Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH BAHASA INDONESIA

“EJAAN BAHASA INDONESIA (EBI) ”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Disusun oleh :

1. Yusrijal (2022010105)
2. Mariyah Anggraeni (2022010113)
3. Vira Amalia (2022010102)

Dosen Pengampu : Nina Gantina, M. Pd.

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) AL KHAIRIYAH

TAHUN 2022- 2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan karunia, rahmat dan hidayahnya. Shalawat serta salam tidak lupa kami
sanjungkan kepada junjungan umat, Rasulullah SAW. Penulis merasa bersyukur karena
telah menyelesaikan makalah mengenai “Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)” sebagai tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia. Di dalam makalah ini, kami menjelaskan mengenai
pengertian, ruang lingkup, penulisan huruf, dan mengenai beberapa penulisan kata (dasar,
berimbuhan, dan bentuk ulang) sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina Gantina, M. Pd. Selaku dosen
mata kuliah Bahasa Indonesia atas bimbingan yang diberikan dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Tidak lupa pula kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam pembelajaran berbahasa Indonesia secara baik
dan benar. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran sebanyak-banyaknya dari pembaca.

Cilegon, 22 September 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................... 3

BAB I ............................................................................................................................. 5

PENDAHULUAN........................................................................................................... 5

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................... 5

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 6

1.3 Tujuan............................................................................................................... 6

BAB II ............................................................................................................................ 7

PEMBAHASAN ............................................................................................................. 7

2.1 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) ............................................................. 7

2.2 Ruang Lingkup ...................................................................................................... 7

2.3 Pemakaian Huruf ................................................................................................... 7

2.3.1 Huruf Abjad .................................................................................................... 7

2.3.2 Huruf Vokal .................................................................................................... 8

2.3.3 Huruf Konsonan.............................................................................................. 9

3.1 Penulisan huruf .................................................................................................... 11

3.1.1 Huruf kapital ................................................................................................. 11

3.1.2 Huruf miring ................................................................................................. 11

3.2 Penulisan kata ...................................................................................................... 11

3.3. Penulisan unsur serapan ...................................................................................... 11

3.3.1 Penyerapan huruf dari Bahasa Asing ke Bahasa Indonesia ....................... 11

3.3.2 Penyerapan akhiran kedalam Bahasa Indonesia ........................................ 12

4.1 penggunaan tanda baca ........................................................................................ 13

4.1.1 Penggunaan Tanda Baca Titik (.) .................................................................. 14

4.1.2 Penggunaan Tanda Baca Koma (,) ................................................................ 16

3
4.1.3 Penggunaan Tanda Baca Seru (!) .................................................................. 19

4.1.3 Penggunaan Tanda Baca Titik Koma (;) ........................................................ 20

4.1.4 Penggunaan Tanda Baca Titik Dua (:) ........................................................... 20

4.1.5 Penggunaan Tanda Baca Elipsis/Titik-titik (...) ............................................. 22

4.1.6 Penggunaan Tanda Baca Hubung (-) ............................................................. 22

4.1.7 Penggunaan Tanda Baca Pisah (—)............................................................... 24

4.1.8 Penggunaan Tanda Baca Kurung (()) ............................................................ 25

4.1.9 Penggunaan Tanda Baca Kurung Siku ([ ]) ................................................... 25

4.1.10 Penggunaan Tanda Baca Garis Miring (/) .................................................... 26

4.1.11 Penggunaan Tanda Baca Apostrof (‘) .......................................................... 26

4.1.12 Penggunaan Tanda Baca Petik (“) ............................................................... 27

4.1.13 Penggunaan Tanda Baca Petik Tunggal (‘) .................................................. 28

BAB III ......................................................................................................................... 29

PENUTUP .................................................................................................................... 29

4.1 Simpulan ............................................................................................................. 29

