Anda di halaman 1dari 14

Mampu Mendekripsikan teori behaviorisme dan

aplikasinya dalam pembelajaran pai

Dosen Pengampu :

Dr. Nur Iftitahul Husniyah, S.PdI., M.PdI

DiSusun Oleh :

1. Choiriyah (011910041)
2. Binti Nurhayati (011910040)
3. Dyah aprilia (011910014)
4. Citra Alam hidayatul .L (011910042)
5. Aris Munandar (011910037)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN
2021

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut asma Allah yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Alhamdulillah berkat rahmat Allah SWT “Mampu mendeskripsikan teori behaviorisme dan
aplikasinya dalam pembelajaran pai” telah kami selesaikan. Tiada harapan sedikitpun dari
kami kecuali makalah ini dapat bermanfaat memberikan sumbangan positif kepada segenap
pembaca dan menambah pengetahuan mengenai kenakalan remaja untuk pegangan dalam
menjalani kehidupan. Sejalan dengan itu semua, maka dengan seggala kemampuan yang ada
kami usahakan berbagai cara dalam menyusun makalah ini agar mudah difaham dan diterima
oleh seluruh masyarakat.

Dengan demikian para pembaca mungkin menjumpai hal hal yang dirasa kurang
berkenan dihati , Hal ini kami menyadarinya semua, tidak ada gading yang tak retak ,
sehingga jika para pembaca menjumpai kesalahan kesalahan didalam makalah ini, sudilah
kiranya memberi teguran positif, insyaallah dengan teguran dan pembetulan dari pembaca
makalah yang selanjutnya akan lebih baik, dan demikian inilah yang kami harapkan.

Semoga Allah meridhoi usaha kami dan mencacatnya sebagai amal shaleh kami dan
kepada pembaca yang telah sudi memberikan teguran dan pembetulan, Sebelumnya kami
ucapkan banyak terima kasih, semoga Allah memberi pahala kepada kita semua dan dapat
menerima ilmu dengan baik.

Lamongan 30 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................2
A. Pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik. ............................................2
B. Teori belajar menurut Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Gutrie, dan Skiner …....2
C. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran PAI di
sekolah/madrasah ……………………………………………………………………… 5
D. Desain pembelajaran berbasis teori belajar behavioristic …………………….………… 7
E. Kelemahan dan kritik teori behaviorisme……………………………………………… 8
BAB III PENUTUP ...............................................................................................................10
A. Kesimpulan ....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan aktifitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses kerja
faktor internal. Belajar adalah proses penyesuaian atau adaptasi melalui asimilasi dan
akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar kognisi seseorang. Menurut pandangan
psikologi behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang
berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa
dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas guru adalah
mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang
diinginkan, dan guru pemberi hadiah siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan
bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada siswa yang tidak mampu memperlihatkan
perubahan makna.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik?
2. Bagaimana teori belajar menurut Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Gutrie dan
Skiner?
3. Bagaiamana aplikasi teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran PAI di
sekolah/madrasah?
C. Tujuan
1. Agar Mengerti belajar menurut pandangan teori behavioristik
2. Agar mengerti proses belajar yang baik sesuai pandangan ilmuan
3. Agar mengetahui teori belajar behavioristic dalam kegiatan pembelajaran PAI di
bidang sekolah/ madrasah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian belajar menurut pandangan teori behavioristik


Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku, tidak lain adalah perubahan dalam
tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respons. Atau dengan kata lain,
belajar adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah
laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.1
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap
arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan
respon berupa reaksi atau tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan
karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan
respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pembelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur.

