Anda di halaman 1dari 25

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

TEORITEORI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Elyusra Ulfa,M.Psi

PSIKOANALISIS SOSIAL MENURUT PAVLOV DAN SKINNER

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

INDAH APRILIANI ( 1260127445)


VIVI ANGGRAINI (12060123024)
QORY LATHIFAH (11960124901)

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

TAHUN AJARAN 2020/20


1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar lembaran sejarah Psikolog mengungkapkan bahwa kondisioning


merupakan bentuk belajar yang paling sederhana dan dapat dipahami secara keseluruhan. Sebab
menurut ahli bahwa implementasinya ke arah pembentukan organisasi kelas bersifat lebih rendah
menguasainya dibanding proses-proses belajar konsep, berpikir, dan menyelesaikan masalah.
Salah satu tokoh dalam menciptakan belajar classical conditioning ialah Ivan Pavlov, ia dikenal
sebagai tokoh behaviorisme.
Teori Classical Conditioning yang merupakan bagian dari teori Behaviorisme
mengatakan bahwa peniruan sangat penting dalam mempelajari bahasa. Teori ini juga
mengatakan bahwa mempelajari bahasa berhubungan dengan pembentukan hubungan antara
kegiatan stimulus-respon dengan proses penguatannya. Proses penguatan ini diperkuat oleh suatu
situasi yang dikondisikan, yang dilakukan secara berulang-ulang. Sementara itu, karena
rangsangan dari dalam dan luar mempengaruhi proses pembelajaran, anak-anak akan merespon
dengan mengatakan sesuatu. Ketika responnya benar, maka anak tersebut akan mendapat
penguatan dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Saat proses ini terjadi berulang-ulang, lama
kelamaan anak akan menguasai percakapan.
Kalimat bijak mengungkapkan sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat untuk
manusia, mungkin demikianlah ungkapan penulis bila tidak berlebihan terhadap diri Ivan Pavlov
yang demikian gemilang, telah mengiringi pemerhati teori belajar untuk senantiasa tidak jenuh
mengulasnya, menurut Ivan Pavlov bahwa teori ini “klasik”. Sehingga kesimpulan teori yang ia
tangkap”respon” dikontrol oleh pihak luar, ia menentukan kapan dan apa yang akan diberikan
sebagai “stimulus”. Demikianlah kejeniusan Ivan Pavlov mengenai teori classical conditioning
sebagai dasar hasil eksperimennya. Akibatnya, Ivan Pavlov telah melahirkan model belajar teori
classical conditioning bermanfaat, maka merupakan keharusan penulis untuk menyampaikan
kembali, guna mewujudkan dinamika teori Ivan Pavlov sebagai dasar pengembangan dalam

2
praktek belajar mengajar, sehingga dapat berjalan dengan baik dan tercapai tujuan yang
diharapkan

3
A. BIOGRAFI

Ivan Petrovich Pavlop lahir di Rusia pada tanggal 14 September tahun 1849 dan
meninggal di Leningrad pada tanggal 27 februari 1936. dan beliau meninggal pada tahun 1936 di
Rusia. Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak mau disebut sebagai ahli
psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara berfikirnya adalah
sepenuhnya cara berfikir ahli ilmu faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena
dianggapnya kurang ilmiah. Dalam penelitian-penelitiannya ia selalu berusaha menghindari
konsep-konsep maupun istilah-istilah psikologi. Kendatipun demikian, peranan Pavlov dalam
psikologi sangat penting, karena studinya mengenai refleks-refleks akan merupakan dasar bagi
perkembangan aliran psikologi behaviorisme. Pandangannya yang paling penting adalah bahwa
aktivitas psikis sebenarnya tidak lain merupakan rangkaian refleks-refleks belaka. Karena itu,
untuk mempelajari aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari refleks-refleks saja.
Pandangan yang sebenarnya bermula dari seorang tokoh Rusia lain bernama I.M. Sechenov yang
banyak mempengaruhi Pavlov ini, kemudian dijadikan dasar pandangan pula oleh J.B Watson di
Amerika Serikat dalam aliran Behaviorisme nya setelah mendapat perubahan-perubahan
seperlunya.
Dasar pendidikan Pavlov memang ilmu faal. Mula-mula ia belajar ilmu faal hewan dan
kemudian ilmu kedokteran di Universitas St. Petersburg. Pada tahun 1883 ia mendapat gelar
Ph.D setelah mempertahankan thesisnya mengenai fungsi otot-otot jantung. Kemudian selama
dua tahun ia belajar di Leipzig dan Breslau. Pada tahun 1890 ia menjadi profesor dalam
farmakologi di Akademi Kedokteran Militer di St. Petersburg dan direktur Departemen Ilmu
Faal di Institute of Experimental medicine di St. Petersburg. Antara1895-1924 ia menjadi
Professor ilmu Faal di Akademi Kedokteran Militer tersebut, 1924-1936 menjadi direktur
Lembaga ilmu Faal di Akademi Rusia Leningrad. Pada 1904 ia mendapat hadiah Nobel untuk
penelitiannya tentang pencernaan.
Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil
penyelidikannya tentang refleks berkondisi (‘conditioned reflex). Dengan penemuannya ini
Pavlov meletakkan dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus meletakkan dsar-dasar bagi penelitian-
penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan

4
American Psychological Association (APA) mengakui bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar
pengaruhnya dalam psikologi modern disamping Freud.
Pavlov memiliki beberapa buah karyanya yang penting, sebagaimana dikutip dari Filsafat
Islam karangan Ismail Asy-Syarafa beliau menerangkan diantaranya:
a. Dua Puluh Tahun Studi Objektiv tentang Aktivitas Saraf (perilaku) pada Binatang (Isyuruuna
‘Aamman mi Ad-Dirasah Al-hayawaanat, 1923.
b. Kuliah tentang Cara Kerja Dua Lingkaran Besar Otak (Muhadharat fi ‘Amali An-Nishfain Al-
Kurawiyyaain Al-Kabirainn li Al-Mukh),1927.

