Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MODIFIKASI PERILAKU
TEORI BELAJAR PAVLOV

Disusun oleh :
Dini Fitriandari (18104244013)
Muhammad Anwarudin (18104241047)
Nurul Wahidiyati (18104241020)
Tri Pramudia S (18104244003)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
DAFTAR ISI

Halaman sampul....................................................................................................... i

Daftar isi................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Biografi Pavlov............................................................................................. 3
B. Konsep Teori Pavlov.................................................................................... 4
C. Prinsip Teori Belajar Pavlov........................................................................ 7
D. Penerapan Teori Pavlov................................................................................ 7
E. Kelebihan dan Kekurangan Teori Pavlov.................................................... 12

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 14


Kesimpulan............................................................................................................... 14
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 15

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar lembaran sejarah Psikolog mengungkapkan bahwa kondisioning


merupakan bentuk belajar yang paling sederhana dan dapat dipahami secara keseluruhan.
Sebab menurut ahli bahwa implementasinya ke arah pembentukan organisasi kelas
bersifat lebih rendah menguasainya dibanding proses-proses belajar konsep, berpikir, dan
menyelesaikan masalah. Salah satu tokoh dalam menciptakan belajar classical
conditioning ialah Ivan Pavlov, ia dikenal sebagai tokoh behaviorisme.
Pada faktanya, pada saat Thorndike mengerjakan riset utamanya dalam menemukan
teori belajar koneksionisme yang tidak diragukan lagi kehebatannya , Pavlov jua sedang
meneliti proses belajar. Dia juga tidak suka dengan psikologi subjektif dan hampir saja
tidak mau mempelajari refleks yang dikondisikan karena bersifat psikis. Meskipun
Pavlov tidak terlalu menghargai para psikolog, dia cukup menghormati Thorndike dan
mengakuinya sebagai orang pertama yang melakukan riset sistematis terhadap proses
belajar pada binatang.
Teori Classical Conditioning yang merupakan bagian dari teori Behaviorisme
mengatakan bahwa peniruan sangat penting dalam mempelajari bahasa. Teori ini juga
mengatakan bahwa mempelajari bahasa berhubungan dengan pembentukan hubungan
antara kegiatan stimulus-respon dengan proses penguatannya. Proses penguatan ini
diperkuat oleh suatu situasi yang dikondisikan, yang dilakukan secara berulang-ulang.
Sementara itu, karena rangsangan dari dalam dan luar mempengaruhi proses
pembelajaran, anak-anak akan merespon dengan mengatakan sesuatu. Ketika responnya
benar, maka anak tersebut akan mendapat penguatan dari orang-orang dewasa di
sekitarnya. Saat proses ini terjadi berulang-ulang, lama kelamaan anak akan menguasai
percakapan.
Kalimat bijak mengungkapkan sebaik-baik manusia ialah yang bermanfaat untuk
manusia, mungkin demikianlah ungkapan penulis bila tidak berlebihan terhadap diri Ivan
Pavlov yang demikian gemilang, telah mengiringi pemerhati teori belajar untuk
senantiasa tidak jenuh mengulasnya, menurut Ivan Pavlov bahwa teori ini “klasik”.

1
Sehingga kesimpulan teori yang ia tangkap”respon” dikontrol oleh pihak luar; ia
menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai “stimulus”. Demikianlah
kejeniusan Ivan Pavlov mengenai teori classical conditioning sebagai dasar hasil
eksperimennya.
Akibatnya, Ivan Pavlov telah melahirkan model belajar teori classical conditioning
bermanfaat, maka merupakan keharusan penulis untuk menyampaikan kembali, guna
mewujudkan dinamika teori Ivan Pavlov sebagai dasar pengembangan dalam praktek
belajar mengajar, sehingga dapat berjalan dengan baik dan tercapai tujuan yang
diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Siapakah Pavlov itu?
2. Bagaimana konsep teori Pavlov?
3. Apasaja prinsip-prinsip teori Pavlov?
4. Bagaimanakah penerapan teori Pavlov?
5. Apasaja kelebihan dan kekurangan teori Pavlov?