B. Teori belajar menurut Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Gutrie, dan Skiner
a. Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon.
Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan,
atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau
gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud
konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat
1 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2006. Hal 82

2
diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.2
Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme, bentuk paling dasar dari
proses belajar adalah trial-and-error learning (belajar dengan uji coba), atau yang disebutnya
sebagai selecting and connecting (pemilihan dan pengaitan). Dia mendapatkan ide dasar ini
melalui eksperimen awalnya, dengan memasukkan hewan ke dalam perangkat yang telah
ditata sedemikian rupa sehingga ketika hewan itu melakukan jenis respon tertentu ia bisa
keluar dari perangkat itu.
Waktu yang dibutuhkan hewan untuk memecahkan problem sebagai fungsi dari jumlah
kesempatan yang harus dimiliki hewan untuk memecahkna problem.Setiap kesempatan
adalah usaha coba-coba, dan upaya percobaan berhenti saat si hewan mendapatkan solusi
yang benar.Dengan mencatat penurunan gradual dalam waktu untuk mendapatkan solusi
(membebaskan diri) sebagai fungsi percobaan suksesif (kesempatan untuk membebaskan
diri), Dengan kata lain, belajar dilakukan dalam langkah-langkah kecil yang sistematis, bukan
langsung melompat ke pengertian yang mendalam.
b. Teori Belajar Menurut Watson
Menurut Watson, Belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun
stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi
walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama
proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena
kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang
sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat diamati dan
diukur.
c. Teori Belajar Menurut Clark Hull
Menurut Clark Hull, Belajar merupakan perubahan tingkah laku melalui kekuatan
kebiasaan. Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan
biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia,
sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis,
walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-macam bentuknya.
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk
menjelaskan pengertian belajar.Namun dia sangat terpengaruh oleh teori evolusi Charles
Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi tingkah laku bermanfaat
2 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005. Hal. 32

3
terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull
mengatakan kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan
menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus
dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun
respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
d. Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Edwin Guthrie mengemukakan teori kontiguiti yang memandang bahwa belajar
merupakan kaitan asosiatif antara stimulus tertentu dan respon tertentu.Guthrie juga
menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses
belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus
sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi
hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang
baru.Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karenanya dalam kegiatan
belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan
respon bersifat lebih kuat dan menetap.hukuman (punishment) memegang peranan penting
dalam proses belajar, hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah
tingkah laku seseorang. Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi
stimulus respon secara tepat, siswa harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari,
dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh
anak.3
Konsep yang dikemukakan oleh Guthrie ini berisi makna bahwa belajarpada diri siswa
terjadi tidak harus mengulang-ulang urutan antara hubungan stimulus dengan respons, serta
tidak memerlukan adanya hadiah. Dia menyatakanbahwa belajar itu akan terjadi oleh karena
adanyacontiguity(hubungan kontak antara stimulus dengan respons). Tidak menjadi soal
apakah respons didapatselama latihan dengan stimulus atau dengan cara lain, sepanjang
stimulusdan respons terjadi secara bersama-sama, maka belajar itu terjadi.
e. Teori Belajar Menurut Skiner
Konsep yang dikemukakan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para
tokoh sebelumnya.Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih
komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku,
tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon
yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
3 Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Depdikbud, 1989. Hal. 44

4
saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang
dihasilkan, respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi yang nantinya
mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku
seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya,
serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang
mungkin timbul akibat respon tersebut, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental
sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.4

C. Aplikasi teori belajar behavioristik dalam kegiatan pembelajaran PAI di


sekolah/madrasah
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar,
dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai
individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pelajar, media Dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori
behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang
yang belajar, siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan
yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus
dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, Siswa dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik
mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu
dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para siswa. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar pembelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga
hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi. Implikasi dari
teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak
yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Sebuah Pendekatan Baru, Bandung : Rosda, 1997. Hal. 51

