Anda di halaman 1dari 13

BEHAVIORISME

Disusun Oleh :

1. Shafina Hasna Yustianita (15000119120017)


2. Putri Zalza Aina Ulinuha (15000119120061)
3. Citra Pinurti Azizah (15000119130189)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
Fakultas Psikologi
2019
1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................2
KATA
PENGANTAR...............................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar
Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Pengertian Behaviorisme..............................................................................6
2.2 Tokoh-Tokoh yang Ada dalam Aliran Behaviorisme..................................7
2.3 Behaviorisme di Amerika Serikat................................................................8
2.4 Pendukung Tradisi Behaviorisme................................................................9

BAB III
PENUTUP...................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan restu-Nya lah
kami dapat menyelesaikan makalah mengenai ‘Behaviorisme” ini dengan baik dan
tepat pada waktunya.Serta telah diberikan kemampuan untuk memahami dan
menguasai materi ini dengan baik.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Sejarah dan Aliran Psikologi yaitu Bapak Yohanis F La Kahija,S.Psi,M.Sc
yang telah membimbing dan memberi pengetahuan mengenai materi ini sehingga
kami dapat menyusun makalah dengan baik.Terima kasih juga kami ucapkan kepada
rekan-rekan mahasiswa yang memberikan saran dalam pembuatan makalah ini.

Makalah yang sudah kami susun dari berbagai macam referensi ini masih
memiliki banyak kekurangan serta kesalahan yang ada.Mka dari itu kami meminta
saran dan kritik dari para pembaca untuk memberi masukannya.Akhir kata,kami
kelompok 6 ini mengharapkan agar makalah kami berguna bagi para pembaca dan
menambah pengetahuan tentang aliran psikologi behaviorisme .

Semarang, 28 Agustus 2019

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Munculnya aliran Behaviorisme dilatarbelakangi oleh beberapa hal,yaitu
akibat memuncaknya perkembangan ilmu pasti alam dan industrialisasi di
Amerika,hasil penyelidikan Ivan Pavlov seorang ahali berkebangsaan Rusia
tentang psikologi reflek,adanya dua aliran yang bertentangan di Amerika yaitu
Strukturalisme dan Fungsionalisme,kepopuleran filsafat pragmatisme di Amerika
yang dicetuskan oleh William James.

Adanya kemajuan di bidang ilmu pasti alam dan industrialisasi berpengaruh


terhadap pertumbuhan ilmu jiwa modern karena saat itu pemikiran dan
pemecahan segala masalah yang dihadapi selalu menggunakan ilmu pasti
alam,termasuk dalam meninjau dan menyelidiki jiwa manusia.Demikian halnya
dengan adanya kemajuan industrialisasi orang tidak lagi bekerja hanya dengan
tenaganya.Tetapi perhatian orang saat itu tertuju pada jalannya mesin-mesin
karena mesin bekerjanya lebih pasti.Diakui jalan pemikiran dalam ilmu pasti
alam dan mesin bersifat kaku,tetapi pasti dan selalu benar.Bertitik tolak dari hasil
pemikiran seperti dalam ilmu pasti dan kinerja mesin tersebut,maka orang waktu
itu mengira atau beranggapan segala persoalan hidup tentu dapat diselesaikan
dengan pemikiran semcam itu,tidak terkecuali dalam permasalahan ilmu jiwa.

Banyaknya hal yang melatarbelakangi munculnya aliran behaviorisme seperti


telah disebutkan itu disikapi oleh aliran behaviorisme tersebut dengan
mengukuhkan pendiriannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Behaviorisme?
2. Siapa saja tokoh-tokoh dalam aliran behaviorisme?
3. Bagaimana arti penting behaviorisme dalam perkembangan ilmu jiwa modern?
4. Bagaimana kendala dalam perkembangan behaviorisme?

