Dosen pengampu :
Disusun oleh :
( 02101054 )
Atas nama Allah Yang Maha Kuasa, saya panjatkan puji syukur kehadiratNya
yang telah melimpahkan rahmat, inayah, serta hidayah-Nya kepada saya. Sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ilmiah ini yang membahas tentang “Behaviorisme”.
Dibuat dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Psikologi dan juga
memberikan sebuah pengetahuan baru (a new knowledge) bagi para pembaca tentang
aliran tersebut dalam psikologi.
Makalah ilmiah ini telah saya susun semaksimal mungkin dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini. Selain itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
susunan kata ataupun kalimat yang kurang tepat dan tidak jelas apa maksudnya, karena
hanya inilah kemapuan yang saya miliki. Maka dari itu, dengan terbuka saya menerima
segala kritikan serta saran yang memotivasi kami untuk terus memperbaiki makalah saya
agar menjadi makalah ilmiah yang baik dan benar.
Dengan ini saya berharap agar makalah ini dapat dimengerti oleh para pembaca
sebagai bahan materi di mata kuliah Pengantar Psikologi.
Hormat saya
Pennulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mengkaji, psikologi memiliki enam pendekatan teoritis, akan tetapi
dalam makalah ini kami hanya akan salah satu dari enam pendekatan psikologi
tersebut, yakni pendekatan behavioristik yang lebih menekankan pada bagaimana
belajar berperilaku dengan cara tertentu.1
Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). 2 Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati
adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus)
dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Alasan kita mempelajari tentang Psikologi Behaviorisme adalah agar kita
mengetahui mengenai makna dari psikologi dan behavioristik itu sendiri. Kita juga
akan menjadi tahu hal-hal yang mungkin belum kita ketahui dalam Psikolgi
Behaviorisme tersebut, karena dengan kita mempelajarinya bertambahlah wawasan
kita mengenai ilmu Psikologi Behaviorisme itu.
C. Tujuan
Dalam bab selanjutnya di makalah ini akan dibahas tentang jawaban dari
rumusan masalah diatas yakni untuk mengetahui:
1. Pengertian aliran behaviorisme
2. Tokoh yang mengemukakan aliran behaviorisme
3. Proses terapi tingkah laku.
BAB II
PEMBAHASAN
Pavlov adalah sarjana asal Rusia yang lahir di Rjasan pada tanggal 14
September 1849 dan meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Ia
adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatic. Cara berfikirnya adalah sepenuhnya
cara berfikir ahli faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena dianggapnya
kurang ilmiah. Pada tahun 1904 ia mendapat Hadia Nobel untuk penelitiannya
tentang pencernaa. Sekalipun ia tidak tertarik dengan sebutan sebagai ahli psikologi,
namun peranan Pavlov dalam psikologi sangat penting, karena kajiannya mengenai
reflex-refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi
behaviorisme. Pandangannya yang sangat penting adalah bahwa aktivitas psikis
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian reflex-refleks belaka. Karena itu, untuk
mempelajari aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari refleks-refleks saja. 3
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku
sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks
yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) dimana
refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi
lama- kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.4
Dalam karyanya ini Watson menetapkan dasar konsep utama dari aliran
behaviorisme:
Perilaku manusia adalah hasil belajar sehingga unsur lingkungan sangat penting
(lihat pandangannya yang sangat ekstrim menggambarkan hal ini pada Lundin,
1991 p. 173). Dengan demikian pandangan Watson bersifat deterministik,
perilaku manusia ditentukan oleh faktor eksternal, bukan berdasarkan free will.
Baginya, mind mungkin saja ada, tetapi bukan sesuatu yang dipelajari ataupun
akan dijelaskan melalui pendekatan ilmiah. Jadi, bukan berarti bahwa Watson
menolak mind secara total. Ia hanya mengakui body sebagai obyek studi ilmiah.
Penolakan dari consciousness, soul atau mind ini adalah ciri utama behaviorisme
dan kelak dipegang kuat oleh para tokoh aliran ini, meskipun dalam derajat yang
berbeda-beda. Pada titik ini sejarah psikologi mencatat pertama kalinya sejak
jaman filsafat Yunani terjadi penolakan total terhadap konsep soul dan mind.
