi yakni lingkungan orang tua karena waktu yang paling banyak dihabiskan oleh
siswa yaitu bersama orang tua sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.

‫رانه‬XX‫ه أو یناص‬XX‫عن أبى ھریرة رضى هللا عنه یقول أن النبي صلى هللا علیه وسلم یقول كل مولود یولد على الفطرة فأبواه یھودان‬
( ‫أو یمجسانه)رواه البخاري‬

Artinya : Dari abi hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, tiap-tiap anak dilahirkan dalam keadaan
fitrah maka ibu bapaknyalah yang menjadikan anak itu beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi,
(H.R. Muslim)11

9 Sofwan Iskandar, Penuntun Belajar Akidah Akhlak, (Depok: Arya Duta, 2008), hal. 1
10 Hasbi Ashiddiqi, dkk Al Quran dan Terjemahan, (Cet IV; Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Quran,
2011), h. 275.
11 Al Bayan, Shahih Bukhari Muslim, (Bandung: Jabal, 2008)
Sebagai guru haruslah ingat dampak signifikan dari lingkungan masa lalu dan masa kini siswa
terhadap perilaku mereka untuk itu dapat menggunakan prinsip dasar ini dengan mengubah
lingkungan kelas, seorang guru juga dapat mengubah perilaku siswa.

2. Belajar dapat digambarkan dalam kerangka asosiasi di antara peristiwaperistiwa yang dapat
diamati.

Teori ini memandang pikiran bagaikan sebuah “kotak hitam” dalam arti bahwa respon terhadap
pengaruh lingkungan dapat diukur secara kuantitatif, serta mengabaikan kemungkinan proses
pemikiran yang terjadi dalam pikiran secara total. Maka fenomena yang terjadi dalam diri
seseorang seperti pikiran keyakinan, perasaan dan sebagainya tidak dapat diamati dan karenanya
tidak dapat dipelajari secara ilmiah. Seharusnya pemeriksaan psikologis hanya berfokus pada
hal-hal yang dapat diamati dan dipelajari secara objektif.

3. Belajar melibatkan perubahan perilaku.

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses mental yang terjadi
dalam diri seseorang. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan
lingkungan yang disengaja. Belajar dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari pengalaman dan latihan. Makanya ketika seseorang belajar dia mengalami perubahan
mental yang dimana mereka yang awalnya tidak tahu menjadi tahu itu disebatkan karena adanya
interaksi, pengalaman dan latihan.

4. Belajar cenderung terjadi ketika stimulus dan respon muncul dalam waktu yang berdekatan.

Supaya hubungan stimulus-respons berkembang, kejadian-kejadian tertentu harus terjadi


bersamaan dengan kejadian-kejadian yang lain. Ketika dua kejadian muncul pada waktu yang
kurang lebih bersamaan, dapat kita katakan ada kontiguitas di antara kejadian-kejadian tersebut.
Kejadiankejadian yang dimaksud dalam point ini adalah kejadian dimana adanya rangsangan
baik dari luar maupun dari dalam diri seorang manusia yang membuat manusia itu tiba - tiba
respon terhadap rangsangan tersebut sehingga dari respon itu membuat manusia itu belajar.

5. Banyak spesies hewan, termasuk manusia, belajar dengan cara-cara yang sama.
Behavioris terkenal dengan eksperimen mereka terhadap hewanhewan seperti tikus dan merpati.
Mereka berasumsi bahwa banyak spesies memiliki proses pembelajaran yang sama. Oleh karena
itu, mereka menerapakan prinsip-prinsip belajar yang diperoleh setelah mengamati suatu spesies
pada suatu pemahaman mengenai bagaimana spesies-spesies lain (termasuk manusia) belajar.
Kutipan berikut ini menunjukan behavioris berpandangan bahwa semua mamalia belajar dengan
cara yang sama.12

Operant Conditioning Secara terminologi operant conditioning terdiri dari dua kata yaitu
operant dan conditioning, dalam kamus psikologi yang dimaksud dengan operant adalah respon
yang bersifat intsrumental dalam menimbulkan akibat akibat tertentu, seperti hadiah, makanan
atau suatu kejutan. Respon tersebut beroperasi kedalam lingkungan, sementara conditioning
mempunyai arti mempelajari respon tersebut. Sementara menurut Reber dalam Muhibbin Syah
operant mempunyai pengertian sebagai suatu respon yang timbul yang memberikan efek yang
sama terhadap lingkungan di sekitar. sementara conditioning adalah kemampuan individu untuk
merespon suatu rangsanagan kemudian mampu dipindahkan pada rangsangan lainya.
secara menyeluruh pengertian operant conditioning dikemukakan oleh Margareth E dan Bell
Gredler sebagai proses yang dilakukan untuk mengubah perilaku suatu individu melalui
penguatan (reinforcement) atas respon yang diberikan oleh subjek atas kehadiran sttimulus yang
cocok.13
Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan
keinginan.