C. Tujuan
1. Mengetahui secara singkat biografi Pavlov
2. Mengetahui konsep teori Pavlov
3. Mengetahui prinsip-prinsip teori Pavlov
4. Mengetahui penerapan teori Pavlov
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori Pavlov

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936) adalah seorang ilmuwan yang memiliki karir
panjang produktif yang tidak pernah mengalami hambatan serius meskipun terjadi
kekacauan dalam revolusi Rusia. Pavlov lahir di kota kecil di Rusia tengah, anak seorang
pendeta ortodoks pedesaan. Pada awalnya ia berniat mengikuti jejak ayahnya menjadi
seorang pendeta, namun mengurungkannya dan pergi ke St. Petersburg pada tahun 1870.
Setelah beberapa tahun mengajar, yang hanya memberikan penghasilan pas-pasan,
Pavlov berhasil mendapatkan beasiswa di universitas pada tahun 1879 dan menyelesaikan
pendidikan kedokterannya pada tahun 1883. Dari tahun 1884 hingga 1886 ia belajar di
Leipzig dan Breslau, dimana ia bergabung dengan sekelompok ilmuwan yang meneliti
sekresi pankreas. Pada tahun 1890 , ia menjadi profesor farmakologi di Akademi Medis
Kemiliteran St. Petersburg dan lima tahun kemudian diangkat menjadi profesor fisiologi.
Juga pada tahun yang sama, Pavlov membantu pendirian Institut Kedokteran
Eksperimental Kekaisaran dan menjabat sebagai direktur sekaligus kepala departemen
fisiologi di institut tersebut. Bersama Marceli Nencki (1849 – 1901) seorang ahli
biokimia pelopor asal Polandia yang meninggalkan Universitas Berne untuk mengepalai
departemen biokimia di institute tersebut, Pavlov mendirikan pusat penelitian dengan
reputasi internasional yang pada tahun 1930-an dipindahkan ke fasilitas baru di luar St.
Petersburg. Pavlov memimpin institute yang berkembang semakin besar tersebut dan
institute Pisiologi Pavlovian di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia tetap menjadi pusat
penelitian fisologi tentang refleksologi yang prestisius.

Pavlov adalah seorang yang kaku dan intelek dengan disiplin diri yang keras. Ia
menerapkan disiplin dan pengharapannya yang kaku pada begitu banyak mahasiswa yang
belajar di bawah bimbingannya dalam tahun-tahun produktifnya. Ia seorang metodolog
sistematis, baginya pengumpulan data adalah bidang yang serius. Laboratorium baru
yang dibangun bagi Pavlov oleh pemerintah Stalin dijuluki “menara keheningan” yang

3
mencerminkan konstruksinya yang kedap suara dan tindak tanduk para pekerja
laboratorium tersebut.

Pavlov menerima hadiah Nobel pada tahun 1904 atas karyanya tentang basis saraf
dan kelenjar dalam pencernaan.

B. Konsep Teori Pavlov

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) adalah seorang behavioristik terkenal dengan


teori pengkondisian asosiatif stimulus-respons dan hal ini yang dikenang darinya hingga
kini. Classic conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan
netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan.

Ia menemukan bahwa ia dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada atau
sinar untuk membentuk perilaku (respons). Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana
gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan
maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru
akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.Bertitik tolak dari asumsinya
bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat
berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki
kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki
manusia berbeda dengan binatang

Eksperimen Pavlov

4
Berikut adalah tahap-tahap eksperimen dan penjelasan dari gambar diatas:

1. Gambar pertama. Dimana anjing, bila diberikan sebuah makanan (UCS) maka
secara otonom anjing akan mengeluarkan air liur (UCR).
2. Gambar kedua. Jika anjing dibunyikan sebuah bel maka ia tidak merespon atau
mengeluarkan air liur.
3. Gambar ketiga. Sehingga dengan eksperimen ini anjing diberikan sebuah makanan
(UCS) setelah diberikan bunyi bel (CS) terlebih dahulu, sehingg anjing akan
mengeluarkan air liur (UCR) akibat pemberian makanan.
4. Gambar keempat. Setelah perlakuan ini dilakukan secara berulang-ulang, maka
ketika anjing mendengar bunyi bel (CS) tanpa diberikan makanan, secara otonom
anjing akan memberikan respon berupa keluarnya air liur dari mulutnya (CR).

Dalam ekperimen ini bagaimana cara untuk membentuk perilaku anjing agar ketika
bunyi bel di berikan ia akan merespon dengan mengeluarkan air liur walapun tanpa
diberikan makanan. Karena pada awalnya (gambar 2) anjing tidak merespon apapun
ketika mendengar bunyi bel.

