Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK SKINNER


DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah :Psikologi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Dr.M.Saekhan Muchit, S.Ag, M.Pd

Disusun oleh:
Lia Fatikhatul Malikha 2103036125

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

WALISONGO SEMARANG 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.atas rahmat dan Hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Implementasi Teori Belajar
Behavioristik Skinner dalam Dunia Pendidikan” dengan tepat waktu.

Makalah Psikologi Pendidikan Islam Dalam Pengelolaan Lembaga Pendidikan Islam Ini
disusun guna memenuhi tugas Bapak M.Saekan Muchith, S.Ag.M.Pd pada mata kuliah
Psikologi Pendididkan Islam Di UIN Walisongo Semarang. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Implemetasi Teori Belajar
Behavioristik Skinner dalam Dunia Pendidikan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak M.Saekan Muchith,S.Ag.


M.Pd selaku pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan Islam. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang membantu proses penyusunan makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang,
Penulis

(Lia Fatikhatul Malikha)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

BAB I .................................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1.1.Latar Belakang .............................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 5


1.3.Tujuan ........................................................................................................................... 5

BAB II ................................................................................................................................ 6

DISKRIPSI TEORI .......................................................................................................... 6

2.1. pengertian teori belajar behavirisme............................................................................ 6

2.2. Tokoh pencipta teori belajar hehaviorisme


............................................................................................................................................ 7

2.3.Proses munculnya teori belajar behaviorisme skinner ................................................7

2.4.Biografi B.F. SKINNER ............................................................................................9

BAB III .............................................................................................................................. 11

3.1. Manfaat Teori Belajar Behaviorisme Skinner dalam Lembaga Pendidikan…………11


3.2. Penerapan Teori Belajar Behaviorisme Skinner dalam Madrasah Ibtidaiyyah............11

BAB IV...............................................................................................................................12

4.1.kesimpulan...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Pembelajaran tidak terlepas dari proses kegiatan belajar serta pendidikan. Lewat belajar
manusia sanggup dengan mudah menguasai serta menyesuaikan diri dengan area sekitarnya.
Belajar pula jadi bentuk dari usaha yang dicoba siswa supaya menggapai perubahan yang lebih
baik, mulai dari proses kenaikan mutu serta kuantitas pada individu tiap- tiap siswa guna
tingkatkan pengetahuan, kecakapan serta energi pikir.
Dalam pembelajaran telah ditemukan berbagai tokoh dan teori serta aliran-aliran
didalamya mulai dari behavioristik, teori kognitif, konstruktivistik dan teori humanistik.
Namun makalah ini, akan lebih memfokuskan pada teori belajar menurut BF.Skinner yang
merupakan salah satu tokoh behaviorisme.
Teori behavioristik memandang kalau belajar merupakan mengganti tingkah laku siswa
dari tidak dapat jadi dapat, dari tidak paham jadi paham, serta tugas guru merupakan
mengendalikan stimulus serta area belajar supaya pergantian mendekati tujuan yang di idamkan,
serta guru pemberi hadiah siswa yang sudah sanggup memperlihatkan pergantian bermakna
sebaliknya penguatan negative diberikan kepada siswa yang tidak sanggup memperlihatkan
pergantian arti.
Teori belajar behaviorisme ini sudah lama dianut oleh para guru serta pendidik, tetapi
dari seluruh pendukuung teori ini, teori Skinnerlah yang sangat besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan teori belajar behaviorisme. Program- program pendidikan semacam teaching
machine, pendidikan berprogram, materi serta program- program pendidikan lain yang berpijak
pada konsep ikatan stimulus- respons dan mementingkan faktor- faktor penguat ialah program-
program pendidikan yang mempraktikkan teori belajar yang dikemukakan oleh skinner.
Oleh karena itu, ruang lingkup yang akan dibahas dalam makalah ini adalah pengertian
teori belajar behaviorisme,teori belajar behaviorisme menurut skinner, manfaat teori belajar
behaviorisme skinner dalam lembaga pendidikan, dan aplikasnya dalam lembaga pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar bahaviorisme skinner
2. Apa saja manfaat teori belajar behaviorisme skinner dalam lembaga pendidikan
3. Bagaimana penerapan teori belajar behaviorisme skinner dalam lembaga pendidikan

