Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENGANTAR PSIKOLOGI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah: Pengantar Psikologi
Dosen Pengampu: Ahmad Juharuddin, M.Si

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. SARAH AZTIANISA (2022010126)
2. SUPARDI (2022010133)
3. YUNI KAMILA (2022010128)
4. IMAM MUTAQIN (2022010109)

KELAS 1 R1 C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYYAH CITANGKIL-CILEGON
THN.2022-2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ALIRAN BEHAVIORISME”.

dengan baik dan lancar. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi sebagai salah satu syarat mengikuti
kegiatan pembelajaran. Terwujudnya makalah ini, juga tidak terlepas dari hasil bimbingan
berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih
penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kelemahan dan kekurangan.

Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga
makalah ini dapat bermanfaat kepada pihak-pihak yang membacanya.

Cilegon, 05 Oktober 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 4


1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 4
1.2 Tujuan .......................................................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5


2.1 Pengertian Teori Behaviorisme .................................................................................... 5
2.2 Sejarah Behaviorisme .................................................................................................. 8
2.3 Tokoh- Tokoh Behaviorisme......................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 15


3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 15

3.2 Saran ............................................................................................................................ 15


3.3 Daftar Pustaka .............................................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, perilaku dan, proses mental, dalam
Psikologi ada beberapa macam aliran salah satunya ialah aliran behaviourisme dalam aliran ini
penelitian difokuskan pada tingkah laku manusia, dengan asumsi bahwa tingkah laku manusia
merupakan wujud dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.
Alasan kita mempelajari tentang Psikologi Behaviorisme adalah agar kita mengetahui
mengenai makna dari psikologi dan behavioristik itu sendiri. Kita juga akan menjadi tahu hal-hal
yang mungkin belum kita ketahui dalam Psikolgi Behaviorisme tersebut, karena dengan kita
mempelajarinya bertambahlah wawasan kita mengenai ilmu Psikologi Behaviorisme itu. Selain itu
kita dapat mengetahui pendapat-pendapat mengenai Psikologi Behaviorisme ini dari para tokoh-
tokoh, dan lain-lain.

1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui makna dari Psikologi Behaviourisme
- Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang mengemukakannya
- Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori behaviorisme.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan teori Behaviourisme?
2. Uraikan sejarah Psikologi Behaviourisme
3. Siapa saja tokoh yang mengemukakannya?

2
BAB II
ISI (TEORI DAN PEMBAHASAN)

2.1 Pengertian Teori Behaviorisme

Peletak dasar aliran behaviorisme ialah Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) dan Wiliam Mc
Dougall (1871 -1938) Pavlov adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatic dan sangat anti
terhadap psikologi yang dianggap kurang ilmiah. Ia mempunyai peran penting dalam psikologi
behaviorisme karena studinya mengenai refleks didasari aliran ini. Ia terkenal dengan eksperimen
mengenai refleks bersyarat atau refleks terkondisi yang dilakukan terhadap anjing yang
mengeluarkan air liurnya. Menurutnya, segala aktifitas kejiwaan pada hakikatnya merupakan
rangkaian refleks 1[1]
Selain Pavlov, pembangun aliran behaviorisme adalah Mc dougal. Melalui teori tentang
insting, ia berpendapat bahwa insting adalah kecenderungan bertingkah laku tertentu dalam situasi
tertentu sebagai hasil pembawaan sejak lahir dan tidak dipelajari sebelumnya. Ahmad fauzi
menjelaskan bahwa menurut Dougal, semua tingkah laku manusia dapat dikembalikan pada
insting yang mendasarinya, misalnya: emosi takut dasarnya dasarnya adalah insting melarikan diri,
emosi heran dasarnya adalah insting ingin tahu, dan emosi kasih saying dasarnya adalah insting
orangtua (instinct parental)
Pada akhir abad ke-19, Ivan Petrovic Pavlov memulai eksperimen psikologi yang
mencapai puncaknya pada tahun 1940-1950-an. Jika yang dimaksud dengan psikologi adalah ilmu
jiwa, “jiwa” bukan materi sehingga tidak dapat diteliti secara langsung. Penelitian difokuskan
pada tingkah laku manusia merupakan wujud dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.
Aliran behaviourisme memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginkan dilatih
terus menerus sehingga menimbulkan maladaptive behavior atau perilaku menyimpang. jika
manusia maupun hewan diatih terus menerus dengan sesuatu yang lazim maupun tidak lazim,
keduannya akan berperilaku sama. Pengondisian perilaku tersebut dibentuk melalui berbagai

eksperimen, seperti eksperimen Pavlov. Ia melakukan eksperimen terhadap seekor anjing yang
sedang lapar. Ketika seorang anjing yang sedang dalam keadaan lapar, Pavlov menyalakan lampu,
untuk mengetahui apakah anjing tersebut berliur apa tidak? Ternyata, anjing yang lapar tidak