B. TEORI BELAJAR

Teori belajar gagasan Ivan Pavlov disebut dengan Teori pembiasaan klasik (classical
conditioning) . Kata classical yang mengawali nama teori ini semata-mata dipakai untuk
menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dahulu di bidang conditioning (upaya
pembiasaan) dan untuk membedakannya dari teori conditioning lainnya (Gleitmen,1986).
Selanjutnya, mungkin karena fungsinya, teori pavlov ini juga dapat disebut respondent
conditioning (pembiasaan yang dituntut). Teori ini sering disebut juga contemporary behaviorist
atau juga disebut S-R psychologists yang berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu
dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Jadi,
tingkah laku belajar mendapat jalinan yang erat antara reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Guru yang menganut pandangan ini bahwa masa lalu dan masa sekarang dan segenap tingkah
laku merupakan reaksi terhadap lingkungan mereka merupakan hasil belajar. Teori ini
menganalisis kejadian tingkah laku dengan mempelajari latar belakang penguatan
(reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.

 Konsep Teori
Dalam merumuskan teori belajar, Ivan Pavlov mengelompokkan konsep teori ke dalam 4
(empat) teori :

5
1. Eksitasi (Kegairahan ) dan Inhibition (Hambatan)
Menurut Ivan Pavlov dua proses dasar yang mengatur semua aktivitas sistem saraf sentra
adalah Exitation (Eksitasi/kegairahan) dan Inhibition (Hambatan). Ivan Pavlov bersepkulasi
bahwa setiap kejadian lingkungan berhubungan dengan beberapa titik tolak dan saat kejadian itu
dialami, ia cenderung menggairahkan atau mengahambat aktivitas otak. Jadi otak terus menerus
dirangsang atau dihambat, tergantung pada apa yang dialami organisme. Pola eksitasi dan
hambatan yang menjadi karakteristik otak ini oleh Pavlov disebut corcical mozaik (mozaik
corcical). Mosaik kortikal pada satu momen akan menentukan bagaimana organisme merespon
lingkungan. Setelah lingkungan eksternal atau internal berubah, mosaik kortikal akan berubah
dan perilaku juga akan berubah. Mozaik kortikal dapat menjadi konfigurasi yang relatif stabil,
sebab menurut Pavlov pusat otak yang berkali-kali aktif bersama akan membentuk koneksi
temporer dan kebangkitan satu poin akan membangkitkan poin lainnya. Jadi, jika satu nada terus
menerus diperdengarkan kepada seekor anjing sebelum ia diberikan makan, area di otak yang
merespon ke makanan. Ketika koneksi-koneksi ini terbentuk, presentase nada akan menyebabkan
hewan bertindak seolah-olah makanan akan disajikan. Pada poin ini kita mengatakan refleks
yang dikondisikan sudah terjadi.
2. Streotip Dinamis
Secara garis besar streotip dinamis adalah mosaik kortikal yang menjadi stabil karena
organisme berada dalam lingkungan yang dapat diprediksi selama periode waktu tertentu yang
lumayan panjang. Selama pemetaan kritikal ini dengan akurat merefleksikan lingkungan dan
menghasilkan respons yang tetap, maka segala sesuatu akan baik-baik saja. Tetapi, jika
lingkungan berubah secara radikal, organisme mungkin kesulitan untuk mengubah stereotif
dinamis. Ung diikuti oleh kejadian lingkungan lainnya, dan selama hubungan ini terus terjadi,
asosiasi antara keduanya pada level neural akan menguat. (perhatikan kemiripan dengan
pemikiran Thorndike tentang efek dari latihan terhadap ikatan neural). Jadi, lingkungan berubah
cepat, jalur neural baru harus dibentuk, dan itu bukan tugas yang mudah.
3. Iradiasi dan Konsenterasi
Pada awalnya terjadi iradiasi akan melebur ke arah otak lain di dekatnya. Iradiasi adalah
proses yang dipakai Ivan Pavlov untuk menjelaskan generalisasi, yaitu: ketika hewan
dikondisikan untuk merespon nada itu, tapi juga merespon nada yang lain yang terkait
dengannya. Ivan Pavlov mengasumsikan bahwa nada yang paling dekat dengan nada yang
6
dipresentasekan dalam daerah otak yang dekat dengan area yang menerima nada. Saat nada
menjadi makin berbeda, daerah otak yang mempresentasekannya akan semakin jauh dari area
yang menerima. Selain itu, pavlov mengasumsikan bahwa eksitasi akan hilang karena jarak.
Pavlov juga menemukan bahwa konsenterasi sebuah proses yang berlawanan dengan iradiasi.
4. Pengkondisian Eksitateris dan Inhibitoris
Ivan Pavlov mengidentifikasi dua tipe umum dari pengkondisian , yaitu pertama: eksitori
kondisioning akan tampak ketika pasangan CS-US menimbulkan suatu respon (sebuah bell (CS)
yang dipasangkan berulang kali dengan makanan (US) sehingga penyajian CS akan menerbitkan
air liur (CR), satu nada (CS) dipasangkan berulang kali dengan tiupan angin (US) langsung ke
mata yang menyebabkan mata secara refleks berkedip (UR) sehingga penyajian CS saja akan
menyebabkan mata berkedip.
Conditioned inhibition tampak training CS atau menekan suatu respon misalnya, Pavlov
berspekulasi bahwa pelenyapan mungkin disebabkan oleh munculnya hambatan setelah CS
menimbulkan respon itu diulang tanpa suatu penguat.