Tidak heran bila pandangan ini di awal mendapat banyak reaksi keras, namun
dengan berjalannya waktu behaviorisme justru menjadi populer.
4) Sejalan dengan fokusnya terhadap ilmu yang obyektif, makapsikologi harus
menggunakan metode empiris
Dalam hal ini metode psikologi adalah observation, conditioning, testing, dan
verbal reports.
Mulai dari karakteristiknya sebagai refleks yang unlearned, hanya milik anak-
anak yang tergantikan oleh habits, dan akhirnya ditolak sama sekali kecuali
simple reflex seperti bersin, merangkak, dan lain-lain.
6) Konsep learning adalah sesuatu yang vital dalam pandangan Watson, juga bagi
tokoh behaviorisme lainnya.
Habits yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh
dua hukum utama, recency dan frequency. Watson mendukung conditioning
respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike. Maka habits adalah
proses conditioning yang kompleks. Ia menerapkannya pada percobaan phobia
(subyek Albert). Kelak terbukti bahwa teori belajar dari Watson punya banyak
kekurangan dan pandangannya yang menolak Thorndike salah.
Menurut Watson apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya
sesuatu digunakan atau dilakukan. Dengan kata lain, sejauhmana sesuatu
dijadikan habits. Faktor yang menentukan adalah kebutuhan.
Jadi, psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku. Pandangan ini
dipegang terus oleh banyak ahli dan diterapkan pada situasi praktis. Dengan
penolakannya pada mind dan kesadaran, Watson juga membangkitkan kembali
semangat obyektivitas dalam psikologi yang membuka jalan bagi riset-riset
empiris pada eksperimen terkontrol.6
6 http://www.erwinedwar.com/2018/06/john-broadus-watson-teori-belajar.html
adalah dengan memeriksa penyebab suatu tindakan dan konsekuensinya. Dia
menyebut pendekatan ini “pengkondisian operan.” Pengkondisian operan berkaitan
dengan operan: tindakan disengaja yang memiliki efek pada lingkungan di sekitar
kita. Skinner mulai mengidentifikasi proses yang membuat terjadinya perilaku
operan tertentu lebih atau kurang mungkin
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa prilaku yang tampak saja yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan pada dasarnya manusia tidak membawa apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimannya dari lingkungan
sekitarnya. “LINGKUNGAN YANG BURUK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA
BURUK, LINGKUNGAN YANG BAIK AKAN MENGHASILKAN MANUSIA
BAIK”.7
7 https://sridianti.com/bf-skinner-teori-behaviorisme-dan-pengkondisian-operan.html
dan makan makanan itu (respon tak berkondisi). Kemudian setelah beberapa kali
percobaan ini diulang, tikus akan tahu bahwa dengan menekan alat ia akan bisa
memperoleh makanan. Maka ia akan dengan senagaja menekan alat tiap kali ia
membutuhkan makanan. Perbuatan menekan alat ini disebut tingkah laku operant,
karena tikus itu sengaja melakukannya untuk mengubah situasi (dari tidak ada
makanan kepada ada makanan) untuk kepuasan dirinya sendiri. Adapun makanan
merupakan imbalan (reward) dari perbuatan menekan alat itu. Pada tingkat yang
lebih lanjut, Skinner hanya memberikan makanan kalau tikut menekan alat penekan
pada saat lampu dalam kotak menyala. Kalau lampu sedang tidak menyala, maka
walaupun alat ditekan, makanan tidak akan keluar. Maka tikus hanya akan menekan
alat kalau lampu sedang menyala. Tikus sekarang dapat membedakan bila ia boleh
menekan alat dan bila ia tidak perlu menekan alat. Lampu sekarang menjadi
stimulus diskriminasi.8
B. Saran
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kita tentang salah aliran dalam psikologi yang nantinya dapat digunakan dalam
menyimpulkan permasalahan kepribadian klien, atau paling tidak bisa dipraktikkan
pada lingkungan sekitar, misalnya pada adik, anak atau lingkup keluarga lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan A. saleh. 2018.Pengantar Psikologi . Aksara Timur: Makasar
http://copast-master.blogspot.co.id/2012/10/makalah-teori-belajar-aliran.html
http://www.erwinedwar.com/2018/06/john-broadus-watson-teori-belajar.html
https://sridianti.com/bf-skinner-teori-behaviorisme-dan-pengkondisian-
operan.html