1[1] Ahmad fauzi, 2004 :28

3
mengeluarkan air liurnya akan tetapi, ketika dihadapan aning itu diletakkan sepotong roti, ia mengeluarkan air liu
Pavlov secara terus menerus menyalakan lampu sebelum menyodorkan sepotong roti di
hadapan anjing yang lapar. Selanjutnya, Pavlov menyalakan lampu meskipun ia tidak
menyodorkan sepotong roti. Ternyata, anjing tersebut mengeluarkan air liurnya. Hal tersebut
karena berdasarkan kebiasaan yang tertanan dalam jiwanya bahwa kalau ada nyala lampu berarti
akan ada sepotong roti. Eksperimen itu menunjukkan bahwa air liur anjing menjadi conditioned
response dan cahaya lampu menjadi conditioned stimulus. Dengan demikian, “kebiasaan” telah
membentuk perilaku “bodoh” seekor anjing. Ini yang kemudian dipersepsikan bahwa tingkah laku
manusia maupun binatang dapat dibentuk, sehingga aliran ini dicap sebagai aliran yang
memosisikan manusia seperti robot yang mudah dibentuk mengikuti orang yang membentuknya.
Contoh lainya adalah tindakan menakut nakuti anak yang merengek minta jajan, lalu
ibunya menakut nakutinya bahwa “itu bukan penjual makanan”, tetapi orang “gila”. Cara tersebut
dilakukan berulang ulang setiap kali anaknya minta jajan jika melihat penjual jajanan. Akhirnya,
anak itu merasa takut kalau melihat pedagang yang lewat, karena ia berpikir bahwa penjual
tersebut adalah orang gila. Lalu, bagaimana apabila ayahnya sendiri seorang pedagang asongan,
bisa saja ia akan mengatakan bahwa ayahnya orang gila. Eksperimen yang dilakukan penganut
behaviourisme sama sekali tidak ada yang keliru, tetapi perlu dianalis lebih mendalam bahwa
percobaan yang dilakukan kepada seekor anjing dan seorang manusia dalam kasus serupa tidak
akan berjalan abadi, karena seekor anjing hanya mengandalkan instingnya, tanpa akal dan tidak
berusaha mengembangkan kebiasaanya, sedangkan manusia bergerak dinamis dan dengan
akalnya, ia dapat merekayasa dan meninggalkan kebiasaan. Kalau insting diartikan sebagai
pembawaan dan fitrah, unsur kesamaan manusia dengan binatang, seperti anjing, tidak berbeda,
misalnya fitrah untuk mempertahankan hidupnya, fitrah untuk mengambil segala sesuatu yang
bermanfaat dan menghindar dari madharat. Fitrah ini sama. Di luar fitrah merupakan kerja akal
manusia. Sebab, terbukti tidak ada anjing yang mampu menjadi pelatih. Jadi adanya perubahan
kecerdasan anjing karena adanya kecerdasan manusia, tetapi keberadaan kecerdasan manusia
bukan oleh adanya kecerdasan anjing.
Pemahaman terhadap segala sesuatu yang diperoleh seorang anak dari orangtua, sekolah,
dan lingkungannyatidak dapat berlaku abadi. Sebagai contoh, ketika seorang anak diberi uang oleh
pamannya, lalu ia menerimannya dengan tangan kiri, ibunya berkata dalam bahasa sunda,
“Ngangge panangan sae atuh, teu kenging panangan kenca, eta mah awon teu sopan” (pakai
tangan yang baik dong, tidak boleh pakai tangan jelek, tidak sopan). Yang dimaksud dengan
tangan jelek adalah tangan kiri, sedangkan tangan yang baik adalah tangan kanan. Lalu, apakah