4
1.3 Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dari Behaviorisme.
2. Mampu mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam aliran Behaviorisme.
3. Mampu menjelaskan arti penting Behaviorisme dalam perkembangan ilmu
jiwa modern.
4. Mampu menjelaskan kendala-kendala yang terjadi pada perkembangan
Behaviorisme.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Behaviorisme
Behaviorisme adalah salah satu aliran psikologi yang mendorong pergerakan
psikologi sebagai ilmu sains melalui metode penelitian empiris (Skinner,1974).Psikologi
behaviorisme pertama kali dipopulerkan di Amerika Serikat oleh John Buardus Wattson
(1878-1958).Behaviorisme artinya serba tingkah laku.Psikologi behaviorisme adalah
psikologi tingkah laku dan menekankan pada tingkah laku.Behaviorisme didasarkan pada
ajaran materialisme.Hal itu dimulai ketika muncul tulisan seorag ahli biologi yaitu Jacques
Leob pada 1890 berjudul “The Mechanistic Conception of Life” (Konsep Mekanistik dari
Kehidupan).John Buardus Wattson mengemukakan pandangannya yang terkenal sangat
revolusioner dalam psikologi.Menurut Wattson,psikologi sebagai studi yang objektif terhadap
tinggkah laku manusia dan hewan.
Masalah psikologi menurut Wattson merupakan masalah kegiatan atau aktivitas
manusia yang dapat diobservasi dan dapat diukur secara akurat.Wattson menegaskan tujuan
psikologi behaviorisme dengan meramalkan responsi dan mengendalikan tingkah laku
manusia.Menurut Wattson,yang namanya kesadaran bukan masalah pokok penelitian
sedangakan unit tingkah laku refleks atau hubungan S-R.Tingkah laku tersusun atas unsur-
unsur responsi serta dapat dianalisis secara tuntas dengan metode ilmiah objektif.Metode
penting dalam psikologi behaviorisme adalah pengondisian.Ia menolak metode introspeksi
sebagai metode untuk memepelajari atau meniliti tingah laku,sebab menurut attson setiap
respons mempunyai stimulus yang efektif dan setiap tingkah laku ada sebab-sebab tertentu
nya atau ada determinisme efektifnya.
Teori-teori psikologi yang disusun oleh aliran behaviorisme didasarkan pada tuga hal
pokok yaitu ilmu jiwa bukan menyelidiki kesadaran melainkan ia menyelidiki tingkah
laku,segala tingkah laku tidak lain daripada susunan refleks-refleks,dan pembawaan dan
keturunan tidak ada.

6
2.2 Tokoh-Tokoh yang Ada dalam Aliran Behaviorisme
1. Ivan Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov adalah seorang ilmuwan Rusia. Pavlov mendukung
argumen Sechenov bahwa psikologi harus dipelajari menggunakan konsep dan metode
fisiologis yang objektif dan mudah diamati (Hergenhahn dan Henley,2013). Pada awalnya
Pavlov mempelajari bagaimana sistem pencernaan bekerja pada mamalia.Ia mengamati
anjing di laboratorium dan memperhatikan proses pencernaan melalui salivasi anjing saat
akan diberi makan.Teori mendasar mengenai studi ini adalah peran saliva pada mamalia
untuk proses memakan,sehingga Pavlov berasumsi bahwa anjing baru akan mengeluarkan
saliva saat melihat makanan.Namun,Pavlov menemukan hal berbeda.Ia mengamati bahwa
anjing-anjing eksperimennya mengeluarkan saliva sebelum makanan terlihat.
Semua pekerja laboratorium yang membantu Pavlov mengenakan jas
laboratorium.Pavlov menyadari bahwa anjing-anjingnya mulai mengeluarkan saliva saat
mereka melihat jas laboratorium,bukan hanya pada saat melihat makanan. Berdasarkan
pengamatan tersebut, Pavlop memperdalam eksperimennya dengan menyertakan bunyi bel
pada setiap pemberian makan. Artinya, anjing-anjing laboratorium Pavlop mengasosiasikan
jas laboratorium dan atau suarabel atau makanan. Eksperimentasi ini melahirkan teori yang
dinamakan classical conditioning.
Pelajaran lainnya yang menarik dari eksperimen pavlop adalah apa yang ia sebut
sebagai kondisi neurisexperimental. Ini adalah keadaan ketika organisme menjadi bingung
dan frustasi karena stimulus yang ditimbulkan dari respon dan stimulus yang menghambat
respon hanya memiliki perbedaan yang tipis. Kebingungan untuk bereaksi trhadap stimulus
ini akan menimbulkan reaksi neurotik yang berbeda antar hewan eksperimen (hergenhahn
dan henley, 2013).
2. Vladimir bekhterev (1857-1927)
Ia adalah dokter Rusia satu angkatan lebih muda dari Pavlov yang belajar dari wundt
di Leipzig, Jerman. Ia mengajar bentuk psikologi yang murni objektif dengan mempelajari
perilaku konkrit (hergenhahn dan herley, 2013). Ia percaya bahwa mempelajari perilaku
konkrit lebih baik dibanding mempelajari refleks internal seperti yang dipelajari Pavlov.
Studi perilaku konkrit menjamin minimnya reaksi tak diinginkan yang mungkin muncul dari
subjek serta mempermudah pengukuran perilaku yang diamati.
Bekhterev melihat bahwa sengatan listrik diasosiasikan oleh organisme dengan reaksi
menghindar atau withdrawal. Baik hewan maupun manusia cenderung berusaha menghindar
dari sumber stimulus. Respons ini disebutnya sebagai refleks asosiatif. Refleks asosiatif