C. EKSPERIMEN

Eksperimennya Pavlov di laboratorium pada seekor anjing


Beliau melakukan operasi kecil pada pipi anjing itu sehingga bagian dari kelenjar liur
dapat dilihat dari kulit luarnya.Sebuah saluran kecil di pasang pada pipinya untuk mengukur
aliran air liurnya. Kondisi anjing itu terpisah dari penglihatan dan suara luar, atau diletakkan
pada panel gelas. Dengan kondisi bell dinyalakan, Anjing dapat bergerak sedikit, tetapi tidak
mengeluarkan liur. Setelah beberapa detik, bubuk daging diberikan,anjing tersebut lapar dan
memakannya. Alat perekam mencatat pengeluaran air liur yang banyak. Prosedur ini dilakukan
beberapa kali. Kemudian bell dinyalakan tetapi bubuk daging tidak diberikan, namun anjing
tetap mengeluarkan air liur. Binatang itu telah belajar mengasosiasikan dinyalakan bell dengan
makanan. Peristiwa ini menurut Pavlov merupakan refleks bersyarat dari adanya masalah fungsi
otak, sehingga masalah yang ingin dipecahkan oleh Pavlov dengan eksperimen itu ialah
bagaimanakah refleks bersyarat itu terbentuk.

7
Dari eksperimen Pavlov, menurutnya respon dikontrol oleh pihak luar,pihak inilah yang
menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus, sebagaimana dijelaskan Agus
Suryanto tentang teori Pavlov tersebut, beliau mengatakan semua harus berobjekkan kepada
segala yang tampak oleh indera, dari luar. Peranan orang yang belajar bersifat pasif karena untuk
mengadakan respon perlu adanya suatu stimulus tertentu. Sedangkan mengenai penguat menurut
Pavlov bahwa stimulus yang tidak terkontrol (unconditioned stimulus) mempunyai hubungan
dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku
dan berfungsi sebagai penguat.
Setelah respon berkondisi tercapai, apakah yang akan terjadi bila stimulus berkondisi
diulang atau diberikan kembali tanpa diikuti oleh stimulus tidak berkondisi? Dalam hal ini akan
terjadi pelenyapan atau padam. Dengan kata lain pelenyapan adalah tidak terjadinya respon atau
menurunnya kekuatan respon pada saat diberikan kembali stimulus berkondisi tanpa diikuti
stimulus tak berkondisi setelah terjadinya respon. Sedangkan penyembuhan spontan adalah
tindakan atau usaha nyata untuk menghalangi terjadinya pelenyapan. Satu diantaranya ialah
melalui rekondisioning atau mengkondisikan kembali melalui pemberian kedua stimulus
berkondisi secara berpasangan.
Dari peristiwa pengkondisian klasik ini , merupakan dasar bentuk belajar yang sangat
sederhana, sehingga banyak ahli kejiwaan menganggap Pavlov sebagai titik permulaan tepat
untuk penyelidikan belajar. Lalu peristiwa kondisioning juga banyak terdapat pada diri manusia,
misalnya anda dapat menjadi terkondisi terhadap gambar makanan dalam berbagai iklan yang
menampilkan makanan malam dengan steak yang lezat dapat memicu respon air liur meskipun
anda mungkin tidak lapar.