5
kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis
dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot.Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada
pada diri mereka.Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang
perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk
perilaku yang pantas diberi hadiah.
Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar.Maksudnya bila siswa menjawab
secara benar sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
menyelesaikan tugas belajarnya.Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pembelajar
secara individual. Langkah-langkah pembelajarannya meliputi:
a. Menentukan tujuan-tujaun pembelajaran.
b. Menganalisis lingkungan kelas yang ada
c. Menentukan materi pembelajaran
d. Memecah materi pelajaran menjadi kecil-kecil
e. Menyajikan materi pelajaran
f. Memberikan stimulus
g. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa
h. Memberikan penguatan ataupun hukuman
i. Memberikan stimulus baru
j. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan siswa
k. Memberikan penguatan lanjutan atau hukuman
l. Demikian seterusnya5
m. Evaluasi hasil belajar
Bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan,
rangsangan, dan stimulus). Dilanjutkan bahwa dengan memberikan ganjaran positif, suatu
perilaku akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran negatif
suatu perilaku akan dihambat. Dalam situasi belajar PAI, hukuman dapat mengatasi tingkah
laku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan
reinforcement langsung. Hukuman menunjukkan apa yang tidak boleh dilakukan oleh murid.
Sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid. Sebagai contoh murid
yang tidak menghafalkan pelajaran Qur’an Hadits selalu disuruh berdiri didepan kelas oleh
5 Harjanto,Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2008. Hal 72

6
gurunya. Sebaliknya jika ia sudah hafal maka ia disuruh duduk kembali dan dipuji oleh
gurunya. Lama-kelamaan anak itu belajar menghafal setiap pelajaran Qur’an Hadits.

D. Desain pembelajaran berbasis teori belajar behavioristik


Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional system development)
dan desain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-
tidaknya tidak dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti
katanya ada perbedaan antara desain dan pengembangan. Kata desain berarti membuat
sketsa atau pola atau outline atau rencana pendahuluan. Sedang pengembangan berarti
membuat tumbuh secara teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik,
lebih efektif dan sebagainya.6
Desain pembelajaran adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan
belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan paket
pembelajaran, kegiatan mengajar, uji coba, revisi dan kegiatan mengevaluasi hasil
belajar.
Desain pembelajaran berhubungan dengan pemahaman, perbaikan, dan
penerapan metode-metode pembelajaran. Desain pembelajaran merupakan proses
penentuan metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan perubahan yang
diinginkan dalam diri siswa yang berkaitan dengan pengetahuan dang keterampilan
sesuai dengan isi pembelajaran dan siswa tertentu.
Teori behaviorisme yang menekankan adanya hubungan antara stimulus(S)
dengan respons (R) secara umum dapat dikatakan memiliki arti yang pentingbagi
siswa untuk meraih keberhasilan belajar. Caranya, guru banyak memberikanstimulus
dalam proses pembelajaran, dan dengan cara ini siswa akan meresponssecara positif
apa lagi jika diikuti dengan adanya reward yang berfungsi sebagai
reinforcement (penguatan terhadap respons yang telah ditunjukkan).
Beberapa prinsip umum yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Teori ini beranggapan bahwa yang dinamakan belajar adalah perubahan
tingkah laku, seseorang dikatakan telah belajar sesuatu jika yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan tingkah laku tertentu.

6 Mukminan. Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : P3G IKIP, 1997. Hal.15

7
b) Teori ini beranggapan bahwa yang terpenting dalam belajar adalah adanyastimulus
dan respon, sebab inilah yang dapat diamati. Sedangkan apa yang terjadi di antaranya
dianggap tidak penting karena tidak dapat diamati.
c) Reinforcement, yakni apa saja yang dapat menguatkan timbulnya
respon,merupakan faktor penting dalam belajar. Agar guru dapat mendeteksi atau
menyimpulkan bahwa proses pembelajaran itu telah berhasil, maka harus diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
1) Guru hendaknya paham tentang jenis stimulus apa yang tepat untuk diberikan
kepada siswa.
2) Guru mengerti jenis respons apa yang akan muncul pada diri siswa.
3) Untuk mengetahui apakah respons yang ditunjukkan siswa ini benar-benar sesuai
dengan apa yang diharapkan, maka guru harus mampu :
 Menetapkan bahwa respons itu dapat diamati (observable)
 Respons yang ditunjukkan oleh siswa dapat pula diukur (measurable)
Respons yang diperlihatkan siswa hendaknya dapat dinyatakan secara eksplisit atau
jelas kebermaknaannya (eksplisit).
Agar respons itu dapat senantiasa terus terjadi atau setia dalam ingatan/tingkah
laku siswa, maka diperlukan sekali adanya semacam hadiah (reward).