4.3 Saran ................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 30

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Bahasa Indonesia memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa
resmi negara Indonesia. Dalam berbahasa Indonesia, tentu tidak lepas dari kaidah dan
aturan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Kriteria yang diperlukan dalam kaidah
kebahasaan tersebut antara lain tata bunyi, tata bahasa, kosakata, ejaan, makna, dan
kelogisan. Bahasa Indonesia yang baik dan benar mengacu pada ragam bahasa yang
memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran, dan bahasa yang baik dan benar adalah
bahasa yang sesuai kaidah baku, baik tertulis maupun lisan (Murtiani et al, 2016).
Sebelum tahun 1900, Indonesia yang sebagian besar penduduknya berbahasa Melayu,
masih belum memiliki sistem ejaan yang dapat digunakan. Laluseorang ahli bahasa dari
Belanda, Prof. Charles van Ophuijsen bersama dua orang pakar bahasa, Engkoe Nawawi
Soetan Ma’moer dan Moehammad Thaib Sutan Ibrahim membuat ejaan bahasa Melayu
dengan menggabungkan dasar-dasar ejaanLatin dan ejaan Belanda. Ejaan van Ophuijsen
dianggap kurang berhasil dikarenakan kesulitan dalam memelayukan tulisan beberapa kata
dari bahasa Arab yang memiliki warna bunyi bahasa khas. Namun, oleh van Ophuijsen,
kesulitan tersebut terus diperbaiki dan disempurnakan, sehingga pada tahun 1926, sistem
ejaan menjadi bentuk yang tetap. Semenjak itu sistem ejaan terus berkembang dan
disempurnakan, muncul Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, kemudian Ejaan
Pembaharuan, Ejaan Melindo, lalu Ejaan Baru, Ejaan Rumi Bersama, dan Ejaan yang
Disempurnakan (EYD).
Pada 26 November 2015, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
mengubah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) menjadi Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
sebagai pedomanpenggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Perubahan tersebut
bukanlah sesuatu yang tidak biasa, sebagaimana pendapat Chaer (2007) bahwa bahasa
bersifat dinamis (as cited in Yanti, 2016).
Bahasa tidak pernah lepas dari berbagai aspek kehidupan manusia semenjak keberasaan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Kehidupan manusia akan
terus berubah dan tidak tetap, karena eratnya keterkaitan dan keterikatan manusia dengan
bahasa, maka bahasa pun akan terus ikut berubah, tidak tetap, dan tidak statis.
Bahasa Indonesia terus mengalami perkembangan, terutama yang berkaitan dengan
ejaan. Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
5
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaantanda baca (Rahmadi,
2017).
Ejaan bahasa Indonesia yang digunakan saat inimenganut tulisan fonemis. Sistem
tulisan fonemis merupakan sistem tulisan yang menggunakan satu lambang atau satu huruf
saja untuk satu fonem secara konsisten.
Perubahan bahasa dapat terjadi pada seluruh tingkatan, baik fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, ataupun leksikon. Perubahan pada tingkat semantikdan leksikon yang
paling terlihat, sebab hampir setiap saat muncul kata-kata baru sebagai akibat dari
perubahan ilmu dan budaya, atau juga kemunculan kata-katalama dengan makna yang
baru. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiserta kebudayaan terus terjadi,
secara otomatis pula akan bermunculan konsep- konsep baru yang disertai wadah
penampungnya, yaitu kata-kata dan istilah-istilah baru. Jika kelahiran konsep tersebut
belum disertai dengan wadahnya, maka manusia sendiri yang akan menciptakan istilahnya
(Chaer, 2007, as cited in Yanti, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari Ejaan Bahasa Indonesia(EBI)?
2. Apa saja ruang lingkup dari EBI?
3. Bagaimanakah aturan pemakaian huruf berdasarkan EBI?
4. Bagaimanakah aturan penulisan huruf berdasarkan EBI?
5. Bagaimanakah aturan penulisan kata berdasarkan EBI?
6. Bagaimanakah aturan penulisan unsur serapan berdasarkan EBI?
7. Bagaimanakah aturan pemakaian tanda baca berdasarkan EBI?

1.3 Tujuan

1. Mendeskripsikan pengertian dari EBI.


2. Mendeskripsikan ruang lingkup dari EBI.
3. Mendeskripsikan aturan pemakaian huruf berdasarkan EBI.
4. Mendeskripsikan aturan penulisan huruf berdasarkan EBI.
5. Mendeskripsikan aturan penulisan kata berdasarkan EBI.
6. Mendeskripsikan aturan penulisan unsur serapan berdasarkan EBI.
7. Mendeskripsikan aturan pemakaian tanda baca berdasarkan EBI

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian huruf,
penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta penggunaan tanda baca (Murtiani et al,
2016). Dalam menulis berbagai karya ilmiah, diperlukan aturan tata bahasa yang
menyempurnakannya sebab karya tersebut memerlukan tingkat kesempurnaan yang
mendetail. Karya ilmiah tersebut dapat berupa artikel, resensi, profil, karya sastra, jurnal,
skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya. Sehingga EBI dapat diartikan sebagai suatu
ketentuan dasar secara menyeluruh yang berisi acuanpenggunaan bahasa Indonesia secara
baik dan benar.
2.2 Ruang Lingkup
Salah satu letak perbedaan antara EBI dengan EYD adalah adanya penambahan
ruang lingkup. Pada EYD hanya terdapat tiga ruang lingkup, yaitu pemakaian huruf,
penulisan kata, dan pemakaian tanda baca. Sementara pada EBI ditambahkan satu bagian
ruang lingkup yaitu penulisan unsur serapan. Padamakalah ini, penulis hanya membahas
dua bagian ruang lingkup yaitu pemakaian huruf dan penulisan kata.
2.3 Pemakaian Huruf
2.3.1 Huruf Abjad

Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyi
bahasa, sementara abjad merupakan kumpulan atau sistem aksara itu sendiri
berdasarkan urutan yang umum dan baku dalam bahasa tertentu. Ejaan Bahasa
Indonesia terdiri dari 26 huruf abjad, yaitu sebagai berikut.

7
Tabel 2.1 Huruf abjad berdasarkan EBI

2.3.2 Huruf Vokal

Huruf vokal merupakan huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan oleh arus
udara yang tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor:
tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada
pembentukan vokal itu. Huruf-huruf vokal pada bahasa Indonesia terdiri dari lima
huruf, yaitu a, e, i, o, dan u.

8
Tabel 2.2 Huruf vokal dan contoh pemakaiannya dalam kata

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf Vokal
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
a Asli Kari busa
e* Elak Perak pare
Empang Nenek -
Elang pecah tipe
i Ipar sikat pari
o Oli bola saldo
u Uang suka baru
Keterangan :

∗ Huruf e mewakili dua fonem, yaitu /e/ dan /ə/ beserta alofonnya. Fonem /e/
memiliki dua alofon, yaitu [e] dan [ɛ]. Fonem /e/ dilafalkan [e] jika terdapat
pada suku kata buka dan tidak diikuti suku kata yang mengandung alofon [ɛ]
(Alwi et al, 2008). Fonem /e/ dilafalkan [ɛ] jika terdapat pada suku kata tutup
akhir. Fonem /ə/ hanya memiliki satu alofon, yaitu [ə]. Pada PUEBI, digunakan
tiga diakritik yang mewakili fonem beserta alofon dari huruf e sebagai panduan
pengucapan yang benar apabila suatu ejaan kata menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e].
Misalnya:
Masakan Ibu sangat enak (énak).
b. Diakritik (è) dilafalkan [𝖼].
Misalnya:
Ayah saya senang memelihara bebek (bèbèk).
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə].
Misalnya:
Akibat perkatannya, timbul pertanyaan di benak (bênak) Adi.