8
 Skema percobaan Pavlov

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Ivan Pavlov maka terlihat bahwa pentingnya
mengkondisi stimulus agar terjadi respon. Dengan demikian pengontrolan stimulus jauh lebih
penting daripada pengontrolan respon. Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih
mengutamakan faktor lingkungan (eksternal) daripada motivasi (internal).
Dalam eksperimennya yang lain, Pavlov menggunakan anjing untuk mengetahui hubungan
antara conditional stimulus (CS), unconditioned stimulus (UCS), conditioned response (CR), dan
unconditioned response (UCS). CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons yang
dipelajari, sedangkan respons yang dipelajari itu sendiri disebut CR. Adapun UCS berarti
rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak dipelajari, dan respons yang tidak dipelajari
itu disebut UCR.
Anjing percobaan itu mula-mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar air
liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil (tube). Perlu diketahui
bahwa sebelum dilatih (dikenal eksperimen), secara alami anjing itu selalu mengeluarkan air liur
setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika, bel dibunyikan secara alami pula anjing itu
menunjukkan reaksinya yang relevan, yakni tidak mengeluarkan air liur.
Kemudian, dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS)
bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Setelah latihan yang
berulang-ulang ini selesai, suara bel tadi (CS) diperdengarkan lagi tanpa disertai makanan
(UCS). Apa yang terjadi? Ternyata anjing percobaan tadi mengeluarkan air liur juga (CR),
9
meskipun hanya mendengar suara bel (CS). Jadi, CS akan menghasilkan CR apabia CS dan UCS
telah berkali-kali dihadirkan bersama-sama.
Berdasarkan eksperimen di atas, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubahan yang ditandai
dengan adanya hubungan antara stimulus dan respons. Jadi, prinsipnya hasil eksperimen E.L
Thorndike di muka kurang lebih sama dengan hasil eksperimen Pavlov yang memang dianggap
sebagai pendahulu dan anutan Thorndike yang behavioristik itu. Kesimpulan yang dapat kita
tarik dari hasil eksperimen pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu disertai
dengan stimulus penguat (UCS), stimulus tadi (CS) cepat atau lambat akhirnya akan
menimbulkan respons atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini CR.

D. Dinamika dan Perkembangan Kepribadian

Pavlov yakin bahwa kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan tingkah


laku dalam hubungan yang terus menerus dengan lingkungan nya. Cara yang efektif untuk
mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah penguatan, maksudnya dengan diberikan
penguatan-penguatan yang positif, maka tingkah laku seseorang akan bisa berubah dan terkontrol
dengan baik. Strategi untuk mengubah tingkah laku menurut pandangan Pavlov itu pada
dasarnya ada dua yaitu :

1. Conditioning Clasik, disebut juga dengan conditioning responden karena tingkah laku
dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang bersifat reflek.
2. Conditioning Operan, conditioning operan tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis
atau refleks sehingga jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan conditioning clasik.

E. Pendapat Pavlov tentang Belajar dan Pendidikan


10
Dalam penjelasan terdahulu telah dijelaskan bahwa Pavlov adalah seorang ilmuwan yang
membaktikan dirinya untuk penelitian. Ia memandang ilmu pengetahuan sebagai sarana belajar
tentang berbagai masalah dunia dan masalah dan masalah manusia. Peranan ilmuwan
menurutnya antara lain membuka rahasia alam sehingga dapat memahami hukum-hukum yang
ada pada alam. Di samping itu ilmuwan juga harus mencoba bagaimana manusia itu belajar dan
tidak bertanya bagaimana mestinya manusia belajar.
Teori belajar classical conditioning mengaplikasikan pentingnya mengkondisi stimulasi
agar terjadi respon. Dengan demikian, pengontrolan dan perlakuan stimulus jauh lebih penting
daripada pengontrolan respon. Konsep ini mengisyaratkan bahwa proses belajar lebih
mengutamakan faktor lingkungan daripada motivasi internal.
Pandangan Pavlov tentang belajar, ia mengutamakan perilaku dan perubahan tingkah
laku organisme melalui hubungan stimulus respon (S-R). Dengan demikian, belajar hendaknya
mengkondisi stimulus agar bisa menimbulkan respon. Belajar adalah suatu perubahan tingkah
laku yang terus-menerus yang timbul sebagai akibat dari persyaratan kondisi.
Dalam pendidikan, prinsip Pavlov sulit untuk diaplikasikan dalam pendidikan di kelas. Sebab
yang menjadi pertanyaannya adalah apakah percobaannya terhadap hewan akan terjadi pula pada
manusia? Pertanyaan inilah yang sering dilontarkan terhadap teori classical conditioning. Oleh
sebab itu, walaupun paradigma classical conditioning dari Pavlov telah diperluas berdasarkan
penelitian-penelitian psikologi, namun persoalan penerapannya dalam praktek masih
menimbulkan pertanyaan. Banyak latihan-latihan. Pendidikan berdasarkan teori Pavlov baik
pada masa lampau maupun masa sekarang tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam
praktek pendidikan mungkin bisa kita temukan seperti lonceng berbunyi mengisyaratkan belajar
dimulai atau pelajaran berakhir.
Pertanyaan guru diikuti angkatan tangan siswa, suatu pertanda siswa dapat menjawabnya.
Kondisi-kondisi tersebut diciptakan untuk memanggil suatu respon atau tanggapan. Ahli
pendidikan lain juga menyarankan bahwa panduan belajar dengan mengkombinasikan gambar
dan kata-kata dalam mempelajari bahasa, akan sangat berguna dalam mengajar perbendaharaan
kata-kata. Memasangkan kata-kata dalam bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa lainnya akan
membantu para siswa dalam membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing. Dalam

11
pengertian yang lebih luas misalnya memasangkan makna suatu konsep dengan pengalaman
siswa sehari-harinya akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep lainnya. Walaupun
classical conditioning terms menjadi bidang yang aktif dalam psikologi saat ini. Sebagian para
ahli telah mulai meninggalkan teori psikologi ini.

F. Aplikasi Teori Belajar Pavlov dalam Pembelajaran

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori belajar menurut Pavlov adalah
ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:

1. Mementingkan pengaruh lingkungan

2. Mementingkan bagian-bagian

3. Mementingkan peranan reaksi

4. Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon

5. Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya

6. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan

7. Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.


Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma Pavlov akan
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang
harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah,
tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui
simulasi. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang
kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu keterampilan tertentu. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori belajar Pavlov
ini adalah tebentuknya suatu perilaku yang diinginkan.Perilaku yang diinginkan mendapat
penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau
12
penilaian didasari perilaku yang tampak. Kritik terhadap teori belajar Pavlov adalah
pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik dan hanya berorientasi pada
hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar karena penggunaan teori
Pavlov mempunyai persyaratan tertentu sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap
mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan
kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi behavioristic.

Metode Pavlov ini sangat cocok untuk perolehan kemampuan yang membutuhkan
praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas,
kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya, contohnya: percakapan bahasa asing, mengetik,
menari, menggunakan komputer, berenang, olahraga dan sebagainya. Teori ini juga cocok
diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran orang dewasa,
suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

Penerapan teori belajar Pavlov yang salah dalam suatu situasi pembelajaran juga
mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid. Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar,
dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru. Murid hanya mendengarkan dengan
tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar
yang efektif.

13
G. Kelemahan
Adapun kelemahan dari teori conditioning ini ialah, teori ini menganggap bahwa belajar
itu hanyalah terjadi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya.
Peranan latihan/kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tahu bahwa dalam bertindak dan
berbuat sesuatu, manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Aku atau
pribadinya sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa
yang akan dilakukannya. Teori Conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan
kehidupan binatang. Pada manusia, teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar
tertentu saja. Umpamanya dalam belajar yang mengenai skills (kecekatan-kecekatan) tertentu
dan mengenai pembiasaan pada anak-anak kecil.

H. . Hukum-Hukum Yang Digunakan Pavlov

Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme
tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi
kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan
behaviorisme ini, diantaranya : Ivan Pavlov “classical conditioning”.
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum
belajar, diantaranya :
a. Law of Respondent Conditioning, berarti hukum pembiasaan pembiasaan yang dituntut.
Menurut Hintzman (1978), yang dimaksud dengan law of respondent conditioning ialah, jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer)
maka refleks ketiga yang terbentuk dari respons atas penguatan refleks dan stimulus lainnya akan
meningkat. Yang dimaksud dengan dua stimulus tadi adalah CS dan CR.

14
b. Law of Respondent Extinction, berarti hokum pemusnahan yang dituntut. Yaitu jika refleks
yang sudah diperkuat melalui respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.

15
BAB II

PEMBAHASAN

A.    BIOGRAFI B.F. SKINNER


B.F. Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama Susquehanna,
Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga
yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam
lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner
mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded
Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama
dua tahun.
Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas
Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia
menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun
1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia
menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan,
seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai
buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis
psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II.Pada tanggal 18 Agustus
1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia.

B.     SEJARAH MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN B.F SKINNER


Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R. Waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh
yang kuatpada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive
behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk
menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana
stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan
S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana
organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan
perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme
dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti.
Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John
Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus
dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya,
Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov
dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup

16
kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab
atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
    