4
seorang anak mengerti dengan konsep “tangan kiri yang jelek” atau “tangan kanan yang baik”?
Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh cara membimbing anak seperti itu jika
dibiasakan? Apakah anak itu akan terus memiirkan tangan kirinya yang jelek, kemudian, ia akan
memotongnya karena malu mempunyai tangan jelek, padahal ia masih sangat membutuhkannya.
Bingunglah si anak itu, bagaimana kelanjutan ceritanya?
Hal-hal yang lazim diterapkan dalam membentuk perilaku manusia pada masa lalu kini
tidak lagi dianggap lazim. Oleh karena itu, terbentuknya perilaku mengikuti perkembangan zaman
dan persepsi manusia sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan inteligensinya. Akan tetapi,
hal itu tidak berlaku pada binatang. Sejak dulu sampai sekarang, binatang akan bertambah
pengalaman hidupnya sesuai dengan instingnya, dan bentuk perilakunya serupa dengan sesame
habitat dan komunitasnya. Jika binatang dilatih terus menerus, yang ia bisa hanya yang
diperolehnya dari latihan.
Melalui aliran Behaviourisme, ditemukanlah asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan
dalam bidang pendidikan, terutama psikoterapi dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas
dalam teori perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of inforcement, yakni:
a. Classical conditioning: suatu rangsangan akan menimbulkan pola reaksi tertentu
apabila rangsangan tersebut saring diberikan bersamaan dengan rangsangan lain yang secara
alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bunyi peluit sebagai pertanda tibanya saat
makan pagi maka semua prajurit segera berbaris menuju ruang makan, meskipun tidak ada makan
pagi. Hal itu terjadi karena adanya asosiasi antara kedua rangsangan tersebut, yakni bunyi peluit
dan makan pagi. Jadi, wajar kalau aliran ini dipandang telah melakukan dehumanisasi, yang
memosisikan manusia sebagai robot.
b. law of effect: perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung
diulang, dan sebaliknya perilaku yang menimbulkan akibat-akibat yang menyakitkan cenderung
dihentikan.
c. Operant conditioning: suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku
tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang diinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau
mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguatan negatif).
d. Modelling: munculnya perubahan perilaku karena proses dan peneladanan terhadap perilaku
orang lain yang disenangi(model).
Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar, yaitu berubahnya
perilaku tertentu menjadi perilaku baru.
Dalam paham behaviourisme, objek psikologi adalah perilaku yang fenomologis, artinya perilaku

5
indrawi, tampak dan nyata, bukan perilaku yang metafisik yang tidak tampak atau ghaib.jadi yang paling kuat ad
Dengan uraian di atas, dapat dipahami bahwa aliran behaviourisme adalah aliran psikologi
tentang tingkah laku yang sifatnya radikal, yaitu ketika menyamakan tingkah laku yang sifatnya
radikal, yaitu ketika menyamakan tingkah laku manusia dengan binatang dari insting atau
bawaannya, sehingga tingkah laku keduannya dapat dikondisikan. Aliran ini menolak berbagai
bentuk pengalaman dalam kesadaran atau pengalaman batiniah yang bukan termasuk tingkah laku
yang absolut. Sebab, tingkah laku yang sesunguhnya adalah alamiah dan sudah ada sejak
dilahirkan. Jadi, semuanya bersifat alamiah dan harus diteliti dengan pendekatan alamiah pula.
Aliran behaviourisme memandang manusia sebagai mesin (homo mechanicus) yang dapat
dikendalikan perilakunya melalui suatu pelaziman (conditioning). Sikap yang diinginka dilatih
terus menerus sehinnga menimbulkan maladaptive behavior atau perilaku menyimpang.

2.2 SEJARAH BEHAVIOURISME

Awal mula adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di Amerika. Dan
gerakan ini secara formal diawali oleh seorang psikolog Amerika bernama John Broadus Watson
(1878-1958) dengan makalahnya berjudul “Psychology as the Behaviorist Views It” dan
dipublikasikan pada tahun 1913.Watson mengusulkan peralihan dari pemikiran radikal yang
membahas perkembangan psikologi bedasarkan kesadaran dan proses mental. Watson mendukung
perilaku tampak yang dapat diamati sebagai satu-satunya subjek pembahasan yang masuk akal
bagi ilmu pengetahuan psikologi. Sistem Watson yang memfokuskan pada kemampuan adaptasi
perilaku terhadap stimuli lingkungan, menawarkan ilmu psikologi yang positif dan objektif dan
pada tahun 1930 behaviorisme menjadi sistem dominan dalam psikologi Amerika
Psikologi behaviorisme sebagai disiplin empiris yang mempelajari perilaku sebagai
adaptasi terhadap stimuli lingkungan.Inti utama behaviorisme adalah bahwa organisme
mempelajari adaptasi perilaku dan pembelajaran tersebut dikendalikan oleh prinsip-prinsip
asosiasi.Pendekatan empiris berdasarkan pengkajian asosiasi dalam psikologi behavioristikyang
secara umum mengikuti pendapat para filsuf inggris dan juga konsep locke tentang kepasifan
mental yang bermakna bahwa isi pikiran bergantung pada lingkungan.
Psikologi behaviorisme juga berfundamental pada refleksiologi. Meskipun penelitian tentang
perolehan refleks dilakukan sebelum diterbitkannya tulisan-tulisan Watson, karena penelitian ini