Jika anjing secara terus menerus diberikan stimulus berupa bunyi bel dan kemudian
mengeluarkan air liur tanpa diberikan sebuah hadiah berupa makanan. Maka kemampuan

5
stimulus terkondisi (bunyi bel) untuk menimbulkan respons (air liur) akan hilang. Hal ini
disebut dengan extinction atau penghapusan.

Pavlov mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan


penghapusan sebagai berikut:

1. Stimulus tidak terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui


kemampuan bawaan dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh: makanan
2. Stimulus terkondisi (CS), Suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral
dipasangkan dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh: Bunyi bel adalah
stimulus netral yang di pasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
3. Respons tidak terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau
dengan sendirinya. Contoh: mengeluarkan air liur
4. Respos terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan
CS dan US. Contoh: keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan
makanan.

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya
tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah
adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya
dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan
dengan rangsang berkondisi. Dengan kata lain, gerakan-gerakan refleks itu dapat
dipelajari, dapat berubah karena mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat
dibedakan dua macam refleks, yaitu refleks wajar (unconditioned refleks)-keluar air liur
ketika melihat makanan yang lezat dan refleks bersyarat atau refleks yang dipelajari
(conditioned refleks)-keluar air liur karena menerima atau bereaksi terhadap suara bunyi
tertentu.

Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan


hukum-hukum belajar, diantaranya:

1. Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua
macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai
reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.

6
2. Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks
yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa
menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun

C. Prinsip-prinsip teori belajar Pavlov

Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning Pavlov sebagai berikut :

1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan atau


mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang
yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
4. Setiap sepanjang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan
aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan dari pada yang
ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama yang lama
kelamaan akan terjadi hubungan. Dengan adanya hubungan, maka CS akan
mengaktifkan pusat CS di otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan akhirnya
organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara wajar dihubungkan
dengan US.
5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi. Setiap peristiwa
di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua hal tersebut, yang pola tersebut
oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic. Dari pola ini akan mempengaruhi respons
organisme terhadap lingkugan. Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa
tingkah laku manusia lebih komplek dari binatang, karena manusia mempunyai
bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku manusia.

D. Penerapan Teori Behaviorisme Pengondisian Klasikal Pavlov

Dalam bidang pendidikan, teori pengondisian klasik digunakan untuk


mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap pesrta didik untuk termotivasi
belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta didik.

7
Penerapan classical conditioning merupakan metode terapi dalam merubah perilaku
yang bersifat maladaptif dan merubahnya menjadi perilaku yang adaptif. Misalnya rasa
takut terhadap pelajaran matematika diubah menjadi rasa senang dengan pelajaran
matematika.
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.
Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin
kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori belajar behaviorisme ini dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pembelajar,
media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan
berpijak pada teori behaviorisme memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer
of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah
untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat
dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini
ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Metode behaviorisme pengondisian klasikal ini sangat cocok untuk perolehan
kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur
seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya tahan dan sebagainya. Teori ini
juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang
dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.

8
1) Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam
Pengajaran.
Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran di mana satu
stimulus diganti/ digantikan untuk yang lain. Satu contoh yang penting tentang proses ini
adalah pelajaran atraksi emosional dan ketakutan. Bahwa bentakkan seorang guru
seringkali membuat takut murid-muridnya, hal yang sama seorang polisi mempermainkan
penjahat dengan ancungan tangannya, atau seorang perawat hendak memberi suntikan
kepada pasiennya. Semua perilaku ini menciptakan tanggapan perhatian dan ketakutan di
hati orang-orang tersebut dibawah kesadaran mereka. Situasi ini memberikan pengaruh
ketakutan bila stimulus tidak netral: Guru Sorak ( US) membentuk perhatian dan
ketakutan pada anak ( UR) ; Polisi mendorong dengan penuh ancaman (US) membentuk
Perhatian dan Ketakutan masyarakat (UR)Manapun stimulus netral yang berulang-kali
terjadi bersama-sama dengan stimuli ini cenderung untuk dikondisikan (C) ke ketakutan
sebagai respon. Jika seorang guru selalu meneliti seorang anak, kemudian hanya
memperhatikan dia tanpa mengkritik boleh jadi membuat dia menaruh perhatiannya. Hal
yang ekstrim, anak bisa berhubungan dengan guru di kelas dengan perhatian dan
ketakutannya yang ia kembangkan samarata, atau ketakutan yang kadang tidak masuk
akal. Hal yang sama juga dialami masyarakat phobia polisi, atau pasien, tentang
perawat.Tetapi tanggapan positif dapat dibangun secara sederhana untuk mengkondisikan
stimulus. Jika seorang guru memuji seorang siswa maka akan menimbulkan hal positif
baginya, bahkan ketika dia tidak lagi dipuji. Pada akhirnya, proses ini dapat membangun
hubungan baik di kelas. Hal yang sama untuk polisi, perawat, atau orang yang bekerja
dengan orang-orang: stimuli yang dapat dipercaya menimbulkan hal positif tanggapan
tersebut dapat dikondisikan untuk lain. Penggantian stimulus dapat membantu bahkan
pada pelajaran tertentu yang tidak berisi unsur perasaan. Pengaruh tersebut tidak
memerlukan refleks sebagai titik awal.
Beberapa Psikolog menyebutnya belajar berlanjut atau asiosatif learning, hanya
memerlukan dua stimuli yang tidak bertalian terjadi bersama-sama pada suatu tanggapan
atau keduanya dari stimulus yang ada. Jika seorang anak telah mempelajari bagaimana
cara menggunakan unit balok kecil, kemudian stimuli ini dapat dipasangkan dengan hal
yang lebih abstrak, mereka akan dapat menulis padanan menulis padanan yang