C.    TEORI BELAJAR SKINNER
Teori Skinner sering juga disebut dengan operant conditioning. Dinamakan teori Skinner
karena penelitian pada teori ini dilakukan oleh seorang ilmuan bernama lengkap Burhuss
Frederic Skinner. Dia lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu
rumah tangga yang baik. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa
dalam lingkungan yang stabil, dimana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Sebelum
membahas lebih mendalam mengenai Teori Skinner ini, terlebih dahulu akan dibahas
mengenai Teori Conditioning.
Mula-mula teori Conditioning ini dipelopori oleh Ivan Pavlov (1927), kemudian
dikembangkan oleh Watson (1970). Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap anjingnya
menggambarkan bahwa belajar dilakukan dengan mengasosiasikan suatu ganjaran (reward)
dengan rangsangan (stimulus) yang mendahului ganjaran itu. Perangsang bersyarat dan
perangsang tidak bersyarat merupakan pengkondisian (conditioning) di dalam proses
pembentukan perilaku. Watson mengembangkan teori ini melalui percobaan tentang gejala takut
pada anak, dengan menggunakan tikus putih. Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses yang
disebabkan oleh adanya syarat tertentu yaitu berupa rangsangan. Pengkodisian (conditioning)
dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap perangsang tertentu menimbulkan
proses belajar.
Seperti Pavlov dan Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan
antara perangsang dan respons, tetapi berbeda dengan kedua ilmuan yaitu Pavlov dan Watson.
Skinner kurang setuju dengan teori dari Pavlov. Skinner menyatakan bahwa teori Pavlov hanya
berlaku bagi interaksi antara stimulus dan respons yang sederhana saja. Padahal manusia dalam
menjalankan fungsinya memerlukan prilaku yang kompleks yang mempersyaratkan terjadinya
interaksi stimulus dan respons yang kompleks pula. Dengan demikian, interaksi stimulus-respons
dalam diri seorang individu tidaklah sesederhana itu.
Menurut Skinner, kunci untuk memahami perilaku individu terletak pada pemahaman
terhadap hubungan antara stimulus satu dengan stimulus lainnya, respons yang dimunculkan, dan
juga berbagai konsekuensi yang diakibatkan oleh respons tersebut. Skinner setuju dengan
pendapat Watson yang mengatakan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku.
Ada enam asumsi dasar dari teori Operant Conditioning ini, yaitu :
1.      Hasil belajar merupakan perilaku yang dapat diamati
2.      Perubahan perilaku sebagai hasil belajar secara fungsional berhubungan dengan perubahan
situasi dalam lingkungan atau suatu kondisi
3.      Hubungan antara perilaku dan lingkungan dapat ditentukan hanya jika elemen-elemen perilaku
dan kondisi percobaan diukur secara fisik dan diamati perubahannya dalam situasi yang
terkontrol ketat
17
4.      Data yang dihasilkan oleh percobaan-percobaan trhadap perilaku merupakan satu-satunya data
yang dapat dipergunakan untuk mengkaji alasan munculnya suatu perilaku.
5.      Sumber data yang paling tepat adalah perilaku dari masing-masing individu.
6.      Dinamika interaksi antara individu dengan lingkungannya bersifat relatif sama untuk semua
jenis makhluk hidup.
Skinner mengembangkan teori operant conditioning ini melalui percobaan terhadap
burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apabila pengungkit itu kena tekanan maka ia
dapat mengeluarkan makanan. Skinner membedakan adanya dua macam respons, yaitu :
1.      Respondent response (reflexive response), yaitu respons yang ditimbulkan oleh prangsang-
perangsang tertentu. Perangsang-perangsang yang demikian itu, yang disebut eliciting stimuli,
menimbulkan respons-respons yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan
keluarnya air liur. Pada umumnya perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului
respons yang ditimbulkannya.
2.      Operant Response (instrumental response), yaitu respons yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing
stimuli atau reinforceri,karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah
dilakukan oleh organisme. Jadi, perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya
memperkuat) sesuatu tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah
melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar
(responsnya menjadi lebih intensif/kuat).
Dalam kenyataannya, respons jenis pertama itu (respondent response atau respondent
behavior) sangat terbatas adanya pada manusia dan karena adanya hubungan yang pasti antara
stimulus dan respons kemungkinan untuk memodifikasikannya adalah kecil. Sebaliknya, operant
response atau instrumental behavior merupakan bagian terbesar daripada tingkah laku manusia,
dan kemungkinannya untuk memodifikasi \boleh dikatakan tak terbatas. Fokus teori Skinner
adalah pada respons atau jenis tingkah laku yang kedua ini; soalnya ialah bagaimana
menimbulkan, mengembangkan dan memodifikasikan tingkah laku tersebut. Jika disederhanakan
prosedur pembentukan tingkah laku dalam operant conditioning itu adalah sebagai berikut :
1.      Dilakukan identifikasi mengenai hal apa yang merupakan reinforcer (hadiah) bagi tingkah laku
yang akan dibentuk itu.
2.      Dilakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk tingkah
laku yang dimaksud. Komponen-komponen itu lalu disusun dalam urutan yang tepat untuk
menuju kepada terbentuknya tingkah laku yang dimaksud.
3.      Dengan mempergunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara,
mengidentifikasi reinforcer (hadiah) untuk masing -masing komponen itu.
4.      Melakukan pembentukan tingkah laku dengan menggunakan urutan komponen-komponen yang
telah tersusun itu. Kalau komponen pertama telah dilakukan maka hadiahnya diberikan; hal ini
akan mengakibatkan komponen itu makin cenderung untuk sering dilakukan. Kalau ini sudah
terbentuk, dilakukannya komponen kedua yang diberi hadiah (komponen pertama tidak lagi
memerlukan hadiah); demikian berulang-ulang, sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu
18
dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya, sampai seluruh tingkah laku
yang diharapkan terbentuk.

Dalam kenyataan, prosedur penyederhanaan operant conditioning banyak variasi dan lebih


kompleks.Komponen proses belajar menurut Skinner terdiri dari stimulus yang diskriminatif
(discriminative stimulus) dan penguatan (positif, negatif, dan hukuman) untuk menghasilkan
respons (perubahan tingkah laku). Stimulus yang diskriminatif menurut Skinner merupakan
stimulus yang selalu hadir untuk pemunculan suatu respons. Kunci berwarna merah merupakan
stimulus yang diskriminatif dalam percobaan Skinner terhadap burung merpati. Jika merpati
mematuk kunci merah maka merpati akan memperoleh makanan. Setelah beberapa kali
pengulangan, jika kunci diganti warna maka merpati tidak akan mematuk. Makanan dalam hal
ini berfungsi sebagai faktor penguatan. Kemungkinan pemunculan respons dapat dimaksimalkan
dengan kehadiran stimulus yang diskriminatif. Jika ada stimulus lain yang memiliki persamaaan
dengan stimulus diskriminatif maka respons dapat dimunculkan kembali
Skinner juga membuat eksperimen dalam laboratoriumnya dengan memasukkan tikus
kedalam kotak yang disebut Skinner Box.  Kotak ini sudah dilengkapi dengan berbagi
perlengkapan yaitu tombol, alat pemberi makan, penampung makanan, lampu yang diatur
nyalanya dan lantai yang dialiri oleh listrik.  Karena dorongan lapar sang tikus (hunger drive), si
tikus berusaha keluar untuk mencari makanan.
Selama tikus itu bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja tikus itu
menekan tombol sehingga makanan keluar. Secara terjadwal, diberikan makanan secara bertahap
sesuai peningkatan perilaku yang di tunjukkan oleh tikus tersebut, sehingga proses ini disebut
shapping. Tujuan dari eksperimen ini sendiri adalah bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah
penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan
semakin kuat bila diberi penguatan. Selain itu menghasilkan hukum-hukum dari teori belajar
yaitu:
1.      Law of operant conditioning, yaitu jika timbulnya perilaku yang diiringi dengan stimulus
penguat, maka perilaku itu menguat.
2.       Law of operant of extinction, yaitu jika timbulnya operant telah diperkuat melalui proses
conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat , maka perilaku itu akan menurun.(John W.
satrock, 2007).