Dapat ditarik suatu kesimpulan dari beberapa pengertian diatas bahwa operant conditioning ialah
penciptaan suatu kondisi yang bertujuan untuk mengubah perilaku subjek hasil dari suatu respon
positif dengan cara memberikan penguatan (reinforcement) atas respon yang diberikan oleh
subjek.

Pengertian operant conditioning menurut skinner adalah pengkondisian dimana manusia


menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah ujaran atau aktifitas – aktifitas yang beroperasi
atas dasar lingkungan), operan tersebut dipelajari melalui penguatan. Teori Skinner ini
12 B.R. Hergenhahn, Teori Belajar, Ter. dari Theories of Learning, oleh Tri Wibowo B.S. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2010), hal. 63
13 Muhammad Asrori, Psikologi Pembelajaran (Bandung: Wacana Prima, 2007),hal.39.
menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai melalui pembelajaran. Jika
respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga penguatan, maka respon
tersebut menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatif atau hukuman, maka respon
tersebut akan melemah. Melalui eksperimennya tersebut, Skinner menemukan bahwa perolehan
pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan kebiasaaan semata atau hal
yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan secara terus-menerus dan
bertubi-tubi.14

Dalam kamus psikologi disebut bahwa Operant ialah setiap respon yang bersifat instrumental
dalam menimbulkan akibat-akibat tertentu, seperti hadiah makanan atau satu kejutan listrik.
Respon tersebut beroperasi ke dalam lingkungan, sementara Conditioning menpunyai arti
mempelajari respon tertentu.15 Di bawah ini merupakan beberapa definisi dari Operant
Conditioning:
1.      Suatu tipe (instrumental) conditioning yang melibatkan modifikasi operant respon melalui
pemberian hadiah. Dengan cara tertentu, suatu respon yang dipancarkan oleh organisme terjadi
diperkuat sesuai dengan urutan waktunya, dan perubahan – perubahan yang ditimbulkannya
dipelajari sebagai alat penguat respon yang biasa digunakan.
2.      Suatu tipe belajar dengan mempelajari konsekuensi atau akibat dari tingkah laku kita di dalam
lingkungan, perilaku-perilaku mana saja yang mendorong kita untuk menghindari akibat-akibat
penguatan negatif “tidak menyenangkan”.
3.      Suatu tipe pengkondisian instrumental yang mencakup memodifikasi / perubahan dari suatu
operant, suatu operant yang dipancarkan oleh suatu organisme kemudian diperkuat dengan cara-
cara tertentu sesuai jadwal tertantu dengan menghasilkan perubahan dalam kecepatan
kejadianya.
Dapat disimpulkan bahwa Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu
proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan
perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Teori ini
diteliti Pavlov dan dikembangkan Skinner. Skinner berpendapat setiap suatu tindakan yang telah
dibuat ada konsekuensinya, penghargaan untuk tindakan yang benar, hukuman untuk yang salah.

14 Walker, Conditioning dan Proses Belajar Instrumental (Jakarta: UI, 1973), hal.25.
15 Suyono & Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), hal. 63
Tindakan yang ingin mendapat penghargaan akan menjadi suatu kebiasaan, dan secara tidak
disadari kebiasaan lama akan hilang.
b. Prinsip dalam teori belajar Classical Conditioning dan Operant Conditioning
Secara sederhana pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan
dimana satu stimulus/ rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam
mengembangkan suatu respon, bahwa prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya
seperti dikembangkan oleh Pavlov. Kata clasical yang mengawali nama teori ini semata-mata
dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu dibidang conditioning
(upaya pengkondisian) dan untuk membedakannya dari teori conditioning lainnya.
Berikut Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Paplov, Prinsip-prinsip belajar
menurut Classical Conditioning dapat diringkaskan sebagai berikut: 16
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/mempertautkan antara
perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan aktivitas
otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena
itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi hubungan.
Dengan adanya hubungan, maka CS akan mengaktifkan pusaat CS di otak dan selanjutnya akan
mengaktifkan US. Dan akhirnya organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara
wajar dihubungkan dengan US.
5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi. Setiap peristiwa di
lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua hal tersebut, yang pola tersebut oleh Pavlov
disebut Cortical Mosaic. Dan pola ini akan mempengaruhi respons organisme terhadap
lingkungan. Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa tingkah laku manusia lebih
komplek dari binatang, karena manusia mempunyai bahasa dan hal ini akan mempengaruhi
tingkah laku manusia.