E. Kelemahan dan kritik teori behaviorisme


Teori-teori belajar Behaviorisme secara prinsipal bersifat lebih menekankan
timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur. Teori-teori itu juga
bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga
terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Sesungguhnya teori behaviorime ini
memiliki kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
a. Proses belajar itu dipandang dapat diamati secara lansung, padahal belajar adalah
proses kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar kecuali sebagian
gejalanya.
b. Proses belajar itu dipandang bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan seperti
gerakan mesin dan robot, padahal setiap siswa memiliki self-regulation (kemampuan
mengatur diri sendiri) dan self control (pengendalian diri) yang bersifat kognitif, dan
karenanya ia bisa menolak, merespons jika ia tidak menghendaki, misalnya karena
lelah atau berlawanan dengan kata hati.

8
c. Proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit
diterima, mengingat amat mencoloknya perbedaan antara karakteristik fisik dan psikis
manusia dengan karakteristik fisik dan psikis hewan.
Oleh karena teori Behaviorisme memiliki beberapa kelemahan, maka
menimbulkan kritikan sebagai berikut:
a. Teori Behaviorisme sering kali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang
kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan atau
belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respons.
b. Pandangan behaviorisme juga kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat
emosi dan berpikir pembelajar, walaupun mereka memiliki pengalaman penguatan
yang sama. Tidak dapat dijelaskan mengapa dua anak yang mempunyai kemampuan
dan pengalaman penguatan yang relatif sama, ternyata perilakunya terhadap suatu
pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas sangat berbeda tingkat kesulitannya.
Pandangan Behaviorisme hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat
diamati. Mereka tidak memperhatikan adanya pengaruh emosi dan pikiran yang turut
membentuk perilaku seseorang.
c. Teori Behaviorisme juga cenderung mengarahkan pembelajar untuk berpikir
linier, konvergen, tidak kreatif, dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar
merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pembelajar menuju
atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas
berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar,
proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.7

7 Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hal 72-73

9
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Istilah imbalan (reward) dan penguatan (reinforcement) kerap dianggap sama,
namun setidaknya ada dua alasan mengapa anggapan itu kurang tepat. suatu penguat
(reinforcer) didefinisikan sebagai unconditioned stimulus, yakni setiap stimulus yang
menimbulkan reaksi alamiah dan otomatis dari suatu organisme. Stimulus ini bisa
disebut sebagai penguat, namun sulit untuk dianggap sebagai imbalan, jika imbalan itu
dianggap sebagai suatu yang diinginkan. Penganut Skinnerian juga tidak mau
menyamakan penguat dengan imbalan.
2. Teori Behavioristik menurut beberapa Pakar.
a. Menurut Thorndike, perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat
diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.
b. Menurut Watson, Belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon,
namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat
diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri
seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang
tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
c. Menurut Clark Hull, Belajar merupakan perubahan tingkah laku melalui
kekuatan kebiasaan. Dalam teori Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan
pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh
kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan
kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat bermacam-
macam bentuknya.
d. Menurut Skinner dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus
memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep
yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuaensi yang mungkin timbul akibat
respon tersebut, dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk
menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah.
3. Dalam situasi belajar PAI, hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak
diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement langsung.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara,
2006
Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta, 2005
Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Depdikbud, 1989
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Sebuah Pendekatan Baru, Bandung : Rosda, 1997
Harjanto,Perencanaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2008
Mukminan. Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta : P3G IKIP, 1997
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2014)

11

Anda mungkin juga menyukai