Jika dalam teori Thorndike dikenal konsep reward, maka dalam teori Skinner
menganggap reinforcementmerupakan faktor penting dalam belajar. Reinforcement (penguatan)
adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Dan Punishment (hukuman) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu
perilaku. Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Secara
umum reinforcement (penguatan) dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1.      Dari Segi Jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

19
a.       Reinforcemen primer yaitu reinforcemen yang berupa kebutuhan dasar manusia seperti;
makanan, air, keamanan, dan kehangatan.
b.      Reinforcemen sekunder yaitu reinforcemen yang diasosiasikan dengan reinforcemen primer,
seperti; uang mungkin tidak mempunyai nilai bagi anak kecil sampai ia belajar bahwa uang itu
dapat digunakan untuk membeli kue kesukaannya.
2.       Dari Segi Bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Penguatan Positifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif
adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll) dan berupa perilaku (senyum,
menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol, atau
penghargaan).
b.      Penguatan Negatifadalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-
bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa,
dll).
3.       Waktu pemberian reinforcemen, ada empat macam pemberian jadwal reinforcemen, yaitu:
a.       Fixed Rtio (FR) adalah salah satu skedul pemberian reinforcemen ketika reinforcemen diberikan
setelah sejumlah tingkah laku. Misalnya, seorang guru mengatakan “kalau kalian dapat
menyelesaikan sepuluh soal matematika dengan cepat dan benar, maka kalian boleh pulang
dahulu”.
b.      Variabel-Ratio (VR) adalah sejumlah prilaku yang dibutuhkan untuk berbgai macam
reinforcemen, dari reinforcemen satu ke reinforcemen yang lain.
c.       Fixed Interval (FI), yang diberikan ketika seorang menunjukkan prilaku yang diinginkan pada
waktu tertentu.
d.      Variabel Interval (VI) yaitu reinforcemen yang diberikan tergantung pada waktu dan sebuah
respons. Tetapi antara waktu dan reinforcemen bermacam-macam.

Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan


negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dan
rangsangannya makin memperkuat atau mendorong suatu tindak balas. Dalam penguatan negatif,
ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan serta menghindari suatu tindak balas tertentu yang
tidak memuaskan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah
ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu
prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Skiner menekankan
bahwa hukuman dapat menghasilkan tiga dampak yang tidak diharapkan, yaitu hukuman hanya
bersifat sementara dalam menghilangkan respons yang tak diinginkan, hukuman dapat
mengakibatkan timbulnya perasaanyang tidak mengenakkan, sepert malu, rasa bersalah, dll, dan
hukuman dapat meningkatkan pemunculan perilaku yang dianggap mengurangi hadirnya
stimulus yang tidak menyenangkan. Secara umum, hukuman tidak menghasilkan perilaku yang
20
positif. Oleh karena itu, Skinner lebih menganjurkan penggunaan penguatan daripada hukuman
jika ingin memperoleh respons yang benar.
Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif,
dan hukuman. Contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan
hukuman( John W. Satrock, 2007).
Penguatan positif
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid mengajukan pertanyaanGuru menguji murid Murid mengajukan lebih banyak
yang bagus pertanyaan
Penguatan negative
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid menyerahkan PR tepatGuru berhenti menegurMurid makin sering menyerahkan
waktu murid PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku Konsekuensi Prilaku kedepan
Murid menyela guru Guru mengajar muridMurid berhenti menyela guru
langsung

Penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi
meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.

Teori Skinner tidak hanya mencakup penjelasan terhadap proses belajar sederhana, namun
juga proses belajar yang kompleks, yang dikenal dengan nama shaping (pembentukan).
Proses shaping yang dilakukan secara bertahap akan menghasilkan penguasaan terhadap perilaku
yang kompleks melalui perancangan (manipulasi) stimulus yang diskriminatif dan penguatan.
Menurut Skinner, proses shaping dapat menghasilkan perilaku yang kompleks yang tidak
memiliki kemungkinan untuk diperoleh secara alamiah atau dengan sendirinya.Shaping yang
berkelanjutan yang dilakukan untuk memperoleh perilaku kompleks, disebut
dengan program oleh Skinner. Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat
disimpulkan bahwa :
1.      Setiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, berdasarkan tingkah laku yang
pernah dipelajari sebelumnya.
2.      Untuk setiap langkah yang pendek tersebut disediakan penguatan yang dikontrol dengan hati-
hati.
3.      Penguatan harus diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar dimunculkan.
4.      Stimulus diskriminatif perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat diperoleh perampatan
stimulus dan peningkatan keberhasilan belajar.