16 Titin Nurhidayati, IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV (CLASSICAL CONDITIONING )
DALAM PENDIDIKAN, JURNAL FALASIFAT.Vol. 3, No. 1. Hal.35
Prinsip-Prinsip Operant Conditioning
a) Penguatan (reinforcement)
Penguatan adalah proses belajar untuk meningkatkan kemungkinan dari sebuah perilaku dengan
memberikan atau menghilangkan rangsangan. Prinsip penguatan dibagi menjadi dua, yaitu
penguatan positif dan penguatan negative.

 Positive Reinforcement (Penguatan Positif)


Penguatan positif (positive reinforcement) adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk
memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi
meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung. Sebagai contoh, seorang anak yang
pada dasarnya memiliki sifat pemalu diminta oleh guru maju ke depan kelas untuk menceritakan
sebuah gambar yang dibuat oleh anak itu sendiri. Setelah anak tersebut membacakan cerita, guru
memberikan pujian kepada anak tersebut dan teman-teman sekelasnya bertepuk tangan. Ketika
hal tersebut berlangsung berulang-ulang, maka pada akhirnya anak tersebut menjadi lebih berani
untuk maju ke depan kelas, bahkan kemungkinan sifat pemalunya akan hilang. Rangsangan yang
diberikan untuk penguatan positif dapat berupa hal-hal dasar seperti, makanan, minuman, sex,
dan kenyamanan pisikal. Selain itu, beberapa hal-hal lain seperti uang, persahabatan, cinta,
pujian, penghargaan, perhatian, dan kesuksesan karir juga dapat digunakan sebagai rangsangan
penguatan positif.
 Negative Reinforcement (Penguatan Negatif)
Negative Reinforcement adalah peningkatan frekwensi suatu perilaku positif karena hilangnya
rangsangan yang merugikan (tidak menyenangkan). Sebagai contoh, seorang ibu yang memarahi
anaknya setiap pagi karena tidak membersihkan tempat tidur, tetapi suatu pagi si anak tersebut
membersihkan tempat tidurnya tanpa di suruh dan si ibu tidak memarahinya, pada akhirnya si
anak akan semakin rajin membersihkan tempat tidurnya diringi dengan berkurangnya frekwensi
sikap kemarahan dari ibunya. Perbedaan mutlak penguatan negatif dengan penguatan positif
terletak pada penghilangan dan penambahan stimulus yang sama-sama bertujuan untuk
meningkatkan suatu perilaku yang baik.17

b) Hukuman (Punishment)

17 Haslinda, CLASSICAL CONDITIONING, Jurnal Network Media Vol: 2 No. 1 (Universitas


Dhamawangsa,2019),hal.92
Hukuman (punishment) adalah sebuah konsekuensi untuk mengurangi atau menghilangkan
kemungkian sebuah perilaku akan muncul. Sebagai contoh, seorang anak bermain-main
pedangpedangan menggunakan pisau, kemudian kulit jari tanganya terpotong ketika pisau
tersebut salah diarahkan. Pada akhirnya anak tersebut akan sedikit kemungkinannya bermain-
main menggunakan pisau.

Dalam hukuman juga terdapat pembagian antara positif dan negatif. Hukuman positif (positive
punishment) dimana sebuah perilaku berkurang ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak
menyenangkan, misalnya ketika seseorang anak mendapat nilai buruk di sekolah maka
orangtuanya akan memarahinya hasilnya anak tersebut akan belajar lebih giat untuk menghindari
omelan orangtuanya (akan kecil kemungkinannya anak tersebut akan mendapatkan nilai jelek).
Hukuman negatif (negative punishment), sebuah perilaku akan berkurang ketika sebuah
rangsangan positif atau menyenagkan diambil. Sebagai contoh, seorang anak mendapat nilai
jelek akibat terlalu sering bermain-main dengan temannya dan malas belajar, kemudian anak
tersebut dihukum oleh orangtuanya untuk tidak boleh bermain dengan teman-temannya selama
sebulan, akhirnya anak tersebut tidak akan terlalu sering bermain-main dengan temannya atau
lebih mengutamakan pelajarannya.18

