Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

PRAKTEK KONSELING II

OLEH:

SALMI ADHAWI YAH TAUFIK

200404501030

KELAS B

Dosen Pengampu:

Dr. Farida Aryani, M.Pd.

Dr. Suciani Latif, M.Pd.

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
1. Biografi Tokoh Behavioristik
 John B. Watson

Menurut Desmita (2009:44), behavioristik adalah sebuah aliran dalam


pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson
(1878- 1958), seorang ahli psikologi Amerika pada tahun 1930, sebagai reaksi
atas teori psikodinamika. Perspektif behavioristik berfokus pada peran dari
belajar dan menjelaskan tingkah laku manusia.Asumsi dasar mengenai tingkah
laku menurut teori ini bahwa tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-
aturan yang diramalkan dan dikendalikan.Menurut Watson dan para ahli lainnya
meyakini bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil dari pembawaan genetis
dan pengaruh lingkungan atau situasional.Tingkah laku dikendalikan oleh
kekuatan-kekuatan yang tidak rasional.Hal ini didasari dari hasil pengaruh
lingkungan yang membentuk dan memanipulasi tingkah laku. Menurut Watson
(dalam Putrayasa, 2013:46), belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan
respons, stimulus dan respons yang dimaksud harus dapat diamati dan dapat
diukur. Oleh sebab itu seseorang mengakui adanya perubahan-perubahan mental
dalam diri selama proses belajar. Seseorang menganggap faktor tersebut sebagai
hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah
seorang behavioris murni, kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-
ilmu lain seperi fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman
empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan diukur. Watson berasumsi bahwa
hanya dengan cara demikianlah akan dapat diramalkan perubahan-perubahan
yang terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar.

 Ivan P. Pavlov

Paradigma kondisioning klasik merupakan karya besar Ivan P. Pavlov (1849-


1936), ilmuan Rusia yang mengembangkan teori perilaku melalui percobaan
tentang anjing dan air liurnya. Proses yang ditemukan oleh Pavlov, karena
perangsang yang asli dan netral atau rangsangan biasanya secara berulang-ulang
dipasangkan dengan unsur penguat yang menyebabkan suatu reaksi. Perangsang
netral disebut perangsang bersyarat atau terkondisionir, yang disingkat dengan CS
(conditioned stimulus). Penguatnya adalah perangsang tidak bersyarat atau US
(unconditioned stimulus). Reaksi alami atau reaksi yang tidak dipelajari disebut
reaksi bersyarat atau CR (conditioned response).

 B.F Skinner

Skinner adalah seorang psikolog dari Harvard yang telah berjasa


mengembangkan teori perilaku Watson.Pandangannya tentang kepribadian
disebut dengan behaviorisme radikal.Behaviorisme menekankan studi ilmiah
tentang respon perilaku yan dapat diamati dan determinan lingkungan.Dalam
behaviorisme Skinner, pikiran, sadar atau tidak sadar, tidak diperlukan untuk
menjelaskan perilaku dan perkembangan. Menurut Skinner, perkembangan
adalah perilaku. Oleh karena itu para behavioris yakin bahwa perkembangan
dipelajari dan sering berubah sesuai dengan pengalaman- penglaman lingkungan.

2. Hakikat Manusia menurut behavioristik, manusia sehat dan tidak sehat menurut
behavioristik
Manusia oleh Teori behaviorisme disebut sebagai Homo Mechanicus, artinya
manusia mesin. Mesin adalah suatu benda yang bekerja tanpa ada motif di
belakangnya, mesin berjalan tidak karena adanya dorongan alam bawah sadar
tertentu, ia berjalan semata-mata karena lingkungan sistemnya. Jika mobil kehabisan
bensin pasti tidak hidup, jika businya kotor juga mesin mati, jika unsur-unsur
lingkungannya lengkap pasti berjalan lancar. Tingkah laku mesin dapat diukur,
diramalkan dan digambarkan. Manusia, menurut teori behaviorisme juga demikian.
Selain insting, seluruh tingkah lakunya merupakan hasil belajar. Belajar ialah
perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Orang batak yang di
pinggir pantai laut bicaranya selalu keras. Karena lingkungan menuntut keras, yakni
bersaing dengan suara ombak, sedangkan orang jawa yang hidupnya di
perkampungan yang lenggang, bicaranya seperti berbisik-bisik, karena lingkungan
tidak menuntut suara keras, berbisk-bisik pun terdengar.
Behaviorisme tidak memersoalkan apakah manusia itu baik atau buruk,
rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilaku
manusia dikendalikan oleh lingkungan. Manusia dalam pandangan teori behaviorisme
makhluk yang sangat elastis, yang perilakunya sangat dipengaruhi oleh
pengalamannya. Manusia munurut teori ini dapat dibentuk dengan menciptakan
lingkungan yang relevan. Seorang anak misalnya dapat dibentuk perilakunya menjadi
seorang penakut jika secara sistematis ia ditakut-takuti. Demikian juga manusia dapat
dibentuk menjadi pemberani, disiplin, cerdas, dungu dan sebagainya dengan
menciptakan lingkungan yang relevan. Sehat menurut teori behavioral adalah
pribadi yang dapat merespon stimulus di lingkungan secara tepat dalam bertingkah
laku untuk memenuhi kebutuhannya dan dapat mengembangkan reinforcer internal
disamping eksternal serta memiliki control diri yang memadai. Sedangkan Sakit
merurut behavioral adalah apabila tingkah laku individu kurang/ tidak memuaskan
sehingga membawa konflik diri dengan lingkungannya. Dengan kata lain disebut
perilaku maladaptif (perilaku yang tidak tepat) yang terbentuk melalui proses interaksi
dengan lingkungannya.

3. Konsep Kunci dari teori Behavioristik 


• Manusia merupakan kesatuan dari 7 dimension yang di kenal dengan istilah BASIC
ID
• Behavioral (Perilaku)
• Affective Processes (proses afektif)
• Sensations (Penginderaan)
• Images (Citra)
• Interpersonal relationship (Hubungan interpersonal)
• Drugs/Biological Functions (Fungsi-fungsi biologis)

4. Tujuan Konseling Behavioristik


Dalam proses konseling, pendekatan behavioristik merupakan suatu proses di
mana konselor membantu konseli untuk belajar memecahkan masalah interpersonal,
emosional dan keputusan tertentu yang bertujuan ada perubahan perilaku pada
konseli. Pemecahan masalah dan kesulitannya dengan keterlibatan penuh dari
konselor. Diantaranya:
 Membantu konseli untuk menjalani kehidupan dengan lebih Bahagia dan
mencapai tujuan hidup yang realistis.
 Menurut Corey (1986) tujuan pendekatan behavioristik adalah sebagai refleksi
masalah konseli, dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan
sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling.

Anda mungkin juga menyukai