2.3.3 Huruf Konsonan

Huruf konsonan adalah huruf yang pelafalan bunyinya dihasilkan dengan


menghambat aliran udara pada salah satu tempat di saluran suara di atas glotis. Pada
pelafalan konsonan, ada tiga faktor yang terlibat: keadaan pita suara, penyentuhan

9
atau pendekatan berbagai alat ucap, dan cara alat ucap itu bersentuhan atau berdekatan (Alwi
et al, 2008). Huruf-huruf konsonan pada bahasa Indonesia dilambangkan oleh 21 huruf yaitu
b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x y, dan z.
Tabel 2.3 Huruf konsonan dan contoh pemakaiannya dalam kata

Contoh Pemakaian dalam Kata


Huruf Konsonan
Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir
B benda rebut akrab
C cari kecap -
D diri adab akad
F foto lafal huruf
G gurita lega analog
H halal suhu kerah
J jimat sajak mikraj
K kita laksa tegak
L lepas malas bekal
M merah kemah suram
N nila pena tangan
P perang siapa setiap
q* quran iqra -
R rata beras bubur
S sampah kasar ringkas
T tarik mentah adat
V voli lava molotov
W warna awan takraw
x* xenon - -
Y yakin sayur -
Z zat rezim juz
Keterangan :

∗ Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan keperluan ilmupengetahuan.
Huruf x pada posisi awal kata dilafalkan [s].

10
3.1 Penulisan huruf
3.1.1 Huruf kapital
Huruf kapital adalah huruf besar yang dipakai sebagai unsur pertama kata pada awal
kalimat dan kegunaan lainnya.

3.1.2 Huruf miring


Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah, dan nama surat
kabar yang ada dalam sebuah kalimat. Hal ini juga berlaku dalam penulisan daftar pustaka.

3.2 Penulisan kata


penulisan kata adalah proses atau cara menulis yang mepertimbangkan unsur bahasa yang
diucapkan atau dituliskan sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan
dalam berbahasa sesuai ejaan yang disempurnakan.

3.3. Penulisan unsur serapan


Dalam perkembangannya bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari
bahasa daerah, seperti bahasa Jawa, Sunda, dan Bali, maupun dari bahasa asing, seperti bahasa
Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur
serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar.
Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti
force majeur, de facto, de jure, dan l'exploitation de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu
dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih
mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini, penyerapan diusa-hakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
3.3.1 Penyerapan huruf dari Bahasa Asing ke Bahasa Indonesia
Proses penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia dapat dipertimbangkan jika salah
satu syarat di bawah ini terpenuhi, yaitu:
1. Istilah serapan yang dipilih cocok konotasinya.
2. Istilah yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan Indonesianya.
3. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia terlalu banyak sinonimnya.

11
3.3.1.1 Cara kata serapan masuk kedalam Bahasa Indonesia
Kata serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia dengan empat cara:

A. Adopsi
Pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing itu secara keseluruhan.
Contoh: supermarket, plaza, mall.
B. Adaptasi
Pemakai bahasa hanya mengambil makna kata asing itu, sedangkan ejaan atau
penulisannya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Contoh: "Pluralization"
menjadi "pluralisasi".
C. Penerjemahan
Pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing itu, lalu
kata tersebut dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Contohnya: "Try out"
menjadi "uji coba".
D. Kreasi
Pemakai bahasa hanya mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa Indonesia.
Cara ini mirip dengan cara penerjemahan, tetapi tidak menuntut bentuk fisik yang
mirip seperti cara penerjemahan.
Misal, kata dalam bahasa aslinya ditulis dalam dua atau tiga kata, sedangkan dalam
bahasa Indonesianya hanya ditulis satu kata. Contoh: "Spare parts" menjadi "suku
cadang".

3.3.2 Penyerapan akhiran kedalam Bahasa Indonesia


Akhiran (sufiks/ sufix) adalah imbuhan yang terletak di akhir kata. Dalam pembentukan kata
ini tidak pernah mengalami perubahan bentuk. Proses pembentukannya di sebut safiksasi
(suffixation). Akhiran terdiri dari kan, an, i, nya, man, wati, wan, asi, isme, ilainnya dalam
contoh.
Contoh: -an + pikir→pikiran, -in + hadir→hadirin, -wan + karya→karyawan, -
wati+karya→karyawati, -wi+ manusia→manusiawi. Semua akhiran ini disebut sebagai
akhiran untuk kata benda.
Sedangkan akhiran yang berupa kata sifat, seperti: -if→aktif, sportif. -ik→magnetik,
elektronik. -is→praktis, anarkis. -er→komplementer, parlementer. -wi→manusiawi, surgawi,
duniawi.
Kadang-kadang akhiran yang berupa kata sifat, ada yang berasal dari bahasa inggris dan ada
yang berasal dari bahasa arab. Contoh: -al→formal, nasional. -iah→alamiah, batiniah. -
i→abadi, alami, hewani, rohani. -nya→melihatnya, mendengarnya, mengalaminya. -
in→muslimin, mu’minin. -at→muslimat, mu’minat. -us→politikus. -or→koruptor. -
if→produktif, sportif. Untuk lebih lengkap, simak selanjutnya.