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian teori belajar behaviorisme skinner


2. Mengetahui manfaat teori belajar behaviorisme skinner dalam lembaga
pendidikan
3. Mengetahui penerapan teori belajar behaviorisme skinner dalam lembaga
pendidikan
BAB II

DISKRIPSI TEORI

2.1. Pengertian Teori Belajar Behaviorisme


Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang
ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak
sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme).
Behavioris menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis.
Awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan
teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan
kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain
seperti Edward Thorndike dan B.F Skinner.1
Menurut teori behaviorisme, belajar ialah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
terdapatnya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar ialah wujud
perubahan yang dirasakan siswa dalam perihal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
metode yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan reaksi atau respon. Seseorang
dikatakan sudah belajar apanila telah timbul perubahan tingkang laku.2
Menurut teori ini yang terdapat dua hal stimulus sebagai input dan respon sebagai
output. Dalam pemikiran teori ini tingkah laku dalam belajar berjalan apabila terdapat
stimulus serta respons. Stimulus bisa berbentuk perlakuan yang diberikan kepada siswa,
sebaliknya respons berbentuk tingkah laku yang terjalin pada siswa. Oleh sebab itu, apa saja
yang diberikan guru( stimulus), serta apa saja yangdihasilkan siswa( respons), seluruhnya
wajib bisa diamati serta diukur.
Terdapat faktor lain yang mempengaruhi aliran behavior yakni faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah suatu bentuk stimulus yang penting diberikan atau dikurangi
untuk memungkinkan terjadinya respon.bisa saja pengurangan atau penambahan stimulus tapi
tetap ada respon namun dalam bentuk yang berbeda. Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas
oleh guru, ketika tugasnya ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka
penambahan tugas tersebut merupakan penguat positif (positive reinforcement) dalam brlajar.
Bila tugas-tugas dikurangi dan pengurangan itu justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka
pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar.3

1
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo,hlm:7
2
Budiningsih, C. Asri,( 2005). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta hlm:10
3
Mahmudi,muhammad (2016).” Penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran bahasa arab (kajian terhadap pemikiran bf. Skinner)”jurnal
penelitian keislaman vol. 1.no.1 hlm.2
2.2. Tokoh Pencipta Teori Belajar Behaviorisme
Dalam teori belajar behaviorisme terdapat beberapa tokoh pencipta antara lain.
Menurut Herpratiwi (2016), tokoh pencipta teori belajar behaviorisme antara lain4 :
1. B.F.Skinner
Skinner merupakan tokoh teori behaviorisme yang paling banyak dianut sampai saat ini
dan paling berpengaruh. Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian
tingkah laku secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu prilaku, pada saat
orang belajar, dan responnya menjadi lebih baik.menurutnya hubungan antara stimulus dan
respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya akan menimbulkan perubahan
tingkah laku.5
2. Ivan Pavlov
Menurut Ivan Pavlov,belajar adalah pengkondisian klasik atau classical conditioning.
Pavlov mengungkapkan bahwa kita bisa menghasilkan suatu respons dengan mengombinasikan
dua stimulus yaknistimulus alami dan stimulus buatan.6
3. Edwar Lee Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu
apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal
lain yang dapat di tangkap melalui alat indera.Sedangkan respon yaitu reaksi yang di munculkan
siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan.Dari definisi
belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu
dapat berwujud kongkrit yaitu yang dapat di amati, atau tidak kongkrit yaitu yang tidak dapat di
amati.7