c. Aplikasi teori belajar classical conditioning dan operant conditioning

Penerapan Teori Classical Conditioning

Seperti yang telah kita ketahui, apa yang telah dilakukan Paplov bukanlah untuk
mengembangkan teori belajar. Setelah banyak orang mengakui teori Paplov bermanfaat di dunia
psiokologi, banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan
atau memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar
khususnya. Menyadari latar belakang di atas, kita sebagai pendidik harus menempatkan teori
Paplov secara tepat. Sebaiknya, kita menggunakan teori conditioning sebagai referensi belajar
secara fleksibel karena eksperimen Paplov adalah perilaku binatang. Padahal, subyek belajar
adalah manusia. Ada perbedaan hakiki pikiran dan perasaan yang tertentu berbeda dengan
binatang.

18 Ibid, hal.94
Oleh karena itu, teori responden hanya digunakan untuk menjelaskan proses belajar secara
umum, yaitu pengaruh kondisi tertentu terhadap sikap, perasaan dan pikiran subjek didik dalam
belajar. Namun, kita tetap memperhitungkan pengecualian-pengecualian, sebagaimana dalam
menggunakan generalitas, tidak menegasi partikularitas dengan sendirinya. Demikianlah
menurut teori conditioning belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan rekasi (respon). Untuk menjadikan
seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam
belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang kontinu. Yang diutamakan
dalam teori ini ialah belajar yang terjadi secara otomatis. Segala tingkah laku manusia tidak lain
adalah hasil daripada latihan-latihan atau kebiasaan kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat
tertentu yang dialaminya dalam kehidupannya

Teori classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara
mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Dengan adanya stimulus berupa
hadiah (reward) yang diberikan kepada peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar
siswa, sehingga siswa lebih tertarik pada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak
acuh , tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta
mengendalikan perhatianya terutama pada guru, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya
kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungan. 19

Contohnya jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari yaitu pada awal tatap muka antara
guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah
dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan
sikap yang ditunjukkan gurunya.
Penerapan Teori Operant Conditioning
Setiap teori belajar mempunyai implikasi bagi pengajaran. Bagi guru teori dapat memperjelas
fungsinya bagi anak dalam belajar. B.F. Skinner mengakui bahwa penerapan dari teori operant
adalah terbatas, tetapi ia meyakini bahwa ada implikasi praktis bagi pendidikan. Ia
mengemukakan bahwa kontrol yang positif atau menyenangkan mengandung sikap yang
menguntungkan terhadap pendidikan, dan akan lebih efektif bila digunakan. Selain kesegeraan
reinforcement, hal yang akan diberikan reinforcement juga perlu diperhatikan di dalam

19 Ibid, hal.91
mengajar. Bila guru membimbing siswa menuju pencapaian tujuan dengan menggunakan
reinforcement pada langkah-langkah menuju keberhasilan, guru menggunakan teknik
pembentukan.
Pendidik hendaknya melakukan pencatatan dari kemajuan siswa, sehingga dapat dilakukan
perubahan program yang diperlukan siswa. Pendidik perlu mengetahui dan menentukan tugas
mana yang akan dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakan, dan hasil apa yang diharapkan.
Menurut Skinner mengajar adalah mengatur kesatuan penguat untuk mempercepat proses
belajar. Dengan demikian tugas guru harus menjadi arsitek dalam membentuk tingkah laku siswa
dengan penguatan, sehingga dapat membentuk respons yang tepat dikalangan siswa.
Sebagai contoh jika seorang guru ingin membentuk siswanya setiap hari berangkat kesekolah
tepat waktu, maka sebagai penguatan guru tersebut bisa memberikan reward dengan segera pada
siswa yang paling awal berangkat kesekolah dan memberi hukuman pada siswa yang terlambat
datang kesekolah. Namun guru hendaknya member hukuman yang positif kepada siswanya.
Penguatan itu dilakukan secara konsisten hingga siswa terbiasa dengan tingkah laku tersebut.20

2. Analisa Film
Sekilas tentang Film The King’s Speech

Link video : https://t.me/TheKingsSpeechSubIndo/7

The King’s Speech berkisah tentang Raja George VI, Albert (ayah dari ratu Elizabeth II). Bertie
(panggilan sayang Albert di kalangan keluarga), sepanjang hidupnya tak pernah berpidato di
depan umum, Trauma masa kecil membuatnya gagap dalam berbicara. Tapi usai kematian sang
ayah, Raja George V ,dan skandal pernikahan saudaranya Edward dengan seorang wanita yang
sudah bersuami, ia dianugrahi gelar Raja George VI dari Inggris. Demi menyembuhkan penyakit
gagap Bertie sekaligus menjadikan dia sebagai sosok pemimpin Inggris, istrinya, Elizabeth
segera menghubungi ahli terapi bicara yang bernama Lionel Logue .