12
Pada kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia kita jumpai akhiran-akhiran
seperti berikut:

 –al misalnya pada aktual, struktural, emosional, intelektual. Kata-kata yang berakhiran
–al ini tergolong kata sifat.
 –asi/isasi misalnya pada afiksasi, konfirmasi, nasionalisasi, kaderisasi, komputerisasi.
Akhiran tersebut menyatakan ‘proses menjadikan’ atau ‘penambahan’.
 –asme misalnya pada pleonasme, aktualisme, sarkasme, antusiasme. Akhiran ini
menyatakan kata benda.
 –er seperti pada primer, sekunder, arbitrer, elementer. Akhiran ini menyatakan sifat.
 –et seperti pada operet, mayoret, sigaret, novelete. Akhiran ini menyatakan pengertian
‘kecil’. Jadi operet itu ‘opera kecil’, novelet itu ‘novel kecil’.
 –i/wi/iah misalnya pada hakiki, maknawi, asasi, asali, duniawi, gerejani, insani, harfiah,
unsuriyah, wujudiyah. Akhiran-akhiran ini menyatakan sifat.
 –if misalnya pada aktif, transitif, obyektif, agentif, naratif. Akhiran ini menyatakan
sifat.
 –ik (1) seperti pada linguistik, statistik, semantic, dedaktik. Akhiran ini menyatakan
‘benda’ dalam arti ‘bidang ilmu’.
 -ik (2) seperti pada spesifik, unik, karakteristik, fanatik, otentik. Akhiran ini
menyatakan sifat.
 –il seperti pada idiil, materiil, moril. Akhiran ini menyatakan sifat. Pada kata-kata lain
kata-kata ini diganti dengan –al.
 –is (1) pada kata praktis, ekonomis, yuridis, praktis, legendaries, apatis. Akhiran ini
menyatakan sifat.
 –is (2) pada kata ateis, novelis, sukarnois, marxis, prosaic, esei. Akhiran ini menyatakan
orang yang mempunyai faham seperti disebut dalam kata dasar, atau orang yang ahli
menulis dalam bentuk seperti yang disebut di dalam kata dasar.
 –isme seperti pada nasionalisme, patriotisme, Hinduisme, bapakisme. Isme artinya
‘faham’.
 –logi seperti pada filologi, sosiologi, etimologi, kelirumologi, -logiartinya ‘ilmu’.
 –ir seperti pada mariner, avonturir, banker. Akhiran ini menyatakan orang yang bekerja
pada bidang atau orang yang mempunyai kegemaran ber-.
 –or seperti pada editor, operator, deklamator, noderator. Akhiran ini artinya orang yang
bertindak sebagai orang yang mempunyai kepandaian seperti yang tersebut pada kata
dasar.
 –ur seperti pada donator, redaktur, kondektur, debitur, direktur. Akhiran ini seperti yang
di atas menyatakan agentif atau pelaku;
 –itas seperti pada aktualitas, objektivitas, universitas, produktivitas. Akhiran ini
menyatakan benda.

4.1 penggunaan tanda baca


Penggunaan tanda baca adalah untuk menunjukkan struktur sebuah tulisan, menentukan
intonasi, serta jeda pada saat pembacaan. Umumnya, tanda baca yang sering digunakan dalam
penulisan adalah titik (.), koma (,), titik dua (:), titik koma (;), tanda tanya (?), tanda seru (!),
dan tanda petik (").

13
4.1.1 Penggunaan Tanda Baca Titik (.)

1. Penanda Akhir Kalimat


Fungsi tanda titik yang paling umum dan paling banyak dipahami orang-orang ialah sebagai
penanda pada akhir kalimat. Bukan kalimat seruan atau kalimat tanya. Kamu biasa
memahaminya sebagai kalimat berita.
Contoh:
- Ayah baru saja berangkat ke Yogyakarta.
- Ida sudah menyelesaikan artikel tentang Ketimpangan Sosial kemarin.
2. Tanda di Penulisan Bagan, Ikhtisar, atau Daftar
Tanda titik bisa digunakan di belakang satu huruf atau angka dalam penulisan bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Contoh:
- II. Provinsi Jawa Barat
Kota Bekasi
Kabupaten Bekasi
- 3. Pembahasan
3.1 Isi
3.2 Analisa Tabel
3.3 Analisa Grafik
3. Pemisah Angka pada Penanda Waktu (Jam, Menit, dan Detik)
Jarang diketahui, tanda titik juga dapat digunakan sebagai pemisah angka jam, menit, dan detik.
Hal ini disebabkan tanda tersebut sering digantikan oleh titik dua (:)
Contoh:
- Pukul 06.05 (Pukul 6 lewat 5 menit)
- Pukul 10.18 (Pukul 10 lewat 18 menit)
4. Penunjukkan Jangka Waktu
Hampir serupa dengan fungsi yang ketiga, tanda titik juga berfungsi sebagai penunjukkan
jangka waktu tertentu.
Contoh:
- 01.03.47 (1 jam 3 menit 47 detik)
- 07.00.38 (7 jam 38 detik)