7
adalah hasil belajar yang mekanismenya mirip dengan classical conditioning Pavlov.
Walaupun memiliki penjelasan yang mirip, mengenai reaksi organisme dan juga sama-sama
menganut paham yang serupa Bekhterev dan Pavlov sering mengkritik satu sama lain
(Campbell, 2014). Persaingan keduanya dimulai pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-
20. Pavlov mendapatkan reputasi tinggi saat seorang psikolog Amerika, J.B. Watson
mendayagunakan hasil eksperimen Pavlov dan menurunkannya ke teori behaviorisme.
Walaupun demikian, Bekhterev terus melanjutkan kritiknya terhadap penelitian dan metode
Pavlov, mengatakan bahwa kondisi laboratorium Pavlov seperti “kurang terkontrol”.

2.3 Behaviorisme di Amerika Serikat

1. J. B. Watson (1878-1958)

Ia adalah figur yang dianggap sebagai pelopor aliran behaviorisme yang mengangkat
status psikologi di Amerika. Ia melandaskan pemikiran dasarnya pada objektivitas. Ia
meyakini bahwa psikologi sebagai sains harus objektif, dapat diteliti, dapat dibuktikan
kebenarannya (hergenhahn dan henley, 2013). Banyak terinspirasi dari hasil penelitian
Pavlov dan para peneliti Rusia sebelumnya bagi Waton subjek ilmu psikologi yang
sesungguhnya adalah perilaku yang dapat diamati.

Pernyataan klasik yang menentang gerakan “mentalisme” ini dapat dilihat sebagai
penolakan Watson terhadap aliran psikologi lain yang berusaha mempelajari hal-hal
“abstrak” seperti proses berpikir dan keaadaan mental (Horthesall, 1995). Menurut
Watson,hal-hal semacam itu tidak bisa dipelajari secara langsung. Sikap negatif terhadap
mentalisme juga bisa dilihat sebagai reaksi negatif terhadap aliran fungsionalisme dan
strukturalisme yang pada zaman tersebut sedang populer.Watson mengakui eksistensi pikiran
atau jiwa,tetapi tidak melihat entitas terpisah tersebut sebagai bagian yang dapat dipelajari
secara saintifik.

Watson memberikan perhatian banyak pada acara atau proses belajar.bagi


watson,periklaku yang telah menjadi kebiasaan adalah hasil belajar yang dibentuk oleh dua
hukum dasar,yaitu resensi dan frekuensi (lundin,1996).Watson memberikan kredit pada teori
classical conditioning Pavlov dengan menyatakan bahwa kebiasaan semata-mata adalah
sekumpulan respons terkondisi(CR) yang kompleks.

Teori belajar Watson memiliki banyak kekurangan dimata behavioris


modern.Wattson bergantung banyak pada ide resensi dan frekuensi,dua hal yang tidak dilihat

8
behavioris modern sepenting reinforcement dalam belajar. Watson juga dilihat terlalu
berlebihan dalam ,engaplikasikan paradigma classical conditioning Pavlov ke semua teknik
belajar.

Sebagai psikolog eksperimental,kontribusi besar Watson bagi psikologi adalah


eksperimen dan pemikiran objektifnya. Wwatson membanggkitkan objektivisme yang
tadinya telah merosot jauh karena banyaknya gerakan mentalise yang ia anggap sebagai
gerakan filosofis. Watson juga menekankan pentinganya bagi psikolog untuk selalu kembali
mengarahkan pandangan mereka ke tujuan serta guna utama psikologi sebagi ilmu,yaitu
untuk memprediksi dan mengontrol perilaku (Lundin,1996).

