Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALISIS PROSES BELAJAR MOTORIK


Teori Belajar Classical Condisioning Pavlov dan Watson

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Gusril, M.Pd
Dr. Masrun,M.Kes., AIFO

Oleh Kelompok 5:
Ami Febby Triani 22199004
Firman 22199013
Yurmianna Marlina Hasibuan 22199053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA S2 PASCASARJANA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah

memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun

pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“ Teori Belajar Classical Condisioning Pavlov dan Watson” dalam mata kuliah

Analisis Proses Belajar Motorik tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa

teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Gusril, M.Pd dan Bapak Dr. Masruni, M.Kes.,

AIFO selaku dosen pengampu atas bimbingan, pengarahan, dan kemudahan yang

telah diberikan kepada penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan

makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis

harapkan dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Padang, 04 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN .....................................................................................................3
A. Teori Classical Condisioing Pavlov ............................................................3
B. Teori Watson ............................................................................................... 6
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 11
A. Kesimpulan .................................................................................................11
B. Saran ........................................................................................................... 11
Daftar Rujukan ....................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan selalu dihadapi

oleh setiap orang. Belajar adalah dasar untuk memahami perilaku. Maka dari

itu banyak ahli membahas danmenghasilkan berbagai teori tentang belajar.

Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan

tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek

kehidupan. Sehubungan dengan itu dalam rangka meningkatkan mutu

pendidikan salah satu usaha yang dilakukan adalah memahami bagaimana

anak–anak belajar.

Apakah perilaku yang menandakan bahwa belajar telah berlangsung pada

diri mereka, Bagaimana informasi yang diperoleh dari lingkungan diproses

dalam fikiran mereka sehingga menjadi milik mereka dankemudian mereka

kembangkan dan bagaimana pula seharusnya informasi itu disajikan agar

mereka dapat mencerna dan lama diingat atau bertahan dalam fikiran mereka.

Pada esensinya, belajar dilakukan oleh semua makhluk hidup. Untuk

manusia, belajar adalah proses untuk mencapai berbagai kemampuan,

keterampilan, serta sikap. Belajar mengandung 3 ciri, yaitu:

1. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku

2. Perubahan perilaku tersebut terjadi karena didahului oleh pengalaman.

3. Perubahan perilaku yang disebabkan belajar bersifat relatif permanen.

1
2

Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change of

behavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari

tingkah laku yaitu adanya perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi

tahu, dari tidak terampil menjadi terampil, dan lain sebagainya. Tanpa

pengamatan dari tingkah laku hasil belajar orang tidak dapat mengetahui ada

tidaknya hasil belajar. Karena perubahan hasil belajar dinyatakan dalam

bentuk yang dapat diamati. Berdasarkan tanda – tanda belajar tersebut, maka

beberapa ahli telah melakukan sejumlah percobaan untuk mengetahui gejala –

gejala yang dialami dalam proses belajar. Oleh karena itu, dalam makalah ini

akan dibahas teori belajar classical condisioning Pavlov dan Watson.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya penulis ingin

mengetahui :

1. Bagaimana teori belajar classical condisioning Pavlov?

2. Bagaimana teori belajar Watson ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui teori belajar classical condisioning Pavlov

2. Untuk mengetahui teori belajar Watson.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Classical Condisioning Pavlov

Teori Classical Conditioning ini dipelopori oleh Ivan Petrovich Pavlov

(1849-1936), yang dikenal dengan eksperimennya mengamati seekor anjing

dan air liurnya. Teori classical conditioning dari usaha Ivan Pavlov dalam

mempelajari bagaimana suatu makhluk hidup. Secara umum, dalam psikologi,

teori belajar makhluk hidup selalu dihubungkan dengan stimulus–respons.

Selain itu, teori–teori tingkah laku turut menjelaskan respons makhluk hidup

dengan cara menghubungkan apa yang dialami atau menjadi stimulus respons

tertentu yang didapat dari lingkungan tertentu. Proses hubungan yang terus

menerus antara respons yang muncul dan rangsangan yang diberikan inilah

yang kemudian didefinisikan sebagai suatu proses belajar.

Teori Palvov pada dasarnya menjelaskan bahwa bentuk paling

sederhana dalam suatu proses belajar adalah pengondisian. Pavlov

menemukan hal ini ketika dia sedang mempelajari fungsi perut dan mengukur

cairan yang dikeluarkan dari perut ketika anjing yang dia gunakan sebagai

subjek eksperimen sedang makan. Ketika Pavlov mengukur sekresi perut saat

anjing merespons makanan yang ia berikan, Pavlov melihat bahwa hanya

dengan melihat makanan telah menyebabkan anjingnya mengeluarkan air liur.

Air liur juga dikeluarkan oleh anjing ketika mendengar suara langkah kaki

peneliti. Pada awalnya Pavlov menganggap respons tersebut sebagai refleks

“psikis”. Pada tahap berikutnya ia berusaha untuk mengembangkan dan

3
4

mengeksplorasi penemuannya dengan mengembangkan sebuah studi perilaku

yang dikondisikan dan kemudian dikenal dengan nama classical conditioning.