4. Jhon B Watson
Menurut Watson, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang di maksud harus berbentuk tingkah laku yang dapat di amati
(observabel) dan dapat di ukur.Dengan kata lain, walaupun ia mengakui adanya
perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun ia
menganggap hal-hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu di perhitungkan.8
5. Albert Bandura
Menurut Bandura, belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu pengetahuan
atau informasi, memaknai suatu model yang ditiru, kemudian mengolah secara kognitif dan
menentukan tindakan sesuai tujuan yang dikehendaki.9

2.3. Proses Munculnya Teori Belajar Behaviorisme Skinner


Burrhus Frederic Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati
dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang.
Oleh karena itu, para pendahulunya dikatakan sebagai pengguna kondisi klasikal.
B.F. Skinner melakukan eksperimen terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung
merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.

4
Herpratiwi, Teori belajar dan pembelajaran,(Yogyakarta:media akademi 2016).hlm.2
5
Herpratiwi,hlm:6
6
Herpratiwi,hlm:3
7
Herpratiwi,hlm:4
8
Herpratiwi,hlm:2
9
Herpratiwi,hlm:7
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut
akan menurun bahkan musnah. 10
Skinner membedakan adanya dua macam respon, yaitu responding conditioning dan
operant conditioning.
Respondent conditioning (respondent response) adalah respon yang diperoleh dari
beberapa stimulus yang teridentifikasi. Stimulus yang teridentifikasi itu menimbulkan respon
yang secara relatif tetap. Belajar dengan respondent conditioning ini hanya efektif bila suatu
respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu. Misalnya, diberikan stimulus berupa masalah
yang dapat diselesaikan dengan konsep turunan fungsi, maka timbul respon untuk mempelajari
lebih lanjut dalil-dalil turunan fungsi, ibarat makanan yang menimbulkan keluarnya air liur.
Stimulus yang demikian, pada umumnya mendahului respon yang dtimbulkan.
Operant conditioning adalah suatu respon terhadap lingkungannya. Respon yang timbul
ini diikuti oleh stimulus-stimulus tertentu. Stimulus yang demikian itu disebut penguatan sebab
stimulus-stimulus itu memperkuat respon yang telah dilakukan seseorang. Misalnya seorang
peserta didik mengerjakan soal-soal matematika (telah melakukan perbuatan) lalu mendapat
nilai baik (ganjaran).
Skinner memusatkan kepada operant conditioning tersebut. Operant conditioning itu
dapat dipergunakan untuk mendorong peserta didik memberikan respon yang berupa tingkah
laku. Peristiwa terjadinya tingkah laku itu disebut respon belajar (operant learning). Operant
conditioning untuk respon belajar dikontrol dengan diiringi suatu tingkah laku dan stimulus.
Kondisi operasional ini meliputi ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement).
Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Terdapat
perbedaan antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya
menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subyektif, sedangkan penguatan
merupakan suatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih
mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
Teori Skinner menyatakan penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan
negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring
dengan meningkatnya perilaku siswa dalam melakukan pengulangan perilakunya itu. Dalam hal
ini penguatan yang diberikan kepada siswa memperkuat tindakan siswa, sehingga siswa
semakin sering melakukannya. Contoh penguatan positif diantaranya adalah pujian yang
diberikan kepada siswa, sikap guru yang menunjukkan rasa gembira pada saat siswa bisa
menjawab dengan benar. 11
Perubahan tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu mengetahui
psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksikan) dan mengendalikan
tingkah laku anak. Guru di dalam kelas mempunyai tugas untuk mengarahkan anak dalam
aktivitas belajar, karena pada saat tersebut kontrol berada pada guru, yang berwenang
memberikan instruksi ataupun larangan pada anak didiknya.
Penguatan positif akan berbekas pada diri siswa. Tanggapan yang dihargai akan
cenderung diulangi. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau
menjawab pertanyaan dengan benar biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan
penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi siswa untuk
rajin belajar dan mempertahankan prestasinya. Nilai tinggi membuat seseorang belajar lebih
giat. Penguatan yang seperti ini sebaiknya segera diberikan dan jangan ditundatunda. Bentuk-
bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dan sebagainya),
perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan

10
https://made82math.wordpress.com/2009/06/05/teori-belajar-b-f-skinner-dan-aplikasinya/
11
Rusli, RK(2013)”Teori belajar dalam psikologi pendidikan”jurnal sosial humaniora vol.4 no.2 hlm:66
jempol, kata-kata pujian), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan sebagainya). Penguatan negatif
adalah bentuk stimulus yang lahir akibat dari respon siswa yang kurang atau tidak diharapkan.
Tanggapan yang memungkinkan terjadinya keadaan untuk meloloskan diri dari hal yang tidak
diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan diulangi.
Penguatan negatif diberikan agar respon yang tidak diharapkan atau tidak menunjang
pada pelajaran tidak diulangi siswa. Penguatan negatif itu dapat berupa teguran, peringatan atau
sangsi. Contoh penguatan negatif yaitu pemberian alasan untuk terlambat mengerjakan
pekerjaan rumah akan membuat seseorang tidak tepat waktu menyampaikan pekerjaan rumah
yang lain.
Namun untuk mengubah tingkah laku siswa dari negatif menjadi positif guru perlu
mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksi) dalam
mengendalikan tingkah laku siswa. Di dalam kelas guru mempunyai tugas untuk mengarahkan
siswa dalam aktivitas belajar, karena pada saat tersebut kontrol berada pada guru, yang
berwenang memberikan instruksi ataupun larangan pada siswanya. Bentuk-bentuk penguatan
negatif antara lain, menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dan lain lain).
Jika respon siswa baik (menunjang efektivitas pencapaian tujuan) harus segera diberi
penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu
dipertahankan. Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak
menunjang tujuan pengajaran, harus segera diberi pengutan negatif agar respon tersebut tidak
diulangi lagi dan berubah menjadi respon yang sifatnya positif. 12
Dalam pandangannya Skinner, komponen-komponen penting dalam pengajaran adalah
sebagai berikut.
1. Tujuan yang dinyatakan adalah terminologi tingkah laku.
2. Tugas dibagi menjadi ketrampilan-ketrampilan yang satu menjadi prasyarat dari yang
lain.
3. Penentuan hubungan antara ketrampilan pra syarat dan urutan logis dari materi yang
akan dipelajari.
4. Perencanaan materi dan prosedur mengajar untuk setiap tugas bagian.
5. Pemberian balikan kepada peserta didik yang dapat dilihat penampilan peserta didik di
mana peserta didik itu telah selesai melaksanakan tugas-tugas bagian yang mendukung.

2.4. Biografi B.F.Skinner

Burrhus Frederic Skinner dilahirkan pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna,


Pensylvania, Amerika Serikat. Ayahnya adalah seorang pengacara yang menjadi General
Counsel di sebuah perusahaan batu bara besar, dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga
yang cerdas. Dia dididik oleh orang tuanya dengan didikan model kuno dan disiplin.
Skinner merupakan anak yang kreatif dan ingin sekali menjadi seorang penulis dan ia
pun mencobanya dengan mengarang lalu mengirim puisi dan cerita pendek. Skinner terus saja
menulis dan selalu berkarya sampai akhir hayatnya. Skinner pun meninggal pada tanggal 18
Agustus 1990, karena Leukimia. Ia telah berhasil menjadi seorang tokoh psikologi yang paling
terkenal sejak Sigmund Freud.
Setelah lulus dari sekolah menengah, ia pun melanjutkan belajarnya di Hamilton
College, di dekat Uthica. Setelah lulus dari Hamilton College Skinner masih menulis. Skinner
berhenti menulis dan mengikuti kuliah psikologi di Harvard pada tahun 1928 dengan
mengkhususkan diri pada bidang tingkah laku hewan. Sebelum mengambil keputusan untuk
kuliah jurusan psikologi. Skinner berhasil meraih gelar doctor pada tahun 1931.