9
menghasilkan apa yang diinginkan dengan baik. Dalam praktek pendidikan mungkin bisa
kita temukan seperti lonceng berbunyi mengisyaratkan belajar dimulai dan atau pelajaran
berakhir.
Pertanyaan guru diikuti oleh angkatan tangan siswa, suatu pertanda siswa dapat
menjawabnya. Kondisi-kondisi tersebut diciptakan untuk memanggil suatu respon atau
tanggapan ahli pendidikan lain juga menyarankan bahwa panduan belajar dengan
mengkombinasikan gambar dan kata-kata dalam mempelajari bahasa, akan sangat
berguna dalam mengajar perbendaharaan kata-kata. Memasangkan kata-kata dalam
bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa lainnya akan membantu para siswa dalam
membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing.
Dalam pengertian yang lebih luas lagi misalnya memasangkaan maakna suatu konsep
dengan pengalaman siswa sehari-harinya akan membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep lainnya. Walaupun classical conditioning terus menjadi bidang yang aktif
dalam psikologi saat ini, sebagian para ahli telah mulai meninggalkan teori psikologi ini.

2) Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning di Kelas


Berikut ini beberapa tips yang ditaawarkan oleh Woolfolk (1995) dalam menggunakan
prinsip-prinsip kondisioning klasik di kelas.
a. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas-tugas belajar,
misalnya:
1. Menekankan pada kerjasama dan kompetisi antarkelompok daripada individu,
banyak siswa yang akan memiliki respons emosional secara negatif terhadap
kompetisi secara individual, yang mungkin akan digeneraalissikan dengan
pelajaran-pelajaran yang lain;
2. Membuat kegiatan membaca menjadi menyenangkan dengan menciptakaan ruang
membaca (reading corner) yang nyaman dan enak serta menarik, dan lain
sebagainya.
b. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menekan, misalnya:
1. Mendorong siswa yang pemalu untuk mengajarkaan siswa lain cara memahami
materi pelajaran;

10
2. Membuat tahap jangka pendek untuk mencapai tujuan jangka panjang, misalnya
dengaan memberikan tes harian, mingguan, agar siswa dapat menyimpaan apa
yang dipelajari dengan baik;
3. Jika siswa takut berbicara di depan kelas, mintalah siswa untuk membacakan
sebuah laaporan di depan kelompok kecil sambil duduk di tempat, kemudian
berikutnya dengan berdiri. Setelah dia terbiasa, kemudian mintalah ia untuk
membaca laporan di depaan seluruh murid di kelas.
c. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-situasi
sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat. Misalnya,
dengan:
1. Meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian masuk sebuah sekolah
yang lebih tinggi tingkatannya atau perguruan tinggi, bahwa tes tersebut sama
dengan tes-tes prestasi akademik lain yang pernah mereka lakukan;
2. Menjelaskan bahwa lebih baik menghindari hadiah yang berlebihan dari orang
yang tidak dikenal, atau menghindar tetapi aman daan dapat menerima
penghargaan dari orang dewasa ketika orangtua ada.