6
sebagian besar dilakukan oleh peneliti berkebangsaan Rusia seperti Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936). Tetapi k
Dalam penelitian yang cukup pararel pada tahun-tahun pertama abad ke-20, sekelompok
fisiolog Rusia meneliti dasar fisiologis proses-proses behavioural. Meskipun penelitian
Sherrington mungkin lebih signifikan dan memang para ilmuwan berikutnyalah yang mengkaji
implikasi-implikasi penuh neurofisiologi. Sherrington bagi psikologi behaviouristik penelitian
fisiolog Rusia memiliki arah praktis yang dengan mudah diambil dalam behaviourisme sebagai
mekanisme dasar pembelajaran. Meskipun demikian, para peneliti Rusia tersebut adalah fisiolog
bukan psikolog, dan reduksi proses-proses psikologis menjadi mekanisme fisiolog menjadi ciri
penelitian mereka. Mereka bukan filsuf yang berusaha mengartikulasi ilmu pengetahuan baru
psikologi. Namun, mereka ingin memperluas pengetahuan fisiologi yang sudah ada untuk
mencakup proses-proses yang selama ini dianggap psikologis. Sesuai dengan hal itu, mereka tidak
banyak memeberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan baru psikologi. Tradisi ini berlanjut hingga
kini di Rusia dan Eropa Timur, di mana penelitian-penelitian terhadap proses-proses seperti
pembelajaran, pengindraan, dan persepsi sering kali dimasukkan dalam studi neurobiology
daripada dalam psikologi.

2.3 TOKOH-TOKOH BEHAVIOURISME

Beberapa tokoh behaviourisme yang terkenal adalah sebagai berikut.

1. JOHN WATSON

John Watson lahir pada tahun 1878 dan meninggal tahun 1958. Setelah memperoleh gelar
master dalam bidang bahasa (Latin dan Yunani), matematika, dan filsafat di tahun 1900, ia
menempuh pendidikan di University of Chicago. Minat awalnya adalah pada filsafat, sebelum
beralih ke psikologi karena pengaruh Angell. Akhirnya ia memutuskan menulis disertasi dalam
bidang psikologi eksperimen dan melakukan studi-studi dengan tikus percobaan. Tahun 1903 ia
menyelesaikan disertasinya. Tahun 1908 ia pindah ke John Hopkins University dan menjadi
direktur lab psi di sana. Pada tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang dikenal sebagai
‘behaviorist’s manifesto’, yaitu “Psychology as the Behaviorists Views it”.
Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran behaviorisme:
a. Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science.

7
Posisinya setara dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di dalamnya.
b. Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural science.
Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang kesadaran sebagai obyek
psikologi. Oleh karenanya kesadaran atau mind harus dihapus dari ruang lingkup psikologi.
c.Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.

Pandangan Utama Watson

1.Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology)

Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk juga
perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban terhadap
stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar.
Respon ada yang overt dan covert, learned dan unlearned.

2.Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku

Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting2 [2] . Dengan
demikian pandangan Watson bersifat deterministik, perilaku manusia ditentukan oleh faktor
eksternal, bukan berdasarkan free will.

3. Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja

Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun akan
dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi, bukan berarti bahwa Watson menolak mind secara
total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah. Penolakan dari consciousness, soul atau
mind ini adalah ciri utama behaviorisme dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini,
meskipun dalam derajat yang berbeda-beda. Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama
kalinya sejak jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind. Tidak
heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun dengan berjalannya waktu
behaviorisme justru menjadi populer.

2[2] Lundin,1991:137

8
4. Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, maka psikologi
harus menggunakan metode empiris

Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan
verbal reports.