14
5. Memperjelas Jumlah
Tanda titik digunakan untuk memperjelas bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh:
- Kasus COVID-19 di Indonesia tembus 1.000.000 kasus.
- Kecelakaan di tol bulan lalu mencapai 1.200 kejadian.
Tapi perlu kamu ingat nih, tanda titik tidak berlaku kepada angka yang tidak menyatakan
jumlah meskipun angkanya ribuan ya.
Contoh:
- Tsunami di Aceh terjadi pada tahun 2004.
- Perempuan itu kelahiran tahun 1999.
6. Peran dalam Penulisan Referensi
Dalam penulisan daftar pustaka, tanda titik digunakan setelah nama penulis, judul tulisan yang
tidak mengandung tanda seru atau tanda tanya, dan tempat terbit.
Contoh:
Agung, Muhammad. 2007. Media Belajar yang Asyik. Solo: Ragam Cendekia
7. Tidak Digunakan pada Akhir Judul
Kamu tidak boleh menggunakan tanda titik pada akhir judul karangan/artikel yang merupakan
kepala karangan. Selain itu pada bagian kepala tabel, grafik, dan ilustrasi juga tidak boleh
diakhiri dengan tanda titik.
Contoh:
- Pengertian, Jenis, dan Contoh Majas
- Grafik 3.2 Angka Kematian COVID-19 di Provinsi Jawa Timur
- Cara Memulai Bisnis Rumahan di Bulan Ramadan
8. Tidak Digunakan pada Kepala Surat
Oh iya tanda titik ini juga tidak boleh dipakai dalam kepala surat ya. Artinya, tanda titik tidak
diperbolehkan di belakang alamat pengirim dan penerima surat, nama pengirim dan penerima
surat, dan tanggal surat.
Contoh:
Kepada
HRD PT Jaya Sentosa
Jalan Pandawa
Sukabumi

15
4.1.2 Penggunaan Tanda Baca Koma (,)

1. Diletakkan di Tengah Kalimat


Tanda ini sangat sering digunakan pada tengah-tengah kalimat. Nah, tanda koma biasanya
dipakai dalam suatu perincian atau pun penyebutan bilangan. Untuk penempatannya ada di
belakang kata yang mengikutinya.
Contoh:
- Satu, dua, tiga, ….. mulai!
- Ibu berbelanja keperluan memasak seperti garam, gula, kecap, dan minyak goreng.

2. Perbandingan Kalimat
Tanda koma berperan dalam membentuk sebuah kalimat perbandingan. Tanda ini dipakai
memisahkan kalimat yang setara yang didahului kata yang menunjukkan perbandingan seperti
tetapi, namun, atau melainkan.
Contoh:
Wahana wisata itu sungguh menyenangkan, namun cukup berbahaya bagi anak-anak.

3. Memisahkan Anak Kalimat dengan Induk Kalimat


Tanda koma juga dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimatnya. Dengan
catatan, jika anak kalimatnya mendahului induk kalimat.
Contoh:
Jika tempatnya terlalu sempit, kita tidak akan gunakan tempat itu.

4. Pemisah Partikel
Tanda koma dipakai untuk memisahkan partikel dengan inti kalimat. Partikel ini bukan seperti
partikel di materi IPA ya. Partikel dalam bahasa Indonesia seperti oh, ya, hmm, wah, aduh,
dan bentuk lainnya.
Contoh:
- Wah, ternyata pemandangan di sini tak kalah indahnya!
- Hmm, baiklah kalau seperti itu.

5. Kata Penghubung Antarkalimat


Kamu wajib meletakkan tanda koma di belakang kata atau ungkapan yang menjadi

16
penghubung antarkalimat. Kata atau ungkapan tersebut misalnya oleh karena itu, namun, akan
tetapi, maka dari itu, dan meskipun begitu.
Contoh:
- …. oleh karena itu, kita harus merencanakan dengan matang.
-...... akan tetapi, peluang tim ini untuk menang masih terbuka lebar.

6. Identitas yang Ditulis Berurutan


Maksud identitas itu ialah penulisan nama dan alamat, bagian alamat, tempat dan tanggal, serta
nama tempat atau wilayah yang ditulis secara berurutan harus memakai tanda koma.
Contohnya:
- Jakarta, 13 April 2021
- Jalan Raya Bogor KM 19, Kramat Jati, Jakarta Timur

7. Memisahkan Petikan Langsung


Kalau kamu menemukan percakapan dalam sebuah cerita, baik di cerpen atau novel, tanda
koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagiannya yang lain dalam kalimat.
Contoh:
- Roro bertanya, “Apakah kamu lupa materi tentang konjungsi temporal?”
- “Baiklah,” jawab Pak Adi, “segera akan saya kerjakan hari ini.”

8. Catatan Kaki
Dalam penyusunan catatan kaki, tanda koma digunakan dalam penyusunannya.
Contoh:
Anton M. Moeliono, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017), hlm
48.

9. Penulisan Daftar Pustaka


Pada penyusunan daftar pustaka, tanda koma berfungsi sebagai pemisah bagian nama yang
dibalik susunannya.
Dalam penulisan daftar pustaka, tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya.
Contoh:

17
Moeliono, Anton M., dkk. 2017. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

10. Penulisan Bilangan


Tanda koma dalam hal ini dipakai pada angka persepuluhan atau bisa dipakai di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
- 17,2 km
- Rp90,12

11. Penulisan Gelar


Dalam penulisan gelar akademik, tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar yang
mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama diri, marga, atau keluarga.
Contoh:
- Hani Ammariah, S.Si
- Ny. Ratu Regina, S.Kom

12. Kalimat Bertingkat


Nah, tanda koma juga berperan dalam kalimat bertingkat nih. Ia dipakai buat mengapit
keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Contoh:
- Kakak pertamaku, Kresno, adalah orang yang sangat kreatif.
- Di sekolah kami, misalnya, masih banyak siswa dari latar belakang keluarga yang kurang
mampu.