Sebagai guru, kita harus mengetahui bagaimana mengurangi counterproductive


kondisi responsif yang dialami para siswa. Psikolog sudah mempelajari ke arah itu untuk
memadamkan hal negatif sebagai reaksi emosional pada stimulus dikondisikan tertentu
tidak lain untuk memperkenalkan stimulus itu secara pelan-pelan dan secara berangsur-
angsur sehingga siswa bahagia atau santai ( M.C.Jones, 1924; Wolpe, 1969). Satu contoh,
jika Imung seorang yang takut berenang, kita mungkin mulai pelajaran berenangnya pada
tempat yang dangkal seperti bayi bermain dalam tempat mandinya kemudian bergerak
perlahan-lahan ke air yang lebih dalam, maka ia akan merasa lebih nyaman untuk
mencoba berenang.
Tidak ada hal yang paling membanggakan pada guru selain membantu dan membuat
siswa menjadi sukses dan merasa senang di kelas. Satu hal yang perlu guru ingat bahwa
kelas dapat membuat perilaku baik siswa, meningkat atau justru melemahkannya.

11
3) Penerapan Prinsip-prinsip Teori Belajar Classical Conditioning dalam
kehidupan

Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing.
Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke
rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si penjual es krim sering lewat,
maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas.
Bayangkan bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak
menjajakan dagangannya.

Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan
stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara
individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar
dirinya.

E. Kelebihan dan kekurangan teori Pavlov

Teori belajar yang dikemukakan oleh Pavlov, secara prinsipal bersifat behavioristik
dalam arti lebih menekankan  timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
Teori tersebut terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Teori yang sudah terlanjur
diyakini banyak orang ini tentu saja mengandung banyak kelemahan. Kelemahan  teori
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Proses belajar itu dipandang dapat diamati langsung padahal belajar adalah proses
kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dari luar  kecuali sebagian gejalanya.
2. Proses belajar itu dipandang bersifat otomatis–mekanis, sehingga terkesan seperti
gerakan mesin dan robot, padahal setiap siswa memiliki self-regulation (kemampuan
mengatur diri sendiri) dan self control (pengendalian diri) yang bersifat kogniti, dan
karenanya ia bisa menolak, merespon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena
lelah atau berlawanan dengan kata hati.
3. Proses belajar manusia dianalogikan dengan prilaku hewan  itu sangat sulit diterima
mengingat amat mencoloknya perbedaan antara karakter fisik dan psikis hewan.

12
4. Behaviorisme sangat dikenal dengan  pandanganya bahwa pembelajar adalah individu
yang pasif yang bertugas hanya memberi respon kepada stimulus yang deberikan.
Pembentukan prilaku sangat ditentukan oleh penerapan reinforcement atau
punishment. Oleh sebab itu belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku.
5. Behaviorisme menggeneralisir hasil eksperimen terhadap hewan kepada manusia.
Oleh sebab itu generalisasi tersebut kurang berhasil apabila diterapkan kepada orang
dewasa.

Kekuatan teori ini adalah sebagai berikut.


1. Behaviorisme melakukan penelitiannya terhadap perilaku berdasarkan yang tampak
atau observable behaviors. Oleh sebab itu mempermudah proses penelitian karena
prilaku dapat dikuantifikasi.
2. Teknik terapi prilaku yang efektif secara intensif menggunakan intervensi berbasis
behaviorisme. Pendekatan ini sangat bermanfaat dalam merubah perilaku yang mal
adaptif menjadi perilaku adaptif dan dapat diterapkan pada anak dan orang dewasa.

13
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

14
DAFTAR PUSTAKA

Nurhidayati, Titin. Maret 2012. Implementasi Teori Belajar Ivan Petrovich Pavlov (classical
conditioning) dalam Pendidikan. Jurnal Falasifa. Volume 3, No. 1,(online),
(http://jurnalfalasifa.files.wordpress.com/2012/11/2-titin-nurhidayati-implementasi-teori-
belajar-ivan-petrovich-pavlov-classical-conditioning-dalam-pendidikan.pdf, di akses 19
Februari 2020).
Raharyanti, Anjar. 2012. Teori Pembelajaran Ivan Pavlov (online),
(http://ajenganjar.blogspot.com/2012/04/teori-pembelajaran-ivan-pavlov.html di akses 19
Februari 2020)

15

Anda mungkin juga menyukai