Anda di halaman 1dari 15

BEHAVIORISME

Sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Psikologi

Dosen pengampu :

Ike Hilatun Nisa, M.Pd

Disusun oleh :

M Diki Zafar Sidiq

( 02101054 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS


AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ASY-
SYUKRIYYAH TANGERANG 2022 M / 1443 H
KATA PENGANTAR

Atas nama Allah Yang Maha Kuasa, saya panjatkan puji syukur kehadiratNya
yang telah melimpahkan rahmat, inayah, serta hidayah-Nya kepada saya. Sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ilmiah ini yang membahas tentang “Behaviorisme”.
Dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi dan juga
memberikan sebuah pengetahuan baru (a new knowledge) bagi para pembaca tentang
aliran tersebut dalam psikologi.

Makalah ilmiah ini telah saya susun semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Selain itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
susunan kata ataupun kalimat yang kurang tepat dan tidak jelas apa maksudnya, karena
hanya inilah kemapuan yang saya miliki. Maka dari itu, dengan terbuka saya menerima
segala kritikan serta saran yang memotivasi kami untuk terus memperbaiki makalah saya
agar menjadi makalah ilmiah yang baik dan benar.

Dengan ini saya berharap agar makalah ini dapat dimengerti oleh para pembaca
sebagai bahan materi di mata kuliah Pengantar Psikologi.

Hormat saya

Pennulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam mengkaji, psikologi memiliki enam pendekatan teoritis, akan tetapi
dalam makalah ini kami hanya akan salah satu dari enam pendekatan psikologi
tersebut, yakni pendekatan behavioristik yang lebih menekankan pada bagaimana
belajar berperilaku dengan cara tertentu.1
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). 2 Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus)
dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Alasan kita mempelajari tentang Psikologi Behaviorisme adalah agar kita
mengetahui mengenai makna dari psikologi dan behavioristik itu sendiri. Kita juga
akan menjadi tahu hal-hal yang mungkin belum kita ketahui dalam Psikolgi
Behaviorisme tersebut, karena dengan kita mempelajarinya bertambahlah wawasan
kita mengenai ilmu Psikologi Behaviorisme itu.

1 Matt Jarvis. Teori-teori Psikologi. Bandung: 2006.Nusa Media. hlm. 1


2 http://copast-master.blogspot.co.id/2012/10/makalah-teori-belajar-aliran.html
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Aliran Behaviorisme?
2. Siapa saja tokoh yang mengemukakan aliran behaviorisme?
3. Bagaimana proses terapi tingkah laku?

C. Tujuan
Dalam bab selanjutnya di makalah ini akan dibahas tentang jawaban dari
rumusan masalah diatas yakni untuk mengetahui:
1. Pengertian aliran behaviorisme
2. Tokoh yang mengemukakan aliran behaviorisme
3. Proses terapi tingkah laku.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Behaviorisme


Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John
B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan
unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat
dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir
sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara
tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme secara keras menolak
unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan
membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
Aliran ini berpendapat bahwa perilaku manusia sangat ditentukan oleh
kondisi lingkungan luar dan rekayasa atau kondisioning terhadap manusia tersebut.
Aliran ini mengangap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya
ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Pendapat
ini merupakan hasil dari eksperimen yang dilakukan oleh sejumlah penelitian tentang
perilaku binatang yang sebelumnya dikondisikan.

B. Tokoh-tokoh Aliran Behaviorisme


Di bawah ini merupakan tokoh-tokoh yang mempunyai pandangan terhadap
Psikologi Behaviorisme, antara lain :
1. IVAN PETROVICH PAVLOV (1849-1936)

Pavlov adalah sarjana asal Rusia yang lahir di Rjasan pada tanggal 14
September 1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Ia
adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatic. Cara berfikirnya adalah sepenuhnya
cara berfikir ahli faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena dianggapnya
kurang ilmiah. Pada tahun 1904 ia mendapat Hadia Nobel untuk penelitiannya
tentang pencernaa. Sekalipun ia tidak tertarik dengan sebutan sebagai ahli psikologi,
namun peranan Pavlov dalam psikologi sangat penting, karena kajiannya mengenai
reflex-refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi
behaviorisme. Pandangannya yang sangat penting adalah bahwa aktivitas psikis
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian reflex-refleks belaka. Karena itu, untuk
mempelajari aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari refleks-refleks saja. 3

Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah


hasil penyeledikannya tentang refleks berkondisi (conditioned reflex). Dengan
penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar behaviorisme, sekaligus
meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan
pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan Amerika Psychological
Association (A.P.A) mengakui Pavlov adalah seorang yang terbesar pengaruhnya
dalam psikologi modern selain Freud.