13. Menghindari Salah Baca


Ternyata tanda koma berfungsi juga untuk menghindari salah baca/salah penafsiran lho. Tanda
ini digunakan di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Dalam upaya pembinaan warga, kita memerlukan semangat gotong royong.
Bandingan dengan
Kita memerlukan semangat gotong royong dalam upaya pembinaan warga.

18
14. Tidak Digunakan untuk Pemisahan Petikan Langsung
Tanda koma TIDAK dipakai untuk memisahkan petikan langsung dalam kalimat jika petikan
langsung diakhiri tanda tanya atau tanda seru.
Contoh:
- “Kenapa kamu berbohong?” tanya Devi.
- “Visitor blog jangan sampai turun lagi!” tegas Fahri..

4.1.3 Penggunaan Tanda Baca Seru (!)

1. Kalimat Perintah
Kalau kamu memerintahkan atau menyeru kepada seseorang, maka berlaku penggunaan tanda
seru di sini jika ucapanmu dituliskan. Tanda seru ini dipakai baik perintah yang sifatnya keras
maupun tidak.
Contoh:
- Tolong matikan lampu di ruang itu!
- Kerjakan tugas ini sekarang juga!

2. Menunjukkan Ekspresi Terkejut/Kaget


Ketika kamu merasa kaget, terkejut, atau rasa emosi yang kuat, maka wajib menggunakan
tanda seru dalam penulisan kalimatnya.
Contoh:
- Astaga! Apakah aku lupa mengirimkan kabar ke kamu?
- Kita berangkat sekarang, ayo semangat!

4.1.4 Penggunaan Tanda Baca Tanya (?)

1. Menanyakan Sesuatu
Namanya aja tanda tanya, sudah pasti fungsi yang pertama bertujuan untuk kalimat yang
menanyakan sesuatu.
Contoh:
- Kapan Gulman pergi ke Bandung?
- Apakah Devi sudah tahu kabar itu?
Eits, tapi tanda tanya tidak digunakan dalam kalimat tanya yang berubah bentuk

19
menjadi penjelas ya.
Contoh:
- Sampai sekarang dia tidak tahu kenapa gurunya selalu memberikan nilai yang jelek.
- Pak Hasan sudah mengerti bagaimana cara mengoperasikan mesin tersebut.

2. Digunakan dalam Tanda Kurung


Tanda tanya bisa diletakkan di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian dari sebuah
kalimat yang masih kurang dapat dibuktikan keabsahannya.
Contoh:
Total dana yang dikorupsi sekitar 500 juta rupiah (?)

4.1.3 Penggunaan Tanda Baca Titik Koma (;)


1. Memisahkan Bagian Kalimat
Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
- Malam semakin larut; tugasnya tak kunjung selesai.

2. Memisahkan Kalimat Setara


Tanda ini bisa dipakai sebagai pengganti kata hubung untuk memisahkan kalimat yang masih
setara dalam kalimat majemuk.
Contoh:
Ibu memasak di dapur; Nanda menonton TV di ruang tamu.

4.1.4 Penggunaan Tanda Baca Titik Dua (:)


1. Akhir Pernyataan Lengkap
Tanda titik dua digunakan pada akhir pernyataan yang lengkap. Tapi, hal ini hanya berlaku jika
masih dalam rangkaian yang sama ya.
Contoh:
- Kita persiapkan perlengkapan berkemah: tenda, ransel, jaket, dan pakaian tidur.
Lain halnya jika rangkaian tadi merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Tanda
titik dua tidak digunakan.
Contoh:
Kita memerlukan tenda, ransel, jaket, dan pakaian tidur.

20
2. Sesudah Kata atau Ungkapan
Tanda titik dua ini bisa digunakan sesudah kata/ungkapan juga lho
Contoh:
Ketua: Dwi Hatmojo Kresnoadi
Wakil Ketua: Hani Ammariah
Sekretaris: Salsabila Nanda
Hari/Tanggal: Senin, 19 April 2021
Waktu: 07.00 - selesai

3. Di antara Identitas Penerbit


Tanda titik dua bisa dipakai di antara
Tanda titik dua di antara:
(a) jilid atau nomor dan halaman,
(b) bab dan ayat dalam kitab suci,
(c) judul dan subjudul suatu karangan, serta
(d) nama kota dan penerbit buku dalam daftar pustaka..
Contoh:
- Republika, 1 (2020), 34:7
- Al-Kahfi: 10
- Karangan Regina Kayo, Rahasia Hidup: Kisah di Kota Hujan, sudah terbit.
- Abdillah, Fahri. 2020. 7 Jurus Jitu Melakukan Negosiasi. Purwokerto: Penerbit Lampion.

4. Dalam Teks Drama Setelah Kata yang Menunjukkan Pelaku


Tanda titik dua dipakai dalam teks drama setelah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Contoh:
Ratu: (sambil memandang ke bawah) “Sudahlah. Mungkin memanglah ini takdirku”
Hani: (menepuk pundak Ratu) “Hei, ngapain ngelamun aja?”
Ratu: (kaget) “Eh, kamu Hani..”

21
4.1.5 Penggunaan Tanda Baca Elipsis/Titik-titik (...)