5. Secara bertahap Watson menolak konsep insting

Mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-
anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali simple
refleks seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.

6. Konsep learning
Adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson juga bagi tokoh behaviorisme lainnya.
Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua
hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan
menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah proses conditioning yang kompleks. Ia
menerapkannya pada percobaan phobia (subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari
Watson punya banyak kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.

7. Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan


William James

Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan
atau dilakukan. Dengan kata lain, sejauh mana sesuatu dijadikan habits. Faktor yang menentukan
adalah kebutuhan.

8. Proses thinking and speech terkait erat.

Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada keterampilan
berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak terlihat’, masih dapat
9
diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau gesture lainnya.

9.Perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.


Jadi, psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini dipegang terus
oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan penolakannya pada mind dan
kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali semangat obyektivitas dalam psikologi yang
membuka jalan bagi riset-riset empiris pada eksperimen terkontrol.

2. BURHUSS FREDERICK SKINNER

B.F. SKINNER kebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behaviorisme dengan


pendekatan model intruksi langsung dan menyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses
operant conditioning. Dimana operant conditioning ini diartikan sebagai suatu proses perilaku
operant (penguatan positif dan negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat
berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
Pertama kita perlu mengetahui apa arti dari Behaviorisme.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku atau perilaku manusia
(individu) sebagai makhluk reatif yang
memberikan RESPON terhadap lingkungan disekitarnya, pengalaman dan pemeliharaan akan
membentuk perilaku orang tersebut.
Pernyataan yang dikemukankan oleh Skinner setelah melakukan
percobaannya bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, dimana penguatan yang
terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON akan semakin kuat bila diberi penguatan.
penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur,
dilukiskan, dan diramalkan. behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan pada
dasarnya manusia tidak membawa apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang
diterimannya dari lingkungan sekitarnya. “LINGKUNGAN YANG BURUK AKAN
MENGHASILKAN MANUSIA BURUK, LINGKUNGAN YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN
MANUSIA BAIK”.

3. EDWARD LEE THOMDIKE (1874-1949)

10
Menurut Thomdike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yan
Thomdike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon mengikuti
hukum-hukum berikut:
a. Hukum kesiapan yaitu semakin siap organisme memperoleh perubahan tingkah laku akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
b. Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan
dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
c. Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut akan semakin
kuat.

4. IVAN PETROVICH PAVLOV (1849-1936)

Pavlov meraih penghargaan Nobel dalam bidang psikology or medicine pada tahun 1904.
Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika.
Classic conditioning (pengkondisian) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya
terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Pavlov mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya
dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan maka akan keluarlah air liurnya. Kini sebelum
makanan diperlihatkan maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu baru makanan.
Dengan sendirinya air liurpun akan keluar juga. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata
individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus yang tepat untuk mendapatkan
pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan
oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.

5. ROBERT GAGNE (1916-2002)

Menurut Gagne, belajar dimulai dari paling sederhana (belajar signal) dilanjutkan pada yang
lebih kompleks sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi dan prakteknya tetap mengacu pada
asosiasi stimulus-respon.

6. ALBERT BANDURA (1925-SEKARANG)

11
Teori belajar social Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reak

BABIII
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan apa yang telah kami baca di atas, dapat disimpulkan bahwa: psikologi ialah
ilmu yang mempelajari tentang jiwa, perilaku,dan proses mental. Sedangkan psikologi
behaviorisme ialah ilmu yang mempelajari tentang tingkah atau perilaku manusia, Awal mula
adanya Psikologi Behaviorisme yaitu pada abad ke-20 di Amerika. Dan gerakan ini secara formal
diawali oleh seorang psikolog Amerika bernama John Broadus Watson (1878-1958). Karena

12
jasannya ini akhirnya aliran behaviourisme ada sampai sekarang. Selain John Broadus Watson tokoh-tokoh lainn

3.2 SARAN

Kami menyadari bawasannya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Swt hingga
dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
Akhirnya kami hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidaksempurnaan penulisan dan
penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat atau bahkan
hikmah bagi penyusun maupun pembaca sekalian.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fajar,Nurmala sari.Sejarah dan sistem psikologi.Jakarta:PT Raja Grafindo.2006


Mursidin.Psikologi Umum.Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2010
Wardiana,Uswah.Psikologi umum.Jakarta:PT Bina Ilmu.2004

14

Anda mungkin juga menyukai