12
Rusli, RK(2013) hlm:67
Beberapa tokoh yang mempengaruhi pemikiran Skinner yaitu Crozier, Jacques Loeb,
C.S. Sherington, Ivan Pavlov, J.B. Watson dan E.L. Thorndike. Skinner menjalani karir sebagai
pengajar Universitas Minnesota dan pernah ditunjuk sebagai dekan Fakultas Psikologi
Universitas Indiana. Setelah itu, ia kembali ke Harvard dan di sana menerima jabatan guru besar
psikologi di Universitas Harvard.
Selama tahun 1930-an dan 1940-an, Skinner mengembangkan teorinya dengan
melakukan eksperimen-eksperiman pengondisian operan (operant conditioning). Pada tahun
1954, Skinner ikut serta dalam sebuah symposium tentang kecenderungan-kecenderungan
modern dalam psikologi. Skinner menggunakan media ketika proses belajar mengajar
Berdasarkan prinsip-prinsip yang mengaturnya. Presentasi tersebut dipublikasikan dalam
Harvard Educational Review pada tahun 1954 dan menobatkan Skinner sebagai “pencipta
teknologi pendidikan”.13

13
Herpratiwi,hlm:6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Manfaat Teori Belajar Behaviorisme Skinner dalam Lembaga Pendidikan

Manfaat teori belajar behaviorisme Skinner terhadap lembaga pendidikan yakni14:

1.kompetensi/bahan pengajaran disusun secara hierarki dari yan g sederhana sampai


kompleks ,dari yang mudah sampai sulit .
2. tujuan pembelajaran tersusun secara rinci dan indikator (satu indikator dirumuskan
lebih dari dua atau tiga sub ketrampilan berpasangan) yang ditandai dengan
pencapaian suatu ketrampilan tertentu .
3.pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan
4.membiasakan guru untuk bersikap lebih jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar
5. melatih peserta didik khususnya yang masih membutuhkan dominasi peran orang
dewasa dan peserta didik yang bersifat dependen ,peserta didik yang suka
mengulangi,suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan secara
langsung.
6. menghasilkan produk-pproduk ajar seperti bahan ajar(LKS,CD pembelajaran modul
dll)

3.2. Penerapan Teori Belajar Behaviorisme Skinner dalam Madrasah Ibtidaiyyah


Teori Belajar Behaviorisme skinner dapat diaplikasikan atau diterapkan dalam lembaga
pendidikan Madrasah Ibtidaiyyah. Berikut adalah pengaplikasian teori belajar behaviorisme
dalam Madrasah Ibtidaiyyah:
1. mementingkan pengaruh lingkungan pada pembentukan perubahan pada diri peserta
didik,terutama bagi peserta didik yang belum berkembang sifat mandirinya .aplikasi
teori sangat cocok diterapkan pada anak –anak yang masih duduk di bangku madrasah
ibtidaiyyah karna pada usia nya sangat perlu ditanamkan jiwa-jiwa kemandirian.
2. objek evaluasi hanya mengukur pada hal-hal yang nyata yaitu output belajar yang
teramati, dalam bentuk lapporan tugas ,kuis dan tes yang bersifat individual
3. pemberian reward dalam teori belajar behaviorisme juga sangat bangus untuk
diimplementasikan untuk anak usia MI karena dengan diberikan reward setiap peserta
didik mampu menjawasb kuis atau berhasil menjawab pertanyaan akan menimbulkan
rasa semangat belajar yang nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan. Lama kelamaan
peserta didik akaan terbiasa belajar tanpa diberikan reward atau hadiah sekalipun.
4. Mementingkan pembetukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan dengan metode
seperti ini ppeserta didik tingkat MI dapat membawa kebiasaan ini samapai nanti saat
sudah masuk dalam Madrasah Tsanawiyah ataupun bahkan sampai mereka dewasa.
5. Pemberian bahan pembelajaran yang tersusun secara hierarki yakni dari mudah sampai
sulit akan memudahkan peserta didik khususnya bagi ppeserta didik yng masih anak-
anak misal tingkat Madrasah Ibtidaiyyah