Setelah awal yang sulit dan penuh ketegangan, Bertie akhirnya bisa beradaptasi dengan cara
kerja Lionel. Bahkan ahli terapi dengan metode unik itu mampu membuat Bertie yang biasanya
pemalu menjadi lebih berani. Salah satu contoh metodenya menggunakan musik. Bertie
mendengarkan musik yang keras di telinga kemudian dia membaca sebuah teks. Musik tersebut

20 Nana Sudjana, Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, (Jakarta: LPM Fakultas Ekonomi UI, 2000), hal. 93
mengalihkan rasa takutnya sehingga dapat berbicara secara lancer tanpa diasadari. Setelah terapi
itu dilakukan berulang ulang akhirnya Bertie dapat berbicara secara lancar tanpa menggunakan
musik (earphone). Terapi yang lain ialah pengucapan kata-kata sulit dengan berulang-ulang.
Dengan dukungan dari Keluarga, Lionel dan pemerintahan Inggris. Bertie berhasil membawakan
pidatonya di radio dengan lancer dan sukses, yang akhirnya menginspirasi rakyat Inggris untuk
siap bertempur dalam perang.

Analisa Film The King’s Speech yang dikaitkan Teori Classical Conditioning dan Operant
Conditioning

A. Pengkondisian Klasik (Classical Conditioning) oleh Ivan Pavlov.

Merupakan Kemampuan merespon stimulus baru berdasarkan pengalaman yang diperoleh secara
berulang – ulang. Contoh Kasus dalam film The King Speech “Bertie yang gagap sulit berbicara
di depan publik. Lionel Logue sebagai dokternya memberikan terapi bagaimana mengatasi rasa
takut bicara di depan umum dengan mendengarkan musik yang keras di telinga dan secara
bersamaan ia membaca sebuah teks. Tanpa dia sadari, ia mampu berbicara dengan lancar karena
suara musik tersebut mengalihkan rasa takutnya. Kemudian setelah terapi dilakukan berulang-
ulang akhirnya Bertie dapat berbicara secara lancer tanpa menggunakan alat dengar musik
(earphone)”.Kasus yang terjadi pada Bertie bisa dihubungkan dengan teori oleh Ivan Pavlov.

Konsep dari Ivan Pavlov tentang generalisasi, deskriminasi, dan penghilangan (extinction).
Proses generalisasi yaitu ketika Bertie berbicara lancar dengan merespon musik. Setelah ia
mendengar musik yang keras dan lemah, ia juga akan berbicara lancar. Deskriminasi yaitu Bertie
belajar untuk memberikan respon yang berbeda terhadap stimulus yang sama dengan
meyakinkan bahwa berbicara selalu diikuti oleh musik di telinga. Proses penghilangan terjadi
ketika (Berbicara) dilakukan berulangkali dan tidak diikuti oleh (musik), sehingga berbicarapun
menjadi lancar.

B. Pengkondisian Operan (Operant Conditioning) oleh Thorndike dan B.F. Skinner

Proses pembelajaran dimana seseorang secara sadar terlibat dan aktif bertindak pada
lingkungannya dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dari Film The King’s Speech ini
dihubungkan dengan teori Thorndike. Menurut Thorndike Kekuatan S-R dipengaruhi :
1. Law of Readiness : kesiapan Bertie dalam menerima terapi.

2. Law of Exercise : terapi yang dilakukan Bertie secara berulang-ulang akan membuat dia
berbicara dengan lancar.

3. Law of Effect : keberhasilan terapi yang dilakukan oleh Lionel pada Bertie.

Dari Film The King’s Speech ini dihubungkan dengan teori B.F. Skinner

 Positive Reinforcement.

Bertie melakukan terapi dengan terapis yang cocok dari segi bergaul dengannya yang kemudian
menjadi sahabatnya dan ia dapat mengurangi gagapnya.