Dengan demikain jelas, conditioning adalah suatu bentuk belajar yang

memungkinkan munculnya respons tertentu dari suatu organisme terhadap

suatu rangsang yang sebelumnya tidak menimbulkan respons tersebut. Atau

dengan kata lain merupakan atau suatu proses untuk membuat berbagai

refleks perilaku tertentu menjadi sebuah tingkah laku yang dimiliki oleh

makhluk hidup tertentu. Dengan kata lain, mekanisme classical conditioning

merupakan suatu proses pembentukan perilaku yang dapat diterapkan pada

makhluk hidup agar mereka memiliki bentuk perilaku tertentu

Jadi classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui

proses persyaratan (conditioning process). Pavlov beranggapan bahwa

tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi

lingkungan. Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov mengadakan

eksperimen tentang berfungsinya kelenjar ludah pada anjing sebagai binatang

ujicobanya. Dalam eksperimen-eksperimen ini Pavlov dan kawan-kawannya

menunjukkan, bagaimana belajar dapat mempengaruhi perilaku yang selama

ini disangka refleksif dan tidak dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air

liur.
5

Prinsip prinsip belajar menurut teori Classical Conditioning adalah


sebagai berikut :

1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara


menghubungkan/mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang
lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.

2. Proses belajar terjadi jika ada interaksi antara organisme dengan


lingkungan

3. Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya


syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respons

4. Belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali atau


dengan perkataan lain dan ulangan dalam hal belajar adalah penting

5. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan


menimbulkan aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih
dominan daripada yang ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS
harus di pasang bersama-sama, yang lama kelamaan akan terjadi
hubungan.

Adapun kelebihan dan kekurangan conditioning klasik adalah :

Kelebihan

1. Cocok diterapkan untuk pembelajaran yang menghendaki penguasaan


ketrampilan dengan latihan. Karena dalam teori ini menghadirkan
stimulus yang dikondisikan untuk merubah tingkah laku pebelajar.

2. Memudahkan pendidik dalam mengontrol pembelajaran sebab individu


tidak menyadari bahwa dia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari
luar dirinya.
6

Kelemahan

1. Teori ini menganggap bahwa belajar hanyalah terjadi secara


otomatis (ketika diberi stimulus yang sudah ditentukan pebelajar
langsung memberikan respon) keaktifan pebelajar dan kehendak
pribadi tidak dihiraukan

2. Teori ini juga terlalu menonjolkan peranan latihan/kebiasaan


padahal individu tidak semata-mata tergantung dari pengaruh luar
yang menyebabkan individu cenderung pasif karena akan
tergantung pada stimulus yang diberikan.

3. Teori conditioning memang tepat kalau kita hubungkan dengan


kehidupan binatang. dalam teori ini, proses belajar manusia
dianalogikan dengan perilaku hewan sulit diterima, mengingat
perbedaan karakter fisik dan psikis yang berbeda antar keduanya.
Karena manusia memiliki kemampuan yang lebih untuk
mendapatkan informasi. Oleh karena itu, teori ini hanya dapat
diterima dalam hal-hal belajar tertentu saja; umpamanya dalam
belajar yang mengenai skill (keterampilan) tertentu dan mengenai
pembiasaan pada anak-anak kecil.

B. Teori Watson

Menurut Watson (dalam Putrayasa, 2013:46), belajar sebagai proses

interaksi antara stimulus dan respons, stimulus dan respons yang dimaksud

harus dapat diamati dan dapat diukur. Watson tidak mempercayai unsur

hereditas (keturunan) sebagai penentu perilaku manusia melainkan dari hasil

belajar, sehingga peran lingkungan sangat penting. Pada dasarnya teori ini

bertitik tolak pada hal yang sama, yaitu mekanisme terbentuknya stimulus (S)

dan Respon (R).


7

Watson juga percaya bahwa kepribadian manusia yang terbentuk

melalui berbagai macam conditioning dan berbagai macam refleks. Watson

mengemukakan bahwa bayi pada saat kelahirannya hanya memiliki tiga

respon emosional (Watson, 1928). Ketiga respons emosional tersebut adalah

takut, marah, dan cinta. Respons takut, misalnya, dimulai dengan meloncat

atau gerak badan dan nafas yang tersengal. Selanjutnya bergantung kepada

usia bayi, menangis, jatuh, dan merangkak atau lari akan mengikuti. Respon

takut diamati dalam lingkungan alam setelah suara gaduh atau kehilangan

dukungan terhadap bayi. Merujuk kepada pendapat Watson (1928),

kehidupan emosional kompleks orang dewasa merupakan hasil dari

conditioning atas tiga respons dasar terhadap berbagai macam situasi

(Nurzairina, 2016:77). Orang akan bereaksi jika diberi rangsangan oleh

lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus dilakukan secara terus

menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat berubahnya

perilaku individu.