2.4 Pendukung Tradisi Behaviorisme

1. Albert Paul Weiss (1879-1931)

Ia adalah pendukung setia Watson yang juga menolak keberadaan pikiran atau
jiwa. Ia adalah seorang reduksionis dan behavioris radikal yang menyatakan bahwa seluruh
fungsi organisme adalah hasil antara interaksi fisik dengan lingkungannya. Menurut
Weiss,perilaku manusia dapat dan harus dipelajari berdasarkan stimulus biofisikal dan
biososial serta reaksinya. Maksudnya,perilaku dapat dilihat sebagai reaksi biologis dan juga
sosial karena manusia dapat menjadi stimulus bagi sesamanya. Proses belajar terjadi saat
manusia melakukan respons berbeda terhadap situasi sosial yang berbeda. Perilaku kelompok
sosial dilihatnya sebagai bentuk pertukaran sensoris-motor antar individu.

2. Edward Lee Thorndike (1874-1949)

Ia merupakan tokoh pionir behaviorise yang mengajar dan mengembangkan ilmunya


di laboratorium psikologi di Colombia University, New York, Amerika. Hasil karyanya
banyak menginspirasi dunia pendidikan, khusunya mengenai kecerdasan dan proses belajar.
Teori B.F. Skinner tentang operant conditioning bahkan terinspirasi oleh karya Thorndike
yang mempelajari perilaku hewan, hal itu karna ia tertarik membaca karya dari William
James.

Thorndike dikenal sebagai pencetus The Law of Effects. Dalam sebuah eksperiennya,
Thorndike menaruh seekor kucing lapar ke kandang yang terkunci. Dalam kandang itu
tersedia beberapa tuas yang bila ditekan ke arah tertentu yang akan membuka pintu dan
memberi kesempatan kucing untuk keluar. Thorndike mengamati upaya kucing tersebut dan

9
mengukur waktu yang dibutuhkan kucing itu untuk membuka dan keluar kandang. Makin
lama waktu yang dibutuhkan untuk keluar dari kotak semakin pendek karena trial and error
tidak lagi dilakukan. Berdasarkan eksperimen ini, ia menyimpulkan bahwa tindakan yang
disertai konsekuensi yang menyenangkan akan cenderung diulang kembali dan sebaliknya,
itulah yang dinamakan The Law Of Effects. Karya-karya Thorndike juga menarik perhatian
Pavlov dan diperhatikan oleh Watson, tetapi dipandang lebih inspiratif oleh B.F. Skinner.
Oleh karena itu, Thorndike juga dikenal sebagai salah satu pencetus mazhab behaviorisme
kognitif

3. William McDougall (1871-1938)

Pada saat bersamaan dengan publikasi behaviorisme Watson, beliau juga mulai
mempertanyakan metode introspeksi yang dipergunakan aliran strukturalis dan
fungsionalis (hergenhahn dan henley, 2013). Namun, tidak seperti Watson, Mcdougall
adalah seorang behavioris metodologis yang tidak menolak mentah-mentah aktivitas
mental. Mcdougall mempelajari apa yang disebut dengan perilaku purposif dan menjadi
pendukung dai maazhab behavioral kognitif.

Perilaku purposif adalah perilaku spontan-dalam arti tidak perlu disebabkan oleh
stimulus tertentu-dan dapat bertahan lama walaupun tidak ada stimulasi dari lingkungan.
Berdasarkan penelitiannya tersebut, Mcdougall menyimpulkan bahwa perilaku pasti
memiliki tujuan dan distimulasi oleh motif instingtif.

4. Karl Spencer Lashley (1890-1958)

Secara umum, Lashley mendukung posisi dan objektifitas behaviorisme lewat


penelitiannya di bidang psikologi fisiologi. Namun, sebagai seorang reduksionis, Lashley
tidak menyetujui ketergantungan Watson terhadap sitem conditioning Pavlov (psikolog S-
R). Tidak seperti Watson yang menghindari penelitian terhadap otak, Lashley melakukan
eksperimen terhadap otak untuk mengetahui apa yang akan terjadi pada perilaku
organisme bila bagian-bagian otaknya diambil (Lundin,1996).