14
Herpratiwi hlm:11
BAB IV
KESIMPULAN

1.Pengertian teori belajar behaviorisne Skinner :teori belajar behavioristik lebih menekankan
pada tingkah laku manusia,bukan pada pemahaman berfikir manusia .B.F.Skinner menekankan
pada perubahan perilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi
dalam pproses berfikir pada otak seseorang.Skinner menggunakan kondisi operasional (operant
conditioning ) atau pperilaku sukarela yang digunakan dalam suatu lingkungan tertentu. Kondisi
operational ini meliputi ganjran (reward)dan penguatan (reinforcement). Ganjaran atau
penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pproses belajar. Penguatan terdiri
dari penguatan positif dan negatif.

2.Manfaat teori belajar behaviorisme skinner dalam lembaga pembelajaran :


a. kompetensi dan bahan ajar disusun secara hierarki
b. tujuan pembelajaran tersusun secara rinci
c. pengulangan dan pelatihan digunakan agar perilaku dapat menjadi kebiasaan
d. membiasakan guru untuk bersikap lebih jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar
e.melatih peserta didik secara langsung
f. menghasilkan produk-pproduk ajar seperti bahan ajar(LKS,CD pembelajaran modul
dll

3.Penerapan teori belajar behaviorisme skinner dalam Madrasah Ibtidaiyyah:


 mementingkan pengaruh lingkungan pada pembentukan perubahan pada diri peserta
didik,terutama bagi peserta didik yang belum berkembang sifat mandirinya .aplikasi
teori sangat cocok diterapkan pada anak –anak yang masih duduk di bangku madrasah
ibtidaiyyah karna pada usia nya sangat perlu ditanamkan jiwa-jiwa kemandirian.
 objek evaluasi hanya mengukur pada hal-hal yang nyata yaitu output belajar yang
teramati, dalam bentuk laporan tugas ,kuis dan tes yang bersifat individual
 pemberian reward dalam teori belajar behaviorisme juga sangat bangus untuk
diimplementasikan untuk anak usia MI karena dengan diberikan reward setiap peserta
didik mampu menjawasb kuis atau berhasil menjawab pertanyaan akan menimbulkan
rasa semangat belajar yang nantinya akan menjadi sebuah kebiasaan. Lama kelamaan
peserta didik akaan terbiasa belajar tanpa diberikan reward atau hadiah sekalipun.
 Mementingkan pembetukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan dengan metode
seperti ini ppeserta didik tingkat MI dapat membawa kebiasaan ini samapai nanti saat
sudah masuk dalam Madrasah Tsanawiyah ataupun bahkan sampai mereka dewasa.
 Pemberian bahan pembelajaran yang tersusun secara hierarki yakni dari mudah sampai
sulit akan memudahkan peserta didik khususnya bagi ppeserta didik yng masih anak-
anak misal tingkat Madrasah Ibtidaiyyah
DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C. Asri,( 2005). Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta
hlm:10
Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo,hlm:7
Herpratiwi, Teori belajar dan pembelajaran,(Yogyakarta:media akademi
2016).hlm.2-11
https://made82math.wordpress.com/2009/06/05/teori-belajar-b-f-skinner-dan-
aplikasinya/
Mahmudi,muhammad (2016).” Penerapan teori behavioristik dalam pembelajaran
bahasa arab (kajian terhadap pemikiran bf. Skinner)”jurnal penelitian keislaman vol.
1.no.1 hlm.2
Rusli, RK(2013)”Teori belajar dalam psikologi pendidikan”jurnal sosial
humaniora vol.4 no.2 hlm:66

Anda mungkin juga menyukai