Teori Watson menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau

pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir di

kehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi

manusia dan hewan. Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari

pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari.

Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari

semua itu.
8

Ada Sembilan pandangan atau teori yang dikemukakan oleh John


Watson ini, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology). Yang
dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan,
termasuk juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun
yang dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat
sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar.
Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned
2. Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu
perilaku. Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur
lingkungan sangat penting (lihat pandangannya yang sangat ekstrim
menggambarkan hal ini pada Lundin, 1991 p. 173). Dengan demikian
pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan
oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
3. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja.
Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari
ataupun akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi bukan berarti
bahwa Watson menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body
sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau
mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh
para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. [Pada
titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak jaman filsafat
Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak
heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun
dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
4. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi
harus menggunakan metode empiris. Dalam hal ini metode psikologi
adalah observation, conditioning, testing, dan verbal reports.
5. Secara bertahap Watson menolak konsep insting, mulai dari
karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-anak
yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali
9

simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.


6. Sebaliknya, konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam
pandangan Watson, juga bagi tokoh behaviorisme lainnya. Habits
yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan
oleh dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung
conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike.
Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia
menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti
bahwa teori belajar dari Watson punya banyak kekurangan dan
pandangannya yang menolak Thorndike salah.
7. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan
dengan William James. Menurut Watson apa yang diingat dan
dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan.
Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang
menentukan adalah kebutuhan.
8. Proses thinking and speech terkait erat. Thinking adalah subvocal
talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan berbicara
dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih
dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau
gesture lainnya.
9. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnya
bahwa perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.
Jadi psikologi adaljah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku.
Pandangan ini dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada
situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan kesadaran,
Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam
psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen
terkontrol.
10

Kelebihan

1. Setiap teori dilandaskan dengan eksperimen atau penelitian sehingga

lebih akurat dan dapat dipercaya.

2. Secara keseluruhan konsep – konsep yang ada pada teori tersebut cukup

mudah dipahami.

Kekurangan

1. Karya karyanya yang masih dipengaruhi oleh Ivan Pavlov

2. Eksperimennya masih dipercayakan secara etika


11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Classical conditioning sebagai pembentuk tingkah laku melalui proses

persyaratan (conditioning process). Pavlov beranggapan bahwa tingkah

laku organisme dapat dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi

lingkungan. Untuk menunjukkan kebenaran teorinya, Pavlov

mengadakan eksperimen tentang berfungsinya kelenjar ludah pada

anjing sebagai binatang ujicobanya. Dalam eksperimen-eksperimen ini

Pavlov dan kawan-kawannya menunjukkan, bagaimana belajar dapat

mempengaruhi perilaku yang selama ini disangka refleksif dan tidak

dapat dikendalikan, seperti pengeluaran air liur

2. Menurut Watson belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan

respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati dan

dapat diukur. Watson tidak mempercayai unsur hereditas (keturunan)

sebagai penentu perilaku manusia melainkan dari hasil belajar,

sehingga peran lingkungan sangat penting.

B. Saran

Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih

banyak kekurangan. Penulis tetap berharap makalah ini tetap memberikan

manfaat bagi pembaca. Namun, saran dan kritik yang sifatnya membangun

dengan tangan terbuka kami terima.


12

DAFTAR RUJUKAN

Ali Imran. (1996). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Pustaka Jaya

Anonymous, Trial and Error Learning, artikel online


https://www.psychestudy.com/behavioral/learning-memory/trial-error-
learning (diakses pada 17/12/2018, pukul 14.21)

Gray, P. (2011). Psychology (6th ed.), New York: Worth Publishers.

Muhibinsyah. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta : Logos.

Nunzairina. (2009). Diktat Psikologi Pendidikan. Medan.

Rahmat Hidayat, Deden Zaenudin A. Naufal, ed. (2011). Teori dan Aplikasi
Psikologi Kepribadian dalam Konseling. Ghalia Indonesia.

S Gautam, Thorndike’s Trial and Error Theory, Learning, Psychology, artikel


onlinehttp://www.psychologydiscussion.net/learning/learning-
theory/thorndikes-trialand-error-theory-learning-psychology/13469
(diakses pada 17/12/2018, pukul 14.26)

Saettler, (2004). The Evolution of American Educational Technology. Charlotte:


Information Age Publishing, Inc.

Sari Santi Simbolon. (2017). Teori Thorndike, Article online


http://scdc.binus.ac.id/ himpgsd/2017/06/teori-thorndike/ (diakses pada
17/12/2018, pukul 12.09)

Saul McLeod. (2018). Edward Thorndike: The Law of Effect, Artikel Online
https://www.simplypsychology.org/edward-thorndike.html (diakses pada
17/12/2018, pukul 14.02)

Wasty Soemanto. (1998). Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Syarifan, Nurjan. 2016. Psikologi Belajar. Ponorogo: Wane Group.

Sobur Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia Teori Teori
Asosiasionistik Dominan

Anda mungkin juga menyukai