Eksperimen Lashley menyatakan bahwa otak-walau setiap bagiannya memiliki fugsi


masing-masing tetap bekerja secara kesatuan. Setiap bagian otak sama pentingnya
(equipotential), dan bila salah satu bagian diambil, bagian lain akan mengambil alih
fungsi kerja bagian yang hilang. Pendekatan Watson terhadap perilaku dapat disebut
molekuler. Pendekatan tersebut menganalisis perilaku langkah demi langkah, bagian demi

10
bagian. Lain halnya dengan Edwin B. Holt (1873-1946) mengajukan pemikiran bahwa
perilaku bersifat molar, yakni berupa satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Maka
dari itu, Holt menyimpulkan bahwa perilaku bersifat molar, purposif, dan kognitif.

2.4 Kontribusi Behaviorisme Awal

Behaviorisme awal memberikan sumbangan yang besar bagi ilmu psikologi secara
keseluruhan. Melalui tujuan utama dan metode serta landasan berpikirnya, ia
menempatkan ilmu psikologi sebagai salah satu cabang ilmu sains yang klaimnya dapat
dibuktikan melalui penelitian empiris (Lundin, 1996). Munculnya aliran ini membuat
psikologi tidak lagi bersifat teoretis dan dipenuhi dengan spekulasi yang sulit dibuktikan.
Watson memberikan kontribusi besar dengan mengubah tujuan psikologi dari yang
tadinya sekadar mempelajari fenomena kesadaran menjadi prediksi dan kontrol perilaku
(hergenhahn dan henley, 2013). Seiring dengan tujuan yang berubah, subjek psikologi
secara garis besarpun berubah, dari kesadaran manusia-hal yang menurut para behavioris
awal sulit dipelajari dan dibuktikan keberadaannya menjadi perilaku konkrit.

Melalui metode penelitian eksperimen dan observasi, psikologi dapat memperkuat


dirinya dengan bukti nyata dan penelitian yang dapat direplikasi (Skinner, 1974).
Behaviorisme awal juga menghemparkan rel bagi para eksperimentalis. Selain itu,
melalui eksperimen dan penelitiannya, Watson dan sejumlah peneliti menunjukkan bahwa
hewan dapat digunakan sebagai subjek paralel dalam mempelajari perilaku manusia
(Lundin, 1996).

Pavlov dan para behavioris awal menjabarkan bahwa perilaku terbentuk melalui
conditioning yang dapat dijelaskan dengan melihat pola reward dan punishment yang
didapatkan individu (Mills, 1998). Pernyataan ini menunjukkan bahwa perilaku dapat
dibentuk dan diubah bila diberika conditioning yang tepat. Hasil penelitian ini meberikan
dorongan bagi psikologi untuk mengembangkan penemuannya pada proses belajar
manusia dan juga diaplikasikan di pembelajaran secara nyata. Temuan behavioris awal
mengenai proses belajar tersebut juga kelak menjadi landasan bagi berkembangnya teori
belajar.

11
BAB III

PENUTUP
3.2 Kesimpulan
Behaviorisme merupakan aliran pemikiran psikologi yang lebih fokus pada
perilaku sebagai subject matter penelitiannya. Perilaku dipilih karena dianggap mudah
diamati dan diukur sehingga akan menjamin kepastian dan objektivitas pengamatan,
sebagai salah satu parameter yang harus dipenuhi jika ilmu psikologi ingin dianggap
sebagai ilmu. Tokoh penting yang kemudian dianggap sebagai pendiri behaviorisme
adalah J.B. Watson. Watson mendeklarasikan behaviorisme pada tahun 1913.
Namun demikian, dalam perjalanannya, behaviosrisme, mengalami
perkembangan, dan terpolarisasi menjadi tiga, yaitu behaviorisme radikal, neo-
behaviorisme dan sosio-behaviorisme. Pavlop, Watson, Bektherev dan Thorndike
merupakan tokoh yang bisa dikategorikan behaviorisme radikal. Mereka lebih fokus
pada perilaku yang dapat diamati, menghindari pembahasan mengenai kondisi mental,
dan menggunakan metode eksperimen sebagai cara untuk melakukan penelitian
perilaku.

12
DAFTAR PUSTAKA

Irwanto dan Felicia Y. Gunawan. 2018. Sejarah Psikologi Perkembangan Perspektif


Teoretis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Prawira, Purwa Atmaja. 2018. Psikologi Umum dengan Perspektif Baru. Yogyakarta
: Ar-Ruz Media

13

Anda mungkin juga menyukai