Adapun jalannya eksperimen tentang refleks berkondisi yang dilakukan


Pavlov adalah sebagai berikut: Pavlov menggunakan seekor anjing sebgai binatang
percobaan. Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa,
sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya.
Apabila diperlihatkan sesuatu makanan maka akan keluarlah air liurnya. Kemudian
percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan sebuah bel setiap kali ia hendak
mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu
sebelum ia melihat makanan muncul di depannya. Percobaan ini dilakukan berkali-
berkali dan selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya
keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan
air liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur
setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks berkondisi (conditioned reflex),
karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus menerus dan hanya anjing yang
sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya adalah
rangsang berkondisi (conditioned stimulus). Kalau latihan itu diteruskan, maka pada
suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi
walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan perkataan

3 Adnan A. saleh. “Pengantar Psikologi “. ( Makasar. Aksara Timur.2018) hal. 177


lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada
lagi.

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks
yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) dimana
refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi
lama- kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.4

2. JOHN BROADUS WATSON

Watson dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan meninggal


di Newyork pada tanggal 25 September 1958. Watson belajar filsafat di Universitas
Chichago dan mendapat Ph.D pada tahun 1903 untuk suatu disertasi berjudul animal
education. Setelah itu ia menyibukkan dirinya psikologi hewan. Pada tahun 1908 ia
menjadi proses dalam psikologi eksperimen dan psikologi komparatif
(perbandingan) di John Hopkins University di Baltimore. Ia pun menjadi direktur
laboratorium psikologi di universitas itu. Antara tahun Pengantar Psikologi | 181
1920 – 1945 ia meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang psikologi yang
lain yaitu psikologi konsumen.5 Pada tahun 1912 ia menulis karya utamanya yang
dikenal sebagai “behaviorist’s manifesto” yaitu “Psychology as the Behaviorists
Views it”.

Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:

a. Psikologi adalah cabang eksperimental dari natural science. Posisinya setara


dengan ilmu kimia dan fisika sehingga introspeksi tidak punya tempat di
dalamnya.
b. Sejauh ini psikologi gagal dalam usahanya membuktikan jati diri sebagai natural
science. Salah satu halangannya adalah keputusan untuk menjadikan bidang
4 Adnan A. saleh. “Pengantar Psikologi “. ( Makasar. Aksara Timur.2018) hal. 179
5 Adnan A. saleh. “Pengantar Psikologi “. ( Makasar. Aksara Timur.2018) hal. 180
kesadaran sebagai obyek psikologi. Oleh karenanya kesadaran atau mind harus
dihapus dari ruang lingkup psikologi.
c. Obyek studi psikologi yang sebenarnya adalah perilaku nyata.

Pandangan Utama Watson

1) Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R Psychology)

Yang dimaksud dengan stimulus adalah semua obyek di lingkungan, termasuk


juga perubahan jaringan dalam tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan
sebagai jawaban terhadap stimulus, mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat
tinggi, juga termasuk pengeluaran kelenjar. Respon ada yang overt dan covert,
learneddan unlearned.

2) Tidak mempercayai unsur herediter (keturunan) sebagai penentu perilaku

Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting
(lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin,
1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik,
perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.

3) Dalam kerangka mind-body, pandangan Watson sederhana saja

Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun
akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi, bukan berarti bahwa Watson
menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah.
Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme
dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang
berbeda-beda. Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak
jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind.
Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun
dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
4) Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, makapsikologi harus
menggunakan metode empiris

Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan
verbal reports.

5) Secara bertahap Watson menolak konsep insting

Mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-
anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali
simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.

6) Konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi
tokoh behaviorisme lainnya.

Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh
dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning
respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah
proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia
(subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak
kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.

7) Pandangannya tentang memory membawanya pada pertentangan dengan


William James

Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya
sesuatu digunakan atau dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu
dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.

8) Proses thinking and speech terkait erat.

Thinking adalah subvocal talking. Artinya proses berpikir didasarkan pada


keterampilan berbicara dan dapat disamakan dengan proses bicara yang ‘tidak
terlihat’, masih dapat diidentifikasi melalui gerakan halus seperti gerak bibir atau
gesture lainnya.
9) Perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya.

Jadi, psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini
dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan
penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali
semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset
empiris pada eksperimen terkontrol.6

3. BURRHUSS FREDERICK SKINNER

B.F. SKINNER kebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behaviorisme


dengan pendekatan model intruksi langsung dan menyakini bahwa perilaku
dikontrol melalui proses operant conditioning. Dimana operant conditioning ini
diartikan sebagai suatu proses perilaku operant (penguatan positif dan negatif) yang
dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang
sesuai dengan keinginan.

Pertama kita perlu mengetahui apa arti dari Behaviorisme.


Behaviorisme adalah aliran psikologi yang menekankan pada tingkah laku atau
perilaku manusia (individu) sebagai makhluk reatif yang
memberikan RESPON terhadap lingkungan disekitarnya, pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku orang tersebut.

Pernyataan yang dikemukankan oleh Skinner setelah melakukan


percobaannya bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan, dimana
penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON akan semakin kuat
bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.