1. Penulisan Kalimat yang Terputus-putus


Tanda elipsis ditulis dengan cara titik-spasi-titik-spasi-titik ( . . . ). Tanda ini dipakai dalam
penulisan kalimat yang terputus-putus.
Contoh:
Hmm . . . . aku juga tidak habis pikir dengan kejadian itu.

2. Penunjukkan Ada Bagian Naskah yang Dihilangkan


Tanda elipsis dipakai juga untuk menunjukkan kalau di sebuah kalimat ada bagian yang
dihilangkan.
Contoh:
Hal yang patut dihindari . . . serta menjadi masalah yang cukup besar dalam teknik membuat
website.
Kalau bagian yang dihilangkan itu akhir dari kalimat, maka kamu perlu memakai empat
titik (... .), tiga titik penanda hilangnya bagian teks, dan satu sebagai tanda akhir kalimat.
Contoh:
Dia termasuk orang yang setuju dengan … .

4.1.6 Penggunaan Tanda Baca Hubung (-)


1. Menyambung Huruf Kata dan Penulisan Tanggal
Tanda hubung dipakai untuk menyambung huruf dari kata yang dieja satu per satu dan
digunakan juga pada penulisan tanggal.
Contoh:
R-u-a-n-g-g-u-r-u
19-08-1998

2. Menyambung Suku
Tanda hubung berfungsi untuk menyambung suku dari kata dasar dan imbuhan yang terpisah
oleh pergantian baris.
Contoh:
- Ririn membeli baju lengan pan-
jang di Pasar Tanah Abang.

22
- Jangan sampai kamu memberi-
kan berita yang tidak benar.
Pengecualian terhadap pemotongan suku kata jika huruf terakhir pada kata tersebut ialah huruf
vokal
Contoh
Sejak diperketatnya aturan tersebut, para pemudik itu
seperti kesulitan mencari celah untuk pulang kampung.
Bukan
Sejak diperketatnya aturan tersebut, para pemudik i-
tu seperti kesulitan mencari celah untuk pulang kampung.

3. Memperjelas Hubungan
Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata/ungkapan serta penghilangan
bagian kelompok kata.
Contoh:
- ber-evolusi
- dua puluh lima-ribuan (25 x 1.000)
Coba kamu bandingakan dengan ini:
- ber-revolusi
- dua-puluh-lima-ribuan (20 x 5.000)

4. Menyambung Unsur Kata Ulang


Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata yang berulang.
Contoh:
- mondar-mandir, kanan-kiri
- anak-anak, kuda-kuda

5. Merangkai Kata Depan dengan Huruf Kapital


Tanda hubung juga dipakai untuk merangkai:
(a) se- dengan kata selanjutnya dengan awalan kapital,
(b) ke- dengan angka,
(c) angka dengan –an,
(d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan

23
(e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
- se-Jawa Barat
- era 90-an
- mem-PHK-kan
- Menteri-Sekretaris Negara

6. Merangkai Unsur Bahasa Indonesia dengan Bahasa Asing


Dalam rangkaian unsur Bahasa Indonesia dengan bahasa asing, juga diperlukan tanda hubung
lho.
Contoh:
– Dia menata rambutnya se-stylish mungkin.
– Jangan sampai sistem peng-upload-an data nanti mengalami gangguan.
– Pekerjaan Ratu tolong di-backup ya.
4.1.7 Penggunaan Tanda Baca Pisah (—)
1. Membatasi Penyisipan Kata
Jika ada pembatasan penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar
konteks kalimat, maka digunakan tanda pisah.
Contoh:
Kesuksesan itu—saya yakin akan tercapai—harus diperjuangkan oleh dirinya sendiri.

2. Tanda Pisah Dua Bilangan


Tanda pisah dipakai juga di antara dua bilangan/tanggal yang menunjukkan arti “sampai”
Contoh:
- 2019 – 2020
- Medan, 13 – 20 Januari 2015
- Bandung – Surabaya

3. Penegasan Keterangan Aposisi


Tanda pisah bisa dipakai untuk penegasan keterangan aposisi (keterangan lain) sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Anggota komunitas itu – Shabrina, Devi, dan Nanda – sudah memberi dampak positif yang

24
cukup besar bagi lingkungan sekitarnya.

4.1.8 Penggunaan Tanda Baca Kurung (())

1. Mengapit Angka
Kamu bisa memakai tanda baca kurung untuk digunakan mengapit angka atau huruf yang
merinci suatu urutan.
Contoh:
Harta kekayaannya meliputi (a) logam mulia, (b) properti, dan (c) saham.

2. Mengapit Huruf
Tanda kurung dipakai mengapit huruf atau kata yang kemunculannya di kalimat dapat
dihilangkan.
Contoh:
Pendaki amatiran tidak diperkenankan untuk mendaki sampai (puncak) Mahameru.

3. Mengapit Keterangan
Kamu juga bisa menggunakan tanda kurung untuk mengapit keterangan/penjelasan yang bukan
bagian pokok dari sebuah kalimat.
- Bukti tersebut (lihat halaman 109) mendukung pernyataannya bahwa dalam melakukan teknik
negosiasi harus dilakukan secara serius.

4. Tambahan Keterangan
Untuk menjelaskan keterangan yang berupa abreviasi, digunakan pula tanda kurung.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI) telah mengeluarkan kebijakan
penggunaan meterai 10000 dalam dokumen berharga.

4.1.9 Penggunaan Tanda Baca Kurung Siku ([ ])

1. Mengapit Keterangan
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan yang ada di kalimat penjelas. Nah,
kalimat penjelas ini sebelumnya sudah bertanda kurung ya.
Contoh:

25
– Persamaan dari metode pengajaran itu (perbedaannya [lihat halaman 33-45] cukup
signifikan) memberikan output yang kurang lebih sama dengan tujuan awal.