 Negative Reinforcement.

Lionel melakukan kesalahan yang mengakibatkan Bertie tersinggung sehingga dia sempat tidak
mau melanjutkan terapinya. Kemudian Bertie dan Lionel baikan dengan menyingkirkan ego dan
melanjutkan terapi.

 Positive Punishment.

Bertie yang mulanya tidak dapat berbicara di depan publik, dia dinobatkan menjadi raja, padahal
sebenarnya tidak ingin menjadi Raja, dan mau tidak mau ia harus dapat mengatasi
kegagapannya, sehingga akhirnya dapat mengatasi kesulitannya berbicara di depan publik.

 Negative Punishment.

Saat Lionel melarang Bertie untuk merokok, padahal Bertie sangat ketergantungan dengan rokok
untuk menghangatkan tubuh dan menenangkan dirinya, akhirnya Bertie mulai bisa menghadapi
ketakutannya tanpa harus sangat ketergantungan pada rokok.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa Classical conditioning adalah model pembelajaran yang
menggunakan stimulus untuk membangkitkan rangsangan secara alamiah melalui stimulus lain.
Secara sederhana pengkondisian klasik merujuk pada sejumlah prosedur pelatihan dimana satu
stimulus/ rangsangan muncul untuk menggantikan stimulus lainnya dalam mengembangkan
suatu respon, bahwa prosedur ini disebut klasik karena prioritas historisnya seperti
dikembangkan oleh Pavlov. Pembiasaan klasikal (classical conditioning) ini termasuk pada Teori
Behaviorisme, Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus
dijelaskan melalui pengalaman yang harus diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum
behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan dapat dilihat secara langsung.

Sedangkan Operant Conditioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses


penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan. Teori ini diteliti
Pavlov dan dikembangkan Skinner. Skinner berpendapat setiap suatu tindakan yang telah dibuat
ada konsekuensinya, penghargaan untuk tindakan yang benar, hukuman untuk yang salah.
Tindakan yang ingin mendapat penghargaan akan menjadi suatu kebiasaan, dan secara tidak
disadari kebiasaan lama akan hilang.

B. Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap dengan mengetahui defenisi Teori belajar
Classical conditioning dan Operant Conditioning  agar para pembaca dapat memahami apa saja
yang dimaksudkan dengan Teori belajar Classical conditioning dan Operant Conditioning dan
bagaimana penerapan teori tersebut. Demikian yang dapat kami paparkan, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahan dalam makalah ini, dikarenakan keterbatasan ilmu yang kami
miliki. Di sini kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah selanjutnya
sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin.2010. Teori Belajar Dan Pembelajaran (Arruz Media : Yogjakarta)

Komsiyah, Indah. 2012. Belajar Dan Pembelajaran, (Teras : Yokyakarta)


W.Santrock, John. 2008. Psikologi Pendidikan, (Kencana:Jakarta)

Iskandar. 2008. Penuntun Belajar Akidah Akhlak, (Arya Duta: Depok)

Ashiddiqi, Hasbi, dkk. 2011. Al Quran dan Terjemahan, (Yayasan Penyelenggara Penterjemah
Al Quran : Jakarta)

Al Bayan. 2008. Shahih Bukhari Muslim, (Bandung: Jabal)

Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta )

Asrori, Muhammad. 2007. Psikologi Pembelajaran (Wacana Prima : Bandung)

B.R. Hergenhahn. 2010. Teori Belajar, Ter. dari Theories of Learning, oleh Tri Wibowo B.S.
(Kencana Prenada Media Group : Jakarta)

Sudjana, Nana. 2000. Teori-teori Belajar untuk Pengajaran, (LPM Fakultas Ekonomi UI: Jakarta)

https://itp.psikologi.ui.ac.id/2017/07/03/classical-conditioning-by-ivan-pavlov/ diakses pada


tanggal, 23 september 2021 sumber : Powell, Symbaluk, dan Honey (2009). Introduction to
learning and behavior (3rd ed.). Boston, MA: Cengage Learning.

Nurhidayati, Titin. 2012. IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR IVAN PETROVICH PAVLOV


(CLASSICAL CONDITIONING ) DALAM PENDIDIKAN, JURNAL FALASIFA. Vol. 3, No.
1.

Haslinda. 2019. CLASSICAL CONDITIONING, Jurnal Network Media Vol: 2 No. 1


(Universitas Dhamawangsa)

Anda mungkin juga menyukai