21
Dasar teori Skinner dan perkembangan teorinya selanjutnya menjadikan Skinner seorang
penganut aliran perilaku yang mempunyai nama dan pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan teori belajar dalam aliran perilaku. Teori Operant Conditioning dari Skinner
percaya bahwa setiap individu harus diidentifikasi karakteristik maupun perilaku awalnya untuk
suatu proses shaping. Skinner menyatakan, bahwa perilaku dapat dibentuk (dan juga
dihilangkan) sehingga (hampir) semua orang yang memperoleh latihan yang layak akan dapat
memiliki perilaku tertentu yang diinginkan. Juga pengkondisian suatu respons sangat tergantung
kepada penguatan yang dilakukan berulang-ulang secara berkesinambungan. Skinner juga
mengemukakan bahwa manusia dapat diajar untuk berpikir atau menjadi kreatif melalui metode
pemecahan masalah yang melibatkan proses identifikasi masalah secara tepat (labeling), dan
proses mengaktifkan strategi (rule and or sequence) untuk memanipulasi variabel dalam masalah
tersebut sehingga diperoleh pemecahan masalahnya.

D.    Kelebihan dan Kekurangan Teori B.F. Skinner


1.      Kekurangan / Kelemahan Teori Skinner
Adapun beberapa kekurangan/kelemahan dari teori Skinner ini berdasarkan analisa teknologi
(Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa:
a.       Teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil bergantung
pada keterampilan teknologis,
b.      Keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang
kejadian.
Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik
menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya
kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi
semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman
sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah
anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri
kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik
seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa. Selain itu
kesalahan dalam reinforcement positif juga terjadi didalam situasi pendidikan seperti
penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran.
Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga
dalam satu kelas terdapat banyak penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para
siswa: misalnya penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, menari atau
olahraga.
2.      Kelebihan Teori Skinner

22
Kelebihan dari Teori Skinner ini adalah pada teori ini, seorang pendidik diarahkan untuk
menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman.
Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan
akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

IMPLEMENTASI TEORI PEMBELAJARAN B.F SKINNER DALAM PEMBELAJARAN


Penggunaan teori Skinner ini diimplementasikan dalam proses pembelajaran
dikelas  sebagai berikut
1.      Bahan yang dipelajari dianalisis sampai pada unit-unit secara organis.
2.      Hasil berlajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan dan jika benar
diperkuat.
3.      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
4.      Materi pelajaran digunakan sistem modul.
5.      Tes lebih ditekankan untuk kepentingan diagnostic.
6.      Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
7.      Dalam proses pembelajaran tidak dikenakan hukuman.
8.      Dalam pendidikan mengutamakan mengubah lingkungan untuk mengindari pelanggaran agar
tidak menghukum.
9.      Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah.
10.  Hadiah diberikan kadang-kadang (jika perlu)
11.  Tingkah laku yang diinginkan, dianalisis kecil-kecil, semakin meningkat mencapai tujuan.
12.  Dalam pembelajaran sebaiknya digunakan shaping.
13.   Mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tingkah laku operan.
14.  Dalam belajar mengajar menggunakan teaching machine.
15.  Melaksanakan mastery learning yaitu mempelajari bahan secara tuntas menurut waktunya
masing-masing karena tiap anak berbeda-beda iramanya. Sehingga naik atau tamat sekolah
dalam waktu yang berbeda-beda. Tugas guru berat, administrasi kompleks.

Teori belajar B.F. Skinner cocok untuk diaplikasikan pada siswa kelas rendah dan kelas
tinggi karena teori Skinner karena setiap anak baik anak kelas tinggi maupun rendah menyukai
diberi sebuah hadiah atau penguatan. Hal tersebut akan menjadi sebuah motivasi untuk anak.
Mereka akan lebih giat dalam belajar jika diberi pujian maupun hadiah. Selain itu, penghilangan
hukuman juga menjadi hal yang disukai oleh anak.

23
B.F. Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di sebuah kota kecil bernama
Susquehanna, Pennsylvania.Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena
penyakit Leukemia.
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu
keluarnya teori S-R.Dari serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Skinner dapat disimpulkan
bahwa :
a.       Setiap langkah dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, berdasarkan tingkah laku yang
pernah dipelajari sebelumnya.
b.       Untuk setiap langkah yang pendek tersebut disediakan penguatan yang dikontrol dengan hati-
hati.
c.       Penguatan harus diberikan sesegera mungkin setelah respons yang benar dimunculkan.
d.      Stimulus diskriminatif perlu dirancang sedemikian rupa agar dapat diperoleh perampatan
stimulus dan peningkatan keberhasilan belajar

24
DAFTAR PUSTAKA

Bell, Margareth E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Brennan, James F. 2006.Sejarah dan Sistem Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Davies, Ivon K. 1987. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers

Sudrajat, Akhmad. 2008. Teori-Teori Belajar. (Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/, diakses


tanggal 13 November 2011).

Usman, Moh. Uzer dan Lilis Setiawati. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

25

Anda mungkin juga menyukai