Karya Skinner berakar pada pandangan pengkondisian klasik sebagai terlalu


sederhana untuk membentuk penjelasan lengkap tentang perilaku manusia yang
kompleks. Skinner percaya bahwa cara terbaik untuk memahami perilaku manusia

6 http://www.erwinedwar.com/2018/06/john-broadus-watson-teori-belajar.html
adalah dengan memeriksa penyebab suatu tindakan dan konsekuensinya. Dia
menyebut pendekatan ini “pengkondisian operan.” Pengkondisian operan berkaitan
dengan operan: tindakan disengaja yang memiliki efek pada lingkungan di sekitar
kita. Skinner mulai mengidentifikasi proses yang membuat terjadinya perilaku
operan tertentu lebih atau kurang mungkin

Behaviorisme ingin menganalisis bahwa prilaku yang tampak saja yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan pada dasarnya manusia tidak membawa apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimannya dari lingkungan
sekitarnya. “LINGKUNGAN YANG BURUK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA
BURUK, LINGKUNGAN YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA
BAIK”.7

Skinner mengadakan sebuah percobaan yang disebut proses kondisioning


operant. Proses kondisioning operant (operant conditioning) sesungguhnya tidak
jauh berbeda dari proses konsioning klasik dari Pavlov. Dalam proses kondisioning
operant terdapat juga stimulus tak berkondisi dan respon tak berkondisi (disebut
tingkah laku responden) serta stimulus berkondisi dan respon berkondisi. Tetapi
kalau dalam percobaan Pavlov, anjing percobaan mengeluarkan air liurnya secara
pasif, maka dalam proses kondisioningnya Skinner, binatang percobaan (dalam hal
ini tikus) aktif. Dengan sengaja tikus itu melakukan sesuatu untuk mengubah
situasi, untuk memenuhi kebutuhannya atau untuk memuaskan dirinya. Karena itu
respon berkondisi dalam percobaan Skinner disebut sebagai respon operant atau
tingkah laku operant (operant behavior), sedangkan stimulus berkondisinya disebut
stimulus operant. Adapun jalan percobaannya adalah sebagai berikut. Skinner
memasukkan seekor tikus ke dalam sebuah kotak yang khusus dibuat untuk
percobaan ini. Tikus itu akan bergerak ke sana kemari dan sekali-sekali secara
kebetulan ia akan Pengantar Psikologi | 185 menginjak sebuah alat penekan yang
terdapat dalam kotak itu. Kemudian Skinner memasukkan makanan (stimulus tak
berkondisi). Setiap kali tikus menginjak alat penekan, tikus akan melihat maknana

7 https://sridianti.com/bf-skinner-teori-behaviorisme-dan-pengkondisian-operan.html
dan makan makanan itu (respon tak berkondisi). Kemudian setelah beberapa kali
percobaan ini diulang, tikus akan tahu bahwa dengan menekan alat ia akan bisa
memperoleh makanan. Maka ia akan dengan senagaja menekan alat tiap kali ia
membutuhkan makanan. Perbuatan menekan alat ini disebut tingkah laku operant,
karena tikus itu sengaja melakukannya untuk mengubah situasi (dari tidak ada
makanan kepada ada makanan) untuk kepuasan dirinya sendiri. Adapun makanan
merupakan imbalan (reward) dari perbuatan menekan alat itu. Pada tingkat yang
lebih lanjut, Skinner hanya memberikan makanan kalau tikut menekan alat penekan
pada saat lampu dalam kotak menyala. Kalau lampu sedang tidak menyala, maka
walaupun alat ditekan, makanan tidak akan keluar. Maka tikus hanya akan menekan
alat kalau lampu sedang menyala. Tikus sekarang dapat membedakan bila ia boleh
menekan alat dan bila ia tidak perlu menekan alat. Lampu sekarang menjadi
stimulus diskriminasi.8

8 Adnan A. saleh. “Pengantar Psikologi “. ( Makasar. Aksara Timur.2018) hal. 185


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam bab sebelumnya pemakalah dapat menarik
kesimpulan bahwa:
1. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis
jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang
berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme secara
keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari
psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
2. Ada banyak tokoh yang memiliki pandangan behaviorisme, antara lain John
Watson, B.F Skinner dan yang lainnya. Dalam masing tokoh memiliki pandangan
yang berbeda-beda akan tetapi satu sama lain memiliki keterkaitan atau tujuan
yang sama.
3. Terapi tingkah laku adalah pendekatan penerapan aneka ragam teknik dan
prosedur yang berlandaskan pada berbagai teori tentang belajar dalam usaha
melakukan pengubahan tingkah laku. Dalam penyelesaian masalah, kondisi
masalah harus dispesifikkan.

B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kita tentang salah aliran dalam psikologi yang nantinya dapat digunakan dalam
menyimpulkan permasalahan kepribadian klien, atau paling tidak bisa dipraktikkan
pada lingkungan sekitar, misalnya pada adik, anak atau lingkup keluarga lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Adnan A. saleh. 2018.Pengantar Psikologi . Aksara Timur: Makasar

Matt Jarvis. 2006 Teori-teori Psikologi. Nusa Media : Bandung

http://copast-master.blogspot.co.id/2012/10/makalah-teori-belajar-aliran.html

http://www.erwinedwar.com/2018/06/john-broadus-watson-teori-belajar.html

https://sridianti.com/bf-skinner-teori-behaviorisme-dan-pengkondisian-
operan.html

Anda mungkin juga menyukai