2. Mengapit Huruf, Kata, atau Kelompok


Tanda kurung siku ini bisa dipakai dalam hal pengoreksian kalimat yang ditulis oleh orang lain.
Tanda ini menyatakan bahwa ada kesalahan atau kekurangan huruf pada naskah aslinya.
Contoh:
Para pemuda juga wajib berperan dalam pemberdaya[a]n masyarakat di lingkungan sekitar
tempat mereka tinggal.

4.1.10 Penggunaan Tanda Baca Garis Miring (/)

1. Pengganti Kata Hubung


Garis miring digunakan sebagai pengganti kata dan, atau, serta tiap (per).
Contoh:
- pria/wanita
- harga permen itu Rp1.000,00/butir

2. Dipakai pada Nomor Surat dan Kalimat


Tanda garis miring juga dipakai dalam nomor surat serta penanda rentang masa tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
- No. 036/Kep/BKD/2020
- Tahun Ajaran 2020/2021

4.1.11 Penggunaan Tanda Baca Apostrof (‘)

1. Penggunaan Kata Khusus


Dalam penulisan, tanda ini digunakan dalam penulisan nama serta kata khusus dari serapan
bahasa asing.
Contoh:
- Ahmad Syafi’i (bukan ‘Syafi i’ atau ‘Syafii’)
- Surat Al-An’am (bukan Al-An am atau Al-Anam)

26
2. Menunjukkan Penghilangan Bagian Kata
Tanda apostrof juga dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau angka dalam
tahun.
Contoh:
- Deni ‘lah orang yang menyelamatmu (‘lah = adalah)
- 19 Februari ’21 (’21 = 2021)

4.1.12 Penggunaan Tanda Baca Petik (“)

1. Petikan Langsung
Tanda petik berfungsi sebagai pengapit petikan langsung dari pembicaraan dalam naskah atau
bahan tertulis lain.
Contoh:
- “Aku lapar,” ucap Ratu.
- Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia.”

2. Penutup Kalimat
Tanda petik dipakai sebagai tanda baca ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
atau bagian kalimat.
Contoh:
Tedy sering menjadi “pengacau” dalam setiap kegiatan tim di tempatnya bekerja.

3. Mengapit Istilah Ilmiah


Tanda ini juga bisa dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau memiliki
arti khusus.
Contoh:
Dalam istilah asing, keadaan semacam inilah yang disebut sebagai “jetlag”.

4. Mengapit Judul
Tanda petik dipakai untuk mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
Karangan Salsabila Nanda yang berjudul “Peran UKM terhadap Ekonomi Indonesia” telah

27
diterbitkan di surat kabar Republika sebagai tema besar halaman Keuangan.

4.1.13 Penggunaan Tanda Baca Petik Tunggal (‘)

1. Mengapit Makna
Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang ada di dalam petikan lain.
Contoh:
“Kau dengar bunyi ‘ngiung-ngiung’ tadi kah?” tanya Fahri kepada Adi.

2. Mengapit Petikan di dalam Petikan Lain


Petik tunggal juga digunakan dalam penulisan untuk mengapit makna, terjemahan, atau
ungkapan asing.
Contoh:
- feedback ‘umpan balik’
- shut down ‘nonaktif’

28
BAB III

PENUTUP

4.1 Simpulan
Ejaan BahasaI ndonesia(EBI )adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur
penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan,mulai dari pemakaian huruf, penulisan kata,
penulisan unsur serapan,sertapenggunaan tandabaca.
Ruang lingkup EBI adalah pemakaian huruf,penulisan kata,pemakaian tanda baca, dan
penulisan unsur serapan.
Huruf adalah tanda aksara dalam tata tulis yang melambangkan bunyibahasa. Pemakaian huruf
yang diatur dalam EBI antara lain: hurufabjad, huruf vokal,huruf konsonan,huruf
diftong,gabunganhurufkonsonan,huruf kapital,hurufmiring, dan huruf tebal.
Kata adalah satuan unit terkecil dari bahasa yang dapat berdiri sendiri dan tersusun dari morfem
tunggal.Kata merupakan perwuju dan kesatuan perasaan dan pikiran yang digunakan dalam
berbahasa, baik diucapkan maupun dituliskan.Pedoman penulisan kata yang diatur oleh EBI
adalah kata dasar,kata berimbuhan,bentuk ulang,dan lain-lain.

4.3 Saran
Setelah membaca makalah ini,penulis menyarankan agar pembaca:
1).Memahami EBI dan menerapkannya dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
2).Menjadikan EBI sebagai patokan dalam menulis berbagai karya ilmiah.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alwi,Hasan,dkk.2008.TataBahasaBakuBahasaIndonesia.edisiketiga.Jakarta:BalaiPustaka.
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT.
Gramedia.Murtiani,Anjar,dkk.2016.PedomanUmumEjaanBahasaIndonesia.Yogyakarta:Arask
a.
PermendikbudNomor50Tahun2015.PedomanUmumEjaanBahasaIndonesia.
Jakarta:Kemendikbud.
Rahmadi,Duwi.2017.PedomanUmumEjaanBahasaIndonesia&KesalahanBerbahasa.Solo:
Genta Smart Publisher.
Yanti,PrimaGusti,dkk.2016.BahasaIndonesiaKonsepDasardanPenerapan.
Jakarta:PT.Grasindo.

30

Anda mungkin juga menyukai